15
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Lokasi ini memiliki ketinggian tempat 240 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Oktober 2011. Analisis tanah dan media tanam dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1.
benih buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.) nomor introduksi Le 02 yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa);
2.
limbah media tanam jamur tiram yang diperoleh dari Laboratorium Teknologi Sumberdaya Mineral, Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang beralamat di Jalan Tegalwaru 1 Ciampea, Kabupaten Bogor. Limbah media jamur tiram terdiri dari komponen serbuk gergaji kayu sengon, dedak, jagung beras, kapur, dan gipsum dengan perbandingan 20 : 2 : 2 : 1 : 1. Limbah tersebut diambil dari baglog tua yang sudah tidak produktif lagi (berumur lebih dari 3 bulan);
3.
limbah media tanam jamur merang yang diperoleh dari CV Mitra Usaha, Dusun Krajan 1, Desa Panyingkiran, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Limbah tersebut terdiri dari komponen jerami, kapas, dedak, dan kapur dengan perbandingan 40 : 4 : 4 : 1;
4.
pupuk kandang sapi yang diperoleh dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor berupa kotoran sapi yang telah dingin dan siap digunakan untuk pupuk atau media tanam;
5.
arang sekam yang diperoleh dari Desa Situgede, Bogor;
16 6.
tanah berjenis latosol yang didapatkan dari kebun percobaan Leuwikopo, Dramaga, IPB; dan
7.
bahan-bahan untuk pemeliharaan tanaman (pupuk urea 62 kg/ha, pupuk SP36 250 kg/ha, pupuk KCl 90 kg/ha, pupuk NPK Mutiara) serta bahan-bahan untuk analisis media tanam. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah polibag ukuran 40 cm x 40
cm, ember ukuran 8 L, peralatan pengamatan, peralatan analisis media tanam, dan peralatan budidaya pertanian. Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu kombinasi media tanam dengan 13 taraf perlakuan berdasarkan volume per volume (v/v). Model linier aditif RKLT yang akan digunakan adalah: Yij = µ + τi + βj + εij dengan keterangan sebagai berikut: Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum τi = pengaruh perlakuan media tanam ke-i βj = pengaruh ulangan ke-j εij = pengaruh galat percobaan i = 1, 2, 3, …, 13 dan j = 1, 2, 3 Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil yang berbeda nyata diujilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %. Perlakuan percobaan terdiri atas 13 taraf perlakuan kombinasi media tanam berdasarkan volume, yaitu: P1 = tanah (100 %) P2 = limbah media jamur tiram (100 %) P3 = limbah media jamur merang (100 %) P4 = pupuk kandang sapi (100 %) P5 = tanah + limbah media jamur tiram (1 : 1)
17 P6 = tanah + limbah media jamur merang (1 : 1) P7 = tanah + limbah media jamur tiram + pupuk kandang sapi (1 : 1 : 1) P8 = tanah + limbah media jamur tiram + arang sekam (1 : 1 : 1) P9 = tanah + limbah media jamur tiram + pupuk kandang sapi + arang sekam (1 : 1 : 1 : 1) P10 = tanah + limbah media jamur merang + pupuk kandang sapi (1 : 1 : 1) P11 = tanah + limbah media jamur merang + arang sekam (1 : 1 : 1) P12 = tanah + limbah media jamur merang + pupuk kandang sapi + arang sekam (1 : 1 : 1 : 1) P13 = tanah + limbah media jamur tiram + limbah media jamur merang + pupuk kandang sapi + arang sekam (1 : 1 : 1 : 1 : 1) Perlakuan P1 hingga P4 merupakan komponen media tanam tunggal, sedangkan perlakuan P5 hingga P13 merupakan komponen media tanam campuran dari berbagai macam media tanam tunggal. Setiap taraf perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 39 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 polibag (disebut petak percobaan). Masing – masing polibag ditanami 2 benih. Dengan demikian total populasi tanaman buncis tegak adalah 780 tanaman. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 5 polibag yang dipilih secara acak setiap perlakuan, sehingga total ada 195 polibag tanaman contoh. Pelaksanaan Media tanam yang telah diperoleh sebelumnya dikeringanginkan terlebih dahulu kemudian diayak agar mudah digunakan sebagai media tanam. Pada perlakuan media tanam tunggal, komponen media tanam yang telah diayak langsung dimasukkan ke dalam masing-masing polibag dengan ukuran 1 polibag = 1 volume ember (ember berukuran 8 L). Pada perlakuan media tanam campuran, masing - masing komponen media tanam dicampur rata terlebih dahulu sesuai dengan perbandingan media tanam pada setiap perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam polibag. Setiap perlakuan terdapat 30 polibag, sehingga media tanam yang diperlukan tiap perlakuan sebanyak 30 volume ember.
18 Penanaman benih buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.) dilakukan pada bulan Maret 2011. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 40 cm. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyulaman, pemberian pupuk, penyiraman, dan penyiangan gulma. Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 10 HST (Hari Setelah Tanam). Pemberian pupuk dilakukan pada saat sebelum tanam dan setiap minggu saat tanaman mulai berumur 2 MST (Minggu Setelah Tanam). Pupuk yang diberikan pada saat dua minggu sebelum tanam adalah urea 0.31 g/polibag, SP-36 1.25 g/polibag, dan KCl 0.45 g/polibag. Pupuk tersebut diaplikasikan dengan cara ditabur. Pupuk yang diberikan saat tanaman mulai berumur 2 MST adalah NPK Mutiara dengan konsentrasi 2 g/L dan diaplikasikan dengan cara dikocor dengan dosis 250 mL/polibag tiap minggunya. Pemanenan pertama dilakukan saat tanaman berusia 53 hari pada bulan April 2011 dan berakhir pada bulan Mei 2011 setelah 9 kali pemanenan. Polong yang dipanen berdasarkan kriteria warna polong agak muda dan suram, permukaan kulitnya agak kasar, biji dan polong belum menonjol, serta polong mengeluarkan bunyi letupan jika dipatahkan (Susila, 2006). Buncis dipanen dengan cara dipetik tangan secara bertahap hingga tanaman tidak menghasilkan polong lagi. Analisis fisik dan kimia media tanam dilakukan di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis fisik media tanam yang dilakukan adalah kapasitas memegang air (Water Holding Capacity, WHC), sedangkan analisis kimia media tanam yang dilakukan adalah pengukuran pH media tanam dan rasio C/N media tanam. Pengukuran kapasitas memegang air (Water Holding Capasity) dilakukan dengan metode Alhricks (Lampiran 4). Pengukuran pH media tanam menggunakan media air yang dikenal dengan pH H2O (Lampiran 5). Analisis rasio C/N dilakukan secara terpisah. Kadar C-organik diukur menggunakan metode Walkley & Black (Lampiran 6) untuk P1 (media tanam tanah) dan metode pengabuan 700 oC (Lampiran 7) untuk P2 sampai P13. Kadar N-total diukur dengan menggunakan metode Kjehdal (Lampiran 8).
19 Pengamatan Pengamatan tanaman buncis tegak dilakukan pada 5 polibag tanaman contoh tiap petak percobaan yang telah dipilih secara acak. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu setelah tanam. Peubah pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Peubah pengamatan media tanam a. Kapasitas memegang air (Water Holding Capasity) Kapasitas memegang air media tanam diukur menggunakan metode Alhricks (Lampiran 4). b. pH Pengukuran pH media tanam dilakukan dengan menggunakan media air yang dikenal kenal pH H2O (Lampiran 5). c. Rasio C/N Analisis rasio C/N dilakukan secara terpisah. Kadar C-organik diukur menggunakan metode Walkley & Black (Lampiran 6) untuk media tanam tanah (P1) dan metode abu (Lampiran 7) untuk P2 sampai P13, sedangkan kadar N-total diukur dengan menggunakan metode Kjehdal (Lampiran 8). 2. Peubah pengamatan tanaman a. Tinggi tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 – 5 MST. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh dengan menggunakan penggaris dan meteran. b. Jumlah daun Penghitungan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 2 – 4 MST. Jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun yang telah membuka dengan sempurna. c. Jumlah cabang Penghitungan jumlah cabang dilakukan pada saat tanaman berumur 2 – 4 MST. d. Jumlah polong (polong)
20 Jumlah polong dihitung berdasarkan jumlah polong yang dipanen dari tiap tanaman contoh dan juga tiap petak pada masing - masing perlakuan. e. Bobot polong (g) Bobot polong dihitung berdasarkan hasil panen polong dari tiap tanaman contoh dan juga tiap petak pada masing - masing perlakuan yang ditimbang menggunakan timbangan analitik. f. Panjang polong (cm) Panjang polong diukur dari pangkal polong hingga ujung polong dengan menggunakan meteran. Polong yang diukur adalah polong yang telah dipanen dari tanaman contoh pada masing - masing perlakuan.