19
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta daerah pengambilan tikus uji di Kabupaten Bogor (Kampung Carangpulan, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga), Kabupaten Subang (Kecamatan Patok Beusi) dan Kabupaten Pati (Desa jambean, Kecamatan Margorejo). Penilian berlangsung dari bulan September hingga Desember 2011.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas tempat air minum, mangkok tempat makan, pinset, bumbung bambu tempat persembunyian tikus, timbangan elektronik (analytical top loading animal balance) (Gambar 1), timbangan manual (triple beam animal balance) (Gambar 2), kandang tunggal (single cage) (Gambar 3) sebagai tempat pengujian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus sawah (R. argentiventer), tikus rumah (R. rattus diardii) dan tikus pohon (R. tiomanicus), rodentisida [berbahan aktif
seng fosfida 1%, kumatetralil 0.005%, bromadiolon
0.005%, brodifakum 0.005%, flokumafen 0.005%, gadung (10%, 20%, 25%, 30%), mahoni (8%, 16%, 24%, 32%), jarak (8%, 16%, 24%, 32%), bintaro (8%, 16%, 24%, 32%)], umpan dasar (beras dan gabah). Serta kuesioner mengenai pemahaman, sikap, dan tindakan petani dari berbagai daerah tempat tikus uji tersebut diambil yang berjumlah sebanyak 67 responden.
20
Gambar 1 Timbangan elektronik
Gambar 2 Timbangan manual
Gambar 3 Kurungan tunggal (single case) Metode Tahap Persiapan Sebelum dilakukan penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan persiapan pada hewan uji, rodentisida, umpan dasar dan kuesioner. Persiapan hewan uji dengan mendatangkan tikus sawah dari hasil penangkapan di lahan persawahan Kabupaten Subang dan Pati. Tikus rumah dan tikus pohon berasal dari hasil penangkapan (trapping) di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tikus yang
21
digunakan dalam pengujian ini sebanyak 1.228 ekor tikus sawah, 367 ekor tikus rumah, dan 644 ekor tikus pohon. Data juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Laboratorium Vertebrata Hama sejak Januari 2010 sampai Agustus 2011 yang digunakan untuk membandingkan tingkat kejeraan tikus terhadap umpan dan rodentisida jika dilihat dari waktu pengambilan tikus uji tersebut. Untuk dapat digunakan sebagai hewan uji, tikus – tikus tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: tidak bunting, berat badan lebih dari 70 g, dewasa, perbandingan jenis kelamin 1:1, dan dalam keadaan sehat. Sebelum dilakukan pengujian tikus yang diperoleh dari lapang tersebut perlu diadaptasikan terlebih dahulu dengan diberi pakan gabah dan minuman yang berlimpah (ad libium) setiap hari selama tiga sampai tujuh hari. Setelah diadaptasikan tikus tersebut dipindahkan ke kandang tunggal (single cage) yang sebelumnya ditimbang dahulu bobotnya dengan menggunakan timbangan elektronik atau timbangan manual serta dilihat jenis kelaminnya. Setelah itu segera diberi rodentisida atau umpan yang digunakan untuk pengujian. Persiapan berikutnya adalah persiapan umpan dan rodentisida. Umpan yang digunakan dalam pengujian ini adalah umpan dasar seperti gabah dan beras. Gabah dan beras tersebut didapatkan dari penggilingan padi yang berada di sekitar kampus IPB, Dramaga, Bogor serta dibeli dari toko. Rodentisida akut yang digunakan adalah rodentisida berbentuk tepung yang aplikasinya dicampur dengan beras dan diberi sedikit minyak nabati agar tepung menempel pada beras yang berbahan aktif seng fosfida 1%. Rodentisida siap pakai (ready to use) yang digunakan adalah rodentisida kronis yang berbahan aktif warfarin 0.005%, kumatetralil 0.005%, bromadiolon 0.005%, brodifakum 0.005%, flokumafen 0.005%. Rodentisida nabati yang digunakan dibuat dengan mengambil ekstrak tumbuhan gadung (10%, 20%, 25%, 30%), mahoni (8%, 16%, 24%, 32%), jarak (8%, 16%, 24%, 32%), bintaro (8%, 16%, 24%, 32%). Untuk gadung, umbinya dibuat dalam bentuk blok sedangkan mahoni, jarak merah, dan bintaro dalam bentuk ekstrak kasar yang campur dengan beras dan sedikit bahan tambahan.
22
Persiapan yang terakhir adalah pembuatan kuesioner. Kuesioner tersebut berisikan tentang pemahaman, sikap, dan tindakan petani tentang tikus sawah, tikus rumah, dan tikus pohon yang berada di daerah tempat tikus uji tersebut diambil. Kuesioner tersebut berisi 20 pertanyaan dan diberikan kepada 67 responden. Tahap Pengujian Rodentisida Pengujian rodentisida dilakukan untuk mengetahui tingkat kejeraan tikus terhadap rodentisida. Pengujian tingkat kejeraan tikus tersebut menggunakan metode tanpa pilihan (no choice test). Asumsi konsumsi untuk setiap jenis rodentisida adalah jika blok atau capuran umpan dan rodentisida tersebut telah dimakan ≥ 1 g. Rodentisida akut (Gambar 4) yang berbahan aktif seng fosfida sebanyak 1% dicampur dengan beras dan ditambah minyak nabati agar bubuk seng fosfida tersebut menempel pada beras. Campuran beras dan bubuk seng fosfida tersebut ditaruh pada mangkok sebanyak 10-11 g. Campuran tersebut diberikan pada tikus dan dilihat jumlah hari penundaan konsumsi oleh tikus tersebut untuk menentukan tingkat kejeraan tikus tersebut. Rodentisida
kronis
(Gambar
5)
yang
berbahan
aktif
kumatetralil,
bromadiolon, brodifakum, dan flokumafen diletakkan pada mangkok sebanyak 4-5 blok (tergantung bobot tubuh tikus). Sebelum diberikan kepada tikus, rodentisida kronis ditimbang dahulu bobot blok tersebut. Blok tersebut diberikan pada tikus dan dilihat jumlah hari penundaan konsumsi oleh tikus tersebut untuk menentukan tingkat kejeraan tikus tersebut. Rodentisida nabati (Gambar 6) yang berbahan aktif gadung diberikan dalam bentuk blok. Setiap mangkok diberi 1 blok yang sebelumnya ditimbang terlebih dahulu bobotnya. Untuk bahan aktif mahoni, jarak merah, dan bintaro diberikan dalam ekstrak kasar yang dicampur dengan beras dan bahan tambahan lainnya. Setiap mangkok diberikan 15-16 g. Rodentisida tersebut diberikan pada tikus dan dilihat jumlah hari penundaan kansumsi oleh tikus tersebut kejeraan tikus tersebut.
untuk menentukan tingkat
23
Semua rodentisida tersebut diujikan pada tikus sawah, tikus rumah dan tikus pohon. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk menghitung konsumsi terhadap rodentisida dengan cara mengurangi bobot awal dengan bobot akhir termasuk rodentisida yang tercecer pada bagian dasar kandang. Setelah konsumsi tikus tersebut sudah dihitung makan dapat diketahui tingkat kejeraaan tikus dari rodentisida yang diberikan. Pencatatan dilakukan terhadap jumlah hari penundaan konsumsi. Kemudian dilakukan perhitungan persentasi terhadap tingkat jera tikus terhadap rodentisida dengan skala skoring. Tahap Pengujian Umpan Dasar Pengujian tingkat jera umpan pada tikus sawah, tikus rumah, dan tikus pohon dengan umpan dasar (Gambar 7) yaitu beras dan gabah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejeraan tikus terhadap umpan dasar serta sebagai pembanding terhadap rodentisida. Pengujian dilakukan dengan memberikan beras dan gabah sebesar 20-21 g setiap mangkok kepada tikus uji. Pengamatan dilakukan setiap hari dan dicatat konsumsi tikus terhadap umpan dasar tersebut (asumsi konsumsi adalah umpan tersebut telah dimakan ≥ 1 g) serta jumlah hari penundaan konsumsi. Setalah itu dilakukan perhitungan persentase tingkat jera tikus terhadap umpan dengan skala skoring. Tahap Pemberian Kuesioner Metode ini dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab tingkat kejeraan tikus terhadap umpan dan rodentisida dengan melakukan wawancara dan pemberian kuesioner terhadap petani yang sawahnya digunakan untuk mengambil tikus sawah di Kabupaten Subang dan Pati. Demikian juga pemberian kuesioner kepada masyarakat yang rumahnya digunakan untuk mengambil tikus rumah dan petani yang ladangnya digunakan untuk mengambil tikus pohon di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kuesioner tersebut berisi kurang lebih 20 pertanyaan yang diberikan kepada 67 responden tentang pemahaman, sikap, dan tindakan terhadap tikus yang dapat mempengaruhi tingkat kejeraan tikus terhadap umpan dan
24
rodentisida. Data tersebut dikumpulkan, diolah, dilihat pengaruhnya, serta dihubungkan dan dibandingkan dengan hasil perhitungan tingkat kejeraan tikus terhadap umpan dan rodentisida. Dari hasil pembandingan tersebut dapat diambil korelasi faktor yang menjadi penyebab tingkat kejeraan tersebut.
Gambar 4 Rodentisida akut
kumatetralil granural
kumatetralil blok
bromadiolon 2
bromadiolon 3
bromadiolon 4
brodifakum 1
brodifakum 3
brodifakum 5
brodifakum 2
25
brodifakum 7
brodifakum 8
brodifakum 10
brodifakum 13
brodifakum 15
brodifakum 16
brodifakum 17
flokumafen Gambar 5 Rodentisida kronis
gadung
mahoni
jarak
Gambar 6 Rodentisida nabati
bintaro
26
beras
gabah
Gambar 7 Umpan dasar (beras dan gabah)
Perhitungan Tingkat Kejeraan Tikus terhadap Umpan dan Rodentisida Perhitungan tingkat kejeraan umpan dan rodentisida didapatkan dengan metode skoring jera konsumsi umpan dan rodentisida. Tabel 1 Skoring tingkat kejeraan tikus terhadap umpan dan rodentisida Skala Skor
Konsumsi Tikus Hari ke-
Tingkat Kejeraan
0
0
tidak ada
1
1-2
sangat rendah
2
3-4
rendah
3
5-6
sedang
4
7-8
tinggi
5
>8
sangat tinggi
Setelah dikelompokkan tingkat kejeraan konsumsi tikus terhadap umpan dan rodentisida maka dilanjutkan dengan menghitung persentasi tingkat kejeraan dengan menggunakan rumus: ∑
PK =
x 100%
27
Keterangan:
PK
= Persentasi Kejeraan
vi
= Skoring/nilai
V
= Nilai skor terbesar
ni
= Jumlah tikus uji di dalam skor
N
= Jumlah tikus uji yang diamati
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengamati tingkat kejeraan tikus terhadap rodentisida kronis (berbahan aktif bromadiolon) dan umpan dasar (beras) adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 hewan uji dan 3 daerah yaitu tikus sawah Subang, tikus sawah Pati, tikus rumah Bogor, dan tikus pohon Bogor yang digunakan sebagai perlakuan dan presentase kejeraan tikus dari setiap rodentisida dan umpan sebagai ulangan. Perbandingan nilai tengah dan analisis ragam diproses dengan one way ANOVA, apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Selang Ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf α = 5% dan taraf α = 1% menggunakan bantuan program SAS for Windows V. 9.1.