105
BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan pariwisata sering membutuhkan bahan baku produksi (terutama pangan) sehingga kegiatan usaha dapat berlangsung. Hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka baik secara langsung maupun tidak langsung turut meningkatkan permintaan terhadap produk-produk pangan dari sektor pertanian, perikanan, maupun peternakan. Sektor yang cukup dominan dan menjadi andalan di Pulau Pramuka adalah sektor perikanan. Dampak dari kehadiran pariwisata di Pulau Pramuka sejauh ini terlihat dari meningkatnya permintaan terhadap produk-produk perikanan baik untuk menu makanan seafood maupun untuk oleh-oleh para wisatawan. Hasil dari nelayan yang ada di Pulau Pramuka selain untuk dipasarkan ke luar daerah Kepulauan Seribu, juga untuk memasok kebutuhan masyarakat di Pulau Pramuka termasuk usaha di Pariwisata. Hal ini seperti yang dituturkan salah seorang pedagang di Pulau Pramuka : “Di Pulau Pramuka bahan makanan yang gampang dicari dan khas ya hasil laut seperti cumi-cumi dan macam-macam ikan segar. Semenjak wisatawan mulai ramai datang ke pulau, banyak yang suka mesen ikan segar, ikan asin atau produk olahan ikan seperti kerupuk buat dijadiin oleh-oleh. Kadang juga ada yang mesen ikan buat acara barbeque di homestay. Ya Alhamdulillah kalau dulu biasanya yang beli cuma tetangga sekitar, sekarang ada aja pesenan buat wisatawan atau tamu Pemda” (Mts, 41 tahun). Jenis tanah dan lahan yang terbatas di Pulau Pramuka menjadikan Pulau Pramuka tidak memungkinkan untuk ditanami tanaman pangan (seperti padi sawah) bahkan untuk kegiatan ternak (seperti sapi dan kambing), sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan (selain dari sektor perikanan) penduduk Pulau Pramuka harus membelinya ke luar daerah Kepulauan Seribu. Persentase responden berdasarkan tempat memperoleh bahan pangan dan jenis kegiatan usaha pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Gambar 29.
106
Berdasarkan data pada Gambar 29 tersebut, dapat dilihat bahwa pada sektor homestay seluruh usaha (37,5 persen) mendapatkan bahan pangan dari dalam Pulau Pramuka. Bahan-bahan tersebut dibeli dari nelayan langsung, pemasok atau penjual sayur bakulan yang ada di Pulau Pramuka. Beberapa homestay informal juga cenderung bekerjasama dengan catering yang ada di Pulau Pramuka, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tamu homestay, mereka akan memesan pada catering tersebut.
37.5
40
Dalam Pulau Pramuka
35 30
Sekitar Pulau Pramuka
25
Luar Kepulauan Seribu
20 15
10
10 5
2.5
12.5
12.5 7.5
5 5
7.5
Dalam Pulau Pramuka dan Luar Kepulauan Seribu
0
Pedagang
Dalam Pulau Pramuka dan Sekitar Pulau Pramuka
Rumah Makan
Homestay Jasa Catering
Sekitar Pulau Pramuka dan Luar Kepulauan Seribu
Gambar 29. Persentase Responden Berdasarkan Tempat Memperoleh Bahan Pangan dan Jenis Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011
Pada sektor rumah makan seluruh responden (12,5 persen) mendapatkan bahan pangan baik dari dalam Pulau Pramuka maupun Luar Kepulauan Seribu. Usaha rumah makan dan warung nasi umumnya memperoleh bahan baku pangan dengan memesan pada agen di dalam pulau. Agen tersebut nantinya akan berbelanja ke Pasar Muara Angke dan sekitarnya. Beberapa bahan juga dapat dibeli di warung sembako milik penduduk lokal. Namun untuk bahan seafood pengusaha dapat membeli dari penjual ikan segar atau memesan langsung pada nelayan di Pulau Pramuka. Restoran NRO memperoleh bahan seafood dari hasil budidaya ikan keramba milik perusahaan tersebut. Namun bahan-bahan lainnya dikirim dari luar Kepulauan Seribu, seperti sayuran, bumbu dapur, beras dan
107
lainnya. Sebaliknya para pedagang warung sembako hampir semuanya mendapatkan bahan baku dari pasar Muara Angke di daerah Jembatan Dua, termasuk bahan-bahan seperti sayuran, beras, daging dan bumbu dapur. Umumnya pedagang warung sudah memiliki toko-toko langganan dan tidak jarang mengkredit barang-barang sembako untuk dijual di warungnya. Pada sektor jasa catering, sebanyak 7,5 persen responden mendapatkan bahan baku hanya dari dalam Pulau Pramuka dan sebanyak 7,5 persen responden mendapatkan bahan baku baik dari dalam Pulau Pramuka maupun Luar Kepulauan Seribu. Seperti usaha rumah makan dan warung nasi, bahan jasa catering bisa di dapat di dalam Pulau Pramuka maupun di luar Kepulauan Seribu. Bahan-bahan catering seperti seafood dapat diperoleh di dalam pulau dengan memesan pada penjual ikan segar maupun langsung pada nelayan. Sebaliknya untuk mendapatkan sayur-sayuran, daging dan bumbu lainnya umumnya jasa catering memesan kepada agen maupun pedagang sayur bakulan yang ada di Pulau Pramuka. Meskipun demikian, ada beberapa usaha catering yang lebih memilih untuk berbelanja langsung ke pasar di Luar Kepulauan Seribu. Pada sektor pedagang, asal bahan baku (pangan) cukup beragam baik dari dalam Pulau Pramuka, Sekitar Pulau Pramuka dan Luar Kepulauan Seribu. Para pedagang kaki lima di Pulau Pramuka umumnya mendapatkan bahan baku di warung-warung yang berada di Pulau Pramuka, seperti sayuran, terigu dan sebagainya. Namun ada pula yang bekerjasama dengan agen (supplier) tertentu. Para pedagang umumnya memperoleh produk perikanan (seperti ikan segar) dari nelayan-nelayan setempat atau di Tempat Pelelangan Ikan, untuk kemudian dijual langsung maupun diolah menjadi produk-produk home industry seperti kerupuk ikan, ikan asin, cumi asin, dodol rumput laut, manisan rumput laut dan sebagainya. Ada pula produk yang diperoleh dari sekitar Pulau Pramuka seperti keripik sukun yang diperoleh dari Pulau Pari, serta ikan teri dan ikan asin dari Pulau Panggang. Beberapa pedagang ada pula yang memperoleh bahan baku dari Luar Kepulauan Seribu, seperti penjual mie ayam yang mendapatkan mie khusus untuk mie ayam dari luar Kepulauan Seribu.
108
7.2 Pola Penggunaan Hasil Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Data persentase responden berdasarkan pola penggunaan hasil usaha pariwisata di Pulau Pramuka ditunjukkan pada Gambar 30. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari 81 responden yang diwawancarai, sebanyak 62 persen pengusaha dan pekerja menggunakan hasil usaha untuk kebutuhan hidup seharihari dan tabungan. Sebanyak 32 persen pengusaha dan pekerja menggunakan hasil usaha untuk diinvestasikan kembali pada usaha pariwisata yang dijalankannya (termasuk melunasi hutang kredit usaha) dan hanya ada sebanyak dua persen yang menggunakan hasil usaha pariwisata untuk diinvestasikan pada usaha di luar sektor pariwisata. Sisanya sebanyak empat persen menggunakan hasil usaha untuk membeli rumah, perhiasan dan tanah.
Investasi untuk Usaha di Luar Sektor Pariwisata 2%
Kebutuhan Sehari-Hari dan Tabungan 62%
Membeli Rumah, Perhiasan dan Tanah 4%
Investasi untuk Usaha Pariwisata 32%
Gambar 30. Persentase Responden Berdasarkan Pola Penggunaan Hasil Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011
Pola penggunaan hasil usaha homestay rata-rata digunakan untuk pengelolaan homestay (biaya operasional), ditabung dan untuk kebutuhan hidup keluarga sang pengusaha (terutama untuk homestay informal). Ada pula pengusaha
homestay
yang
menggunakan
hasil
usaha
tersebut
untuk
mengembangkan usahanya di sektor pariwisata dengan mendirikan homestay baru. Sisanya ada pula pengusaha yang menggunakan hasil usaha untuk membeli tanah dan lahan sawah di daerah Jawa Tengah. Beberapa pengusaha homestay ada yang membangun homestay dengan menggunakan uang pinjaman Bank dan
109
menghutang ke toko material, sehingga hasil usaha homestay beberapa digunakan untuk menyicil hutang-hutang tersebut. Uang yang dipinjam ke Bank bisa mencapai Rp 10.000.000,00 – Rp 300.000.000,00, sebab untuk membangun satu buah
homestay
dibutuhkan
modal
antara
Rp
100.000.000,00
hingga
Rp 2.000.000.000,00, tergantung jenis bangunan, ukuran bangunan serta interior yang digunakan. Seperti yang diutarakan oleh salah seorang responden : “Saya bangun homestay pake uang pinjeman dari Bank, jadi tiap bulan penghasilan dari homestay udah pasti alokasi utamanya buat bayar cicilan pinjeman dulu. Belum lagi saya juga harus mikirin gaji pengelola dan operasional homestay, kalau pendapatan usaha lagi sepi saya terpaksa nombokin dulu dari gaji PNS saya. Saya masih belum bisa nikmatin keuntungan homestay saya, soalnya masih ada cicilan yang mesti dibayar per bulan” (Tgh, 51 tahun). Alokasi hasil usaha rumah makan ada yang digunakan oleh sang pengusaha untuk mengembangkan usaha di sektor pariwisata, yaitu dengan membangun homestay sehingga usaha mereka di sektor pariwisata semakin beragam. Ada pula pengusaha rumah makan yang berencana menggunakan hasil usaha untuk membeli tanah, sehingga hasil usaha tersebut ditabung terlebih dahulu hingga akhirnya terkumpul dan dapat dibelikan tanah. Sebaliknya rata-rata penggunaan hasil usaha warung nasi umumnya digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari sang pengusaha. Alokasi hasil usaha restoran NRO selain untuk operasional restoran juga untuk diinvestasikan pada pembelian benih ikan keramba yang dimiliki perusahaan tersebut. Selain itu, para pedagang di Pulau Pramuka juga rata-rata menggunakan hasil usaha selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga untuk memperbesar usaha maupun membayar hutanghutang kredit mereka. Namun ada pula beberapa pedagang dan warung sembako yang menggunakan keuntungannya untuk ditabung termasuk membeli tanah, rumah maupun perhiasan. Alokasi penggunaan hasil usaha jasa catering selain untuk kebutuhan hidup, ada pula yang digunakan untuk membayar cicilan peralatan masak. Sebaliknya alokasi penggunaan hasil usaha jasa penyewaan kapal selain untuk biaya perawatan kapal dan kebutuhan sehari-hari, ada pula yang menggunakan untuk mengembangkan usaha lain. Usaha yang dikembangkan oleh pengusaha
110
jasa tersebut beberapa dilakukan dengan menginvestasikan hasil usaha di bidang pariwisata seperti membeli kapal baru, dan membeli peralatan snorkeling untuk disewakan kepada wisatawan. Selain itu, salah satu responden yang diwawancarai ada yang menggunakan hasil usaha kapal untuk diinvestasikan pada usaha kredit barang-barang elektronik yang ia miliki. Alokasi penggunaan hasil usaha jasa rental sepeda umumnya digunakan untuk perawatan dan penambahan unit sepeda baru. Selain itu, alokasi penggunaan hasil usaha jasa gerobak umumnya hanya untuk perawatan gerobak dan kebutuhan sehari-hari. Begitu pun dalam hal alokasi penggunaan hasil jasa penyewaan alat snorkeling dan diving, umumnya digunakan oleh pengusaha untuk membeli alat snorkeling maupun alat diving yang baru serta untuk biaya perawatan alat. Berdasarkan Gambar 30 juga dapat dilihat bahwa lebih dari 60 persen responden menggunakan hasil usaha dan kerja di sektor pariwisata untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat diandalkan oleh penduduk (baik penduduk asli maupun pendatang) yang ada di Pulau Pramuka sebagai pendapatan utama maupun pendapatan tambahan bagi pendapatan rumahtangga mereka. Beberapa pengusaha yang menginvestasikan hasil usaha mereka untuk membangun usaha baru di sektor pariwisata memungkinkan adanya penyerapan tenaga kerja baru di sektor pariwisata. Beberapa pengusaha juga ada yang menggunakan hasil usaha tersebut untuk membeli perhiasan, rumah maupun tanah sebagai tabungan lain (selain dalam bentuk uang) bagi mereka.