BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU PEKANBARU 2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur
kehadirat
Tuhan
Yang
Maha
Esa atas
RahmatNya telah dapat disusun Buku Statistik Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2015, dimana buku ini berisikan data-data tentang perkembangan situasi pangan di Provinsi Riau pada tahun 2014. Disadari sepenuhnya bahwa buku ini belumlah sempurna dan masih banyak kekurangannya, untuk itu sumbang saran dari semua pihak sangatlah diharapkan demi kesempuranaan di masa akan datang, semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Demikianlah disampaikan, akhirnya ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan berperan aktif dalam penyusunan buku Statistik ini.
PEKANBARU,
DESEMBER 2015
KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU
Ir. Darmansyah NIP. 19590207 198503 1 009
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR __________________________________________________________ i DAFTAR ISI ________________________________________________________________ ii I.
PENDAHULUAN _________________________________________________________ 3
II.
KEADAAN UMUM PROVINSI RIAU __________________________________________ 5 A.
Keadaan Umum _______________________________________________________ 5
B.
Penduduk ____________________________________________________________ 7
Tabel 1. Penduduk Provinsi Riau menurut Kabupaten/Kota _______________________ 8 C.
Iklim _________________________________________________________________ 9
III. KONDISI KETAHANAN PANGAN __________________________________________ 10 Tabel 2. Produksi Pangan Riau Tahun 2010- 2014 (Ton) _________________________ 10 Tabel 3. Ketersediaan Pangan Riau Tahun 2010-2014 __________________________ 12 Tabel 5. Pasokan Pangan dari luar Propinsi Riau Tahun 2010-2014 (Ton)___________ 16 Tabel 6. Perkembangan Harga Rata-Rata Komoditi Pangan Tahun 2010-2014 ________ 18 Tabel 7. Konsumsi Pangan Riil Penduduk Riau Tahun 2010-2014 ________________ 20 Tabel 8. Kebutuhan Konsumsi Pangan Riau Th.2010-2014 _______________________ 22 Tabel 9. Perkembangan Konsumsi Pangan Provinsi Riau Tahun 2010-2014_________ 24 Tabel 10. Konsumsi Energi per kelompok bahan pangan 2010-2014 _______________ 25 Tabel 11. Konsumsi Protein per kelompok bahan pangan 2010-2014 ______________ 27 ISTILAH __________________________________________________________________ 29
ii
I. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang pangan, Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
untuk
dapat
hidup sehat,
aktif,
dan produktif
secara
berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan hal yang penting dan strategis, karena berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa tidak ada satu negarapun yang dapat melaksanakan pembangunan secara mantap sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih dahulu (Penjelasan PP No 68 Tahun 2002). Perwujudan Ketahanan Pangan yang mantap dan berkesinambungan dibangun berdasarkan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu: (1) ketersediaan pangan
yang cukup dan merata; (2) distribusi pangan yang efektif dan
efisien; serta (3) konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Ketahanan Pangan merupakan masalah pembangunan berkelanjutan yang kompleks, berhubungan tidak hanya dengan pangan dan pertanian tetapi juga berhubungan dengan kesehatan, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
lingkungan
dan
juga
perdagangan.
Sehingga
dalam
pelaksanaannya, pembangunan ketahanan pangan yang berkesinambungan terkait dengan semua sektor pembangunan nasional. Pencapain pembangunan ketahanan pangan sebagai salah satu bagian dari pembangunan nasional tidak dapat terlepas dari ketersediaan data yang berkesinambungan dalam berbagai tahapan pembangunan ketahanan pangan, mulai dari perencanaan, pemantauan hingga evaluasi. Tersedianya statistik tentang ketahanan pangan merupakan hal yang sangat mendasar untuk digunakan sebagai tolok ukur dalam mengestimasi dan menilai keberhasilan pembangunan ketahanan pangan serta memprediksi situasi ketahanan pangan sebagai isyarat dini untuk upaya perbaikan. 3
Sehingga statistik ketahanan pangan sangat diperlukan dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan. Indikator-indikator statistik ketahanan pangan mencakup data-data sektor dan non-sektoral yang terkait dengan ketahanan pangan yang dihimpun sebagai statistik ketahanan pangan, mencakup: (1) Aspek Ketersediaan dan Kerawanan
Pangan,
Perkembangan
meliputi:
Produksi
Ketersediaan
Beberapa
Energi
Komoditas
dan
Pangan
Protein, Penting,
Pertumbuhan Ketersediaan Komoditas Pangan Penting, dan Proyeksi Kebutuhan Pangan Penting Perubahan
Harga
Pembelian
; (2) Aspek Distribusi Pangan, meliputi: Pemerintah
(HPP),
Pemasukan
dan
Pengeluaran Beras, perkembangan Harga Gabag Kering Panen di Tingkat Petani, dan Perkembangan Harga-Harga Komoditas Penting; (3) Aspek Konsumsi dan Keamanan Pangan, meliputi: Tingkat Konsumsi Pangan Nasional berdasarkan Pola Pangan Harapan, Perkembangan Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein, Rata-rata Konsumsi Kelompok Pangan Rumah Tangga, Konsumsi Penduduk Indonesia Terhadap Berbagai Kelompok Makanan, Sasaran Pola Pangan Harapan Tahun 2010 sampai 2015 , Perkembangan Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2007 – 2011, Perkembangan Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan, Data Kejadian Keracunan Pangan, dan Hasil Uji Laboratorium Keamanan Pangan Beberapa Komoditas dari 12 Kabupaten/Kota ; (4) Aspek Kegiatan Strategis Ketahanan Pangan, meliputi: Program Aksi Desa Mandiri Pangan, Pengembangan
Lumbung,
Program
Kegiatan
Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP), Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM), Peta Kerawanan dan Kerentanan Pangan / Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA; serta (5) Aspek Umum yang terkait dengan ketahanan pangan lainnya, meliputi: perkembangan jumlah penduduk miskin, serta bentuk kelembagaan Ketahanan Pangan.
4
II. KEADAAN UMUM PROVINSI RIAU A. Keadaan Umum Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.015,09 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terletak antara 01° 05’ 00” Lintang Selatan - 02° 25’ 00” Lintang Utara atau antara 100° 00’ 00” 105° 05’ 00” Bujur Timur. Disamping itu sesuai Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terdapat wilayah lautan sejauh 12 mil dari garis pantai. Di daratan terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai besar yang mempunyai arti penting sebagai sarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 Km) dengan kedalaman 8 -12 m, Sungai Rokan (400 Km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar (400 Km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 Km) dengan kedalaman 6-8 m. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan daratan tinggi Bukit Barisan Bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. Adapun batas-batas Provinsi Riau bila dilihat posisinya dengan negara tetangga dan provinsi lainnya adalah sebagai berikut :
a.
Sebelah
Utara
:
Selat
Malaka
dan
Provinsi
Sumatera
Utara
b. Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat c.
Sebelah
Timur
:
Provinsi
Kepulauan
Riau
dan
Selat
Malaka
d. Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
5
Pada Tahun 2009 Provinsi Riau terdiri dari 10 (sepuluh) Kabupaten dan 2 (dua) Kota, dimana pada tahun 2009 berdasarkan UU 12 tahun 2009 dibentuk Kabupaten Kepulauan Meranti, luas wilayah masing-masing Kabupaten/Kota seperti terlihat pada tabel berikut ini : Nama-nama Ibukota dan Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau NO
KABUPATEN/KOTA
IBUKOTA
LUAS (Ha)
1
2
3
4
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
LUAS AREA (%) 5
Kuantan Singingi
Taluk Kuantan
520.216,13
5,84
Indragiri Hulu
Rengat
767,626,66
8,61
Indragiri Hilir
Tembilahan
1.379.837,12
15,48
Pelalawan
Pangkalan Kerinci
1.240.413,95
13,9
Siak
Siak Sri Indrapura
823.357,00
9,24
Kampar
Bangkinang
1.092.819,71
12,26
Rokan Hulu
Pasir Pangaraiyan
722.977,68
8,11
Bengkalis
Bengkalis
1.200.715,21
13,47
Rokan Hilir
Bagan Siapi-api
896.142,93
10,05
Pekanbaru
Pekanbaru
63.300,86
0,71
Dumai
Dumai
203.900,00
2,29
Kepulauan Meranti
Selat Panjang
3.707,84
0,04
8.915.015,09
100,00
Provinsi Riau
6
Secara makro posisi tersebut merupakan posisi strategis karena berbatasan langsung dengan jalur pelayaran internasional di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan serta berhadapan dengan negara-negara di Asia tenggara yaitu Malaysia – Singapura – Thailand – Kamboja dan Vietnam. Singapura sebagai negara pusat perdagangan dunia di belahan Timur merupakan negara yang secara langsung berbatasan dengan wilayah Provinsi Riau. Wilayah daratan Provinsi Riau terdapat 15 sungai, 4 (empat) diantaranya mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan dan tempat domisili serta sumber penghasilan sebahagian penduduk. Sungai – sungai tersebut adalah Sungai Siak (300 km) dengan kedalaman 8 – 12 meter, Sungai Rokan (400 km) dengan kedalaman 6 – 8 meter, Sungai Kampar (400 km) dengan kedalaman lebih kurang 6 meter dan Sungai Indragiri (500 km) dengan kedalaman 6 – 8 meter. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut air laut. Provinsi Riau memiliki keunggulan komparatif selain posisi strategis berbatasan dengan kawasan perdagangan dan pelayaran internasional, juga memiliki cadangan sumberdaya alam baik yang bersifat nonrenewable resources berupa kandungan minyak dan bahan tambang galian di perairan dan daratan serta renewable resources berupa potensi sumberdaya hutan dan pertanian. B. Penduduk Penduduk Riau berdasarkan hasil olahan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Sensus Penduduk dan Proyeksi Susenas tahun 2007 sebesar 5.070.952 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 779.899 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Dumai sebesar 231.121 jiwa. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 7
diperoleh angka jumlah penduduk Riau yaitu sebanyak 5.543.031 orang. Rincian jumlah penduduk per Kabupaten/Kota se Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penduduk Provinsi Riau menurut Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota (1)
2009
2010
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
01.
Kuantan Singingi
285.570
292.116
302.674
310.060
317.265
02.
Indragiri Hulu
352.471
363.442
376.578
388.916
401.201
03.
Indragiri Hilir
654.384
661.779
685.698
689.938
697.814
04.
Pelalawan
284.850
301.829
312.738
332.075
352.207
05.
Siak
362.979
376.742
390.359
405.850
421.477
06.
Kampar
664.579
688.204
713.078
739.655
766.351
07.
Rokan Hulu
452.251
474.843
492.006
517.577
543.857
08.
Bengkalis
486.046
498.336
516.348
530.191
543.786
09.
Rokan Hilir
533.240
553.216
573.211
595.695
618.355
10.
Kepulauan Meranti
175.546
176.290
182.662
183.135
183.912
71.
Pekanbaru
867.239
897.767
930.215
964.558
999.031
73.
Dumai
246.203
253.803
262.976
271.522
280.027
5.365.356
5.538.367
5.738.543
5.929.172
6.125.283
Jumlah/Total
Sumber/source. 1 : Estimasi mundur hasil Sensus Penduduk 2010 2 : Sensus Penduduk 2010/ Population Census 2010 3 : Proyeksi berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010
8
C. Iklim Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar
antara
2000-3000
mm per tahun yang
dipengaruhi
oleh musim kemarau dan musim hujan. Daerah yang paling sering ditimpa hujan setiap tahun adalah Rokan Hulu yaitu 217 hari, Pekanbaru 207 hari, Kabupaten Indragiri Hulu dan Kota Dumai 190 dan 169 hari, dan yang terakhir adalah Kabupaten Rokan Hilir dengan jumlah hari hujan 63 hari. Jumlah Curah Hujan tertinggi pada tahun 2010 terjadi di Kota Pekanbaru dengan curah hujan sebesar 3 068,3 mm, disusul Kota Dumai sebesar 2 794,5 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi di Kabupaten Rokan Hilir sebesar 1 944,0 mm. Selanjutnya menurut catatan Stasiun Meteorologi Simpang Tiga, suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru tahun 2010 menunjukkan 27,2 celcius dengan suhu maksimum 34,6 celcius dan suhu minimum 22,0 celcius.
9
III.KONDISI KETAHANAN PANGAN
Tabel 2. Produksi Pangan Riau Tahun 2010- 2014 (Ton)
No Komoditi Pangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Beras Jagung Kedelai Kc. Tanah Kc. Hijau Ubi Jalar Ubi Kayu Sagu Buah-buahan Sayuran Daging Telur Ikan Jumlah
2010 2011 363.314 338.618 41.862 33.197 5.830 7.100 2.007 1.692 1.228 995 9.967 9.912 75.904 79.480 222.097 249.497 108.199 210.360 81.395 88.712 37.983 55.878 6.176 4.161 132.990 149.939 1.086.444 1.212.012
10
Ton 2012 2013 2014 323.878 276.138 245.625 31.433 28.052 28.651 4.182 2.211 2.332 1.622 1.243 1.134 920 619 645 9.424 8.462 8.038 88.577 103.070 117.287 249.497 250.000 216.083 188.874 189.931 224.749 83.509 101.247 171.189 54.197 54.833 59.488 5.840 5.541 4.757 181.169 185.073 211.342 1.223.122 1.206.420 1.291.320
Grafik Produksi Pangan Provinsi Riau 2010 - 2014 Beras 400.000
Jagung Kedelai
350.000
Kc. Tanah 300.000
Kc. Hijau Ubi Jalar
250.000
Ubi Kayu 200.000
Sagu Buah-buahan
150.000
Sayuran 100.000
Daging Telur
50.000
Ikan 2010
2011
2012
2013
11
2014
Tabel 3. Ketersediaan Pangan Riau Tahun 2010-2014
2010
2011
Ton 2012
1 Beras
846.877
834.980
827.818
810.137
824.463
2 Jagung
50.399
41.892
40.201
36.983
37.740
3 Kedelai
78.676
72.489
68.840
74.166
75.018
4 Kc. Tanah
15.243
14.928
15.532
15.539
15.788
5 Kc. Hijau
12.162
11.929
12.023
11.818
12.016
6 Ubi Jalar
16.686
16.631
11.564
12.019
13.012
7 Ubi Kayu
80.027
83.603
92.701
107.406
121.624
8 Sagu
222.097
249.497
249.497
250.000
216.083
9 Buah-buahan
244.761
370.963
361.295
364.076
400.618
10 Sayuran
356.544
385.777
387.770
411.594
482.821
11 Daging
48.364
66.259
66.244
66.449
72.487
12 Telur
52.110
54.280
56.919
59.212
59.388
13 Ikan
194.263
211.212
245.214
251.891
278.437
1.129.256
1.184.898
1.212.499
1.264.870
1.318.175
No
Komoditi Pangan
Jumlah
12
2013
2014
Grafik Ketersediaan Pangan Propinsi Riau 2010-2014 900.000 800.000
Beras Jagung
700.000
Kedelai Kc. Tanah
600.000
Kc. Hijau Ubi Jalar
500.000
Ubi Kayu Sagu
400.000
Buah-buahan 300.000
Sayuran
Daging 200.000
Telur Ikan
100.000 2010
2011
2012
2013
13
2014
Tabel 4. Ketersediaan Energi dan Protein Provinsi Riau Tahun 20102014
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
Ketersediaan Energi Pangan (Kkalori/kap/hr)
2.965
3.002
3.212
3.365
3.283
Ketersediaan Energi Pangan Nabati (Kkalori/kap/hr)
2.786
2.808
3.018
3.171
3.121
Ketersediaan Energi Pangan Hewani (Kkalori/kap/hr)
179
179
194
191
195
Ketersediaan Protein (gram/kap/hr)
76,61
73,31
74,26
71,53
70,07
Ketersediaan Protein Nabati (gram/kap/hr)
58,38
53,55
53,05
52,15
50,05
Ketersediaan Protein Hewani (gram/kap/hr)
18,23
19,76
21.21
19,39
20,06
14
Grafik Ketersedisan Energi dan Protein 2010-2014 3.365
3.500
3.283
3.212 3.002
2.965 3.000
Ketersediaan Energi Pangan (Kkalori/kap/hr)
2.500 2.000 1.500
Ketersediaan Protein (gram/kap/hr)
1.000 500 76,61
74,26
73,31
71,53
70,07
-
2010
2011
2012
2013
15
2014
Tabel 5. Pasokan Pangan dari luar Propinsi Riau Tahun 2010-2014 (Ton)
Komoditi Pangan
2010
Pasokan Pangan 2011 2012 2013
2014
483.563
496.362
503.940
533.999
578.838
2 Jagung
8.537
8.695
8.768
8.931
9.089
3 Kedelai
72.846
65.389
64.658
71.955
72.686
4 Kc. Tanah
13.236
13.236
13.910
14.296
14.654
5 Kc. Hijau
10.934
10.934
11.103
11.199
11.371
6 Ubi Jalar
6.719
6.719
2.140
3.557
4.974
7 Ubi Kayu
4.123
4.123
4.124
4.336
4.337
-
-
-
-
136.562
160.603
172.421
174.145
175.869
10 Sayuran
275.149
297.065
304.261
310.347
311.632
11 Daging
10.381
10.381
12.048
11.616
12.999
12 Telur
45.934
50.119
51.079
53.671
54.631
13 Ikan
61.273
61.273
64.045
66.818
67.095
No
1 Beras
8 Sagu 9 Buah-buahan
Jumlah
1.129.256 1.184.898 1.212.499 1.264.870 1.318.175
16
Grafik Pasokan Pangan 2010-2014 600.000
500.000
Beras Jagung Kedelai
400.000
Kc. Tanah Kc. Hijau Ubi Jalar
300.000
Ubi Kayu Sagu 200.000
Buah-buahan Sayuran
Daging 100.000
Telur Ikan
2010
2011
2012
17
2013
2014
Tabel 6. Perkembangan Harga Rata-Rata Komoditi Pangan Tahun 2010-2014 TAHUN / Rp
KOMODITI
2010
2011
2012
2013
2014
Beras Premium
8.119
11.204
10.950
10.923
11.999
Beras Medium
7.686
10.328
9.967
10.038
10.552
Beras Termurah
6.178
8.283
8.017
8.013
8.796
Jagung
6.667
5.917
6.167
6.037
6.211
Kedelai
8.167
7.667
6.333
10.188
10.354
Cabe Merah Keriting
30.947
25.792
39.967
39.974
35.814
Bawang Merah
15.392
16.313
30.900
30.938
21.100
9.088
10.281
8.598
10.683
12.311
10.770
11.144
12.542
12.548
12.302
7.494
7.479
8.758
8.772
8.429
Daging Sapi
61.210
68.583
93.175
98.111
107.544
Daging Ayam Ras
20.013
23.969
24.533
24.532
24.663
930
993
1.150
1.145
1.221
Minyak Goreng Curah Gula Pasir Lokal Tepung Terigu Segitiga Biru
Telur Ayam Ras
18
Grafik Perkembangan Harga Pangan 2010-2014 120.000
100.000
80.000 2010 60.000
2011 2012
40.000
2013 2014
20.000
-
19
Tabel 7. Konsumsi Pangan Riil Penduduk Riau Tahun 2010-2014 Kg/Kap/Tahun Kelompk Bahan Pangan I.
Kilogram/Kapita/Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
Padi-padian
121,5
121,8
122,7
123,5
122,7
a. Beras
103,3
103,5
104,3
105,0
104,7
b. Jagung
8,5
8,5
8,6
8,7
8,1
c. Terigu
9,7
9,7
9,8
9,9
9,9
Umbi-umbian
23,0
17,3
17,3
17,4
17,3
a. Singkong
18,6
14,0
14,1
14,1
14,1
b. Ubi Jalar
1,8
1,4
1,4
1,4
1,4
c. Kentang
1,4
1,0
1,0
1,1
1,0
d. Sagu
1,2
0,9
0,9
0,9
0,9
55,5
55,9
43,7
44,1
38,4
11,1
11,2
8,8
8,8
6,1
b. Susu
0,9
0,9
0,7
0,8
6,3
c. Telur
9,3
9,4
7,3
7,4
7,8
d. Ikan
34,1
34,4
26,9
27,1
18,2
10,6
10,6
40,8
41,1
47,1
a. M. Kelapa
5,8
5,8
22,4
22,6
24,5
b. L. Hewan
4,8
4,8
18,4
18,5
22,6
Buah/Biji Berminyak
6,2
6,1
6,2
6,2
8,4
a. Kelapa
4,7
4,6
4,7
4,7
6,4
b. Kemiri
1,5
1,5
1,5
1,5
2,0
7,7
7,6
7,7
7,7
9,6
a. Kedelai
3,9
3,8
3,9
3,9
4,8
b. K. Tanah
1,6
1,6
1,6
1,6
2,0
c. K. Hijau
2,2
2,2
2,2
2,2
2,7
14,2
14,3
10,8
11,0
12,5
a. G. Pasir
9,5
9,6
7,3
7,3
8,1
b. G. Kelapa
4,7
4,7
3,6
3,6
4,5
VIII. Sayur dan Buah
76,3
77,6
79,9
80,2
73,1
a. Sayur
46,2
47,0
48,4
48,7
39,3
b. Buah
30,0
30,6
31,5
31,5
33,8
II.
III.
Pangan Hewani a. Daging
IV. Minyak dan Lemak
V.
VI. Kacang-kacangan
VII. Gula
20
Grafik Konsumsi Pangan Provinsi Riau 2010-2014 (Kg/Kap/Th) 140,0
120,0 I.
100,0
Padi-padian
II. Umbi-umbian III. Pangan Hewani
80,0
IV. Minyak dan Lemak V. Bh/Biji Berminyak
60,0
VI. Kacang-kacangan VII. Gula
40,0
VIII. Sayur dan Buah
20,0
0,0 2010
2011
2012
2013
21
2014
Tabel 8. Kebutuhan Konsumsi Pangan Riau Th.2010-2014 No
Tahun
Komoditi Pangan 2010
2011
2012
2013
2014
1
Beras
576.475
598.243
618.166
633.465
652.876
2
Jagung
49.887
51.647
48.026
48.269
53.220
3
Kedelai
53.213
55.090
23.717
23.529
24.135
4
Kc. Tanah
6.097
6.312
11.858
9.653
9.901
5
Kc. Hijau
6.097
6.312
13.637
13.273
13.614
6
Ubi Jalar
16.629
17.215
8.894
8.446
8.446
7
Ubi Kayu
74.277
76.896
84.194
85.065
85.065
8
Sagu
1.663
1.625
5.929
5.430
5.430
9
Buah-buahan
82.591
80.339
185.759
190.040
190.040
10
Sayuran
144.673
149.202
285.420
293.807
293.807
11
Daging
46.007
47.630
53.363
53.090
54.458
12
Telur
48.779
50.499
44.469
44.644
45.175
13
Ikan
148.553
148.628
160.088
163.494
166.468
1.254.942
1.289.639
1.543.520
1.572.205
1.602.635
Jumlah
22
Grafik Kebutuhan Konsumsi Pangan 2010-2014 700.000
600.000
500.000 2010 400.000 2011 300.000 2012 200.000
2014
100.000
-
23
Tabel 9. Perkembangan Konsumsi Pangan Provinsi Riau Tahun 20102014 Kelompok Pangan Sayur KacangBuah/Biji dan kacangan Berminyak Buah
Minyak dan Lemak
Gula
Lainnya
5
11
15
0
279
132
15
30
40
0
764
75
66
60
254
147
0
2.073
44
8
59
6
41
11
0
308
47
121
22
162
16
112
30
0
844
1.201
73
173
75
68
60
253
147
0
2.050
Kg/Kap/Th
123
17
44
8
80
6
41
11
0
329
Gr/Kap/Hr Energi Kkal/Kap/Hr
336
47
120
21
219
17
112
30
0
902
1.209
73
174
75
70
60
255
148
0
2.064
Kg/Kap/Th
124
17
44
76
71
61
257
149
0
799
Gr/Kap/Hr Energi Kkal/Kap/Hr
338
48
121
208
195
167
704
408
0
2.189
1.217
73
175
75
70
60
255
148
0
2.073
Kg/Kap/Th
123
17
38
10
73
8
47
13
0
329
Gr/Kap/Hr Energi Kkal/Kap/Hr
336
47
105
26
200
23
129
34
0
902
1.161
70
167
74
75
96
231
99
0
1.973
Tahun
PadiPadian
Umbiumbian
Pangan Hewani
123
19
45
13
48
337
53
123
35
1.201
98
172
Kg/Kap/Th
122
17
Gr/Kap/Hr
334
2010 Kg/Kap/Th Gr/Kap/Hr Energi Kkal/Kap/Hr
Jumlah
2011
Energi Kkal/Kap/Hr 2012
2013
2014
24
Tabel 10. Konsumsi Energi per kelompok bahan pangan 2010-2014 Kkal/Kap/Hari
Kelompk Bahan Pangan 2010 I.
Padi-padian
2013
2014
1201
1209,0
1217
1161,2
1020,9
1020,9
1027,7
1034,5
1028,6
b. Jagung
84,1
84,1
84,6
85,2
74,2
c. Terigu
96,1
96,1
96,7
97,4
58,3
98
73
73,0
73
69,6
a. Singkong
53,7
40,0
40,0
40,0
26,4
b. Ubi Jalar
20,1
15,0
15,0
15,0
23,0
c. Kentang
11,8
8,8
8,8
8,8
11,1
d. Sagu
11,8
8,8
8,8
8,8
9,1
172
173
174,0
175
167,5
21,7
21,8
21,9
22,1
32,6
b. Susu
6,9
6,9
7,0
7,0
4,6
c. Telur
56,4
56,7
57,1
57,4
54,1
d. Ikan
87,0
87,5
88,0
88,6
76,2
254
253
255,0
257
230,6
a. M. Kelapa
223,0
222,1
223,9
225,6
116,0
b. L. Hewan
31,0
30,9
31,1
31,4
114,6
60
60
60,0
61
95,6
a. Kelapa
45,0
45,0
45,0
45,8
25,5
b. Kemiri
15,0
15,0
15,0
15,3
70,1
75
75
75,0
76
73,8
a. Kedelai
38,0
38,0
38,0
38,5
28,1
b. K. Tanah
16,0
16,0
16,0
16,2
18,1
c. K. Hijau
21,0
21,0
21,0
21,3
27,6
147
147
148,0
149
99,4
112,3
112,3
113,1
113,8
50,1
34,7
34,7
34,9
35,2
49,2
67
68
70,0
71
75,4
a. Sayur
38,5
39,0
40,2
40,8
36,8
b. Buah Total Energi
28,5
29,0
29,8
30,2
38,5
2074,0
2050
2064
2079
1973,0
79
78,5
79,5
80.1
79,5
Umbi-umbian
III. Pangan Hewani a. Daging
IV. Minyak dan Lemak
V.
2012
1201
a. Beras
II.
2011
Bh/Biji Berminyak
VI. Kacang-kacangan
VII. Gula a. G. Pasir b. G. Kelapa VIII. Sayur dan Buah
Skor PPH
25
Grafik Konsumsi Energi Kelompok Pangan 2010-2014 Kkal/Kap/Hr 1400
1200
1000 2010 800
2011 2012
600
2013 400
2014 200
0
26
Tabel 11. Konsumsi Protein per kelompok bahan pangan 2010-2014
Gram Protein/Kap/Hari
Kelompk Bahan Pangan 2010 I.
2011
2012
2013
2014
Padi-padian
24,0
25,0
23,0
23,5
23,3
a. Beras
19,8
20,7
19,0
19,4
19,3
b. Jagung
2,1
2,2
2,0
2,0
2,0
c. Terigu
2,1
2,2
2,0
2,0
2,0
0
0
3,0
3,1
3,0
a. Singkong
0,0
0,0
1,0
1,0
1,0
b. Ubi Jalar
0,0
0,0
1,0
1,0
1,0
c. Kentang
0,0
0,0
1,0
1,0
1,0
d. Sagu
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
18,0
21,0
20,0
19,7
14,0
a. Daging
0,9
1,1
1,0
1,0
1,0
b. Susu
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
c. Telur
1,8
2,1
2,0
2,0
2,0
d. Ikan
15,3
17,9
17,0
16,7
11,0
1,0
1,0
1,0
1,3
7,0
a. M. Kelapa
1,0
1,0
1,0
1,3
1,0
b. L. Hewan
0,0
0,0
0,0
0,0
6,0
Bh/Biji Berminyak
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
a. Kelapa
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
b. Kemiri
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
6,0
4,0
4,0
4,1
3,0
a. Kedelai
3,0
2,0
2,0
2,1
1,0
b. K. Tanah
1,5
1,0
1,0
1,0
1,0
c. K. Hijau
1,5
1,0
1,0
1,0
1,0
0
0
0,0
0,0
0,0
a. G. Pasir
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
b. G. Kelapa
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
VIII. Sayur dan Buah
2,0
0
0,0
0,0
1,0
a. Sayur
0,0
0,0
0,0
0,0
1,0
b. Buah
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
52
52
52
52,7
52,0
II.
Umbi-umbian
III. Pangan Hewani
IV. Minyak dan Lemak
V.
VI. Kacang-kacangan
VII. Gula
Total Protein
27
Grafik Konsumsi Protein Per Kelompok Pangan Tahun 2010-2015 Gr/Kap/Hr 25,0
20,0
15,0 2010 2011
10,0
2012 2013
5,0
2014 -
28
ISTILAH 1.
2.
3.
4.
5.
6. 7.
8.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak, diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman. Ketahanan pangan (UU NO.7 Tahun 1996) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan Pangan (UU NO.18 Tahun 2012) adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Mandiri pangan diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang dapat dicukupi oleh kemampuan sumberdaya yang dimiliki, dilihat dari bekerjanya subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi pangan. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Program Aksi adalah rancangan kegiatan untuk melaksanakan tujuan yang akan dicapai. Program Aksi Desa Mandiri Pangan adalah gerakan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, melalui pendekatan sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi dan sub sistem konsumsi. Gerakan adalah perubahan suatu kondisi tertentu melalui usaha atau kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau kelompok. 29
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Gerakan Kemandirian Pangan adalah upaya bersama berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan dan mengelola aset setempat (yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, sumberdaya fisik/teknologi, serta sumberdaya sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat melalui penanganan Desa Rawan Pangan menjadi Desa Mandiri Pangan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat atau mereka yang kurang beruntung dalam sumberdaya pembangunan didorong untuk mandiri dan mengembangkan kehidupan sendiri. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi kehidupan mereka sendiri. Ketahanan pangan masyarakat adalah kondisi dimana seluruh anggota masyarakat (rumah tangga/individu) mendapatkan pangan yang aman, dapat diterima secara kultural, cukup, bergizi, secara berkelanjutan dengan memaksimalkan kemandirian masyarakat dan keadilan sosial. Desa rawan pangan adalah kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses, dan/atau keamanan pangan sebagian masyarakat dan rumah tangganya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan. Kemandirian adalah sikap kesadaran/kemampuan untuk mengembalikan keadaan ke normal setelah terjadinya suatu tekanan, gejolak, atau bencana. Dalam keadaan normal, dimana tidak terjadi tekanan, bencana atau gejolak, maka kemandirian dapat diartikan sebagai kesadaran/kemampuan untuk meningkatkan keadaan masa depannya menjadi lebih baik tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian pangan (UU No. 41 Tahun 2009) adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. Kelompok afinitas adalah kelompok yang tumbuh atas dasar ikatan kebersamaan dan kecocokan antar anggota yang 30
16.
17.
18.
19.
20.
21.
mempunyai kesamaan visi dan misi dengan memperhatikan sosial budaya setempat. Kelompok wanita adalah sekumpulan wanita dengan jumlah 20 30 orang dari anggota dasa wisma yang bergabung menjadi satu kelompok untuk melakukan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat desa. Kelompok lumbung pangan adalah kelompok yang ditumbuhkan dalam rangka pemenuhan cadangan pangan masyarakat. Kelompok sasaran adalah kelompok yang telah ada atau kelompok baru yang memiliki potensi untuk pengembangan lumbung pangan yang berasal dari desa tersebut, belum pernah mendapat penguatan modal, atau fasilitasi lain pada saat yang bersamaan atau pada tahun-tahun sebelumnya, menyediakan lahan yang mudah dijangkau dan tidak bersengketa untuk pembangunan fisik lumbung atas nama kelompok (Pedoman Teknis Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat) Sekolah Lapangan Desa Mapan (SL-DMP) merupakan pendekatan penyuluhan yang dilakukan melalui proses belajar orang dewasa di desa mandiri pangan dengan berbagi pengalaman antara pemandu dan peserta SL-DMP (desa replikasi) untuk menemukan dan mengembangkan sendiri pengetahuan, teknologi dan upaya mewujudkan kemandirian pangan. Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) adalah kegiatan pendataan lengkap (Sensus) rumah tangga untuk memperoleh gambaran karakteristik rumah tangga yang berada di dalamnya. Hasil dari pendataan tersebut adalah data dasar seluruh rumahtangga yang ada di suatu wilayah dan dapat melihat karakteristik rumah tangga serta mengidentifikasi rumah tangga miskin dan tidak miskin. Rumah tangga miskin (RTM) adalah rumah tangga sasaran yang ditetapkan melalui survei DDRT dengan 13 indikator kemiskinan. Indikator Kemiskinan yang digunakan meliputi: (1). tingkat pendidikan, (2) jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan, (3) konsumsi pangan, (4) konsumsi non pangan, (5) modal (lahan, tabungan, hewan ternak), (6) sarana transportasi, (7) perabotan rumahtangga, (8) luas tempat tinggal, (9) kondisi tempat tinggal, (10) sumber air minum, (11) sumber penerangan, (12) asupan gizi, (13) porsi pangan antar anggota rumahtangga. Lembaga Keuangan Desa (LKD) adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh kelompok-kelompok afinitas untuk mengelola keuangan sebagai modal usaha produktif pedesaan. 31
22. Tim Pangan Desa (TPD) adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh masyarakat sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di pedesaan. 23. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan–LDPM dibiayai melalui APBN TA 2010 dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan. 24. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga pembelian pemerintah untuk komoditas gabah/beras sesuai dengan Instruksi Presiden No. 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. 25. Harga Referensi Daerah (HRD) adalah harga referensi daerah untuk komoditas jagung yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur setempat. 26. Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompoktani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Permentan No: 273/Kpts/OT.160/ 4/2007). 27. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan, mengembangkan produktivitas usahatani, memanfaatkan sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. 28. Rencana Usaha Gapoktan (RUG) adalah rencana usaha yang disusun oleh anggota kelompoktani secara sistematis dan partisipatif dalam memecahkan permasalahan–permasalahan yang dihadapi petani/Poktan dalam mendistribusikan/memasarkan/mengolah/menyimpan yang tidak dapat diselesaikan oleh petani/Poktan tersebut sehingga membutuhkan kerja sama dan dukungan dalam skala yang lebih besar. 29. Unit usaha distribusi/pemasaran milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat mendistribusikan atau 32
30.
31.
32.
33.
34. 35.
memasarkan hasil produksi (gabah/beras/ jagung) petani anggotanya dengan melakukan pembelian dan penjualan sehingga harga stabil di tingkat petani. Unit usaha pengolahan milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat mengolah/menggiling/mengepak/menyimpan gabah/ beras/ jagung hasil produksi petani anggotanya sehingga mampu meningkatkan nilai tambah produk petani. Unit pengelola cadangan pangan adalah unit pengelolaan cadangan pangan yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat menyimpan pangan dalam jumlah yang cukup bagi anggotanya sehingga mampu mendekatkan akses pangan sepanjang waktu khususnya saat menghadapi musim paceklik. Sentra produksi pangan (padi dan/atau jagung) adalah provinsi dan/atau kabupaten/kota yang produksi pangannya didominasi oleh komoditas padi dan/atau jagung. Pemberdayaan Gapoktan adalah upaya untuk menciptakan, meningkatkan kapasitas dan kemandirian Gapoktan secara partisipatif agar mereka: (a) mampu menemukenali permasalahan yang terkait dalam penyediaan pangan di saat menghadapi musim paceklik dan pendistribusian/pemasaran/pengolahan hasil produksi petani; dan (b) mencari, merumuskan, dan memutuskan cara yang cepat dan tepat bagi anggotanya terhadap persoalan ketidakstabilan harga di tingkat petani, pemasaran hasil produksi petani, dan ketidak tersediaan pangan disaat paceklik. Pendamping Penyuluh adalah Pertanian atau Petugas Lapangan yang diutamakan berpengalaman di bidang penyuluhan pertanian; Pendampingan adalah proses pembimbingan dan pembinaan yang dilakukan secara rutin oleh seorang pendamping kepada Gapoktan binaannya agar mereka mampu menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan secara partisipatif; menyusun dan menetapkan aturan dan sanksi secara musyawarah dan mufakat; memupuk dan mengatur dana sendiri; membangun dan mengembangkan jejaring kemitraan usaha dengan pihak lain diluar wilayahnya; memupuk rasa tanggungjawab terhadap organisasi Gapoktan dengan melakukan pemantauan secara partisipatif, pengendalian dan pengawasan internal 33
36. Ketahanan Pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau. 37. Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. 38. Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. 39. Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman adalah aneka ragam bahan pangan, baik sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral, yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan. 40. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan) 41. Pangan Lokal adalah pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya wilayah dan budaya setempat. 42. Pekarangan menurut G.J.A. Terra (ahli pertanian Belanda) adalah sebidang tanah darat (mencakup kolam) yang terletak langsung di sekeliling rumah, dengan batas-batas yang jelas (boleh berpagar, boleh tidak berpagar) ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Oleh Mahfoedi (ahli pertanian Indonesia) definisi ditambah dengan “masih mempunyai hubungan pemilikan/fungsional dengan penghuninya. Menurut Prof. Otto Sumarwoto, pekarangan merupakan suatu ekosistem yang ditanami dengan berbagai tanaman yang masih mempunyai hubungan fungsional, sosial budaya, ekonomi dan biofisik. 43. Sosialisasi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman adalah menginformasikan (transfer kebiasaan) pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada anak didik dan masyarakat, agar pengetahuan dan pemahamannya tentang penganekaragaman konsumsi pangan meningkat 44. Desa atau yang disebut dalam UU No. 32/2004 diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat 34
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa Pelaksana P2KP adalah desa yang melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang berlokasi di Desa PUAP, Desa Mandiri Pangan tahun ke-3, 4 (desa mapan tahun 2007 – 2008), Desa PIDRA, P4K, PRIMA TANI, serta P4MI dan desa lainnya pada 200 kabupaten/kota di 33 provinsi. Desa PUAP adalah desa pelaksana pengembangan agribisnis pedesaan sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran melalui bantuan modal usaha. Desa P4K adalah desa pelaksana gerakan penanggulangan kemiskinan melalui pembinaan dan pendidikan untuk memberdayakan Petani Nelayan Kecil (PNK) beserta keluarganya yang hidup di bawah garis kemiskinan, yaitu 320 kg setara beras per kapita per tahun. Desa P4MI adalah desa pelaksana program peningkatan pendapatan petani melalui inovasi yang dananya bersumber dari ADB (Asian Development Bank). Desa PIDRA (Participatory Integrated Development in Rainfed Areas) adalah desa pelaksana program pemberdayaan masyarakat di lahan kering yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga miskin di pedesaan. SPFS (Special Programme For Food Security) adalah program peningkatan ketahanan pangan, revitalisasi ekonomi pedesaan dan pemberantasan kemiskinan yang bertujuan untuk peningkatan pendapatan dan perbaikan status gizi. PRIMA TANI adalah suatu program rintisan dan akselerasi diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan yang dilaksanakan bersifat integrative secara vertikal dan horizontal, diharapkan dapat menghasilkan keluaran yang bermuara pada ketahanan pangan, daya saing melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dasa Wisma adalah kelompok yang terdiri atas 10 – 20 kepala keluarga di satu Rukun Tetangga (RT) dan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Sekolah Lapangan (SL) adalah suatu model pelatihan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi sasaran, di mana 35
54.
55.
56.
57.
58.
proses berlatih melatih dilaksanakan melalui kegiatan belajar sambil mengerjakan dan belajar untuk menemukan atau memecahkan masalah sendiri, dengan berasas kemitraan antara pelatih dan peserta. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan tersebut berada. Bentuk tanggung jawab bermacam-macam mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan yang bersifat sosial dan berguna bagi masyarakat banyak. Kerawanan Pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu system pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan, koordinasi program, dan kegiatan penaggulangan rawan pangan dan gizi. Rawan Pangan Kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan, asset produktif, dan kekurangan pendapatan. Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau karena konflik social), maupun karena alam berupa berbagai musibah yang tidak dapat diduga sebelumny, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir banding, tsunami) a. Transien Berat: apabila dampak bencana berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi lebih dari 30 persenpenduduk suatu wilayah. 36
b.
Transien Ringan: apabila dampak bencana berpengaruh terhadap kondisi social ekonomi kurang dari 10-30 persen penduduk suatu wilayah 59. Keadaan darurat Pangan (Rawan Pangan Transien Berat): adalah keadaan kritis, tidak menentu yang mengancam situasi pangan masyarakat yang memerlukan tindakan serba cepat dan tepat di luar prosedur biasa. Keadaan darurat terjadi karena peristiwa bencana alam, paceklik yang hebat, dan sebagainya yang terjadi di luar kemampuan manusia untuk mencegah atau menhindarinya meskipun dapat diperkirakan (PP 68 tahun 2002) 60. Investigasi adalah kegiatan peninjauan ke tempat kejadian rawan pangan untuk melihat langsung dan melakukan cross check terhadap kejadian rawan pangan dan gizi, sekaligus mengumpulkan data dan informasi guna mengidentifikasi permasalahan, sasaran penerima manfaat, serta jenis bantuan yang diperlukan 61. Intervensi: adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah bersama-sama masyarakat dalam menanggulangi kejadian rawan pangan transien maupun kronis, untuk mengatasi masyarakat yang mengalami rawan pangan sesuai dengan kebutuhannya secara tepat dan cepat a. Intervensi Jangka Pendek/Tanggap Darurat: adalah suatu kegiatan penanganan daerah rawan pangan bersifat segera. b. Intervensi Jangka Menengah: adalah suatu kegiatan penanganan rawan pangan yang dilakukan dalam kurun waktu 3 s.d.6 bulan c. Intervensi Jangka Panjang: adalah suatu kegiatan penanganan daerah rawan pangan yang dilakukan dalam kurun waktu di atas 6 bulan
37