1 Reuni
Siang itu, suasana di Bandung Indah Plasa cukup ramai dengan suara-suara nyaring berasal dari panggung di tengah atrium yang sedang menggelar pemilihan Miss Jawa Barat 2010. Setelah menunggu 45 menit di depan sebuah swalayan dan kaki Jeni mulai pegal, dari belakang seseorang menyergap dan menutup matanya dan membisikan sesuatu di telinga Jeni. “I solemnly swear that I’m up to no good.” “Mischief managed,” jawab Jeni sambil tertawa, mengingat kesukaannya dan seseorang yang berbisik itu, terhadap buku serial Harry Potter. (Kedua kalimat tersebut merupakan pembuka dan penutup dari Peta Perampok yang sering digunakan Harry). “Quiiiin...!” ujar Jeni melepaskan tangan itu dari matanya. Jeni berbalik memandang wajah Quinn yang cerah dan mata berbinar penuh semangat. Di belakangnya berdiri seorang pemuda tinggi, berambut kelimis, dengan mata sayu seperti tidak peduli dan kelelahan, menghampiri Jeni dan menyalaminya. “Jeni, kumaha kabarna euy? Laporan: gue laper Jeni. Bisa makan sekarang nggak?” ujar Antrop. Namanya Didi Suhendar tapi karena terobsesi dengan pelajaran antropologi dia terkena sebutan Antrop. “Iya Jeni katanya lo mau traktir kita nasi padang,” Quinn menambahkan. “Euh, kalian mah ga berubah, yang dipikirin makanan aja.” Mereka memasuki area restoran padang. Untuk rencana traktiran di acara reuni spesial ini, Jeni tidak ragu untuk membongkar celengan ayam jagonya. Selang 10 menit, sajian makanan telah siap di meja, 15 mangkuk kecil berisi berbagai jenis menu masakan padang, jauh dari kesan sederhana seperti
bittersweet - 1
nama yang tercantum di depan restoran tersebut. Rendang, udang goreng, cumi-cumi, ayam pop, kepala kakap, perkedel, paru, usus, ikan patin, ikan kembung, telur bulat, telur dadar, otak-otak, kikil, ati ampela, nasi, kuah nangka, sambel hijau, dan masing-masing satu gelas minuman sirup kelapa jeruk, jus alpukat, dan es teh manis dengan bulir embun dingin meleleh ke meja. “Ayo, ngapain bengong gitu, katanya laper,” ujar Jeni. “Jeni nggak salah makanannya sebanyak itu, buat kita semua?” Ujar Quinn. “Iya, klo perut kalian muat semua, silahkan aja.” Sementara itu, tanpa perlu komando Antrop sudah melahap nasi dan kuah cumi dengan semangat saat Jeni dan Quinn masih memilih menunya sendiri. “Eniwei gue seneng, kalian nyempetin dateng ke sini. Jangan mentang-mentang pada kuliah di Jakarta jadi so sibuk, jarang pulang,”ujar Jeni. “Ya nggak lah. Keluarga gue kan masih di Bandung, Jen. Gue selalu inget pulang, cuman baru kali ini bisa kontak lo lagi.” “Quinn bagi dong minuman lo kayaknya seger bener,” pinta Antrop. “Ntar dulu, kapan lagi gue menikmati minuman gratis traktiran si Jeni,” ujar Quinn sahabat Jeni sejak SMA. “Trop, lo pesen sana, minuman kayak si Quinn.” “Serius Jeni,” si Antrop langsung melenggang ke meja register untuk memesan yang tidak lebih dari 5 menit pesanannya tiba. “Kalian itu, dasar anak kos, kurang suplai makanan di sana?” tanya Jeni. “Bukan gitu Jeni. Gue seneng banget bisa ketemu lo, jarangjarang pula lo traktir kita makan di tempat kayak gini, paling banter juga kita jajan mie ayam di depan sekolahan,” ujar Quinn. “Jeni lo masih jomlo sampe sekarang? Sungguh terlalu. Apa gara-gara Bayu lo jadi trauma atau jangan-jangan gue bener klo lo...” 2 - bittersweet
Jeni buru-buru menutup mulut usil Quinn takut dia membocorkan suatu rahasia sambil melirik Antrop untuk melihat reaksinya, apakah mungkin dia sudah tahu rahasia itu. Tapi saat dilihat reaksinya acuh sambil asyik menyedot es kelapa jeruknya, Jeni merasa lega. “Jeni lepasin. Gue tahu pas di acara special dedication kelulusan Indra, lo nyanyi buat kak Misha, kan?” “Tuh kan merah mukanya, benerkan... benerkan,” ujar Quinn. “Apa sih lo. Basi tahu,” ujar Jeni. “Soalnya gue penasaran. Gimana bisa lo tiba-tiba suka nyanyi dan jago main gitar. Jeni, nggak mungkin gue, sahabat lo, nggak tahu kecuali lo sengaja sembunyiin dari gue. Trus tiba-tiba lo tampil buat bikin Kak Misha terkesan, kan?” Selama ini Jeni selalu menghindar membicarakan soal performance-nya di acara kelulusan Indra yang jadi Pacar Quinn waktu SMA yang juga kakak kelas mereka dan Indra itu teman sekelasnya Misha. “Jadi, Jeni. Orang yang lo bilang telah menginspirasi lo buat tampil di special dedication itu, Misha anak kelas 3 IPA 1?” tanya Antrop. “Nggak, bukan Trop jangan percaya si Quinn.” “Dengerin ya, Jen. Gue bukannya jahat tapi lo tuh bukan tipenya Misha. Cewek yang dia suka itu yang mirip-mirip Sheila gitu,” ujar Antrop. Mana mungkin Jeni lupa, Sheila itu ceweknya Misha selama 2 tahun, gadis cantik, anggun, dan cerdas. “Lo susah dech bersaing sama yang kayak gitu,” lanjut Antrop. “Kesempatan lo itu satu berbanding seribu.” “Nggak segitunya kali, Trop. Sahabat kita ini klo dilihatlihat dengan seksama nggak seburuk rupa itu, kan. Menurut gue lo itu masih bisa jadi nominasi gadis sampul, klo aja lo mau sedikit dandan, Jen.” “Udah lah ngapain ngomongin masa lalu, dan ngerubah penampilan? Nggak dech.” “Bener Jeni gue setuju. Just the way you are aja, Jen. Udah paling keren.”
bittersweet - 3
“Ah lo nggak ngerti apa-apa soal cewek. Klo lo care sama Jeni, lo tuh harus mikirin cara supaya si Jeni itu ditaksir sama cowok. Biar menarik gitu. Jangan sampe jomblo terus kayak gini, kali aja Misha juga bisa tertarik sama dia,” ujar Quiin. Jeni sudah biasa mendengar sahabat-sahabatnya itu membicarakan soal status jomblonya. Sejak SMA, Jeni punya prinsip kalau masa SMA itu cuman ruang buat mengenal diri, bakat dan minat apa yang dia punya, prestasi apa yang bisa dia capai dan persahabatan. Sama sekali tidak ada ruang buat cinta monyet. Walaupun Quinn sudah lebih maju urusan pacaran, bahkan Antrop yang semasa SMAnya nggak punya pacar sekarang di kampusnya dia lagi deket sama adik angkatannya, nggak berarti Jeni merasa harus kejar deadline cari pacar juga. Kalau ada cowok yang pernah bikin Jeni jatuh cinta, itu cuman satu orang. Dia adalah kakak kelasnya yang bernama Bayu. Jatuh cinta dengan Bayu membuat Jeni melayang terbang lalu terjerembab jatuh ke tanah hanya dalam hitungan waktu seminggu. Sejak Jeni tahu klo Bayu hanya memperalatnya untuk manas-manasin mantannya biar bisa balikan, hatinya tertutup untuk cinta-cintaan ala SMA. Semua interaksinya dengan lawan jenis dimasukan ke dalam kategori kenalan, teman, atau sahabat, itu saja. Mungkin Misha termasuk kategori teman biasa yang kemudian jadi sahabat. Tapi, saat dia menyanyi dipanggung tiga tahun yang lalu dia sempat merasakan getar-getar asing yang tidak pernah dirasakan sebelumnya selama mengenal Misha. Namun, Jeni menganggap itu sebagai emosi sesaat, efek dari lagu yang dibawakannya dan Misha yang tiba-tiba standing ovation sendirian. Tidak ada yang terjadi setelahnya, perasaan yang sempat muncul tenggelam di tahun ketiga masa SMAnya. Dan selama tiga tahun selanjutnya, tidak pernah jadi bahan pemikiran atau bahan pembicaraan, sampai sekarang saat sahabat-sahabatnya menemukan Jeni masih juga berstatus high quality jomblo.
4 - bittersweet
Di tengah obrolan itu, bunyi nada smsnya terdengar, Jeni membaca pesan yang terbuka, otomatis dia teringat janjinya untuk menemui Meta siang itu. Jeni membalasnya. Sms Jeni: Lo dateng aja ke restoran padang yang di lantai satu. Gue sama temen sma gue lagi makan, lo sekalian makan siang ok.
Tidak lebih dari sepuluh menit Meta muncul dibalut blouse polka dot hitam dan celana kain ¾ berwarna khaki. “Wah lagi pada makan siang, yach. Ikutan dong laper nih,” ujar Meta tanpa basa basi. “Quinn, kenalin nih temen kuliah gue, namanya Meta Kalisya,” ujar Jeni. Mereka saling mengangguk, masing-masing Quinn dan Antrop menyebutkan namanya. Sementara, tangan Meta sibuk menuangkan kuah kikil ke piringnya. Setelah acara makan siang mereka usai, Jeni melakukan pembayaran di kasir, lalu mereka berjalan menuju pintu keluar. “Sori ya, gue ada kerjaan nih sama si Meta, Quinn...Antrop... sebenernya gue masih kangen sama kalian tapi janji yach kita ketemuan lagi besok-besok.” “Ok, Jeni gue masih seminggu lagi di sini. Lo sms gue aja,” ujar Quinn. “Gue paling cuman sampe sabtu aja. Abis ada perlu, sich,” sambung Antrop. “Okay gue pasti hubungin kalian lagi,” ujar Jeni. ^_^ Jeni memutar anak kunci rumahnya, dia melemparkan tasnya di atas sofa. Sedangkan Meta nyelonong masuk ke dapur langsung mengambil gelas dan meneguk air minum. Lepaslah dahaganya. Jeni meraih gitarnya dan mulai memetik senarnya dengan gaya blues menampilkan nada-nada dalam lagu bergenre jazz, dan R „n B sebuah singel yang nge‟hit di tahun 2004. “Jeni proposalnya dah lo print?” tanya Meta.
bittersweet - 5
Tanpa menunggu jawaban Jeni, Meta ngeloyor ke kamar Jeni seperti ke kamarnya sendiri, dan langsung menemukan jawabannya saat pandangannya jatuh ke atas proposal bersampul biru di atas meja belajar. Setelah bagian intro dimana Jeni memainkan gitarnya dengan skill penuh seorang pemain gitar self thought alias autodidak. Jeni mulai menyanyikan lirik lagu yang ditulis sendiri oleh penyanyi yang mempopulerkannya yang tidak lain adalah Alicia Keys. Sampai pada bagian bridge Meta duduk di sampingnya. bridge: Some people think that the physical things Define what's within I've been there before But that life's a bore So full of the superficial chorus: Some people want it all But I don't want nothing at all If it ain't you baby If I ain't got you baby Some people want diamond rings Some just want everything But everything means nothing If I ain't got you, yea
“Hei Jeni, gue nggak tahu klo lo ternyata bisa nyanyi,” ujar Meta. Jeni hanya tersenyum sambil terus menyanyi dan menikmati permainan gitarnya sendiri. Dia sedang mengenang aksi perform di acara kelulusan angkatan 2007. “Jeni, mau nggak gue kenalin sama cowok gue, bandnya lagi butuh vokalis. Kayaknya lo bisa nyoba audisi, suara lo lumayan enak didenger,” ujar Meta. ^_^
6 - bittersweet
Donki alias Galih secara resmi memiliki hak menggunakan studio musik di rumahnya sejak kakak laki-lakinya menikah dan pindah rumah. Tumbuh dari keluarga yang berjiwa musik, Donki memiliki kemampuan memainkan keyboard dan drum. Bersama seorang temannya yang memiliki kemampuan memainkan gitar melody, Donki membentuk grup band untuk mewadahi kreativitas mereka. Tapi sayang mereka belum menemukan vokalis yang tepat. Beberapa orang sempat ikut gabung band sebagai vokalis tapi setiap kali gagal menjalin kerja sama yang harmonis, perbedaan visi kadang membuat mereka bentrok, tapi sering kali karakter suara yang ditemukan belum tepat.
bittersweet - 7