JURNAL INDUSTRIALISASI MUSIK FESTIVAL DI INDONESIA AMANDA CESIRA PUTRI
1 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
2 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
3 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
4 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
5 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
INDUSTRIALISASI MUSIK FESTIVAL DI INDONESIA Amanda Cesira Putri, Ade Armando Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 16424, Indonesia email :
[email protected]
Abstrak Padapenelitianini, penulismenggunakan data sekunder dari beberapa website dan studi dokumen yang sudah ada. Data terdiri dari penjelasan singkat terhadap komponen musik festival di Indonesia yang terdiri dari konten, struktur media, non-mainstream dan analisis ekonomi. Data inidibentukdenganproses pencarian studi kasus mengenai industrialisasi musik festival yang telah ada.Metodepenelitian yang dipakaiadalahStudi dokumen untuk memperoleh data sekunder dan Forum Group Discussion (FGD) untuk data pendukung. Padaindustrialisasi musik festival di Indonesia penulis menjelaskan bahwa prediksi Theodor Adorno dalam teori Industri Budaya yang diungkapkannya, belum berlaku secara menyeluruh di semua genre musik yang ada. Musik festival non-mainstream menunjukkan adanya hasil karya seni murni yang tidak mengikuti arus industri media genre musik lainnya. Dengan adanya komunitas dan pergelaran musik festival independen, musik non-mainstream semakin memperkuat bahwa tidak semua musik dapat di industrialisasi di Indonesia. Dibuatnya jurnal iniiniadalahuntuk kepentingan memperluas dan memperkaya studi dokumen mengenai Teori Industri Budaya milik Theodor Adorno dan, informasi mengenai industri media khususnya musik, dan proses industrialisasi itu sendiri. Kata Kunci: Adorno ; Budaya ; Festival ; Industrialisasi ; Musik
MUSIC FESTIVAL INDUSTRIALIZATION IN INDONESIA Abstract In this study , the authors used secondary data from multiple websites and study of existing documents . The data consist of a brief description of the components of the music festival in Indonesia, which consists of content , media structure , non – mainstream, and economic analysis . These data formed the search process case studies on industrialization music festival that has been there.The research method used is the study of documents to obtain secondary data and Focus Group Discussion ( FGD ) for supporting data . At the music festival in Indonesia industrialization author explains that the predictions of Theodor Adorno Culture Industry in theory it expresses , not apply fully in all genres of music available . Non - mainstream music festival showed works of fine art that does not follow the flow of other musical genres of the media industry . With the community festivals and musical performances of independent , non-mainstream music reinforces that not all music can be in industrialization in Indonesia . This journal is made for the benefit of expanding and enriching the study of documents belonging to the Cultural Industry Theory made by Theodor Adorno and , information about the media industry , especially music , and the process of industrialization itself. Keyword: Adorno ; Culture ; Festival ; Industrialization ; Music
6 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
I.
Latar Belakang
Pada tulisan ini, penulis berusaha menggambarkan bahwa musik festival di Indonesia mengalami proses industrialisasi, meskipun tidak pada semua genre musik yang berkembang. Dewasaini, hadirnyamanusiakreatifdalampanggunghiburansemakinbertambah. musikadalahhal
yang
paling
Seiringdenganhaltersebut,
banyakdiminati
di
masyarakat.
Musikjugamenjadisalahsatuandalanparakaumpendatang yang inginsukses di dunia entertainment. Hal
yang
paling
seringdimanfaatkanolehmusisidanpenyanyimudauntukmemulaikarirmerekasaatiniialahmenjajakip anggungmusik festival. Salah satuacarapanggungmusik festival yang paling terkenalialahmilik Peter F. Gonta, sekaliguspemilik
Java
Production.Dalamkurunwaktutujuhtahunterakhir,
Peter
sudahmensukseskanacaramusik festival garapannya yang terbagimenjadi 3 (tiga) genre musik, yakni Jakarta International Java Jazz Festival, Java Rockin’ Land dan Java Soulnation. Ketigaacaratersebutmemperolehrespons
yang
luarbiasadariberbagaikalangandalammasyarakatibukota. Panggungmusikinidiadakanrutinsetiaptahunnyapadabulantertentu. Rangkaianacara yang dibuat Java Production inibermula di tahun 2006, yakni Jakarta International Java Jazz Festival. Disusuloleh Java Rockin Land di tahun 2008, dan Java Soulnation di tahun 2009. Konsepacaranyasendirisangatmenarik. Penontondiberikankesempatanuntukmelihatdanmemilihsendirijadwalsiapaartis
yang
akanmerekasaksikan. Beberapaartis yang pernahhadirsepertiJohn Legend (Java Jazz), Akon (Java Soulnation),
Mr.
Big
(Java
Rockin
danmasihbanyaklagi.Denganjumlahartisdanpanggung
Land),
Jason
Mraz(Java
yang
Jazz), banyak,
acarainiselaludiadakanditempat yang berkapasitasribuan orang. Sejauhini, ketigaacaraunggulan Java Production tersebutdiselenggarakan di Jakarta Convention Center, Jakarta International Expo, danPanggung MEIS Ancol. Hargatiket yang ditawarkandalamsatuharipertunjukanmencapaiRp 350,000 padaharga normal. Namundemikian,
Java
Production
tetapmemberikesempatanpadaparamahasiswadanpelajaruntukmembelitiketdengan format Student Price. Format inijugamerupakancara yang dipilihpihak Java Production untukmeraihpasar yang 7 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
sebesar-besarnya, yakniharga yang lebihmurahdantempat yang disediakanoleh Java Production di beberapauniversitasternama di Jabodetabek. Di sampingitu, adajugapenjualantiketSpecial Show, yaknisebuahpertunjukandenganseorangartis international yang sengaja di datangkanke Indonesia. Musik festival inisendirimenjadisebuahindustri media yang mengagumkan. Seperti yang dikemukakanoleh Theodore Adorno (1903 – 1969) kebudayaan bukan lagi menjadi sesuatu yang spontan, yang tercipta dari kreatifitas dan rasa juga seni murni yang dimiliki masyarakat. Kebudayaan bukan lagi menjadi sebuah karya seni yang dibuat oleh seniman untuk mengekspresikan
rasa
keseniannya
dalam
bentuk
sempurna.
Lebih
jauh,
industribudayamembentukseleradankecenderunganmassa, sehinggamencetakkesadaranmerekaataskebutuhan-kebutuhanpalsu. Makadariituindustribudayaberusahamengaburkankebutuhan-kebutuhanriilmasyarakat. Industribudayasangatefektifdalammenjalankanhaltersebuthingga orang tidakmenyadariapa yang tengahterjadi (Strinati, 2007: 69). Hal ini terjadi pada musik festival seperti Java Jazz, Java Rockin’ Land, dan Java Soulnation itu sendiri. Dengan diselenggarakannya acara tersebut dalam kurun waktu yang rutin dilaksanakan dan konten acara musik yang semakin diatur oleh pihak penguasa atau ‘pemilik pabrik’, semakin meyakinkan publik bahwa kini, seni merupakan barang komoditi yang sudah di generalisasi. Penulis meneliti adanya kecenderungan masyarakat yang kini menjadikan acara musik festival menjadi sebuah gaya hidup dan tak lagi dinilai sebagai karya seni yang memang ingin dinikmati dan disukai oleh individu tertentu. Bahkan, dengan hadirnya jajaran artis non-rock dalam Java Rockin’ Land dinilai menjadi hal yang semakin menguatkan bahwa musik yang ditampilkan di acara tersebut bukanlah murni mewakili penikmat musik rock yang memang paham dengan arti intonasi, nada, lirik yang mendefinisikan khas musik keras tersebut.
II.
Tinjauan Literatur
Teori Industri Budaya Theodor Adorno Theodor Adorno adalah salah satu ilmuwan dari Lembaga Riset Sosial, Frankfurt School yang beranggotakan orang – orang Jerman. Adorno terkenal melalui teori kritisnya dalam dunia filsafat. Namun ia juga menjadi penggagas dari teori industri budaya. Dalam pembahasannya terhadap teori tersebut, Adorno mengungkapkan bahwa kebudayaan bukan lagi menjadi suatu 8 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
hasil karya seni yang timbul dari seniman atas rasa keseniannya yang murni untuk menciptakan bentuk karya yang sempurna. Pada perkembangannya, budaya akan menjadi sesuatu yang diatur oleh para penguasa, dan secara sadar berlangsung terus-menerus secara terencana. Industri kebudayaan menduplikasi diri, yakni membuat masyarakat menjadi menyukai hal-hal yang semakin banyak dibuat oleh penguasa-penguasa lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan mentalitas masyarakat yang menjadi seragam dan serupa. Hingga munculah standarisasi dan diferensiasi budaya yang berlaku pada masyarakatmodern. Standarisasi adalah suatu bentuk produksi budaya yang secara sengaja diseragamkan dan membuat adanya kebutuhan yang identik dalam mengkonsumsi budaya yang ada. Dalam proses standarisasi budaya, ia mengemukakan bahwa muatan atau isi dari kebudayaan itu sendiri dapat di prediksi. Hal tersebut lahir karena keinginan pasar yang sudah membentuk sebuah keseragaman hingga imitasi menjadi sebuah keharusan. Sedangkan diferensiasi sendiri lahir karena adanya kebutuhan industri yang sudah mulai teridentifikasi secara berbeda. Setiap kelompok di klasifikasikan, di organisir dan diberi label sesuai dengan kebutuhan dan produk yang telah disiapkan oleh pemilik pabrik industri budaya itu sendiri. Ia
menjelaskan
adanya
fetisisme
komoditas,
yaknisuatuupaya
dilakukanindustrisedemikianrupahinggamenciptakanpemujaan
yang yang
salahterhadapsuatuprodukindustribudayakepadamasyarakat. Masyarakatbukanlagimemujasuatuprodukindustribudaya
yang
secaranyataada,
tetapipemujaantersebutlebihcenderungdialamatkankepadasimboldanmerekdariproduktersebut. Merekamerasakankenikmatansemumelaluimerekdansimbolsimboldariprodukindustribudayadanmenganggaphaltersebutkenikmatan
yang
merekadapatkansejatinyadariproduk yang memilikinilaitersendiri.Contoh nyata adalah ketika seorang penikmat musik jazz membeli tiket konser jazz mahal yang diselenggarakan oleh pemilik modal dan kaum elit sebagai cerminan bahwa musik jazz ialah musik yang mahal. Ia merasakan kepuasan yang semu dengan anggapan bahwa ia bukan ingin datang ke sebuah konser jazz untuk menikmati musiknya, melainkan untuk mendapatkan rasa senang karena telah datang ke konser jazz dengan harga tiket yang tidak murah. Adorno juga tidak lupa menjelaskan teori musik pop. MenurutAdorno, musik pop dihasilkanmelaluidua proses dominasiindustribudaya, yaknistandardisasidanindividualitassemu. Standarisasimenjelaskanmengenaitantangandanpermasalahan
yang
dihadapimusik
9 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
pop
dalamhaloriginalitas,
autentisitasataupunrangsanganintelektual.Sementarastandardisasiberjalan,
individualitassemudijalankan
demi
membuatkaburindividualitas
seharusnyaadadalamdiriindividudalammenikmatimusik. Dalam
hal
ini,
rasa
yang
Adorno
mencoba
membandingkan musik pop dengan musik klasik. Menurutnya, musik klasik seperti Beethoven dianggap sebagai musik serius yang mempunyai detail yang berbeda satu dengan lainnya. Sedangkan musik pop merupakan produk industri yang dinilai minim detail sehingga menimbulkan pemikiran untuk menghadirkan individualitas semu, yakni keinginan untuk berimprovisasi pada musik yang tumbuh dalam keseragaman. Hal ini memicu munculnya genre musik jazz, yang diketahui lahir melalui musik pop yang dikembangkan dengan improvisasi dan jenis nada juga detail yang lebih variatif.
III.
Konteks
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, FESTIVAL adalah hari atau pekan gembira di rangka peringatan peristiwa penting dan bersejarah pesta rakyat.FESTIVAL MUSIK adalah pertunjukkan musik dalam sepekan yang menggabungkan beberapa unsur musik di dalamnya. Festival musik terbesar di dunia adalah Donauinselfestyang berlangsung selama 3 hari diVienna. Setiap tahunnya dihadiri antara 2,500,000 dan 3,000,000 pengunjung.Milwaukee, Summerfest, mendapat "The World's Largest Music Festival"yang dipersembahkan olehGuinness Worlds Recorddan berlangsung sejak 1999. Festival ini dihadiri antara 800,000 and 1,000,000 orang tiap tahunnya dan diisi oleh 800 pertunjukkan musik.
Di Indonesia, beberapa festival musik juga diselenggarakan dengan megah. Diantaranya ada Jakarta International Java Jazz Festival, Java Rockin’ Land dan Java Soulnation, garapan Java Festival Production
Jakarta International Java Jazz Festival Gambar1 Java Jazz Festival
10 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
Jakarta Internasional Java Jazz Festivaladalah Festival Jazz tahunan yang diselenggarakan pada setiap Maret di Jakarta, sejak tahun 2005. Jakarta International Java Jazz Festival tidak hanya menjadi salah satu karya terbaik Indonesia dalam pagelaran musik jazz festival, tetapi juga salah satu ajang paling bergengsi dan terbesar di dunia. Festival ini awalnya dipelopori oleh seorang penggemar sekaligus pelaku di Industri musik jazz ditanah air, Peter F. Gontha. Peter adalah salah satu sosok yang membawa Jazz ke Indonesia dan dia adalah pemilik dari Jakarta's Top Jazz, Jamz di mana seniman-seniman besar seperti Bob James, Lee Ritenour, Chick Corea, Ramsey Lewis, the Rippingtons, Brecker Brothers, George Duke berkumpul dan berekspresi dalam wadah sebuah komunitas Jazz yang hidup dan bernafas untuk jazz. Bagi Peter, pastinya jazz lah yang menjadi bahasa yang paling sempurna untuk disuarakan Peter sebagai ungkapan hati dalam berkarya. Maka ide nya untuk mengembangkan dan lebih mempopulerkan musik jazz dalam sebuah konsep festival urban berskala International pun terus bergulir dan diberi label resmi Jakarta International Java Jazz Festival. Pada pelaksanaannya, JJF (Java Jazz Festival) telah berlangsung selama tujuh tahun. Pada awalnya, JJF dilaksanakan di Jakarta Convention Center , Senayan, Jakarta Selatan selama empat tahun berturut-turut. Namun tempat penyelenggaraan kini berpindah ke Jakarta International Expo, Jakarta Utara. Pendiri
Museum
Rekor
Indonesia,
Jaya
Supranamemberikanpenghargaan
piagamtertinggirekorduniauntuk Java Jazz Festival. Jakarta International Java Jazz Festival memecahkanrekorduniasebagai
festival
jazz
terbesar
di
duniasebanyak
1.300 musisi,
artis&grupmusik di 21 panggung. Pagelaraninimerupakan festival jazz yang pertama kali diadakandalamsatukawasan. Java Rockin’ Land Java Rockin' Land adalahsebuah festival rocktahunan yang diselenggarakan di Jakarta, Indonesia sejaktahun 2009.Selainmenghadirkanmusisi rock mancanegaramaupundalamnegeri, festival inijugadisertaimusisidari
genre
musiklainnyasepertimetal,
heavy
metaldansweet
rock.Musisiterkemuka yang hadir di festival iniadalahStereophonics, The Smashing Pumpkins, Wolfmother, The Vines, 30 Seconds to Mars, Mew ,The Cranberries, Helloween, Neon Trees, Mr. Big,dll.Acarainidiselenggarakan di PantaiKarnaval Taman Impian Jaya Ancololeh PT Java Festival Production. 11 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
3.1
Struktur Media Dalam industri musik festival yang terjadi, struktur media menjadi sangat penting untuk menelaah lebih lanjut mengenai sejauh mana musik festival itu sendiri telah menjadi sebuah komoditi. Beberapa promotor musik festival di Indonesia mempunyai struktur media yang satu sama lainnya berbeda. Java Festival Production (JFP)memilikisusunanstruktur yang sederhana, yaitusatu
orang
sebagai
CEO
(Chief
Executive
Operation),
yang
langsungmengepalaisetiapdivisi yang memilikikoordinatormasing-masing.
Adapundivisi-divisi yang ada, yaitu :
Divisi Talent
DivisiPromosi
DivisiProduksi(meliputiDivisi F.O.H danDivisiProduksiPanggung)
DivisiPerizinan
DivisiTicketing
DivisiPers
DivisiOperasional
Divisi Financial
PT PRIMA JAVA KREASI (“PJK”) membuatmerekBig Daddy Entertainment padatahun 2010, bergerakpadabidang provider konten-kontenhiburan. Berikutklasifikasi-nya: Big Daddy Live Concerts – Promotor musik artis internasional maupun artis lokal. Big Daddy Family Entertainment – Promotoracarauntukanak-anak, misalnyaDisney On Ice Big Daddy Productions – Produser yang sekaligus bertanggung jawab pada event-event mancanegara yang masuk ke Indonesia,sepertiBelawan Tour to the U.S.
12 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
BD Next – Promotoracara dengan konsep yang berbeda, seperti Highland Gathering and Oktoberfest (Sebuah festival bir yang biasa di gelar di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta) Big Daddy Media – Agen media iklan dan billboard di Jakarta Big Daddy Venue Management – Manajemen yang mengatursegalasesuatu yang berhubungandengantempatpenyelenggaraansebuahacara. MyTicket Indonesia – Agen pembelian tiket acara-acara yang di produksi oleh Prima Jaya Kreasi Variant Entertainment – Perusahaan label musik yang berdiri secara independen, yang mengundang orang mancanegara dengan bakat yang dimiliki.
Java Festival Production (JFP) Java
Festival
Production
sendiri
adalahperusahaan
yang
bergerakdalammemberikanpelayananterpadukelasduniamusikhiburandangayahidu p,
bekerjasamadenganpemerintah,
sektorswastadanmasyarakat,
lokaldaninternasional, dalamsalingmenguntungkandanhubunganberkelanjutan. Denganmengusungvisiunt ukdapatdiakuisebagaisalahsatupenyediahiburan kawasandengan
program
yang
paling paling
inovasidandampaknyadalammempromosikanperdamaian,
profesional
di
dikenalkarenamutu, lintas-
Gambar2 Java Festival Production
budayasinergidanpertumbuhanindustrimusikdanpariwisata.
Ismaya Live Ismaya Live adalah sebuat perusahaan dibawah naungan Ismaya Group yang menyajikan festival musik yang mirip dengan java namun dengan skala yang lebih 13 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
kecil. Ismaya Group ini sudah ada sejak tahun 2002 dibawah kepemimpinan Christian Rijanto. Ismaya Group tidak hanya bergerak dalam bidang festival music, melainkan dalam bidang kuliner. Restoran yang berada dalam Ismaya group adalah Blowfish, Djournal, Fook Yew, Kitchenette, Mr.Curry, Pasta DeWaraku, Pizza E Birra, SKYE, Social House, SushiGroove, dan Tokyo Belly. Festival musik yang di selenggarakan oleh Ismaya Live berarliran techno dan salah satu contoh festival musik yang diselengarakan oleh Ismaya Live adalah Djakarta Warehouse Project. Djakarta Warehouse Project menampilkan banyak sekali penampilan yang mengundang DJ mancanegara dengan beberapa genre music seperti electronic, house, progressive, techno, drum, bass dan dubstep. Selain itu DWP juga mengundang artis – artis EDM (Electronic Dance Music) seperti Avicii, Calvin Harris, Paul Van Dyk, Markus Schulz, Bob Sinclair, Roger Sanchez, Kaskade, Ferry Corsten dan lain – lain. DWP yang bermula pada tahun 2010 selalu ada peningkatan pada jumlah artisnya, hal ini dapat memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap tahunnya.
Gambar3 Poster – Poster Ismaya Live
Sky Avenue merupakan sebuah pentas seni tahunan yang telah berlangsung selama 7. Program kerja tahunan OSIS SMA Labschool Kebayoran ini awalnya merupakan konsep pentasseni yang menampilkan berbagai macam artis papan atas Indonesia, games & entertainment booth. 14 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
Gambar4 Poster Sky Avenue
Komunitas Seni BulunganWarung Apresiasi (Wapres), menjadi tempat semua orang ingin berapresiasi dengan kreasinya masing-masing. Bentuknya berupa kafe sederhana, di sebelah Gelanggang Olahraga Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan. Sifatnya non profit.
Gambar5 WAPRESS
3.2
Non-Mainstream Merupakansalahsatujenis
lain
dari
festival
music
yang
tidakmementingkankeuntunganmelainkanlebihkepadamencaripendukungdanmem 15 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
perkenalkanaliran music yang tidakterlaludikenal. Biasanya festival music non – mainstream
inidibentukolehsuatukomunitas
kurangmempunyaipendukung(fans)padaaliran
–
aliran
yang music
tertentu,
sehinggaorientasidaridiadakannyaacarainiadalahuntukmemuaskanparapendukung yang kurangbanyakmempunyaitempatuntukmenyaksikanaliran music mereka di ataspanggungdanuntukmengekspresikandirilebihdenganaliran
music
yang
tidakmempunyaibanyakpeminatnya. Sebagaicontohdari festival musik non – mainstream adalah, jktdeathfest, dimana band pengisiacaradari festival music inimempunyaialiran death metal yang kurangmempunyaibanyakpendukung(fans). Selainitu band yang tampilpada festival musikinijugabelumtentu band yang sudahterkenal, melainkan band apapun yang
dianggapberkualitasdanberalirandeath
metaldapattampilpada
musikini.
Gambar6 Poster Jakarta Death Fest
16 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
festival
3.3
Analisis Ekonomi Kekuatan ekonomi dari hasil industrialisasi musik festival terletak pada aspirasi dari kaum elit yang juga mendukung proses industrialisasi itu sendiri. Terbukti dengan adanya beberapa sponsor yang selalu mendukung acara Java Jazz Festival, Java Rockin’ Land dan Java Soulnation. Sebut saja BANK BNI, INDOSAT IM3, AXIS dan beberapa perusahaan daeri berbagai macam sektor. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis promotor musik ini menjanjikan dan mendapat respon yang baik dari berbagai pihak. Jakarta International Java Jazz Festival misalnya, adalah salah satu pelopor acara musik festival di Indonsia. Acara ini mendapat respon baik dari beberapa perusahaan yang siap menjadi sponsor utama pergelaran tersebut. Beberapa perusahaan provider telekomunikasi menjadi kompetitor beberapa bank untuk turut andil dalam mensukseskan acara ini. Konsep musik jazz dengan stigma musik berselera tinggi dan banyak penggemarnya membuat beberapa pemilik ‘pabrik’ tersebut yakin bahwa acara ini akan sukses di pasaran. Hal itu terbukti hingga tahun 2014 mendatang, JJF akan digelar untuk ke-sepuluh kalinya di Jakarta. Semakin berkembangnya bisnis ini, membuat promotor tersebut semakin getol menarik massa. Terlebih dengan guest star atau bintang tamu dalam acara musik festival itu sendiri. Pihak promotor sangat lihai bekerja sama dengan artis-artis mancanegara yang akan meramaikan panggung miliknya itu. Antusiasme masyarakat yang muncul dari berbagai kalangan inilah yang dimanfaatkan promotor musik untuk mengadakan acara musik festival secara berkelanjutan. Bagi perusahaan yang bermitra dengan acara itu sendiri mengaku, bahwa JJF meraih animo masyarakat yang sangat tinggi dan mengundang peruntungan untuk telkomsel, sebagai salah satu sponsor dari acara tersebut.
17 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
IV.
Pembahasan
Teori Industri Budaya milik Theodor Adorno berusaha menggambarkan proses industrialisasi musik festival yang ada di Indonesia. Pada dasarnya, genre musik yang mendunia seperti Jazz, Rock, dan Pop masuk ke Indonesia di dahului oleh ketenarannya di negeri barat. Dengan kepopuleran yang dimiliki oleh musisi atau band pop, rock dan jazz tersebut, industri musik menjadi sangat rentan dengan pembajakan. Penggunaan kaset dan CD ber-metamorfosis menjadi Ring Back Tone (RBT) atau mengunduh lagu secara ilegal melalui sebuah website. Hal ini menjadikan banyak musisi memilih jalan untuk mengeluarkan singledan tampil di panggung publik. Strategi ini diakui lebih menguntungkan sehingga banyak musisi di beberapa genre tadi yang berhasil mendapat tempat di masyarakat Indonesia melalui pagelaran musik festival. Munculnya beberapa band pop, rock dan musisi jazz yang berasal dari kalangan muda juga menjadi warna tersendiri bagi industri musik festival di Indonesia. Hal ini semakin memperkuat prediksi Adorno terhadap industri musik yang mengalami komodifikasi dan standarisasi. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya terjadi. Pada 12 Oktober 2012 lalu, acara bertemakan ‘Social Media Fest 2012’ membahas tentang perkembangan musik festival di Indonesia. Hasil diskusi yang berlangsung mengungkapkan bahwa peluang label rekaman semakin kecil untuk berkembang. Namun, bagi para musisi, ini justru menjadi kesempatan yang baik untuk memasarkan musik mereka secara langsung, salah satunya melalui musik festival. Hal tersebut juga menjadi bukti bahwa musik saat ini sedang masuk dalam era komunitas. Maksudnya disini adalah, pasar yang berada pada sebuah penggemar musik tertentu memang sedikit, namun mereka merupakan penggemar yang loyal. LocStock Festival adalah sebuah acara yang diadakan rutin di kota budaya, Yogyakarta. LocStock sekaligus menjadi forum atau arena berkumpulnya semua komponen dan aspek musik serta masyarakat pemerhati musik tanpa sekat genre, aliran dan komunitas untuk saling berbagi informasi, serta menemukan formula baru dalam bermusik. Acara ini menjadi salah satu contoh bahwa ada bentuk-bentuk penolakan terhadap industrialisasi musik festival di Indonesia. Pada kenyataannya, musisi besar Indonesia mulai ber-inovasi dan ‘melirik’ adanya kaum minoritas dengan warna musik yang baru, tanpa mengedepankan profit sebagai sebuah karya seni. Fariz RM, seorang musisi yang telah berkiprah selama 35 tahun mengaku menggunakan
18 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
panggung musik festival (Festival Blues 2013) sebagai ajang pengembalian warna musik yang pernah hilang di era nya.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset yang berupa data sekunder, informasi dan studi dokumen, Teori Industri Budaya yang di kemukakan oleh Theodor Adorno tidak sepenuhnya terbukti benar. Kenyataan yang terjadi, aliran musik yang berkaitan langsung dengan selera masing-masing penikmatnya masih memiliki tempat tersendiri. Terbukti dengan adanya aliran non-mainstream, yakni musikmusik yang lahir dari cita rasa seniman yang akhirnya melahirkan sebuah komunitas sendiri bagi penikmatnya. Beberapa genre musik yang lahir baru-baru ini juga menunjukkan bahwa masih ada pertunjukan musik festival yang tidak ber-orientasi pada profit. Misalnya saja musik akustik yang biasa dipamerkan di Warung Apresiasi Bulungan tadi, yang mengusung konsep acara non-profit dan menampilkan seniman yang memang ingin mengekspresikan hasrat keseniannya kepada khalayak. Pada musik festival, meskipun prediksi Adorno pada teorinya berlaku pada beberapa festival musik di Indonesia, namun ternyata masih ada seniman yang hidup dan tetap mempertahankan idealismenya berdasarkan selera. Dengan pandangan yang ada, komunitas mereka tetap eksis pada ruang lingkupnya sendiri.
19 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014
VI.
Daftar Pustaka
Books: Strinati, Dominic (2004). Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yogyakarta: Bentang Pustaka Adorno, Theodor Wiesengrund (1991). The Cultural Industry. London-New York: Routledge Online Articles: Fitriadi, Herry (2010). Java Jazz Raih Rekor Festival Terbesar di Dunia. Tempo. Accessed on January, 9, 2014 http://www.tempo.co/read/news/2010/03/05/112230465/Java-Jazz-Raih-Rekor-FestivalTerbesar-di-Dunia Marwan, Awaludin (2009). Membaca Pendahuluan Buku Adorno. Komunitas Embun Pagi. Accessed on January, 9, 2014 http://komunitasembunpagi.blogspot.com/2009/09/membaca-pendahuluan-buku-adorno.html Baskoro, Wiku (2012). Catatan Dari Diskusi Acara ‘Apa Kabar Musik Indonesia’ di Social Media Festival 2012. Trenologi. Accessed on January, 9, 2014 http://www.trenologi.com/201210164442/catatan-dari-diskusi-apa-kabar-musik-indonesia-disocial-media-festival-2012/ Anwar, Fahrul (2013). Ini Keluhan Fariz RM 35 Tahun di Industri Musik. Centro One. Accessed on January, 9, 2014 http://www.centroone.com/lifestyle/2013/11/2ar/ini-keluhan-fariz-rm-35-tahun-di-industrimusik/
Research Reports:
Local Stock 2013 http://locstockfest.com/forum-festival-history/
20 Industrialisasi musik ..., Amanda Cesira Putri, FISIP UI, 2014