ISSN 1412-579X
Ed uca re Jurnal Pendidikan dan Sudaya
Voi
No.z
Oktober 2005
EDUCARE adalah
-
Desember 2005
jurnal ilmiah yang terbit setiap tiga bulan sekali, bertujuan untuk meningkatkan
apresiast dan menyebarluaskan konsep-konsep pendidikan dan budaya
PELINOUNG
ReKtor UNLA PENASEHAT
Pembantu Rektor I Ketua Pe,rclitian dan Pengembangar UNLA
Daftar Isi Pengantar Redaksi Membangun Karakter Bangsa Melalui Spirituaiisasi
PENA.NGGUNG JAWAB Dekan FKIP UNLA
Pendidikail. Oleh: Eki
TIM ASISTENSI
Pendid!kan Dalam Jabatan Bagi Tenaga Kependidikan.
Pembantu Dekan I FKIP UNLA Pembanfu DeKan II FKIP UNLA Pembanfu O€Kan III FKIP UNLA
Eaihaki.
..........1
Oleh: Hj. filiany Spadih..
TIM AHLI
Membangun Organisasi Dengan Pemberdayaan. Sumber Daya Manusia/ Empoweriag People
Prof. H. E.T. Ruseffendi,S. pd.,M.Sc.,ph.d.
Oleh: Hj.
Prof. H. Aas Saefudin, Ors.,M.A. Eki Baihaki, Drs.,M.Si. Hl. Erliany Syaodih, Dia.,l,t.Pd. H. Erman Suherman, Drs.,M.Pd. PIIvIPINA
I
REDAKST
Hj. Rita Zahara, Dra.,M.Pd.
Nb
Zahara......
Lingkup Penelitian Akuntansi. Oleh: Dadang
5ade1i...............
I
......................13
..............19
Asesmen (Penilaian) Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 20fi . Oleh: Mumun Syaban..
.25
Peranan Gtrru dan Tantangannya dalam Dunia Pendidikan Oleh: Sungging Handoko.
..37
SEKRETARIS
Popon Mariam, S.Pd. REDAKTUR KHUSUS PIPS Ketua ]Urusan PIPS FKIP UNLA Euas
Ani Arlinah, s.Pd.
REDAKTUR KHUSUS PMIPA Ketua ]uIUsan PMIPA FKIP UNLA
Irmawan,S.Pd, Elly Ratnaningrum, Dra.,M.pd. PIMPINAN TATA USAHA Puii Eudi Lestari, Dra.,M.Pd. EENOAHARA
Hj. Ria Herdhiana, Dra. SIRKULASI Tatang Sopari, S.Pd, Budi Rusyanto, S.H. Cucu Usnawati, S.Pd.
Pembelajaran Eerbasis Konstektual dan Implementasinya ttlelalui Direct instukion dalam Prahikum Biologi Oleh: Taufik Rahman. Konflik Organisasi dan Negosiasi Oleh: B. Annantha Sritumini.
43
...52
Kurikulum Berbasis Kompetensi Suatu Tinjauan Dalam Inovasi Pendidikan Oleh: Iwa ...................63
Kuntadi.............
Redaksi menerima tulisan dengan panjang tulisan maksimal 6000 kata dan sudah ditulis dan dikemas dalam disket dengan for,Tat Microsoft word. Isi tulisan ilmiah populer, hasil penelitian, atau gagasan orisinal pada bidang pendidikan dan budaya. Isi tulisan, secara yuridis formal menjadi tanggung jawab penulis. Naskah yang dikirim ke Redaksi menjadi milik redaksi lurnal Educare.
Alamat l(edaksi
:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Langlangbuana Bandung lalan Karapitan No. 116 Bandung 40261. e-mail
[email protected] hftp://www.e-fkipunla.info
:
Du^f"4^f/^,,
kfu.lrd"
legala puji bagi Allah Subhananhu Watahla, Zat yang mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Dia{ah yang memberikan kekuatan kepada pikiran dan rasa untuk mengungkapkan kata-kata. Dan semoga Allah senantiasa menuntun ungkapan kata (termasuk kata yang ada didalam jurnal Educare ini) semoga senantiasa bermakna dan
terbebas dari kesia-siaan.
Subcomandante Marcos (1995), penyair dan pemberontak dari sebuah negara di Amerika Latin, dalam tulisannya yang inspiratif menyatakan "Penguasa menggunikan kata untuk
rnenata imperiurn diam. Kita menggunakan kata untuk memperbaiki airi tita. Kata adalah senjata". Bagi dosen, selaku tenaga pengajar di perguruan tinggi, kata adalah media untuk membentuk makna, melalui pembicaraan maupun tulisan. liamun kenyataanya kata sebagai senjata dalam bentuk tulisan, belumlah menjadi senjata andalan yang efekiif bagi seorang dosen. Hal ini Ciperkuat hasil penelitian Dirjen Dikti, yang menunjukan masih sed-ikit dosen yang. r{in dan mampu menulis apalagi dipublikasikan. Barangkali motto atau ungkapan yang sudah mentradisi di perguruan tinggi di AS yaitu "PUBUSH oi- pERISH" teibitkan atau
minggirlah, nampaknya layak dipertimbangkan untuk ditradisikan secara bertahap di perguruan tinggi Indonesia, agar dosen "dipaksa', mampu menulis bagi peningkatan
profesionalisme pengaMiannya.
Menulis dengan baik dan benar ternyata bukanlah hal mudah. Keticiakmudahan ini disebabkan belum dimilikinya tradisi menulis yang meiembaga, sehingga tanpa adanya "paksaan dan keberanian menulis", terutama menulis di media cetak dan Juinal Ilmiah rasanya sulit diwujudkan. Meski diinsyafi menulis adalah salah satu seniata psnting ya;rg harus dimiiikioleh seorang penga;ar terlebih pegajar di perguruan Tinggi. Kami berpendapat mempublikasikan karya tulis, bagi kepentingan banyak pihak adalah lebih baik bagi seorang dosen, daripada Cipaksa "mundur". Kami berharap Educare adalah "jembatan" bagi para dosen FKIP khususnya dan pengajar UNI-A lainnya untuk melewati "keterbatasan" yang dimilikinya dalam memoublikasi karya ilmiah, menuju pencerahan. Kami mempersilahkan manfaatkan space yang ada di Educare bagi kepentingan bersama, tidak hanya sebagai pembaca
!
Eclucare, Vol
i, No
2, Oktober 2OO5 _ Desember2OO5
63
KU RI KULUM BERBA5I 5 KOMPETEN5I 5UATU TINJAUAN DALAM INOVA5I PENDIDIKAN IWA KUNTADI Dosen FPTK 1i 'It
A.
Pendahuluan
pribadi. Kompetensi
Perubahan di bidang pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya
kurikulum yang dapat mengakomodasi perubahan yang terjadi itu. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan upaya untuk mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan intelektual, emosiona[, spiritual, dan sosial yang
bermutu tinggi. Kompetensi yang dikembangkan adalah keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam
perubahan,
peftentangan, ketidakmenentuan, ketidaKpastianlan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Berkenaan dengan hal di atas, terdapat yang melatarbelakangi adanya reformasi di pendidikan, khususnya Kurikuium Berbasis Kompetensi (KBK).
tiga hal
bidang 1.
IIPI
Pendidikan dlm.Era Globalisasi
Globalisasi membawa dampak terhadap dunia pendidikan, terutama
keagamaan
diperlukan untuk menjalankan fungsi manusia sebagai hamba Tuhan yano Mahakuasa aitam i;hi,lrp;;';.h;;I hari. Pendidikan pada era globalisasi seharusnya berkaitan dengan: (1) pemahaman mengenai budaya silang yang berarti mengakui keberadaan lebih dari satu sudut pandang dan belajar melihat dunia dari peripektif
berbeda, (Z) pembelajaran holistik yang membawa berbagai
yalg
disiplin ke suatu isu besar dan meliputi
berbagai pendekatan daiam pembelajaran, dan (3) pelibatan
potensi masyarakat yang
dapat
menjalin hubungan yang akrab dan utama antara lingkungan masyarakat dengan sekolah. Dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu: (1) pendekatan studi yang
berorientasi dunia dengan cari
integratif untuk memahami dunia, (2)
fokus terhadap dunia
dalam
sebagai suatu wahana
performance sejarah yang menyerap perspektif dunia secara komprehensif,
perubahan-perubahan
pengembangan ekonomi dalam afti komponen utama dari daya .saing
untuk mempersiapkan SDM yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan yang diakibatkan oleh proses globalisasi itu. Pendidikan menyiaokan peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan,
seperti kompetensi
akademik, ekcnomik,
keagamaan, sosial-
dan
(3)
pendidikan sebagai
landasan
ekonomi adalah daya saing pendidikan, (4) fokus terhadap pendekatan interdisiplirrer
untr.lk
meningkatkan pemahaman terhadap isu-isu utama dalam nnengintegrasikan
perspektif internasional,
dan
(6)
Kurikulum Eerbasis Kompetensi ( lwa Kuntadi
)
l/
L)Z+
pelaksanaan cooperative learning
dilaksanakan
peningkatan pluralistik dalam rnasyarakat.
kabupaten/kota.
untuk memahami
2. Desentralisasi pendidikan
Desentralisasi dalam sektor pendidikan merupakan konsekuensi dari pemberlakuan Undang-Undang
Nomor
22
Tahun 1999 rentang kewenangan daerah. Struktui
pemerintah menurut UU Nomoi- Zz Tahun 1999 pasal 1 dan 2 adalah
Pernerintah Pusat
dan
Daerah
Otonom. Daerah Otonom terdiri atas daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota. Masing-masing berdiri sendiri dan tidak memiliki hubungan hierarki satu sama lain, tetapi memiliki hubungan koordinasi dan kerjasama kemitraan. Penyelenggaraan otonomi daerah tetap dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. l,lenurut pasal 11 UU Nomor 22 Tahun 1999, pendidikan termasuk bidang kewenangan yang diberikan kepadi
daerah,
dan
termasuk bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten/kota. Menurut pasal 3 dan 4 PP Nomor 25 Tahun keeuali penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa dan penataran Guru, penyelenggaraan pendidikan Dasar sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah kabupaten/kota. Tugas pemerintah, menurut pasal 2 ayat 3
2000,
butir 11 PP Nomor 25 Tahun
2000
lebih banyak pada penyusunan perencanaan nasional dan
pengendaliannya, penetapan berbagai
standar
dan
persyaratan,
penetapan kalender
serta pendidikan dan
jumlah jam belajar efektif pertahun. Di luar ketentuan tersebut, seluruhnya menjadi kewenangan yang wajib
cleh
daerah
Kewenangan propinsi di bidang pendidikan menurut PP Nomor 25 Tahun 2000 adalah sebagai berikut; (1) penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang, dan/atau mampu; (2) peny,elenggaraan sekolah luar biasa; (3) penyediaan bantuan pengadaan pelajaran pokok/modul pendidikan untuk TK, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan luar sekolah; (4) penyelenggaraan pelatihan dan/atau penataran (5) mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis; dan pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi,
tidak
buku
'
balai guru;
selain
(6)
Kewenangan
daerah
kabupaten/kota di bidang pendidikan menurur PP Nomor 25 Tahun 2000 adalah sebagai berikut: (1) menyusun menetapkan petunjuk
dan
pelaksanaan pengelolaan TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah; (2) menetapkan kurikulum muatan
lokal SD, SLTP, SMU, dan
SMK
berdasarkan kurikulum nasional yang
ditetapkan pemerintah; (3)
melaksanakan kurikulum nasional berdasarkan pedoman yang dtetapkan pemerintah, mengemDangkan
(4)
standar kompetensi siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK atas dasar minimal kompetensi yang ditetapl
q
Edrrc.lre,
Vol 3, No.
l,
Oktober 2OO5 _ Desember 2OO5
r Demerintah; (5) ' mengendalikan, danmemantau, ntenilai
:
pelaksanaan pembelajaran dan manajemen sekolah; dan (6) menetapkan petunjuk pelaksanaan
penilaian hasil belajar TK, SD, SLTP, Sl4U, dan SMK berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah. ) .l
rl
'l 1
) 't
) tl
l 1
1
Pelibatan masyarakat
datam
desentralisasi pendidikan merupakan
masalah yang dihadapi. Cisebabkan selama ini
ff
af
ini
sekolah merupakan institusi yang berdiri di luar institusi masyarat. Dengan kata lain, sekolah merupakan tanggung jawab pemerintah, bukan tanggung jawab masyarakat, sehingga jika orang tua menyekolahkan anaknya maka ia tidak lagi memiliki tanggung jawab atas sekotah yang dimaksudkan. Selama ini pelibatan masyarakat hanya sebatas menjadi anggota Bp3, iru pun sebatas pemberian_ iuran yang besarnya sangat terbatas. Keadaan akan menyulitkan penyelenggara pendiclikan dalam pelibatan masyarakat terhadap pengelolaan pendidikan. Hal yan9 seyogyanya dilakukan adalah melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan sejak awal, terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan layanan jasa pendidikin. Selain manajemen berbasis sekolah dan masyarakat dalam hal ini harus lebih dikembangkan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah.
ini
1
'l
) 'l
( ,l
; ')
( ) ) rl 1
r 'l
hal
itu,
Desentralisasi
pendidikan menawarkan suatu model pengelolaan yang dikenal dengan School Based
Managemenr (SBM). SBM
-p;;
65
dasarnya model pengelolaan sekolah
dengan mendorong partisipasi masyaraKat dalam menentukan
keputusan-keputusan sekolah (Riipi
Lingard, 1992). 9un keputusan
t<eputusan-
tersebut bisa menyangkut penentuan pimpinan sekolah mau un penentuan kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan penentuan materi dan model kurikulrrm yang
dianggap sesuai dengan kebutuhai masyarakat sefta penentuan sumber
dan strategi pendanaan dan pembiayaan sekolah.
3.
Diversifikasi Kurikulum
Otonomi daerah dalam penyelenggaraan pendidikan
memberikan implikasi terhadap masing-masing daerah untuk
mengembangkan pendidikan sesuai dengan potensi dan karakteristik yang
dimiliki, Dengan demikian, it .n terdapat variasi baik pengelolaan maupun perolehan pendidikan pada
nrasing-masing daerah, karena perbedaan yang dimiliki tersebut. Kurikulum yang konvensional, dalam arti terpusat, yang berlaku untuk
semua daerah dan lapisan masyarakat tampaknya sudah tidak relevan lagi. Keadaan ini memberikan konsekuerisi
terhadap perubahan
paradigma
tentang kurikulum sekolah. Diperlukan suatu kurikulum yang dapat mengakomodasi semua potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerahl Selain itu, dalam wacana globalisasi,
memacu antara
penyelenggara
pendidikan untuk mengemband..n kompetensi yang spesifik sJsuai dengan tuntutan untuk memiliki daya saing internasional. Meskipun, untuk
Kurikulum Eerbasis Kompetensi ( twa Kuntadt )
beberapa kalangan kontroversiai,
dinilai
hal ini sudah terjadi,
karena nrasyarakat
menginginkan
anak-anaknya memiliki kemampuan
yang bersifat kompetitif diantara persaingan global, Hal ini menyebabkan dalam pelaksanaannya
tidak dapat lagi mengikuti acuan kurikulum yang konvensional yang tidak dapat mengembangkan siswa untuk berpacu dalam arena wawasan global. Kurikulum berdiversifikasi adalah suatu bentuk kurikulum yang memberi l<esempatan kepada setiap sekolah untuk memiliki- ciri khas dan irusat keunggulan masing-masing dan dalam pelayanan pendidikannya juga memberi kesempatan kepada siswa yang memiliki bakat dan kemampuan tertentu untuk mengembangkannya secara optimal. Bentuk kurikulurn ini merupakan salah satu jalan keluar yang efektif untuk mengatasi mutu dan relevansi pendidikan. Melalui kurikulum berdiversifikasi semu3 potensi daerah dan peserta ciidik diakomodasi. Dengan demikian sekolah selain bisa melaksanakan kurikulum sesuai dengan tuntutan minimal yang bersifat nasional, juga setiap sekolah diberi kesempatan untuk mengembangkan materi-materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. Bentuk kurikulum ini tidak hanya mengakomodasi keadaan sekolah daerah dengan segala permasalah yang ada, melainkan juga mengakomodasi penyelenggaraan pendidikan yang beftujuan untuk mengembangkan kemampuan yang bersifat kopetitif dalam skala global. Meskipun tidak
dapat
dapat
di
66
boleh menyimpang dari konrpetensi minimal yang ditetapkan kurikulum nasional, setiap daerah atau pun sekolah dapat mengembangkan core content dan pusat unggulan sebagai ciri khas yang dapat dijadikan nilai juat bagi masing-masing daerah atau sekolah yang bersangkutan. Oleh
karena
itu, peran kepala sekolah
sebagai manajer sangat rnenentukan. Kuaiifikasi kepala sekolah, pelibatan
masyarakat, dan iokus unggulan merupakan hal yang strategis dalam
pengembangan
kurikulum
berdiversifikasi.
A.
Konsep, Karakteristik,
Dan
Prinsip KBK
Kompetensi menurut
Majelis
Pendidikan Kejuruan Nasional (1999) diartikan sebagai suatu kemampuan yang didasari oleh pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan
I I
didukung oleh sikap kerja serta penerapannya dalam melaksanakan suatu tugas/pekerjaan di tempat kerja
mengacu pada unjuk kerja
aspek
dan dalam
dalam
I
(
yang t
dipersyaratkan. Kompetensi juga dapat kemampuan melaksanakan tuoas yang diperoleh, melalui pendidikan dan latihan yang pengetahuan, mencakup keterampilan, dan sikap, Kompetensi dikembangkan untuk memberikan dasar keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, peftentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, kerumitankerumitan kehidupan. Kompetensi dasar ini terdiri dari: (1) kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengatasi
diartikan sebagai
I
i I
i I
t
t ) lr
k
t c
I 1
1
Educare, Vol 3, t to. 2, Oktober 2OO5
- Desember
2OO5
67
: il 1
tantangan dan persoalan hidup secara
't
3
independen; (2)
komPetensi
okupasional, artinya peseita
li
ll u h
h '1.
didik harus memiliki kesiapan dan mamPu beradaptasi terhadap dunia kerja; (3) kompetensi kultural, aftinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya
dan tata nilai
n n
n T]
rn
.. lls
pluralistik;
(4)
masYarakat
Yang
kompetensi temporal, artinya pesefta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, sertb mampu
ketiga dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan jaman; (5) memanfaatkan
kemamPuan
konsep kompetensi ini memunculkan rasa percaya diri pada diri seseorang, sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilannya.
9)
,n
Seseorang dengan rasa Percaya
an diri, akan memiliki kemampuan atau an potensi r.rntuk menyelesaikan suatu
6
pekerjaan.
Jika siswa
mamPu
an meltgerjakan suatu tugas atau materi tersebut .i. Oengan baik, berarti siswadari tugas tetan memiiiki kompetensi ,"{ atau materi yang sudah dikerjakannya' un Rgar penguasaan siswa terhadaP :h suatu materi atau tugas terus ,.,[ Uertcembang, guru perlu memberikan ,n- latihan dan pengalaman sampai rasa
jl
diri
peserta didik semakin rasa percaya diri memiliki ,.1 tinggi. Untuk iin yang tinggi dan mencetak mutu lulusan yang handal, diPerlukan k,.rrikulum dengan Pendekatan UerOasis kompetensi atau lebih dikenat Berbasis "1. KomPetensi. (t) 151
.l .l' ,fl
percaya
Oengan Kurikulum
:fta 1. Konsep KBK dan Kurikulum Berbasis tasi
lfeQ
Kompetensi salah salu model kurikulum yang
mulai dikembangkan dan diterapkan pada pendidikan kejuruan. KBK pada
dasarnya membuat
inventarisasi
kompetensi yang diperkirakan esensial untuk suatu pekerjaan, jabatan atau karier tertentu. Inti dari KBK adalah
"kompetensi",
merefleksikan kemampuan mengerjakan sesuatu. Secara spesifik KBK adalah kurikulum
yang menitikberatkan
Pada
penguasaan suatu pengetahuan, sikap keteramPilan tertentu sefta laPangan kerja. penerapannya Pengetahuan, sikap dan keterampilan harus daPat didemonstrasikan dengan standar industri Yang ada, bukan standar relalif yang ditentukan oleh keherhasilan seseorang di dalam suatu kelompok. Pengetesannya yakni dengan menggunakan "Criterion "Norm Referenced" Referenced". dalam pendekatarl comPetenry based didasarkan dua filosofi dasar yakni: Filosofi pertama, gagasan bahwa "human comptence" meruPakan kemampuan yang benar-benar terlihat, pengetahuan, tingkah laku dan usaha merupakan hal Yang tidak berharga tanpa adanya hasil. Filosofi kedua "mastery learning" menYebutkan bahwa hamPir semua orang daPat mempelajari hamPir semua hal pengetahuan dengan baik, aPabila
dan
di
itu
bukan Konsep-korlseP
mendapatkan Pengajaran Yang berkualitas serta waKu mencukupi' Pernyataan di atas mengacu Pada pendapat Blank (1982) "Two basic
the concepts presented here. First is the notion that "human competence" is the ability to Knowledge, philosophies underlie
actually Perform'
Kurikulum Berbasis Kompefunsi ( lwa Kuntadi )
attitudes, ancl effort are of litUe value without results. The second philosophy "mastery learning" holds that rnost anyone can learn most anything well if given quality instruction and sufficient time." Pendekatan dengan competency-
based merupakan
pendekalan
pendidikan yang sangat sistematis, di
mana setiap komponen dalam program pengajaran dirancang,
ciiawasi, dan oisesuaikan dengan satu
hal dalam "pikiran dan hasil," Dalam program pembelajaran konvensional pengajaran seringkali dimulai dan
diakhiri hanya berdasarkan waktu Can kalender pendidikan dengan sedikit perhatian terhadap seberapa banyak
pengajaran yang dibutuhkan oleh setiap anak didik. "In conventional
training programs, instruction is often turned on and turned off based solely on the clock or the qalender with little regard for how much instruction each student really needs" (Blank, 1982:6).
Pengajaran mungkin disampaikan dalam waktu lima puluh menit, tiga jam pelajaran, atau enam belas minggu dalam satu semester tanpa memperhatikan seberapa banyak pembelajaran yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk dapat menguasai
sepenuhnya setiap pengajaran. Menurut
program McAshan
(1981:9a) "The instructional delivery system refer to all to all of the human,
material, and other resourcest adivities, and strategies that a
designed to help studertts acquire mastery of the competencies to which they are assigned'.
Kurikulum Berbasis
Kompetensi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
5B
kurikulum 1994 dari segi penyajian.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berisi kompetensi atau kemampuan dasar yang harus dicapai oleh peserta didik melalui materi pokok dan indikator pencapain hasil belajar yang telah
ditetapkan. Kurikulum
ini
dikembangkan berdasarkan pemikiranpenrikiran selektif yang mengadopsi dan mengkompromikan Unsur-unsur,
nilai-nilai, dan praktek-praktek dari herbagai pendekatan. Kurikulum Berbasis Kompetensi bercrientasikan
pada perluasan wawasan
ilmu pe.ngetahuan, teknologi, dan budaya, sebagai salah saru usaha untuk
I
memPeftahankan integritas bangsa
I
melalui
pembentukan-pembentukan ( individu yang cerdas, reliEius, toleran, I mandiri, berdisiplin serta t menjunjung tinggi moral daiam I pergaulan antar sesama. Kurikulum Berbasis Kompetensi difokuskan pada ( peningkatar.l mutu hasil belajar dan I t peningkatan mutu lulusan.
dan
I
2,
I
t
Konstruk KBK
seluruh
t
secara seimbang. Sedangkan
r
KomPslsnsi adalah
rangkaian pengalaman pembelajaran I yang menekankan pada ranah afektif t dan psikomotor disertai ranah kognitif k Kurikulum Berbasis (ompetensi adalah t
salah satu bentuk kurikulum
yang
menekankan ketuntasan dalam belajar ) yang dicerrninkan dalam performanasi, s
yang m€r!p3l6n perpaduan ranah F afektif, psikomotor, dan
3. Karakteristik KBK
Karakteristik
kognitif.
dasar
kurikulum berbasis kompetensi
empat yakni:
i
dari s ada
p
k p
Educare, Vol 3.
68
l[i
No 2, Oktober
2OO5
-
Desember
Pertama, KBK diCasarkan hanya
;ar pada satu hasil pendidikan
dan
pelatihan yang spesitik, diungkapkan dengan jelas dalam bentuk kompetensi yang telah dimodifikasi dan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh pekerja,
lik
:or ah
ini
dan dilatihkan kepada siswa.
n_
Kompetensi ini dibuat dalam berbagai
rsi
bidang pekerjaan dan
merupakan )i, rumusan yang jelas berupa ari
rm an nu
kemampuan apa yang akan dimiliki siswa setelah menyelesaikan program pendidikan dan pelatihan,
tsa
berkualitas tinggi, dirancang dengan cermat, pengajaran berpusat pada siswa yang Cirancang untuk membantu para siswa untuk menguasai setiap unit pengajaran. Materinya disusun agar setiap siswa menyelesaikan program pengajaran sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing dan dapat mengulang apabila dibutuhkan untuk belajar secara efektif. Bagian tak terpisahkan dari pengajaran ini adalah
Kedua, KBK menyediakan
ta. beiajar, materi dan media uI kegiatan pendidikan yang
an
ln,
ta
)m Im da dapat an
uh
,an feedback secara periodik diseluruh tif program pengajaran dengan memberi
bagi siswa untuk penampilan mengoreksi mereka ketika .an ah proses sedang berjalan. Ketiga, KBK menyediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk iar sepenuhnya menguasai suatu unit isi, ah pelajaran, sebelum diijinkan untuk 11;;
kesempatan
ng
melanjutkan
pada unit
pelajaran
berikutnya.
Keempat, KBK menuntut setiap
siswa untuk mempraktikan atau rda penguasaan materi ari
kemampuannya untuk setiap unit pelajaran di dalam situasi lingkungan
2oo5
69
kerja, sebelum mendapatkan nilai atas pencapaian unit pelajaran itu, dan penampilan kerjanya dibandingkan dengan standar tertentu yang telah ditetapkan. Menurut pendapat McAshan (1981:30): *Thui, the minimum ingredients which must be considered essential in order for a program to be competency-based are selection appropriate competencies, (2) the specification of appropriate evaluation indicators to determine success competency achievement, and (3) the development of a functional instructional delivety system". Adapun dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya yang ada di Indonesia, Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karaKeristik sebagai berikut : a. l,lenitikberatkan pada pencapaian target kompetensi (attainment
( the
of in
bila
targeB) daripada
penguasaan
materi,
b. Mengakomodasikan kebutuhan
keragaman daya
dan sumber
pendidikan yang tersedia, kebebasan yang tebih luas kepada pelaksana pendidikan untuk dan melaksanakan program-program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum Berbasis Kompetensi diharapkan dapat lebih membantu para pelaksana pendidikan dalam melaksanakan proses pengajaran, karena dilengkapi dengan target yang jelas, materi poko(- standar hasil prosedur belajar siswa, pembelajaran.
c. Memberikan
di lapangan mengembangkan
pelaksanaan
dan
Kurikulum
Eerbasrs
Kompetensi ( lwa Kunta4t )
Kemajemukan
sumber
daya sangat memungkinkan munculnya keragaman pemahaman dan penafsiran terhadap standar nasional yang dampaknya mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu dalam
perrdidikan
di
Indonesia
akan
melaksanakan Kurikuium Berbasis Kompetensi ini diperlukan Manajemen Berbasis Sekolah, dalam hal ini kepala sekolah berfungsi sebagai manajer
pendidikan, sehingga kepala sekoiah dituntut untuk bertanggung jawab atas seluruh komponen sekolah. Kelebihan
Kurikulum Berbasis
Kompetensi
adalah:
a. Dapat dijadikan acuan
secara
nasional dalam mengembangkan mata pelajaran di masing-masing
daerah,
b. Memudahkan daerah
untuk
mengembangkan mata pelajaran
sesuai dengan lingkungannya,
c. Memberi peluang kepaoa sekolah untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan potensinya,
d. Memudahkan guru
dalam menentukan materi pembelajaran, e. Meningkatkan kreativitas guru dalam proses belajar, dan memudahkan sistem evaluasi. Kurikulum Berbasis Kompetensi memberi makna bahwa proses mampu mengantarkan peserta didik untuk menguasai kemampuan yan_q sesuai dengan standar yang telah ditLtapkan. Standar nasional mempunyai misi untuk menjadikan pendidikan unggrrl dan merata bagi semua. Siswa belajar dengan caranya masing-masing unfuk mencapai standar itu.
pendidikan harus
70
4. Prinsip-prinsip KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi dikembangkan atas dasar prinsioprinsip dasar di bawah ini:
Prinsip
l;
Setiap siswa dalarn
suatu piogram pendidikan,
dapat rnenguasai sebagian besar pelajaran pada..tingkat penguasaan yang tinggi , apabila disediakan pengajaran VJng
berkualitas tinggi dan waktu yang mencukupi. 'Any student in a trainiig program can master most any task it a high level of mastery p5 to t00o/o proficiency) if provided with high quality instruction and sufficient tiie. (Blank, L982:t2). prinsip ini benar_
benar merupakan dasar
filosofi competency-based, yang tidak hanya berlaku untuk program pelatihan saja, untuk spektrum pendidikan, juga untuk senlua mata
akan tetapi
pelajaran, tidak terkecuali seberapa rumitnya prinsip, bagi semua siswa untuk menguasai materi pelajaran dengan baik,
berkualitas dan waktu yang cukup bag-i suatu pelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Prinsip..2. 'A students ability for
siswa untuk mempelajari
learning a bsk need not predict how well the sfudent learns the task.
(Blank, L982:L2). Kemampuan
seorang sisua dalam mempelajari suatu pelajaran, tidaklah merupakan perkiraan seberapa baik siswa dapat
mempelajari pelajaran yang akan dihadapinya. Dengan prinsip ini, bagaimanapun juga semua siswa
apabila disediakan kondisi belajar yang
Educare, Vol 3.
No. 2, Oktober 2OO5 - Desember 2OO5
mendukung, kemampuan siswa dalam lingkungan belajar yang mendukung itu tidak.-akan menjadi faktor yang
menghambat
bagi
keberhasilan
belajarnya. Siswa dengan kemampuan belajar yang rendah dapat mencapai tingkat penguasaan hasil belajar yang yang dengan yang berkemampuan membredakannya ialah faktor waKu intensitas yang diperlukan belajarnya. Kemampuan siswa, hanya untuk memperkii'akan berapa lama waktu yang dibutuhkan siswa untuk belajar, bukan seberapa banyak yang daPat dipelajari. Individual student Prinsip differences in levels of mastery of a task are caused primarily by errors in
siswa tinggi, dan untuk bantuan
sama
I I
I
* L
; 1
3.
I I
I I
I
r v 'I
i 'l
t 1
the training environrnent, not
bY characteristics of the students" (Blank, menyatakan 198?-:L4). Prinsip bahwa perbedaan dalam banyaknya materi yang dipelajari oleh siswa, tidak disebabkan oleh kualitas bawaan yang dimiliki oleh siswa, akan temPi disebabkan oleh kesalahan dalam sistem pendidikan. Semakin "ideal" suatu sistem pendidikan, semakin sedikit perbedaan yang timbul dalam pengajaran, dan sebaliknya. Prinsip 4. "Rather than being fast or slow learners, or good or Poor leamerc, most student become very one another in learning similar ability, rate of learning, and motivation for iurther learning when provided with favorable learning conditions." (Blank, 1982:14). PrinsiP ini lebih mengutamakan kesamaan siswa dalam tingkat penguasaan materi belajar,
ini
to
ketimbang menonjolkan siswa
Yang
71
cepat dan siswa yang lambat, atau siswa yang baik, atau srswa yang
buruk. Di dalam pendekatan competency-based, sangat mengharapkan agar setiap siswa tidak hanya dapat melakukan suatu pekerjaan akan tetapi juga dapat menjadi unggul. Prinsip 5. " We should focus more on differences in learning and less on learners" (Blank, differences 1982:15). Seringkali kita memusatkan perhatian pada perbedaan diantara mengelompokkan, mengkotak-kotakan, memisahkan siswa berdasarkan karakteristik siswa, dan kurang perhatian pada seberapa baik mereka belajar. Pada saat seorang siswa berhasii dan yang lainnya gagal, kita cepat-cepat melihat perbedaan siswa dilihat dan perbedaan umurnya, perbedaan motivas!nya, perbedaan kelcmpoknya. Sangat jarang kita mengamati secara kritis bahwa proses pengajaran sebagai sebab dan perbedaan hasil dan mencoba untuk belajar mengoreksinya secai'a sistematis. Pendekatan kompetensi tidak terlalu memusatkan pada karakteristik siswa, dan lebih pada menyesuaikan proses belajar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari setiap siswa. worth "What Pinsip worth learning' (Blank, teaching
in
siswa-siswa,
itu
itu,
is 1982: 15).
6.
pemikiran
is
Dengan PrinsiP
ini
comPetencY-based menyatakan bahwa kegagalan seorang siswa dalam mencapai penguasaan, itu merupakan masalah bagi sekolah dan guru. Pada saat seorang siswa gagal clalam belajar, semua yang terlibat dalam proses Pembelajaran merasa
Kurikulum BerbasB Kompetensi ( lwa Kuntadi
)
prihatin, dan segera melakukan upaya
sekuat tenaga untuk memperbaiki
keadaan itu. Orang-orang yang terlibat dalam program competency-based dengan sukses memandang dirinya sebagai seorang profesional yang telah sangat terlatih untuk mengelola suatu sistem diklat yang sangat kompleks, dan memandang dirinya lebih dari sekedar guru atau instruktur.
Prinsip
element
7.
"The most impoftant
in the
teaching-learning
process is the kind and quality of instruction experienced by student"
(Blank, 1982:16). Dalam
prinsip
ketujuh ini, pengajaran yang diberikan
kepada siswa dalam
pendekatan competency-based, dipandang sebagai sesuatu yang luar biasa pentingnya dalam proses belajar mengajar. Rancangan penoajaran dikembangkan dengan sangat cermat, diuji coba, dan secara berkala direvisi berdasarkan hasil belajar yang didapat oleh siswa. Unit pengajaran dirancang secara sistematis, dengan memperhatikan elemen-elemen penting, meliputi: Elemen pertama, siswa disajikan dengan sejenis petunju( dapat berupa audio atau visual. Kemudian, siswa menerapkan, merespon atau dengan kata lain melakukan sesuatu dengan petunjuk yang telah diberikan, sebagai elemen dua. Sebagai elemen ketiga, pada saat siswa berpartisipasi, secara periodik siswa didorong untuk memastikan bahwa hal yang benar akan terus berlanjut dan hal yang benar tidak akan terus dilanjutkan. Akhirnya feedback dan koreksi akan membantu siswa untuk mengetahui seberapa baik apa yang mereka lakukan dan apa yang perlu
mempraKikan, ke
tidak
ini
72
dikembangkan untuk rnencapai tingkat penguasaan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi terdiri atas empat komponen utama, yang meliputi: Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, Kurikulum dan Hasil Belajar, Kegiatan Belajar Mengajai',
dan
Penilaian Berbasis Kelas. Keempat komponen utama ini merupakan suatu kesatuan yang
menggarnbarkan seluruh rangkaian dikembangkan dalam
yang perlu
pengembangkan KBK.
C.
Kurikulum dan Hasil Belajar Kurikulum dan Hasil Belajar
(KHB) merupakan salah
satu Berbasis
komponen Kurikulum
Kompetensi secara umum memuat
perencanaan
pengembangan
kompetensi peserta didik yang perlir dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. Dalam KHB dimuat rumusan-rumusan kompetensi, hasil belajar dan indikator-indikator dari hasil belajar sejak dari Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal (TK & RA) sampai dengan kelas 12 (sMA & MA).
Dalam
mengembangkan kompetensi dan hasil belajar melalui penyusunan silabus dan perencanaan
pembelajaran
di
sekolah
mengacu
kepada prinsip-prinsip sebagai berikut : Pertama, Keimanan, nilai, dan Budi pekerti luhur. Kedua, Keseimban-gan etika, logika, estetika, dan kinestika. Ketiga, Kesamaan memperoleh
kesempatan. Keempat,
Penguatan Kelirna,
integritas nasional.
dan teknologi informasi. Keenam, Pengembangan ketrampilan hidup. Ketujuh, Belajar Pengembangan sains
Educare, Vol 3,
No. 2, Oktober 2OO5 - Desember 2OO5
sepanjang hayat. Kedelapan, berpusat pada dengan penilaian komprehensif. berkelanjutan Kesembilan, pendekatan menyeluruh dan kemitraan. Pengembangan KHB bertolak dari tiga rumpun pengembangan untuk TK & RA dan sebeias rumpun pelajaran untuk SD/MI sampai dengan SMA & MA. Tiga rumpun pengembangan
anak
mencakup
'.
dan
Pertama,
Runnpun
pengembangan moral. Kedua, Rumpun pengembangan kemampuan dasar, meliputi : perkembangan fisik, bahasa, kognitif dan pra-akademik. Ketiga, Rumpun pengembangan sosial dan emosional. Sedangkan sebelas rumpun pelajaran adalah : Pendiciikan Agama, Kewarganegaraan/ Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, Ilmu Sosiai, Bahasa Inggeris dan Bahasa Asing lainnya, Kesenian, Pendidikan Jasmani, Ketranrpilan dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Setiap rumpun pengembangan dan pelajaran diatui' dalam aspelVsubaspek, kemucjian setiap aspek ditetapkan penekanan atau fokus hasil
pembelajaran dari yang konkret ke abstrak, mudah ke sulit, sederhana ke suatu yang kompleks. Fokus hasil belajar disajikan dalam bentuk peta hasil belajar.
Dalam pengembangan materi pembelajaran berpedoman pada standar hasil belajar yang terdapat
dalam KHB yaang telah dirumuskan secara jelas, mudah dimengerti yang mengandung informasi tentang kinerja siswa. Standar terdiri dari dua elemen yang berkaitan yang disajikan dalam
73
bentuk tabel dua kolom, yaitu kolom hasil belajar dan kolom indikator.
Kurikulum dan hasil belajar (KHB) disusun dengan merujrrk kepada tujuan pendidikan nasional yang tecantum dalam Undang:Undang
Sistem Pendidikan Nasional BAB II pasal 3 yang berbunyi
:
"Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta dldik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi wargangera
yang demokratis sefta bertanggungjawab. Dalam Ku;'ikulum Berbasis
Kompetensi terdapat
Istilah
:
Kompetensi Tamatan dan Kompetensi Lintas Kurikulum. Kompetensi Tamatan adalah pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu
jenjang tertentu.
Sedangkan Kurikulum adalah
Kompetensi Lintas kecakapan yang dicapai siswa melalui lintas rumpun pelajai'an yang ada di
dalam kurikulum. Dalam Kurikulum dan hasil belajar dirumuskan sembilan Kompetensi Lintas Kurikulum (KLK) yang diharapkan dicapai setelah siswa menamatkan pendidikan dasar dan
menengah. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah : 1) Siswa sebagai makhluk Tuhan Yang Maha'Esa menyadari bahwa setuiap orang memPunyai hak untuk dihargai dan merasa aman. Dalam hal ini siswa memahami hak-hak dan kewajibannya serta
menjalankannya bertanggungjawab.
secara
Kurikulum Eerbasis Kompetensi ( lwa Kuntadi
2)
)
/4
Siswa dapat menggunakan bahasa yang komuniktif untuk memahami,
memperhitungkan peluang
potensi, sefta siap
mengembangkan
dan mengkomunikasikan gagasan dan
3)
informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain. memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik numerik dan spasial, serta mampu pola,
struktur dan hubungan.
4) Siswa menyadari kapan/apa teknologi dan informasi yang diperlukan, dimana diperlukan dan diperoleh dan mampu menilai, menggunakan, dan berbagai informasi dengan
yang lain.
5) Siswa dapat
memahami dan menghargai dunia fisik, rnakhluk hidup, dan teknologi, disamping
mempunyai pengetahuan
belajar serta mampu
aktif
7)
sama.
D.
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar
Siswa dapat terarah, berpikir
mengajar
merupakan komponen ketiga dalam kurikulum berbasis kompetensi. pada bagian ini dimuat beberapa hal yang
menjadi acuan dalam
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, yaitu
1)
:
Prinsip-Prinsip Kegiatan Belajar Mengajar
a) Berpusat
pada
Siswa.
Maksudnya dalam kegiatan
belajar mengajar
siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar dengan memperhaUkan - bakat, minat, kemampuan,
cara dan strategi belajar
b)
di
8)
bekerja
mandiri sekaligus dapat bekerja
sefta memiliki
pengeetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai unfuk berpartisipasi dalam kehidupannya, sefta berinteraksi dn berkontribusi dalam masyarakat dan budaya global. Siswa dapat memahami dan berpartisipasi dalam kegiatan kreatif lingkungannya untuk saling menghargai karya artistik, budaya dan inteieKual, serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab. menunjukkan kemampuan berpikir secara lateral,
menunjukkan
motivasi dan percaya diri dalam
dan
keti'ampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat. Siswa dapat memahami konteks budaya,. geografis, dan sejarah
untuk
berbagai
kemungkinan.
9) Siswa mampu
Siswa mampu
mencari dan menyusun
6)
mengahadapi
dan
c)
mengajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa. Belajar dengan Melakukan. Maksudnya kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari. Mengembangkan Kemampuan
Sosial. Dengan prinsip ini dimaksudkan agar dalam
kegiatan belajar
diarahkan
mengajar untuk
mengembangkan kemampuan
1
I
4
E.ic,care, Vol 5,
No. 2, Oktober 2OO5
-
Desember 2OO5
n )i
mengkornunikasikan gagasan, pemikiran dengan siswa lain
n
Mengembangkan
k
dan
n a
d)
a
e) lr
D
Tl
ia
I
g)
dengan
PenQertian dan menyelaraskan pengetahuan dan tindakannya, Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, Dan Fitrah Bertuhan. Mengernbangkan ketrampilan Pemecahan Masalah. Mengembangkan kreativitas siswa. Mengembangkan kemampuan
menggunakan
n
guru. saling
ilmu
cjan
teknologi.
h) Menumbuhkan
tr
sebagai warga negara yang baik,
i) Belajar sepanjang hayat, j) Perpaduan kompetisi,
l. rn ra
rk rn
kesadaran
2)
kerjasama dan solidaritas.
Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Belajar
Untuk menirrgkatkan motivasi tr belajar siswa ada beberapa prinsip rn yang menjadi perhatian guru yaitu : 1,
Kebermaknaan, Pengetahuan n.
lr Komunikasi Terbuka,
rk la rri
rit ?,
lu tn ni
m
ar
rk 1n
dan Model, Keaslian dan
Ketrampilan Prasyarat,
Tugas yang Menantang, Latihan yang Tugas, Kondisi Konsekuensi yang
Tepat Dan Aktif, Penilaian
dan Menyenangkan, Keragaman Pendekatan, Mengembangkan Beragam Kemampuan, Melibatkan Sebanyak Mungkin Indera, Keseimbangan Pengaturan Pengalaman Belajar, 3) Pengalaman Belajar Lintas Kurikulum
Pengalaman belajar iintas kurikulum dikembangkan melalui
7s
berbagai kegiatan, baik di dalam maupun di luar kelas seperti : Lomba/Kompetisi, Perkemahan, Bakti
Sosial, Studi Banding
Budaya,
Penelitian Latihan, Koperasi Siswa, Kebun/Sawah percobaan dan bengkel
siswa,
Selain
itu belajar dengan
menerapkan kurikulum berbasis kompetensi ditopang oleh : a) Pengelolaan kegiatan belajar mengajar berhubungan dengan pengelolaan ruang kelas, pengelolaan siswa, dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar sendiri; b) Penryediaan pengalam belajar; c) Sumber belajar; Profesionalisme guru. Penilaian berbasis kelas merupakan salah satu konnponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) proses pengurnpularr, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat konsisten sebagai akuntabilitas publik. Penilaian Berbasis Kelas mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai berikut Valid, Mendidik, Berorientasi pada Kompetensi, Adil Terbuka, Berkesinambungan.
yang
itu d)
merupakan suatu
dan
dan E.
: Objektif,
Implementasi KBK
Sesuai dengan
rumusan lagi menonjolkan isi atau matei'i pelajaran, akan tetapi menempatkan pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan
kurikulum ideal KBK yang tidak
Kurikulum Berbasis Kompetensi ( lwa Kuntadi )
sebagai arah pengembangan "kurikulum, maka dalam
implementasinya kurikulum lebih menekankan kepada proses belajar. Pengelolaan pembelajaran tidak lagi didesain rintuk memberikan sejumlah impormasi kepada siswa untuk dicatat dan dihapal, akan tetapi pengelolaan pembelajaran didesai bagaimana siswa
dapat menemukan informasi
dibutuhkan. Dalam
yang
konteks
menemukai' itulah pembelajaran dapat membekali siswa sejumlah
"
kemampuan
atau
kompetensi, berpikir, kompetensi bekarja keras, kompetensi mengakses imformasi, mencari data dan lain sebagainya. ladi dengan demikian implementasi kurikulum berbasis kompetensi, benar-benar menempatkan siswa sebagai subjek belajar atau yang kita kenal ciengan Student Oriented. Apa yang dijelaskan di atas sejalan dengan rumusan Commision on Education for the first Century kepada Unesco (1996) Bahwa pendidikan haruslah menekankan kepada 4 pokok, yaitu (1) Learning to know, yang berarti juga learning to learn, (2) Learning to do, (3) learning to be, (4) learning to live together.
misalnya kompetensi
,
twenty
proses
Learning to
to learn
know atau leaming
mengandung pengertian bahwa bela.iar itu pada dasamya tidak hanya bei-orientasi kepada produk atau
hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari akan tetapi juga memiliki
kesadaran dan
kemampuan
76
bagaimana cara mempelajari
yang Denagn
harus dipelajari itu. kemampaun
itu
memungkinkan
prosdes belajar tidak akan berhenti atau terbatas di Sekolah saja, akan tetapi memungkinkan siswa akan
secara terus menerus belajar
belajar. Inilah hakekat
sepanjang hayat. Apabila
dimiliki siswa, maka
dan
belajar
hal
ini
masyarakat belajar (learning society) sebagai salah satu tuntutan masyarakat informasi akan terbentuk oleh sebab itu dalam kontek learning know juga bermakna "learning think" atau belajar berpikir, sebab setiap individu akan terus belajar manakala dalarn dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.
to
to
l-earning
to do, menganduing
pengertian bahura belajar itu bukan hanya mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompentensi.
Kita menyadari,
kompentensi
penguasaan
ini sangat diperlukan
dalam era persaingan global.
Learning to b€,
mengandung
pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang "menjadi dirinya sendiri", dengan kata lain
belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian memliki
yang
tanggungjawab sebagai
manusia. Dalanr pengertian ini juga terkandung makna kesadaran diri sebagai makhluk Allah yang memiliki tanggungjawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan kelebihannya.
Educare, Vol 3,
No. 2, Oktcber 2OO5 _ Desember 2OO5
Learning to live together,
adalah
belajar untuk bekerya sama. Hal ini
sangat diperlukan sesuai
tuntutan kebutuhan
dengan dalam manusia
masyarakat giobal dimana baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat hidup
sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks ini termasuk juga
pembentukan masyarakat demokratis yang memahami danmenyadari akan adanya setiap perbedaan pandangan antara individu.
Dari keempat pilar yang dirumuskan oleh Komisi Pendidikan UNESCO itu, nampak adanya
pergeseran pemaknaan terhadap proses pendidikan, dari sekedar
merrgetahui informasi menjadi proses mencari dan memanfaatkan informasi. Oleh karena proses pembelajaran diarahkan sejumlah
kepada
kemampuan, maka keberhasilan pendidikan diukur dari bagaimana siswa mampu melakukan sesuatu sesuai dengan tuntutan kompentensi tersebut. Hal ini berarti, perlu sistem pengendalian mutu lulusan yang
dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan tersebut.
C.
Aspek-aspek Inovasi Dalam
KBK 1. Konsep Inovasi Pendidikan Nasution (1987 155), dalam berjudui "Pengembangan Kurikulum" menggunakan istilah pembaharuan untuk padanan kata inovasi dan lebih spesifik berkenaan dengan kurikulum.
: bukunya yang
n Oleh karena itu dia mendefinisikan pembaharuan sebagai berikut:
pembaharuan atau lnovasi kurikulum dimaksud cara yang baru dan kreatir dalam seleksi, organisasi,
dan penggunaan sumbel_sumber manusia dan material yang diharapkan akan meningkakan hasil-hasil
berkenaan dengan tujuan yanq telah dirumuskan. pembaharuan tidali selalu berarti menciptakan hal-hal yang baru sama sekali akan tetapi memindang sesuatu dari segi yang lain daripadl yang biasa.
Santoso, S
1lgl4)
mengemukakan "inovasi pendidikan ialah suatu perubahan yang baru dan kwalitatif berbeda dari hat (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dilam pendidikan".
F. 1.
Kesimpulan Dan Implikasi Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a.
Kurikulum Bei'basis Kompetensi merupakan salah satu bentuk
yang menekankan ketuntasan belajar yang kurikulum
dicerminkan dalam performansi
yang merupakan perpaduan ranah afektif, psikomotor dan kognitif.
b. Kurikulum Berbasis
Kompetensi
merupakan salah satu alternatif jauraban terhadap tuntutan adanya
perubahan berkenaan dengan:
Globalisasi, Desentralisasi Pendidikan dan Kebutuhan Diversifikasi Kurikulum,
di
mana
'uriku/um Berbasis Kompetensi ( lwa Kuntadi )
KBK memiliki karakteristik, antara lain:
/d
c.
(1) KBK didasarkan hanya pada
satu hasil pendidikan dan pelatihan yang spesitik,
diungkapkan dengan jelas
empat frame work, yaitu:
dalam bentuk kompetensi yang
telah dimodifikasi dan pekerjaan yang harus
Mengajar, dan (4) Berbasis Kelas.
dilatihkan kepada siswa. KBK menyediakan kegiatan
belajar, materi dan pendidikan
komponen utama
media
suatu
yang berkualitas
tinggi, dirancang
cernnat, pengajaran berpusat
pengajaran. lvlaterinya disusun agar setiap siswa dapat menyelesaikan program
pengajaran sesuai
dengan
kecepatan belajarnya masingmasing dan dapat mengulang apabila dibutuhkan ilntuk belajar secara efektif. (3) KBK menyediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk sepenuhnya menguasai suatu
unit pelajaran,
diijinkan untuk
sebelum
melanjutkan pada unit pelajaran berikutnya. (4) KBK menuntut setiap siswa mempraktikan penguasaan atau kemampuannya untuk setiap unit pelajaran di dalam situasi lingkungan kerja, sebelum mendapatkan atas pencapaian unit pelajaran itu, penampilan kerjanya dibandingkan dengan standar teftentu yang telah ditetapkan.
untuk
materi
nilai
dan
Penilaian
Keempat
ini merupakan
kesatuan
yang menggambarkan seluruh rangkaian yang perlu dikembangkan dalam pengembangkan KBK.
dengan
pada siswa yang dirancang untuk membantu para siswa untuk menguasai setiap unit
(1)
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, (2) Kurikulum dan Hasil Beiajar, (3) Kegiatan Belajar
dikerjakan oleh pekerja, dan
(2)
Kurikulum Berbasis Kompetensi mengembangkan empat pilar pendidikan sejagat yaitu: Learning to know, Learning to do, Learning to be dan Learning to live together yang diimplementasikan dalam
2. Implikasi
Seperti dijelaskan sebelunrnya
bahwa, Kurikulum
Berbasis
Kompetensi memberikan kewenangan kepada daerah (desentralisasi) untuk mengembangkan sendiri silabus yang disesuaikan dengan kondisi masingmasing sekolah daerah yang bersangkutan. Pemberian wewenang dalam mengembangkan sendiri silabus kepada daerah/sekolah memiliki impilikasi sebagai berikut : a. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum menjadi dinamis dengan oemecahan masalah yang secara
di (desentralisasi)
langsung dapat ditangani
b.
pada
tingkat sekolah atau daerah, Pengelolaan kurikulum sepenuhnya
ditangani oleh sekolah
sesuai dan
dengan kemampuan kebutuhannya,
c. Pemberdayaan
tenaga-tenaga
kependidikan yang potensial di daerah untuk dilibatkan dalam penyusunan silabus, pelaksanaan,
dan penilaiannya,
Educare. Vol 3,
No. 2, Oktober 2OO5 - Desember ,OO5
79
d.
di
Pemanfaatan sumber-sumber daya Kebudayaan Tingkat pendidikan lainnya yang terdapat Kabupaten/Kota. daerah yang ber.sangkutan Kurikulum untuk penyusunan silabus, Kompetensi: e. Penggunaan sumber-sumber tJmum informasi lain termasuk multimedia Pendidikan dan bermanfaat untuk Menengah, Jakarta; puskur memperkaya penyusunan silabus Balitbang Depdiknas. pelaksanaannya, dan Djojonegoro, Wardiman. (1996). Visi pengembang Pembentukan dan Strategi Pembangunan kurikulum dan jaringan kurikulum, Pendidikan Untuk Tahun 2020 Pengembangan sistem informasi Tuntutan Terhadap Kualitas. kurikulurn melalui WEB. Hamijoyo, Santoso S. (1974). Pembaharuan Pendidikan Bandung: IKIP Bandung. DAFTAR PUSTAKA Hauston, Robert W. and Hcwsam Robert B. (1972). Competency (2002). Ariyanto, Based Teacher Education. Kurikuium Eerbasis Kompetensi Chicago Science Research Associates Inc. IOnline]. iKA IKIP Bandung. (1998). "Reformasi Pendidikan Pikiran lvlimbar I 02Q2I 04 I kha2.htm I 4 Februari 2002). (1999). Potret Kurikulum Pendidikan No. 2 Tahun XVIII. Jakarta: Balibangialal, Fasli dan Dedi Supriadi. (2001). DepCikrras. Reformasi Pendidikan Dalam Brady, Laury. (i990). Curriculum Konteks Otonomi Daerah. Developmenf. York, Yogyakarta: Adicita. London : Prentice Hall. Jasin, Anwar. (1987). Pembaharuan Departemen Pendidikan dan Kurikulum Sekolah Dasar. Kebudayaan. (1992). Undanglakarta : Balai Pustaka undang Nomor Tahun 1989 Misbach. (2000). Prospek Pengelolaan Tentang Sistem Pendidikan Pendidikan Dalam Pelaksanaan nasional. Jakarta : Depdikbud. Otonomi Daerah. Seminar Depaftemen Pendidikan dan Pendidikan-UPl. Oktober Peraturan Kebudayaan. (1992). 2000. Pemerintah Nomor 28 tahun Nasution, S (1987). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Alumni. Tentang Pendidikan Dasar. Jakafta : Depdikbud. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Depdiknas. (2000). Kewenangan Sarana Pendidikan Balitbang Pendrdikan dan Pendidikan dan Kebudayaan Kebudayaan Tingkat Depdiknas. (1999). Hasil Propinsi. Evaluasi Kurikulum 1994 (2000). Kewenangan Sekolah Dasa. Bidang Pendidikan dan
di
. (2001). Berbasis Kebijakanaan Dasar
yang
f. g
tim
Totok.
:
"
. 1994.
New
20
1990
Bidang
di
Kurikulum
Serbasrs
Kompefunsi ( lwa
Kur)14y'1 1
BO
Pusat Kurikulunn. (2002). Framework Kurikulum dan Hasil Eelajar, lakarta; Puskur Depdiknas.
Rahmina,
Iim. (2002).
Kurikulum Berbasis Kompetensi. fOnline].
htto://www.oikiran-
com/prceta k/03 2002/ 14 /0802.htm 122 Mei 20021. ra kyat.
-.\