BABl
PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah Profesi
Akuntan
Publik
merupakan
profesi
kepercayaan
masyarakat. Dari profesi Akuntan Publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Jusuf, 1999). Profesi Akuntan Publik bertanggungjawab untuk menaikan tingkat keandalan
laporan
keuangan
perusahaan,
sehingga
masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Guna menunJang profesionalismenya sebagai Akuntan Publik maka dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institiut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP) dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Namun selain standar audit, Akuntan Publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktek profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum khususnya pengguna jasa audit. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian
2
professional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang akuntan publik dalam menjalankan profesinya. Akuntan Publik independen dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yakni ketika Akuntan Publik mengemban tugas dan tanggungjawab dari manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata eksternal perusahaan terutama pemilik (principal). Akan tetapi disisi lain, pemilik (principal) menginginkan supaya akuntan publik melaporkan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang diaudit walaupun biaya audit ditanggung oleh auditte. Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemakai laporan keuangan. Kepercayaan ya!lg besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya y~mg diberikan oleh Akuntan Publik inilah yang akhirnya menghamskan Akuntan Publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Kasus tersebut antara lain seperti terlihat dalam tabel 1.1
3
Tabell.l Kasus Kejahatan korporasi di luar negeri dan dalam negeri Nama Perusahaan Enron Corp Tyco Intemasional Adelphia Communication Global Crossing Xerox Corporation WorldCom Wait Disney Company ImClone System Inc PT.Great River
Tuduhan Manipulasi pembukuan Penggelapan pajak Penipuan Sekuritas Penipuan Sekuritas Manipulasi pembukuan Manipulasi pembukuan Manipulasi pembukuan Insider Trading Penggelembungan Account Penjualan
(Kompas 15 Juli 2002) Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenamya telah terdeteksi namun akuntan publik justru ikut mengamankan praktek kejahatan tersebut. Tentu sajajika yang terjadi adalah akuntan publik tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan,maka yang menjadi inti pennasalahannya adalah kompetensi atau keahlian akuntan publik tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi akuntan publik saat ini dan apakah kompetensi dan independensi akuntan publik tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik.
4
Kusharyanti (2003 :25) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan Ooint probability) di mana seorang akuntan publik akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan di mana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman akuntan publik (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu AAA Financial Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002:83) menyatakan bahwa "Kualitas Akuntan Publik" ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Berkenaan dengan hal tersebut, Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004:23) mendifmisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan rlengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pern
prosedural
yang
ditunjukan
dalam
pengalaman audit. Adapun Kusharyanti (2003:3) mengatakan bahwa untuk melakukan
tugas
pengauditan,auditor
memerlukan
pengetahuan
pengauditan ( umum dan khusus ), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akutansi serta memahami industri klien.
5
Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntasi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit (SP AP, 200 1). Selain itu akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Namun sesuai dengan tanggungjawabnya untuk menaikan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan maka akuntan publik tidak hanya perlu memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam pengauditan. Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa apa. Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan dari akuntan publik sehingga masyarakat tidak akan meminta jasa pengauditan dari akuntan publik. Atau dengan kata lain keberadaan akuntan publik ditentukan oleh independensinya (Supriyono,l988). Standar umum kedua SA seksi 220 dalam SPAP,2001 menyebutkan bahwa, dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh akuntan publik". Standar ini mengharuskan bahwa akuntan publik harus bersikap independen( tidak mudah dipengaruhi),
karena
auditor
melaksanakan
pekerjaannya
untuk
kepcntingan umum. Dengan demikian akuntan publik tidak dibenarkan untuk memihak. Akuntan Publik harus melaksanakan kewajiban untuk bersikap
j~jur
tidak hanya kepada manajemen dan pihak perusahaan,
6
namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan. Menurut Djamil (2002) akuntan publik yang berkualitas harus memenuhi 7 kreteria yaitu : 1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesional bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk mellaksanakan audit. 2. Dalam
hubungannya
dengan
penugasan
audit
selalu
mempertahankan independensi dalam sikap mental, artinya tidak mudah dipengaruhi oleh klien, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sehingga ia tidak dibenarkan memihak pada kepentingan siapa pun. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan lapnran, akuntan publik
tersebut
menggunakan
kerr..ahiran
profesionalnya
dengan cermat dan seksama, maksudnya petug::J.S audit agar mendalami swndar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan semcstinya Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan. 4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik baiknya dan jika digunakan asisten maka dilakukan supervisi dengan
7
semestinya. Kemudian dilakukan pengendalian dan pencatatan untuk semua pekeijaan audit yang dilaksanakan dilapangan. 5. Melakukan
pemahaman
yang
memadai
atas
struktur
pengendalian intern klien untuk dapat membuat perencanaan audit, menentukan sifat,saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten melalui inspeksi,pengamatan,
pengajuan
pertanyaan,
konfmnasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 7. Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Dan pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan harus di pandang memadai, jika tidak ma.lca harus dmyatakan dalam laporan audit. Profesi
akuntan publik memang harus berani bersikap yang
independen yaitu tidak memihak salah satu kepentingan sehingga pengguna jasa audit tidak mempersepsikan yang negatifterhadap profesi akuntan publik.
1.2
Rumusan Masalah Seperti tdah diuraikan sebelumnya profesi akuntan publik tidak lepas dari kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : I. Apakah persepsi pengguna jasa audit terhadap kualitas akuntan publik ?
8
2. Faktor faktor apakah yang melatar-belakangi persepsi pengguna jasa audit terhadap kualitas akuntan publik ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan yang ingin Jicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menguji persepsi pengguna jasa audit terhadap kualitas akuntan publik. 2. Menguji faktor faktor apakah yang melatar-belakangi perseps1 pengguna jasa audit terhadap kualitas akuntan publik.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan informasi untuk dikaji mengenai persepsi pengguna jasa audit yang diberikan terhadap kualitas Akuntan Publik atas laporan auditor indcpenden. 2. Menjadi acuan umpan balik yang bermanfaat dalam usaha evaluasi profesi akuntan publik demi peningkatan kualitasnya. 3. Mendapatkan informasi yang bermanfaat untuk mendukung usaha pengedukasian masyarakat, kususnya pemakai laporan keuangan auditan mengenai peran dan fungsi Kantor Akuntan Publik. 4. Mendapatkan informasi yang bermanfaat untuk mendukung usaha pengembangan ilmu dan profesi akuntan publik dimasa yang akan datang.