Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
BELALLE’:SISTEM KERJA USAHA TANI PADA MASYARAKAT DI DESA RAMBAYAN KECAMATAN TEKARANG KABUPATEN SAMBAS Oleh : ZAHARA NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2016 Email :
[email protected]
Abstrak Fokus penelitian ini adalah belalle’ (tradisi petani masyarakat Sambas) sistem kerja usaha tani pada masyarakat Desa Rambayan Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas. Belalle’ merupakan sistem kerja yang dilakukan secara bergantian satu sama lain di antara sesama anggota kegiatan belalle’. Belalle’ merupakan tradisi yang telah diturunkan/diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang leluhur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian bersifat deskriptif. Penemuan yang didapat dilapangan bahwa pada kenyataannya sistem belalle’ yang dilakukan dalam kegiatan usaha tani telah meluntur yaitu dengan adanya sistem upah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori perubahan sosial oleh Damanik (2010) dan Soekanto (2014) serta teori solidaritas sosial oleh Durkheim (1855-1917). Melunturnya sistem belalle’ ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu yang pertama yaitu kontak sosial dengan budaya lain, yang kedua, sistem pendidikan yang semakin maju, ketiga, adanya penemuan-penemuan baru, keempat, adanya sifat manusia yang merasa tidak puas terhadap keadaan yang ada; kelima, ekonomi masyarakat yang semakin meningkat; keenam, dengan meningkatnya kesejahteraan serta ekonomi masyarakat menyebabkan masyarakat ingin melakukan perubahan; ketujuh, sifat manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan kearah yang lebih baik; kedelapan, adanya media massa (media elektronik dan media cetak). Dengan adanya sistem upah dalam kegiatan usaha tani telah menyebabkan masyarakat memiliki sifat invidualis serta materialis dan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sistem belalle’ meluntur. Kata-kata Kunci: Belalle’, Usaha Tani, Sistem Upah, Pergeseran Sistem.
BELALLE ' : OPERATING SYSTEM WORK IN THE VILLAGE COMMUNITY FARMERS ON DISTRICT RAMBAYAN TEKARANG DISTRICT SAMBAS Abstract The focus of this study is belalle' (tradition for the farmer in Sambas) as a system work on a community farm in Rambayan Tekarang District of Sambas regency. Belalle’ is a working system that is done alternately with each other among members belalle'. Belalle' is a tradition that has been/ inherited from the ancestors. The method used in this study is a qualitative method with descriptive research type. The findings, obtained from the field showed a fact that a belalle system almost out dated in farming activities caused by the existence of the wage system. The theory used in this research is social change theory by Damanik (2010) and Soekanto (2014) and social solidarity theory by Durkheim (1855-1917). The out dated of system belalle’ 'is caused by several factors: The first is social contact with other cultures, the second is the advancement of education system, the third is the new discoveries, fourth is the the feeling of unsatisfy with the current situation as the human nature; Fifth is the growing of local economy; sixth is the increasing of economic welfare that leads the community to have changes; seventh is the nature of man who always wanted to make changes towards the better; Eighth, the mass media (electronic media and print media). A wages system in farming activities have led people becoming more invidualis and materialist and the social values contained in the system belalle is faded. Keywords: Belalle ', Farming, Wage System, Shifting System.
1 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
misalnya dalam sistem belalle’ hari ini
A. PENDAHULUAN
giliran si A, maka hari selanjutnya bisa Kabupaten
Sambas
kabupaten
yang
merupakan besar
kegiatan belalle’ ini lebih sering dilakukan
penduduknya bermata pencaharian sebagai
dimulai dari pukul 13.00 sampai pukul
petani, salah satu diantaranya yaitu Desa
16.00.
Rambayan. Dalam kegiatan usaha taninya
dilaksanakan dalam kegiatan berladang
masyarakat
menggunakan
mulai dari menanam padi (tandor), setelah
sistem kerja yang disebut sistem belalle’.
itu memotong rumput (menebas) pada saat
Sistem
merupakan
padi sudah mulai berumur 2-3 bulan,
warisan secara turun temurun dari nenek
kemudian memanen hasil padi (beranyi).
moyang leluhur yang telah ada sejak
Seperti yang terlihat di Desa Rambayan, di
zaman
proses
desa ini yang dulunya menggunakan sistem
ini
belalle’, kini kegiatan ini sudah mulai sulit
dilakukan secara bergantian satu sama lain
ditemukan dikarenakan masyarakat sudah
pada lahan masing-masing dan banyaknya
mulai mengandalkan tenaga kerja bayaran
lahan
yaitu dengan sistem upah.
desa
kerja
sebagian
giliran si B atau si C. Waktu pelaksanaan
selalu
belalle’
dahulu.
ini
Sejak
pengerjaannya
dahulu
sistem
yang
akan
ditargetkan,
belalle’
dikerjakan
dengan
tidak
beranggotakan
Sistem
Melunturnya
kerja
sistem
belalle’
belalle’
ini
dalam
minimal 10 orang dan bisa mencapai 15
kegiatan usaha tani secara perlahan ini
orang, sedangkan sistem belalle’ yang ada
telah menyebabkan nilai solidaritas sosial
sekarang hampir sama dengan yang dulu,
dan nilai kebersamaan yang ada pada
hanya saja yang membedakannya sekarang
masyarakat
ialah dikerjakan secara bergantian dengan
berkurang karena sifat manusia yang
banyak
berubah
lahan
yang
ditetapkan
dan
desa
Rambayan
menjadi
individualis
serta
dulunya
kerja
disepakati bersama serta beranggotakan
materialis,
kurang lebih dari 5-10 orang yang terdiri
berkelompok secara bergantian sekarang
dari
menjadi individu, yang dulunya tidak
keluarga
serta
tetangga-tetangga
terdekat saja. Menurut belalle’
yang
mulai
berbayar sekarang menjadi berbayar yang Mananta
hampir
(2016),
memiliki
Sistem
serba mengandalkan uang. Belalle’ dalam
persamaan
usaha tani ini memang memakan waktu
dengan sistem arisan karena sama-sama
yang
cukup
lama
karena
dilakukan secara bergantian hanya saja
pengerjaannya
proses pengerjaannya yang membedakan
bergantian. Hal tersebut juga menjadi
dilakukan
sistem secara
2 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
alasan munculnya sistem belalle’ ke sistem
Sistem kerja menurut Nalin (2009)
upah ini juga dipengaruhi oleh faktor
merupakan susunan antara tata kerja dan
ekonomi
prosedur kerja sehingga membentuk suatu
yaitu
perekonomian
sekarang
tingkat
masyarakat
semakin
pola
yang
dapat
dengan
tepat
meningkat, tingkat kemampuan manusia
menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dalam
semakin tinggi, penemuan-penemuan alat-
sistem kerja khususnya sistem kerja pada
alat modern pada bidang pertanian seperti
bidang pertanian tentunya juga memiliki
mesin
padi,
pembagian
pestisida, yang secara tidak langsung sudah
dilakukan.
traktor,
menyebabkan
mesin
perontok
lunturnya
sistem
kerja
belalle’ ke sistem upah.
pada
sistem
kerja
yang
Sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) menurut Budiman
Berdasarkan dari uraian tersebut, maka
(1982)
(dalam
Saidah,
2013)
adalah
peneliti bermaksud untuk menganalisis
pembagian kerja atas perbedaan biologis
tentang melunturnya sistem belalle’ yang
dan
merupakan sistem kerja usaha tani yang
dianggap bersifat lemah lembut, manja,
ada pada masyarakat Desa Rambayan
bersifat melayani, ketergantungan, lebih
Kecamatan Tekarang kabupaten Sambas
emosional, dan tidak bisa bekerja keras,
yang sekarang mulai diterapkan
sistem
sedangkan laki-laki makhluk yang berjiwa
upah. Adapun yang menjadi tujuan dalam
keras, kepemimpinan, mandiri, kuat dan
proses
untuk
rasional sehingga wanita dan laki-laki
mendeskripsikan sistem kerja belalle’ yang
mempunyai perannya masing-masing. Hal
sering
ini akan membudaya dalam masyarakat
penelitian
dilakukan
ini
yaitu
masyarakat
Desa
sosio-kultural,
Rambayan, untuk mendeskripsikan sistem
dan
upah yang diterapkan masyarakat dan
alamiah.
untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang
b. Usaha Tani
mempengaruhi
terjadinya
pergeseran
sistem kerja belalle’.
dianggap
sebagai
wanita
sesuatu
yang
Menurut Mubyarto (1989) usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang
terdapat
diperlukan B. TINJAUAN LITERATUR
dimana
di
untuk
tempat produksi
itu
yang
pertanian
seperti tubuh tanah dan air, perbaikanperbaikan yang telah dilakukan atas tanah
1. Definisi Konsep
itu, sinar matahari, bangunan-bangunan
a. Sistem Kerja 3 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
yang
didirikan
di
atas
tanah
dan
Sedangkan
Perubahan
sebagainya.
disebabkan
c. Sistem Belalle’
masyarakat antara lain:
Menurut Murtiatmo & dkk (2000)
oleh
sosial
yang
dari
luar
berasal
dari
faktor
1. Sebab-sebab
yang
sistem belalle’ merupakan bentuk dari
lingkungan fisik yang ada di sekitar
suatu solidaritas sosial yang dilakukan oleh
manusia
manusia dalam kehidupan masyarakat
2. Peperangan dengan negara lain
yaitu dalam sistem belalle’ ini masyarakat
3. Adanya
bekerja bersama-sama dalam kegiatan
pengaruh
kebudayaan
masyarakat lain.
usaha tani untuk mencapai suatu hasil yang
Menurut Damanik (2010) terjadinya
diinginkan dimana dalam sistem belalle’
perubahan sosial dipengaruhi oleh dua
ini
suatu
faktor yaitu faktor pendorong serta faktor
kelompok
penghambat suatu perubahan. Perubahan
tertentu dengan sistem kerja yang saling
yang terjadi dalam suatu masyarakat
bergantian satu sama lain antar anggota
dipengaruhi
sistem belalle’.
pendorong antara lain:
masyarakat
membentuk
komunitas-komunitas
atau
oleh
beberapa
faktor
a. Adanya kontak sosial dengan budaya
2. Kajian Teori a. Teori Perubahan Sosial
lain
Menurut Soekanto (2014), Perubahan sosial terjadi karena disebabkan oleh faktor dari dalam maupun faktor dari luar masyarakat.
b. Sistem pendidikan yang semakin maju c. Adanya rasa tidak puas terhadap keadaan yang ada
Faktor penyebab perubahan sosial yang
d. Adanya
keinginan
untuk
berasal dari dalam masyarakat itu sendiri
mengadakan perubahan ke arah yang
diantaranya yaitu:
lebih baik
1. Bertambah
atau
berkurangnya
penduduk
f. Kesadaran
2. Penemuan-penemuan baru 3. Pertentangan-pertentangan
pemberontakan
atau
kekurangan
g. Sikap terbuka masyarakat terhadap hal baru
atau
revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri
terhadap
budaya sendiri
konflik dalam masyarakat 4. Terjadinya
e. Sikap menghargai karya orang lain
h. Orientasi nilai pada masa yang akan datang i. Penduduk yang bersifat heterogen. 4
ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
D. HASIL b. Solidaritas Sosial Aspek
PENELITIAN
DAN
PEMAHASAN
yang
menjadi
perhatian
Durkheim yaitu pada pembagian kerja
1. Hasil Penelitian
yaitu menurut Durkheim pembagian kerja
a. Sistem Belalle’
pada masyarakat primitif masih sedikit,
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
sedangkan masyarakat industri pembagian
dilakukan peneliti dilapangan, fenomena
kerjanya
Adanya
yang ada dimasyarakat ini sudah jarang
sangat
kompleks.
peningkatan
sistem
pembagian
kerja
ditemui sistem belalle’. Sistem belalle’
berimplikasi
pada
perubahan
tipe
dalam usaha tani pada masyarakat ini
solidaritas sosial yang ada di masyarakat.
merupakan suatu usaha untuk mengerjakan
Pada masyarakat yang sistem pembagian
ladang/sawah secara bergilir/bergantian.
kerja yang rendah akan menghasilkan tipe
Namun hal tersebut sulit ditemukan lagi,
solidaritas
pada
Meskipun masih ada yang menggunakan
masyarakat dengan pembagian kerja yang
sistem belalle’, namun kebanyakan yang
kompleks
tipe
melakukan kegiatan tersebut hanya dengan
solidaritas organik (Laurer, 1982; Samuel,
beranggotakan keluarga dan tetangga-
2010) (dalam Martono, 2012).
tetangga terdekatnya saja, tidak seperti
mekanik,
akan
sedangkan
menghasilkan
halnya sistem belalle’
yang dikerjakan
dahulu. Sistem belalle’ yang dilakukan dahulu
C. METODE PENELITIAN
yaitu beranggotakan 10 orang dan bisa Penelitian ini menggunakan metode penelitian
orang
dan
sistem
pengerjaannya tidak ditargetkan hasil yang
bermaksud untuk memperoleh gambaran
diperoleh untuk sekali turun melaksanakan
perubahan dari sistem belalle’ ke sistem
kegiatan belalle’. Sistem belalle’ yang
upah
Penelitian
ada ini
di
karena
15
peneliti
yang
kualitatif
mencapai
desa
Rambayan.
masih ada sekarang ini juga diterapkan
tergolong
penelitian
dalam program kelompok tani yaitu dalam
deskriptif. Subjek dalam penelitian ini
sistem
kerja
yang
dilakukan
dalam
diambil secara purposive sampling.
kelompok tani juga disebut dengan sistem belalle’ karena proses pengerjaan ladang yang
dilakukan
secara
bersama-sama,
tetapi dalam kelompok tani tidak ada 5 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
sistem bergantian satu sama lain, karena
Faktor pendorong
yang berasal dari
dikerjakan pada lahan yang sama (satu)
dalam masyarakat (Soekanto, 2014).
dan anggotanya juga terikat satu sama lain,
Berdasarkan hasil penelitian
yang
karena di dalam kelompok tani ada yang
diperoleh dilapangan, menunjukkan bahwa
dinamakan ketua/pengurus kelompok dari
faktor
kelompok tani tersebut sedangkan pada
belalle’ ke sistem upah dipengaruhi oleh
sistem belalle’ yang telah menjadi tradisi
faktor dari dalam masyarakat. Faktor-
masyarakat tidak ada ketua/pengurus.
faktor tersebut meliputi:
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan dilapangan, diperoleh data yaitu mulai
memudar/melunturnya
sistem
penyebab
melunturnya
sistem
1. Keterbatasan tenaga pekerja. Keterbatasan merupakan
tenaga
salah
satu
pekerja
juga
faktor
yang
belalle’ yang merupakan bentuk kerja
menyebabkan melunturnya sistem belalle’
sama secara bergantian satu sama lain
ke sistem upah. Hal ini seperti yang telah
yaitu
disampaikan oleh Bapak Hamsari (48
sudah
jarangnya
masyarakat
melakukan sistem belalle’.
tahun) wawancara tanggal 30 april 2016.
Seiring dengan perkembangan zaman,
“Munculnya
sistem
upah
juga
sistem belalle’ yang merupakan tradisi dari
disebabkan oleh keterbatasan tenaga kerja
masyarakat Desa Rambayan sudah jarang
yaitu susahnya mencari anggota untuk
ditemui
melakukan kegiatan belalle’ “.
lagi.
Sistem
belalle’
yang
dilakukan tanpa mengeluarkan modal/upah
Dengan keterbatasan tenaga kerja yang
melainkan hanya mengeluarkan tenaga
akan diajak untuk berpartisipasi dalam
(jasa),
melaksanakan
kegiatan belalle’ sudah susah dicari,
kegiatan belalle’ pemilik lahan hanya
dikarenakan orang lebih mementingkan
menyiapkan
uang/materi
dan
pada
saat
makanan
dan
minuman
daripada
melakukan
tersebut. Nilai-nilai sosial seperti nilai
bertambahnya penduduk. Hal ini seperti
kebersamaan, nilai kekeluargaan, nilai
yang disampai oleh Bapak Ilham (45
kekompakan dan nilai solidaritas yang ada
tahun)
pada masyarakat sudah mulai melemah
mei 2016.
b. Faktor penyebab pergeseran sistem belalle’.
belalle’.
sama
sebagai imbalan dari kegiatan belalle’
khususnya pada bidang pertanian.
kegiatan
bekerja
Dengan
hasil dari wawancara tanggal 2
“Bertambahnya/berkurangnya penduduk juga mempengaruhi hadirnya sistem upah di kehidupan masyarakat”..
6 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
2. Faktor Teknologi
mempercepat pekerjaan, masyarakat lebih
Adanya teknologi sangat mempengaruhi kehidupan
dalam
masyarakat
dan
memilih Hadirnya
teknologi
yang
canggih,
membawakan dampak positif dan dampak
secara tidak langsung telah menggeser
negatif. Di satu sisi, dengan hadirnya alat-
kebudayaan (sistem belalle’)
alat teknologi canggih dapat memudahkan
ada sejak dahulu. Nilai-nilai kerja sama
semua pekerjaan masyarakat khususnya di
yang ada dalam sistem belalle’ telah
bidang pertanian, di sisi lain pula teknologi
tergeser oleh adanya teknologi. Faktor
memiliki sisi negatif, teknologi telah
pendorong
menggeser fungsi sosial dari manusia
masyarakat menurut Soekanto (2014).
(anggota tubuh manusia) dan juga budaya
yang
Berdasarkan
berasal
hasil
yang telah
dari
penelitian
luar
yang
yang ada di masyarakat. Hal ini seperti
diperoleh dilapangan, menunjukkan bahwa
yang disampaikan oleh Bapak Ilham (45
faktor
tahun) wawancara tanggal 02 mei 2016.
belalle’ itu disebabkan oleh faktor yang
“Melunturnya
sistem
belalle’
juga
penyebab
tersebut
semakin
kebudayaan lain.
terutama
cara
pengolahan lahan semakin mudah” Kemajuan
ilmu
diantaranya
yaitu
pengaruh
Sebelum terjadinya konflik di Sambas, dan
masyarakat Sambas memiliki berbagai
teknologi yang semakin maju tersebut juga
macam etnis dan salah satunya etnis
menjadi salah satu penyebab melunturnya
pendatang.
sistem belalle’ ke sistem upah. Sebagai
membuat masyarakat merasa selalu kalah
contoh, masyarakat dulunya membuka
dengan etnis pendatang karena etnis
lahan menggunakan parang atau untuk
pendatang mempunyai etos kerja yang
mengusir
padi
sangat tinggi. Interaksi masyarakat tidak
menggunakan hal-hal yang bersifat mistik
hanya melalui tatap muka secara langsung,
seperti air jampi-jampi, sekarang sudah
interaksi juga dilakukan secara tidak
mulai
pestisida,
langsung, seperti interaksi melalui media
hanya
massa. Selain dari faktor penyebab yang
menggunakan anggota badan manusia
berasal dari dalam dan luar masyarakat,
(kaki), sekarang mulai adanya mesin
terdapat juga faktor lainnya diantaranya
perontok. Agar lebih mempermudah dan
yaitu faktor ekonomi.
hama
pengetahuan
sistem
berasal dari luar masyarakat. Faktor-faktor
dipengaruhi oleh faktor teknologi yang canggih,
melunturnya
penyakit
pada
menggunakan
merontokkan
padi
dulunya
Adanya
etnis
pendatang
7 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Seiring dengan perkembangan zaman, terlihat
bahwa
masyarakat
tingkat
semakin
kesejahateraan meningkat
dan
“Faktor penyebab melunturnya sistem belalle’ ke sistem upah yaitu faktor ekonomi,
yang
mana
ekonomi
dulu
kondisi
masih
rendah
kondisi ekonomi di masa kini sudah mulai
masyarakat
meningkat Masyarakat di zaman sekarang
sedangkan sekarang ekonomi masyarakat
sudah mulai memiliki sifat materialisme
sudah mulai meningkat”.
yaitu masyarakat lebih memilih untuk
c. Sistem Upah
bekerja mencari uang dibanding dengan
Sistem upah yang diterapkan di Desa
ikut berpartisipasi dalam kegiatan belalle’
Rambayan pada bidang pertanian ada dua
untuk mengerjakan ladang mereka, dan
yaitu upah harian dan borongan. Hal ini
mereka
disampaikan oleh Ibu Sumarni (50 tahun)
memilih
menyerahkan
ladang/sawahnya untuk dikerjakan oleh
dan
orang lain menggunakan sistem upah.
wawancara tanggal 01 & 02 mei 2016.
Seiring
dengan
(42
tahun)
hasil
“Bentuk/jenis upah yang diterapkan di
masyarakat akan barang juga meningkat
Desa Rambayan yaitu sistem upah harian
sehingga uang sangat berarti di kehidupan
dan
masa
pekerjaan ladang diberikan dengan upah
dan
itu,
Johanis
kebutuhan
sekarang
hal
Ibu
apa-apa
serba
mengandalkan uang, lain halnya dulu sebelum ekonomi masyarakat masih belum meningkat.
Hal
tersebut
juga
telah
borongan
dengan
setiap
jenis
yang berbeda”. Upah
yang
diterapkan
di
Desa
Rambayan, antara lain:
menyebabkan melunturnya sistem belalle’
1. Upah harian
pada bidang pertanian
Upah harian yang diterapkan dalam
yang ada di
masyarakat. Dengan melunturnya sistem belalle’
bidang pertanian seperti contohnya pada awal
pembukaan
lahan,
biasanya
tersebut menyebabkan ketergantungan satu
masyarakat menggunakan sistem upah
sama lain mulai berkurang khususnya di
yaitu untuk upah per hari pada pembukaan
bidang pertanian. Sistem belalle’ yang
lahan dengan menggunakan pestisida yaitu
awalnya hanya dibayar tenaga dengan
dibayar Rp 100.000 per hari, sedangkan
tenaga, sekarang mulai meluntur yaitu
untuk tandor, merumput/nyamak dan serta
menggunakan materi (upah). Hal ini sama
beranyi (panen hasil padi) diberikan upah
seperti halnya yang diungkapkan oleh ibu
Rp 50.000 per hari. merontokkan padi
Hamdiah (46 tahun) hasil wawancara
masyarakat
tanggal 30 april.
menyewa/memberikan upah.
juga
harus
8 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
2. Upah borongan
kebudayaan lain yang ditandai dengan
Upah borongan yang diterapkan di
hadirnnya etnis pendatang ditengah-tengah
Desa Rambayan yaitu untuk pengerjaan
masyarakat. Etnis melayu selalu kalah
pekerjaan tandor (menanam bibit) dibayar
dalam hal ekonomi sejak adanya etnis
Rp 10.000 per kawang (1 kawang=0,0064
pendatang yaitu etnis pendatang lebih
ha),
menguasai pada bidang angkutan, jasa,
sedangkan
untuk
merumput
(memotong rumput) dibayar Rp 11.000 per kawang (1 kawang=0,0064 ha), sedangkan
pedagang dan lain sebagainya. Pergeseran
untuk merontok padi diberikan upah Rp
disebabkan
5.000 per karung.
pendorong
sistem oleh
belalle’
juga
beberapa
perubahan
sosial
faktor menurut
Damanik (2010) diantaranya: Pertama, kontak sosial dengan budaya
2. Pembahasan Berdasarkan
hasil
penelitian
lain
yaitu
dengan
penduduk
dilapangan,terjadi kesesuaian dengan teori
bermacam-macam
yang
teori
berbeda suku/etnis, ras yang ada di
perubahan sosial menurut Soekanto (2014)
masyarakat Desa Rambayan menjadi salah
dan Damanik (2010), diketahui beberapa
satu penyebab melunturnya sistem belalle’.
faktor
digunakan
peneliti
penyebab
yaitu
melunturnya
sistem
belalle’ diantaranya: Faktor
yang
(heterogen)
yang yang
Pada kegiatan belalle’, etnis pendatang yang terdapat di Desa Rambayan ikut
berasal
dari
dalam
berbaur dalam mengikuti proses kerja
masyarakat menurut Soekanto (2014) yaitu
dalam belalle’, tapi dalam melakukan
yang Pertama, bertambah/berkurangnya
belalle’
penduduk berupa sulitnya mencari tenaga
masyarakat melayu cenderung antusias
pekerja untuk melakukan sistem belalle’
dalam melakukan usaha kerja tani karena
yaitu ditandai meningkatnya pendapatan
etnis madura yang ada di Desa Rambayan
dan tingkat kesejahhteraan masyarakat.
memiliki etos kerja yang cukup tinggi dan
Kedua, adanya penemuan-penemuan baru
pekerja keras. Setelah konflik sistem
yaitu
belalle’ yang terdapat di Desa Rambayan
dengan ditandai adanya alat-alat
teknologi
canggih
yang
digunakan
masyarakat dalam melakukan kegiatan usaha taninya. Faktor masyarakat
masih
bersama
tetap
berjalan
orang
seperti
madura,
biasa,
meskipun telah terjadi pergeseran. Melunturnya sistem belalle’ ini yaitu
yang yaitu
berasal
dari
pengaruh
luar
masyarakat merasa tidak ada penghalang
dari
lagi dalam masyarakat, jadi masyarakat 9
ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
lebih menganggap mudah semua pekerjaan
yang berupa nilai kerja sama, silaturrahmi,
usaha tani, meskipun masih mempertahan
kebersamaan,
kebudayaan yang ada, tetapi kebudayaan
kekompakan masyarakat semakin jarang
itu mulai dinilai dengan materi.
ditemui khususnya pada bidang pertanian.
Faktor
ekonomi
semakin
masyarakat
meningkat
pendapatan
yaitu
masyarakat
dulu
yang
Keempat,
kepedulian
hadirnya baru
serta
penemuan-
tingkat
penemuan
sebagai
akibat
belum
perkembangan ilmu pengetahuan yang
berkembang, dulunya etnis melayu bekerja
semakin maju seperti
hanya mengandalkan pertanian, sekarang
traktor,
setelah etnis pendatang sudah tidak lagi
memudahkan semua pekerjaan masyarakat
menetap, pembagian kerja etnis melayu di
dalam kegiatan usaha tani. Kelima, adanya
Desa Rambayan juga mulai meningkat.
sifat manusia yang merasa tidak puas
pestisida,
adanya mesin mesin
perontok
Kedua, Seiring dengan perkembangan
terhadap keadaan yang ada dan selalu ingin
zaman, pendidikan juga merupakan suatu
mengadakan perubahan kearah yang lebih
hal/suatu kebutuhan yang wajib dimiliki
baik. Begitulah yang telah dirasakan
seseorang.
masyarakat Desa Ramnbayan sehingga
Dengan
kemampuan
masyarakat untuk berpikir, masyarakat
menyebabkan
memiliki kemampuan bagaimana cara
yang telah membudaya sejak lama yaitu
untuk
dengan
mengembangkan,
memperbaharui/memodifikasi
suatu
kebudayaan yang sejak lama dimiliki masyarakat. Ketiga,
ditandainya
hadirnya
alat-alat
ladang/sawah. dengan
meningkatnya
kemajuan
kesejahteraan serta ekonomi masyarakat
pendidikan dalam kehidupan masyarakat
menyebabkan masyarakat ingin melakukan
telah menyebabkan nilai-nilai sosial yang
perubahan
ada
menjadi
sistem upah dalam kegiatan usaha tani.
hadirnya
Pekerjaan yang dulunya dibayar tenaga
di
dengan
kebudayaan
teknologi yang canggih dalam pekerjaan
Keenam, seiring
melunturnya
masyarakat
melemah/berkurangDengan
yaitu
dengan
tenaga/keringat,
menerapkan
sistem upah menyebabkan masyarakat
dengan
kini
mulai
mulai tidak bergantung pada orang lain dan
meluntur menjadi materi/uang. Dari hal
memandang sesuatu dapat dibayar dengan
tersebut, membuat kesadaran masyarakat
materi/uang. Dengan begitu, kesadaran
akan pentingnya kerja sama antara satu
masyarakat menjadi berkurang, nilai-nilai
dengan yang lainnya menjadi berkurang
yang terkandung dalam sistem belalle’
dan antusias masyarakat untuk bekerja 10
ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
sama sudah jarang ditemui dalam kegiatan
usaha tani yang ada pada masyarakat Desa
belalle’. Ketujuh, dengan sifat manusia
Rambayan
yang selalu ingin mengadakan perubahan
Kabupaten Sambas yang sekarang mulai
kearah yang lebih baik dari waktu ke
meluntur ke sistem upah, maka dapat
waktu, dikarenakan masyarakat memiliki
diberikan kesimpulan sebagai berikut :
sifat yang terkadang merasa tidak puas
1.
Kecamatan
Tekarang
Sistem belalle’ dalam usaha tani yang
dengan keadaan yang ada, menyebabkaan
ada di Desa Rambayan merupakan
nilai-nilai yang terkandung dalam sistem
kegiatan/pekerjaan
belalle’
secara
juga
masyakarat
menjadi
tidak
luntur,
dapat
serta
mempertahan
yang
dilakukan
bersama-sama
secara
bergantian
sistem belalle’
untuk
kepentingan
perorangan/individu.Sistem
Kedelapan, dengan adanya media massa
merupakan
(media elektornik dan media cetak), masyarakat dapat melihat dan meniru apa
bentuk
belalle’ solidaritas
masyarakat terhadap masyarakat lain. 2.
Sistem belalle’ ini terkandung banyak
yang diiklankan atau diberitakan dalam
nilai diantaranya yaitu nilai gotong
media massa tersebut, khususnya pada
royong/kerja sama, nilai solidaritas,
bidang pertanian. Sebagai akibat dari
nilai kebersamaan, kekeluargaan serta
persebaran
media
massa
tersebut,
kepedulian terhadap sesama. Adanya
masyarakat
menjadi
lebih
cenderung
sistem belalle’ ini sangat memberikan
bergantung
kepada
alat-alat
canggih
manfaat dalam kehidupan masyarakat
dibanding dengan bantuan masyarakat dan
yaitu
dengan
sistem
belalle’
ini
masyarakat lebih memilih bekerja sendiri
pekerjaan masyarakat menjadi lebih
dengan bantuan alat teknologi tersebut.
mudah dan ringan. Selain dari itu, sistem belalle’ juga mempererat nilai silaturrahmi, dan dapat menambah wawasan serta pengalaman seseorang.
E. KESIMPULAN 3. Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
Melunturnya sistem kerja belalle’ ke sistem upah dalam usaha tani di Desa
pembahasan yang telah dikemukakan oleh
Rambayan
penulis
Kabupaten Sambas memiliki beberapa
observasi
yang dan
bersumber wawancara
dari
hasil
mengenai
faktor-faktor
Kecamatan
penyebab
Tekarang
diantaranya
perubahan sosial yang terjadi yaitu dari
faktor dalam dan luar masyarakat
Belalle’ yang merupakan sistem kerja
menurut Soekanto (2014) antara lain 11
ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
faktor
dari
dalam
bertambah/berkurangnya
meliputi
tani
penduduk
yaitu ditandai dengan keterbatasan
masyarakat,
pada
acara
pernikahan, khitanan, dan lain-lain. 2.
Bagi Kepala Desa selaku pemimpin di
tenaga kerja dan adanya penemuan-
desa, hendaknya tetap memberikan
penemuan baru yaitu dengan hadirnya
sosialisasi tentang pentingnya suatu
alat-alat
kebudayaan
teknologi
dalam
bidang
dalam
kehidupan
pertian. Faktor dari luar masyarakat
masyarakat. Kebudayaan yang telah
yaitu
dari
ada seperti sistem belalle’ diharapkan
kebudayaan lain seperti adanya etnis
tidak akan punah dan menghilang
pendatang
Desa
ditelan zaman, meskipun kenyatan
Rambayan sebelum terjadinya konflik.
sekarang, sistem belalle’ memiliki
Penyebab lainnya yaitu adanya kontak
perubahan dan meluntur ke sistem
sosial dengan budaya lain diantaranya
upah.
adanya
pengaruh
yang
ada
di
meningkatnya faktor ekonomi, sikap terbuka masyarakat dan keinginan masyarakat melakukan perubahan ke
G. RFERENSI
arah yang lebih baik ditandai dengan hadirnya alat-alat teknologi dalam kegiatan
usaha
tani
masyarakat,
Amirin, T.M. (2003). Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
sulitnya mencari tenaga kerja. Asnidar, A. (2010), Perubahan Solidaritas Kekerabatan Etnis Jawa yang Ada di Perantauan. Medan : Universitas Sumatera Utara.
F. SARAN
1.
Bagi masyarakat hendaknya lebih memahami arti pentingnya sistem belalle’ yang telah membudaya sejak dahulu dan merupakan warisan dari nenek moyang leluhur dan masyarakat diharapkan
tetap
mempertahankan
sistem belalle’ tersebut ke dalam setiap hal yaitu pada kegiatan usaha
Arkanudin. (2011). Sebuah Penelitian Antropologi Perubahan Sosial Masyarakat Peladang Berpindah. Pontianak: STAIN Pontianak Press. Bungin, B. (2005). Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula 12
ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora. Bandung: Cv. Pustaka Setia. Damanik, F. H. S. (2010). Sosiologi Program ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA. Klaten. PT Intan Pariwara. Elza, W. (2013). Perubahan Nilai Gotong Royong Pada Cara Penyediaan Makanan Pesta Perkawinan Masyarakat di Desa Palemraya Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya. Fathoni, A. (2006). Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Hanafie, R. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta, CV Andi Offset Ibrahim, J. T. ( 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Press. Marissa. (2010). Analisis Pendapatan Usaha Tani Tebu. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Martono, N. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial;Perspektif Klasik, Modern Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Maryani, S. (2005). Budaya “Sambatan” di Era Reformasi (skripsi) FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Marzali, A. (2005). Antropologi & Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Moleong, L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakary. Mosse, J.C. Pembangunan. Pelajar.
(2007). Gender dan Yogyakarta: Pustaka
Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Murtiatmo, G,. dkk. (2000). Khazanah Sebuah Budaya Lokal;Sebuah Pengantar untuk Memahami Kebudayaan Daerah di Nusantara. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Ranjabar, J. (2008). Perubahan Sosial dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial. Bandung: Alfabeta. Ruky, 1990. Sistem & Administrasi Penggajian untuk Perusahaan di Indonesia. Bandung: Angkasa. Saidah, 2013. eJurnal Sosiologi Konsentrasi. Sistem Pembagian Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin (Analisis Gender Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit PT Muara Toyu Subur Lestari di Kabupaten Paser, 1(1), 1-12. Sajogyo & Sajogyo, P. (2005). Sosiologi Pedesaan: kumpulan bacaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Salamun, dkk. (2002). Budaya Masyarakat Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta. Satori, D. & Komariah, A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.Alfabeta. Soekanto, S. (2014). Sosiologi Suatu Pengantar-Ed Revisi. Jakarta: RajaGrafind Persada. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung. Alfabeta. Suprihatin, I. (2014). Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat Sekitar Perusahaan Tambang Batu Bara di desa Mulawarman Kecamataan Tenggarong Seberang. Universitas Mulawarman, Samarinda. 13
ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Volume 4 Noor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Sumber Internet: Ardhan, W. (2011). Pengertian Mengenai Tata Kerja, Prosedur Kerja, Sistem Kerja. http://wardhanaardhan.blogspot.in/2011/03/pengertianmengenai-tata-kerja-prosedur.html (Diakses tangggal 2 Maret 2016). Jameela, H. (2011). Tenaga Kerja dalam Usaha Tani. https://meelaisme.wordpress.com/2011/10/ 20/tenaga-kerja-dalam-usaha-tani/ (Diakses tanggal 07 januari 2016). Mananta, R. (2016). Belale’:Tradisi Budaya Gotong Royong Masyarakat Petani Padi di Sambas. http://www.misterpangalayo.com/2016/03/ belale-tradisi-budaya-gotong- royong.html (Diakses tanggal 3 Maret 2016). Nalin, A. (2009). Tata Kerja, Prosedur Kerja, dan Sistem Kerja. https://andrenalin1991.wordpress.com/200 9/12/30/tugas-4-kerja-prosedur-kerja-dansistem-kerja/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C899 654842 (Diakses 2 maret 2016). Niki, W.S. (2013). Teori Perilaku Proposial. http://penjajailmu.blogspot.com/2013/03/te ori-perilaku-prososial.html?m1 (Diakses 27 agustus 2016) Nurrahima, M. 2014. Pembagian Kelas Sosial. http://mufida-nurrahimafib13.web.unair.ac.id/artikel_detail104808-psikologi%20pelayanankelas%sosial,%stratifikasi%20sosial,%20d an%%20kebudayaan%20topik%2015&17. html (Diakses 20 April 2016).
14 ZAHARA, NIM. E51112038 Progam Studi Sosiologi Fisip UNTAN
KIMF.NTEnIAN nISET TETNOIIrcI I}AN PENIIIDIXAITI TIN@I TINIVERSITAS TANJUNGPUf,A FAKULTAS ILMU SOSIAL I'ATI ILIIU POLITIK
PENGELOLA JI]RNAL MAEASISWA &hn hd. Ih. f,, Hrdd Nrrrsi, pondurtr Ko0rlpoa ?t124 LEII{BAR PERNYATAA}I PERSETUruAN UNGGAH i PUBLIKASI KARYA ILMTAH I.}NTI,JK JUR}.IAL ELEKTRONIK MAHASISWA Scbsgd sivitasakdmikallnivcrsiasTqiungpura, ymgberamdafqngm
LAHAKA "Eri
NauaL^€ogkry
dmi
-
&ii3B'7 "6r"niui h, r"ii:6i6""' ii
NIM/Pcriodc luhr Trrggd Iarlus Fahrlh/Jurusso
Progre Studi E{ail d&Es/ HP
" " " "' "'
dihwah ini, saye
IsrP / {9I:9..!f .q.!..... .
tolt0L0 sr
?*h.?c.H.Tj_Dr.ii_e...'.g.h'.1'!' g#q6,ersr G I
pmgBmbmgm ilmu pcogcfiafrufi dan pmsnuhan syeat artrrinistn{if kdutusa meosisnna (Sl),
SMi ..f.9J.1'9-k9..{1.-.....'. fdrultas lhu-sosid dsr Itnu Politik Univcrsirrs Ta1rynrq I{at Bcbas RoDrsltiNm-e&*tusif (Non-udtxive RoluttyFree Nght)ataskryaihiahseJraydgftu&1*+1:
laoi
?oaa |1al>rara .9.Lf.glLf...',..fts ttrn l&rJa Ut.ohe ...........n.gff fu :?.._}*HrC-:.'r-i,:ii;;ii;""r;;'Hi
Eaf,
di De,
B-anba)an
lxcta-perrEkd yang diporlukan (bila ada). Dcngm HaL, B€bos Rryslti Nm,**tusif iri, pmgelola bstal ma:riryru @gdih{diai rormr-fa, mgcloluya &tm bcrrn* p-rk"td lY*{ (ddass)' mcndisrihrdkunyq de mryittrmt mcqn bttdikenya di Imernct ou uafra hin):dr11 EI3 Secralutlrex
V
contentatikd s@8i
eqan stmdrpenulisjurnd yangHaku.
mhft kqcntings *adoryis tepa tapa srya
$agri p€ndiV pcncipAdm mr
SEE borsedia
tmtte
yug b€rsrnglnilm.
E@ mcocmrmlm
nama
ehk lf'|ngBqg secaraFibadl tupa mdibdro pihak Pmgelola Jum4 $€ate b€ntuk 1ry tir$ql ms polaoggrao l{ak CipA aeu,r, tayi llmian raya ioi.
hulcum
pcmyataon ini
q
perlu mcmina tiin dari saya sclma
prtit
IJ
yug sryabo*dcngm s*ara5la Dibud di Padrteggsl
ffi
F*-
tan aqn Ctxrn:
*ulis qauajuaal
sesuei Fodi masing-nasing (Pubkh,oGovemancelAspirasi/Soci&ulsosiotogiqrre)
nmeryat Pcrscqium dri peogdola Jurnal bcrtrc ini haus di sca darairn fcmat pDF de dilmpfutan pads ssce4 ryIood sryptemcntry scolai psoccs rrngg& pecyerahm bqtrc (mhission atrh6) S€ilelEh