121
Bab VII Kesimpulan Dan Saran
7.1
Kesimpulan Dari beberapa hasil analisis pembahasan di bab sebelumnya maka kesimpulan
yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Saat ini terdapat 24 warung kelontong yang beroperasi di Kelurahan Lebak Bulus. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum kondisi bangunan dari warung kelontong tersebut tidak terlalu baik dan menarik, semua barang dagangan tidak disusun secara teratur dan warung kelontong biasanya bersebelahan dengan tempat tinggal pemilik. Kepemilikan dari warung kelontong umumnya perorangan atau pribadi dan modalnya bersifat perorangan. Posisi dari warung kelontong ini umumnya berada dalam kompleks atau pemukiman dan barang dagangan kurang dari 300 jenis barang serta beroperasi dari pagi hingga malam. Ratarata pendapatan pedagang warung kelontong per bulan adalah sebesar Rp. 6.930.000,- jika dibandingkan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta yang telah di tetapkan pemerintah adalah sebesar Rp 2.441.301 per bulan, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar keluarga pedagang warung kelontong yang diteliti berada dalam kondisi yang cukup baik. 2. Perkembangan minimarket menyebabkan persaingan yang semakin ketat antara minimarket dan pedagang kelontong. Kelebihan dari Minimarket
121
122
seperti harga yang lebih murah, tempat yang lebih nyaman dan lokasi yang strategis menyebabkan terjadinya penurunan dari jumlah pengunjung atau pembeli dari warung kelontong, dimana hal ini berakibat terhadap berkuranganya pendapatan dari warung kelontong. Sekitar 22,72% dari total 20 pedagang warung kelontong yang diwawancarai, menunjukan bahwa memang keadaan pendapatan warung kelontong mengalami penurunan yang cukup besar walaupun ada diantaranya yang sama sekali tidak ada penurunan pendapatan, mungkin ini dikarenakan mereka menempati lokasi tempat berjualan yang strategis dan sudah mempunyai pelanggan yang tetap. Sebagian pedagang warung kelontong ini tidak terpengaruh terhadap perkembangan minimarket diwilayah tempatnya berdagang. 3. Kondisi pendapatan keluarga warung kelontong di wilayah Kelurahan Lebak Bulus dapat di kategorikan dalam Kondisi “Tahan”. Pendapatan pedagang warung kelontong rata-rata perkapita per harinya adalah sebesar Rp. 57.750,hasil pendapatan keluarga pedagang ini, di atas standart hidup layak di Indonesia yaitu diatas 1,5 USD atau sama dengan Rp. 19.238,-.
Hasil
penelitian 70% dari 20 responden keluarga pedagang warung kelontong diatas 1,5 USD, hal ini menunjukan kondisi ketahanan ekonomi dari keluarga pedagang warung kelontong di kelurahan Lebak Bulus sudah cukup baik. Pengeluaran rata-rata keluarga pedagang warung kelontong adalah sebesar Rp. 470.625,- dari hasil penelitian menunjukan 55% dari hasil rata-rata pengeluaran per pedagang warung kelontong di atas garis kemiskinan yaitu
123
sebesar Rp. 459.560,- menurut data BPS Provinsi DKI Jakarta 2014. Kesimpulannya rata-rata keluarga pedagang warung kelontong di wilayah kelurahan Lebak Bulus tergolong “Tidak Miskin”.
7.2
Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan bagi perkembangan dan kemajuan
pedagang warung kelontong di wilayah Lebak Bulus agar tidak tergeser atau mengalami kebangkrutan oleh sebab perkembangan minimarket yang pesat di wilayah ini adalah : 1.
Agar pedagang melakukan inovasi baik dalam segala aspek mulai dari sistem tata cara penjualan di warung kelontong, menjaga kualitas barang yang didagangkan, merenovasi tampilan kondisi warung kelontong lebih bersih, menarik dan wangi, mengatur tata letak barang dagangan agar mudah konsumen mencarinya, kenyamanan konsumen sebagai pelanggan dan juga harga yang pasti tidak terlalu mahal supaya pelanggan praktis untuk membelinya tanpa ada tawarmenawar lagi.
2.
Pemerintah hendaknya membatasi jumlah minimarket dalam suatu daerah contohnya adalah di wilayah kelurahan Lebak Bulus, dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta, yang menyebutkan bahwa minimarket harus berjarak 500m dari pasar tradisionil dengan lain kata zonasi minimarket dengan
124
warung kelontong harus berjarak 0,5 KM, agar pedagang warung kelontong diwilayah itu tidak tersaingi oleh pasar modern yaitu minimarket di wilayah tersebut, sebab dari segi permodalan saja minimarket tidak dapat disaingi oleh pedagang warung kelontong, terlebih lagi minimarket yang dari sistem perdagangannya adalah dengan metode grosir, sehingga dapat memberikan diskon atau harga yang lebih murah dari harga yang ada di warung kelontong. 3.
Pemerintah melindungi dan membantu pedagang warung kelontong dengan mendirikan asosiasi perdagangan atau organisasi pedagang ekonomi kecil untuk mewadahi para warung kelontong untuk diberi penyuluhan-penyuluhan
kepada
pedagang-pedangan
warung
kelontong untuk meningkatkan kualitas perdagangannya serta strategi pedagang ekonomi kecil, agar pedagang warung kelontong dapat bersaing dengan minimarket 4.
Pemerintah menyusun strategi yang dapat membantu pedagang warung kelontong dengan memberikan modal usaha kepada pedagang dan
mengembangkan
usaha
warung
kelontong,
menyertakan
pedagang warung kelontong dalam program Koperasi dan UMKM demi kesejahteraan pedagang warung kelontong di wilayah Lebak Bulus. 5.
Agar aparatur pemerintah dan pengusaha pasar modern atau minimarket dapat mentaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan
125
oleh pemerintah mengenai izin pendirian usaha minimarket yang berkaitan dengan harga barang, jenis barang yang dijual, jarak zonasi keberadaan minimarket dan yang lainya. 6.
Pedagang warung kelontong hendaknya melengkapi surat-surat perijinan atau legalitas usaha berdagangnya, Pemerintah hendaknya mempermudah kelontong.
pengurusan
perizinan
bagi
pedagang
warung