Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Berita duka menyelimuti kerajaan Airllie, patih kerajaan itu meninggal dunia karena tertimpa bebatuan yang jatuh dari atas bukit saat sedang menjalankan tugas yang diberikan oleh Raja Avert. Para prajurit diperintahkan untuk menghubungi keluarga sang Patih, menggali reruntuhan batu dan lain sebagainya. Sang Raja merasa bersalah atas kejadian itu. “Kalau saja aku tidak memerintahkan patih untuk bertugas di daerah yang rawan tanah longsor itu, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini” pikirnya. Sang Raja sangat berduka cita atas kematian patihnya yang setia itu. “Di mana lagi aku bisa mendapatkan pengganti sebaik, sesetia, dan sejujur dia?” tanya sang Raja pada dirinya sendiri. “Sudahlah jangan terlalu di pikirkan, semua itu adalah takdir Yang Maha Kuasa,” ucap ratu Avellia yang tiba tiba berada di sampingnya. “Walaupun itu takdir Yang Maha Kuasa aku tetap merasa bersalah atas kejadian ini, karena , dia adalah orang kepercayaanku, dia tak pernah mengecewakanku,” ujar sang Raja dengan nada sedih. Sang Raja menengok keluar jendela, dilihatnya keluarga sang Patih menangis tersedusedu. Namun anaknya yang paling kecil tidak menangis karena ia tak tahu apa-apa. Anak sang Patih ada tiga, mereka memang masih kecil-kecil, anak yang pertama bernama Clu berumur 5 tahun, anak yang kedua bernama Lucky berumur 3 tahun, sedangkan yang terakhir bernama Myco masih berumur 1 tahun. Dalam hatinya, sang Raja berjanji untuk menghidupi keluarga sang Patih sampai akhir hayatnya. Hari demi hari pun berlalu, sekarang sudah lebih dari dua bulan kematian sang Patih. Raja masih bingung untuk mencari pengganti sang Patih. Raja pun bertanya pada penasihatnya. “Wahai penasihatku yang cerdik, bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan patih yang baik seperti dulu?” tanya sang Raja kepada penasihatnya. “Yang Mulia Raja, bagaimana jika kita adakan sayembara saja?” sang penasihat balik bertanya. “Sayembara seperti apa wahai penasihatku?” tanya sang Raja kebingungan. “Kita umumkan bahwa yang mulia sedang mencari patih yang setia.”ujar penasihat. “Baiklah besok kita umumkan,” ujar raja. Esoknya raja memerintahkan salah seorang prajuritnya untuk mengumumkan pencarian patih baru. “Teng… Teng… Teng…” lonceng berbunyi di kerajaan, itu tandanya para penduduk di seluruh kerajaan diperintahkan untuk berkumpul di kerajaan karena akan ada pemberitahuan dari sang Raja. “Perhatian … perhatian …. kepada semua penduduk terutama para pria dewasa,” sang prajurit mulai berbicara. Para prajurit pun mengumumkan isi kertas itu kepada penduduk kerajaan. Orang yang mendengar berbisik-bisik gembira. Mereka merasa dirinya yang paling pantas untuk menjadi patih selanjutnya. Mereka berbondong-bondong mendaftarkan dirinya kepada prajurit itu.
1
Satu persatu para pemuda yang ingin mendaftar sebagai patih masuk ke kerajaan, mereka ditanya oleh sang Raja. “Apa yang membuatmu ke sini?” tanya sang Raja pada salah seorang di antara mereka. “Yang mulia saya ingin menjadi patih yang setia di kerajaan ini,” ucap salah seorang pendaftar yang bernama Billy. “Apa yang membuatmu merasa setia?” kembali sang Raja bertanya. “Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan selama 20 tahun lamanya,” jawab Billy. “Memang usiamu berapa?” tanya raja penasaran. “Usia saya 53 tahun,”jawab Billy. “Lalu apa lagi kebaikan yang pernah kamu lakukan?” sang Raja terus menghujaninya dengan pertanyaan. “Kemarin saya membagi-bagikan tanah saya yang luasnya berhektar-hektar kepada penduduk” ucap Billy berbohong. “Peserta selanjutnya!” kata sang Raja setengah berteriak. Sang Raja tahu bahwa si Billy itu berbohong dari sorot matanya. Oleh karena itu langsung saja raja memanggil peserta berikutnya, karena raja tidak menginginkan patih yang pandai berbohong. Begitulah hari di mana dimulainya pencarian patih yang baru di kerajaan Airllie. Sudah banyak yang mendaftar menjadi patih di kerajaan itu, namun Raja Avert belum menemukan pengganti yang pantas untuk kerajaan itu. Maka raja pun kembali bertanya pada penasihatnya. “Penasihatku aku rasa sayembara itu bukan solusi yang tepat untuk mendapatkan pengganti yang baik seperti patihku yang dulu.” ujar sang Raja dengan kecewa. “Lalu apa yang baginda inginkan?” tanya sang penasihat. “Aku ingin cara yang lain yang memperlihatkan kejujuran di setiap orang yang ingin mendaftar menjadi patih di kerajaan ini,” sahut Raja Avert. “Baiklah Baginda nanti saya pikirkan,” kata sang Penasihat sambil berpikir. Sang Penasihat terus berpikir bagaimana caranya agar permintaan sang Raja bisa terpenuhi. Sang Penasihat berjalan kesana kemari sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan terus berpikir. Tiba tiba sebuah cara terlintas di benaknya. “Wahai Raja saya tahu bagaimana caranya,” ucap sang penasihat dengan amat serius. “Apa itu wahai penasihatku?” tanya sang baginda dengan serius pula. Keesokan harinya tersebar pengumuman bahwa sang Raja hilang. Ya, memang sebelum fajar menyingsing raja sudah pergi meninggalkan kerajaan Airllie dengan kuda putihnya dan jubah hitam yang menutupinya. Yang mengetahui raja hilang hanyalah sang Penasihat. Sang Penasihat tahu dimana raja berada, karena, dialah dalang dari semua ini. Sementara itu di tempat sang Raja…. “Pak berat sekali besi ini bolehkah saya beristirahat?” tanya seorang kuli pada majikannya. “Tidak boleh, masih banyak pekerjaan yang harus kau selesaikan, masih banyak karung-karung besi yang belum kau angkat kau tidak boleh 2
berhenti bekerja sebelum semua ini selesai!” bentak sang Majikan dengan sangat kasar. Sang Raja yang melihat itu sangat geram dan ingin memarahinya, tapi ia segera tersadar bahwa ia sedang dalam fase penyamaran. Raja pun hanya bisa terdiam dan pergi. Ternyata, sang Raja tengah berada di tengah keramaian kota. Sang Raja menyamar agar mengetahui watak asli penduduk. Ya dengan cara begitu tidak ada lagi penduduk yang berpura-pura baik padanya. Tapi, setelah seharian berkeliling tidak ada orang yang benar-benar baik hatinya. Raja pun memutuskan untuk kembali ke kerajaan. Malamnya sang Raja bertanya lagi pada sang Penasihat “Wahai penasihatku, cara itu gagal lagi.” “Benarkah demikian? Saya belum mendapatkan cara lain, Yang Mulia,” gumam sang Penasihat dengan nada bersalah. Pagi pun tiba, seorang prajurit datang tergopoh-gopoh untuk menemui sang Raja. “Wahai Baginda, ada seorang kakek yang ingin menemui Baginda.” ujar sang Prajurit lega setelah memberitahukannya pada sang Raja. “Persilahkan saja dia masuk!” perintah sang Raja. Sejenak kemudian datang seorang kakek-kakek di hadapan sang Raja. Ia membawa ukiran dari besi yang kelihatanya amat berat. Namun ia tetap berusaha untuk membawanya. “Hormat saya Yang Mulia, perkenalkanlah nama saya Karona. Saya berasal dari desa Karinotia,” ucap sang kakek dengan rasa hormat. “Lalu apa tujuanmu ke sini wahai Kakek?” tanya raja dengan penasaran. Kakek itu pun mulai bercerita “Dulu saya adalah seorang pemuda yang memiliki kekuatan sakti. Kekuatan itu berasal dari rambut bening ini,” sang Raja memerhatikan rambut sang Kakek. Sang Kakek pun melanjutkan ceritanya. “Namun saya menggunakan kesaktian saya untuk berbuat yang tidak baik. Ayah Baginda Raja pun mengetahuinya, dia akhirnya menghukum saya,” cerita si Kakek. “Lalu hukuman apa yang diberikan ayah untuk sang Kakek?” tanya Baginda Raja. “Saya dihukum untuk mengukir besi ini,” kata sang Kakek seraya memangku ukiran besi tersebut. Ia kelihatan sangat menyayangi ukiran besi itu. Ukiran besi itu terlihat sangat berharga baginya. Dielusnya ukiran itu sampai sang Raja bertanya padanya. “ Dimana engkau menyelesaikan ukiran ini wahai Kakek?” tanya Baginda Raja. “Saya menyelesaikannya di tepi hutan,” jawab sang Kakek. “Siapa yang mengawasi Kakek selama menjalani hukuman tersebut?” tanya sang Raja lagi. “Allah SWT,” jawab kakek. “Alhamdulillah,” kata sang Raja setengah berbisik. Setelah beberapa pertanyaan dilontarkan pada sang Kakek. Belum selesai kakek itu bercerita, sang Raja sudah menanyainya kembali “Kek, bagaimana kalau selama satu minggu ini Kakek tidur di istana, saya ingin belajar banyak dari kakek, saya juga ingin bertanya mengenai banyak hal kepada Kakek. Apakah Kakek menerima tawaran saya, dan apakah Kakek tidak 3
keberatan?” tanya sang Raja dengan amat serius. “Kalau Raja menginginkan demikian, saya bersedia,” jawab sang Kakek. “Tapi saya tidak membawa baju satu pun kecuali yang saya pakai ini,” ucap kakek dengan nada sedih. “ Tidak apa-apa Kek, di sini banyak baju yang seukuran dengan Kakek.” “Baiklah Baginda, terimakasih atas ijin Baginda yang memperkenankan saya tinggal di sini untuk sementara,” ujar kakek senang. Hari pertama sang Kakek berada di kerajaan itu ia mengajar baginda tentang arti kehidupan. Memang raja tidak begitu paham akan arti kehidupan. Walau pun sang Kakek sudah tua tapi ilmunya tiada tara. Kakek itu memang pernah menjelajahi dunia, ia pergi ke Eropa, Asia, Australia, Timur tengah dan masih banyak lagi. Sang Kakek mengembara ke seluruh dunia untuk mendapatkan pengetahuan langsung dari sumbernya. Oleh karena itu, sang Kakek sangat mahir menggunakan semua bahasa yang ada di dunia mulai dari bahasa Rusia, Inggris, Jerman, China, Jepang, Korea, dan masih banyak lagi. Pelajaran hari itu ditutup ketika jam setelah jam 8 malam. Hari kedua diisi dengan menceritakan pengalaman hidup sang Kakek bpada Baginda Raja. Raja pun mendengarkannya dengan seksama, sesekali raja bertanya pada sang Kakek. Sang Kakek sangat pandai bercerita sampai-sampai raja merasa seperti berada di dalam cerita sang Kakek. Hari ketiga raja diajari untuk mengasihi, menyayangi, dan memaafkan. Kakek mengajarkannya karena sang Raja susah untuk memberi maaf. Tapi, tak lama kemudian raja pun sadar akan perbuatannya selama ini. Hari ke empat sang Kakek menemani sekaligus mengajari cara berburu yang baik dan benar. Malam itu pun sang Kakek dan sang Raja menikmati hasil buruan mereka. Hari kelima kakek dan raja belajar tentang agama. Kakek mengajari sang Raja sampai hari ketujuh. Ketika sampai hari ketujuh, sang Kakek berkata, “Wahai Baginda Raja. Ada yang ingin saya bicarakan.” “Apa itu wahai Kakek?” tanya baginda raja. “Ini hari terakhir saya menginap di sini. Saya ingin menyelesaikan tugas saya yang paling utama. Baginda Raja sudah saya ceritakan mengenai ukiran besi ini,” ucap sang Kakek sambil mengelus ukiran besi yang disayanginya. Ia melanjutkan, “Dua puluh tahun yang lalu saya diperintahkan oleh ayah Baginda untuk menyelesaikannya. Setelah selesai saya akan memberikannya kepada ayah Baginda Raja. Tetapi, ayah Baginda sakit keras, dan akhirnya meninggal dunia. Padahal, ketika itu ukiran besi ini belum selesai. Tapi saya tetap berniat untuk melanjutkannya. Nah, akhirnya ukiran ini pun selesai. Karena ayah Baginda Raja sudah meninggal, maka saya ingin menyerahkan ukiran ini pada Baginda,” kata kakek sambil menyerahkan benda yang disayanginya pada raja Avert. Sejak pertama kali melihat ukiran itu raja Avert memang sangat ingin memilikinya karena bentuk ukirannya yang indah dan unik membuat raja berdecak kagum. “Benarkah engkau memberinya untukku?” tanya raja tidak percaya. 4
“Benar baginda saya memberikan ini untuk Baginda,” kata kakek dengan sangat mantap. “Kalau benar demikian saya akan merawatnya dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan. Saya sangat menyukai ukiran ini,” ujar Baginda Raja sungguh-sungguh. “Suatu kehormatan bagi saya karena Baginda suka dengan karya saya. Tugas saya kini telah selesai. Saya mohon izin untuk pulang,” sang Kakek berpamitan. “Tunggu Kek, bagaimana jika Kakek menjadi patih kerajaan ini? Setelah saya bersama Kakek selama seminggu ini, saya merasa Kakeklah orang yang paling tepat untuk menjadi patih di kerajaan ini. Lagi pula Kakek selama ini sendirian, lebih baik kakek tinggal di sini,” tawar baginda kepada kakek. “Kalau Baginda menghendaki, saya akan laksanakan,” kata kakek dengan hormat. “Alhamdulillah, akhirnya kerajaan ini memiliki seorang patih lagi,” ujar raja gembira. Esoknya, raja pun mengumumkan patih baru kerajaan itu. Setelah itu kerajaan Airllie kembali aman, nyaman, damai, dan sejahtera. [*]
5