BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi laporan keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yangdihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik diluar negeri maupun didalam negeri. Skandal didalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan 2003:82).
repository.unisba.ac.id
Dengan banyak merebaknya kasus manipulasi akuntansi, posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan jasa pengauditan atas laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai dipertanyakan. Hal ini juga didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggung jawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia. (Ludigdo, 2006).
Akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan mendapat kepercayaan dari auditee dan para pengguna dari laporan keuangan untuk menguji tingkat kewajaran dari suatu laporan keuangan yang telah disusun oleh klien. Dikarenakan besarnya kepercayaan yang diberikan kepada akuntan publik, mengharuskan akuntan publik untuk dapat memberikan kualitas audit yang tinggi.
Kualitas audit sangat bergantung dari kinerja auditor. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu.(Kalbers dan Fogarty, 1995).
Pengertian kinerja auditor menurut mulyadi (2002:11), yaitu: Akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
repository.unisba.ac.id
De Angelo (1981) mendefinisikan kinerja audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor.
Dalam hal untuk mencapai kinerja auditor yang baik maka kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka (Nugrahaningsih, 2005). Penelitian tentang etika yang telah dilakukan oleh Cushing (1999) menawarkan sebuah kerangka kerja untuk menguji pendekatan standar etika dengan profesi akuntan. Kerangka kerja tersebut berdasarkan pada game theory dengan melalui pembelian opini oleh klien audit. Payamta (2002) menyatakan bahwa berdasarkan “Pedoman Etika” IFAC, maka syarat-syarat etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang mengatur tindakan/perilaku seorang akuntan dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kinerja auditor di pengaruhi oleh banyak faktor, namun faktor yang akan di peneliti kaji adalah kompetensi, indepedensi serta gaya kepimpinan.
repository.unisba.ac.id
Definisi Kompetensi Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspekaspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).
Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt et al. (1988) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini
repository.unisba.ac.id
menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor (Hogarth, 1991).
Hasil penelitian Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas membantu kinerja auditor berpengalaman melalui komponen pemilihan dan pembobotan bukti hanya pada saat penetapan risiko analitis.Ashton (1991) menemukan bukti empiris bahwa perbedaan pengetahuan yang dimiliki auditor pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh lamanya pengalaman yang dimilikinya. Choo dan Trotman (1991) memberikan bukti empiris bahwa auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda dalam menemukan item-item yang umum (typical). Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas: 1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan
bahwa
pengalaman
akan
memberikan
hasil
dalam
menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
repository.unisba.ac.id
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.
Selanjutnya, Behn et al. (1997) dalam Widagdo et al. (2002) mengembangkan atribut kualitas audit yang salah satu diantaranya adalah standar etika yang tinggi, sedangkan atribut-atribut lainnya terkait dengan kompetensi auditor. Audit yang berkualitas sangat penting untuk menjamin bahwa profesi akuntan memenuhi tanggung jawabnya kepada investor, masyarakat umum dan pemerintah serta pihak-pihak lain yang mengandalkan kredibilitas laporan keuangan yang telah diaudit, dengan menegakkan etika yang tinggi (Widagdo et al., 2002).
Pengertian Independensi menurut E.B. Wilcox dalam The CPA Handbook adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993:246). Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
repository.unisba.ac.id
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26). Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untukkepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut : 1. Independence in fact (independensi dalam fakta) Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas. 2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan) Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. 3. Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya) Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
Shockley (1981) melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh
terhadap
independensi
akuntan
publik
dimana
responden
penelitiannya adalah kantor akuntan publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama hubungan audit dengan klien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan
repository.unisba.ac.id
antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara sifnifikan terhadap independensi akuntan publik.
Selanjutnya, Nichols dan Price (1976) menemukan bahwa ketika auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka kondisi ini dapat mendorong manajemen untuk memaksa auditor melakukan tindakan yang melawan standar, termasuk dalam pemberian opini. Kondisi ini akan sangat menyudutkan auditor sehingga ada kemungkinan bahwa auditor akan melakukan apa yang diinginkan oleh pihak manajemen.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh pemimpin untuk dapat mempengaruhi perilaku orang lain di dalam organisasi. Masingmasing gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya. (Marzuki, 2002).
Seorang pemimpin perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat di lingkungan kerjanya agar dapat menimbulkan komitmen organisasi dan akhirnya dapat meningkatkan kinerja yang tinggi. Kesesuaian antara gaya kepemiminan, norma-norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan tujuan organisasi.(Yukl, 1989).
repository.unisba.ac.id
Penelitian akuntansi keprilakuan (behavior) mengenai gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan bisnis manufaktur sering dilakukan, tetapi penelitian mengenai kinerja dalam perusahaan bisnis non-manufaktur masih jarang. Seperti Akuntan publik terdaftar (certified public accountant firm) yang dibangun dengan struktur organisasional (Simamora, 2002) yang terdiri atas a) Auditor staff, 2) Auditor senior, 3) Manager, 4) Rekan (Partner) juga perlu memperhatikan gaya kepemimpinan yang harus diterapkan untuk meningkatkan kinerja. Karena begitu pentingnya peran pemimpin menjadi fokus yang menarik perhatian peneliti.
Penelitian mengenai kinerja auditor penting bagi auditor agar mereka dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor dan selanjutnya dapat meningkatkannya kualitas audit yang dihasilkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting yakni untuk menilai sejauh mana akuntan publik dapat konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit yang diberikannya.
Berdasakan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi serta Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor” 1.2
Identifikasi Masalah Sesuai dengan rumusan maslah yang telah diuaraikan tersebut maka
peneliti menentukan beberapa permasalahan dalam penelitian ini dengan pertanyaan sebagai berikut :
repository.unisba.ac.id
1. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kinerja auditor ? 2. Apakah indepedensi berpengaruh terhadap kinerja auditor ? 3. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor ? 4. Apakah kompetensi dan indepedensi serta gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor ? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, untuk mengetahui tujuan yang
ingin di capai oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh kompetensi terhadap kinerja auditor 2. Pengaruh indepedensi terhadap kinerja auditor 3. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor 4. Pengaruh kompetensi dan indepedensi serta gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor 1.4
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Untuk Perusahaan Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan masukan yang berharga untuk kepentingan perusahaan dalam meningkatkan kinerja auditor yang bekerja pada KAP di kota Bandung.
repository.unisba.ac.id
2. Untuk Penulis Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti, khususnya faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja auditor dan mengetahui pengaruh dari gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja auditor. 3. Untuk Pihak Lain Bagi masyarakat umum dan pihak lain, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan untuk menambah informasi, referensi dan acuanakan pengaruh gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja auditor dan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai topik yang bersangkutan. 1.5
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan penelitian, maka dibuat rancangan penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini membahas Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini membahas tentang Pengaruh Kompetensi dan Indentifikasi serta Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor. BAB III : OBJEK DAN METODE PENELITIAN
repository.unisba.ac.id
Pada bab ini membahas tentang Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Jenis Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Variabel Penelitian dan Metode Analisis Data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas isi pokok penelitian yang memuat hasil Analisis Data. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini menyajikan Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran bagi penelitian selanjunya.
repository.unisba.ac.id