BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP 5. Dalam bab ini akan dijelaskan kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan BUMN. 5.1.
Kesimpulan Penelitian ini mencoba meneliti bagaimana pengaruh CAR, NPL, NIM,
BOPO, LDR terhadap kinerja bank BUMN yaitu PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. yang diproksikan dengan ROA periode tahun 2006-2012. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
CAR secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap ROA perbankan BUMN. Pada variabel ini, hasil regresi tidak sama dengan kerangka pemikiran yang diajukan oleh peneliti, yaitu CAR berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
perbankan
BUMN.
Kondisi
permodalan bank BUMN pada periode tujuh tahun pengamatan (periode 2006–2012) sangat baik, dimana rata-rata CAR adalah sebesar 17,0109% (jauh diatas standar minimal CAR bank yaitu 8%). Kondisi ini menjelaskan
53
bahwa perbankan mengandalkan pinjaman sebagai sumber pendapatan dan tidak menggunakan seluruh potensi modalnya untuk meningkatkan profitabilitas bank (seperti misalnya pengembangan produk dan jasa diluar pinjaman yang dapat meningkatkan fee base income). Hal tersebut menyebabkan CAR tidak menjadi faktor yang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank. CAR yang tinggi mengindikasikan bahwa bank tersebut konservatif dan tidak menggunakan seluruh potensi modal bank tersebut. 2.
NPL secara parsial berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap ROA perbankan BUMN, hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah disusun, yaitu NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Walaupun NPL meningkat, namun bank tetap mampu memperoleh kenaikan laba, baik dari ekspansi kredit yang besar maupun tingkat NIM perbankan di Indonesia yang masih besar dibandingkan dengan perbankan di negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini yang menyebabkan mengapa NPL berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perbankan BUMN. Namun demikian untuk menurunkan risiko kredit (NPL yang tinggi), pendapatan fee base income memiliki peranan yang penting. Pendapatan yang tinggi dari pengelolaan asset (pendapatan non kredit) dapat menutupi kerugian yang timbul akibat risiko kredit.
3.
NIM secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perbankan BUMN, telah sesuai dengan hipotesis, bahwa setiap peningkatan NIM
akan mengakibatkan
peningkatan ROA.
Setiap peningkatan
54
pendapatan bunga bersih, yang merupakan selisih antara total biaya bunga simpanan
dengan
total
pendapatan
bunga
kredit
mengakibatkan
bertambahnya laba sebelum pajak, yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan
ROA.
Berarti
kemampuan
manajemen
bank
dalam
menghasilkan bunga bersih berpengaruh terhadap tingkat pendapatan bank akan total asetnya. Bunga bersih merupakan salah satu komponen pembentuk
laba
(pendapatan),
karena
laba merupakan
komponen
pembentuk ROA maka secara tidak langsung jika pendapatan bunga bersih meningkat maka laba yang dihasilkan bank juga meningkat. Dengan demikian kemampuan perbankan BUMN pada periode 2006–2012 cukup baik dalam memperoleh pendapatan (terutama dari kredit dan investasi) dibandingkan dengan biaya bunga simpanan. 4.
BOPO secara parsial berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap terhadap ROA perbankan BUMN, telah sesuai dengan hipotesis yang disusun. Efisiensi yang tinggi merupakan harapan masing-masing bank, karena dengan tercapainya efisiensi berarti manajemen telah berhasil mendayagunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien. Tingginya rasio BOPO menunjukkan bahwa bank belum mampu mendayagunakan sumber daya
yang
dimiliki
atau
belum
mampu
menjalankan
kegiatan
operasionalnya secara efisien, sehingga akan berakibat pada turunnya profitabilitas. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisiennya bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih akan semakin tinggi. Rasio BOPO
55
dipengaruhi
oleh tingginya biaya dana yang dihimpun dan rendahnya
pendapatan bunga kredit dari penyaluran kredit. Rata-rata BOPO bank BUMN pada periode tahun 2006–2012 yaitu sebesar 77,64% dibawah ketetapan Bank Indonesia sebesar 80%, hal ini menunjukkan bahwa manjemen bank BUMN telah berusaha mengoptimalkan kegiatan operasionalnya sehingga dapat mencapai tingkat efisien. 5.
Variabel LDR secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap ROA perbankan BUMN, telah sesuai dengan hipotesis yang disusun. Semakin tinggi nilai LDR menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan
kredit
sehingga
hilangnya
kesempatan
bank
untuk
memperoleh laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bank BUMN selama periode 2006–2012 memiliki rata-rata LDR sebesar 77,86% (masih dibawah 78% dibawah ketetapan Bank Indonesia). Hal ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi bank belum maksimal. Rasio LDR dan rasio NPL yang rendah menunjukkan penggunaan dana belum maksimal, penyaluran kredit yang sangat berhati-hati. Namun demikian kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban atas dana pihak ketiga sudah cukup baik, kualitas aktiva produktif dan perolehan NIM terjaga dengan baik, dan perbankan melakukan kegiatan secara efisien sehingga kinerja keuangan
56
bank tetap terjaga. Semakin optimal tingkat likuiditas bank tersebut, maka dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit semakin besar.
5.2.
Keterbatasan Penelitian Sampel perusahaan yang digunakan pada penelitian ini relatif sedikit
(hanya 4 bank), karena sampel yang diambil hanya pada perbankan BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi.
5.3.
Saran Memperbanyak sampel yang diambil, tidak hanya dari perbankan BUMN
saja, namun juga dari bank umum lainnya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi.
5.4.
Implikasi Kebijakan Bagi
perbankan
yang
ingin
meningkatkan
kinerjanya,
dapat
mempertimbangkan variabel-variabel independen yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja akuntansi yang diproksikan dengan variabel ROA, yaitu variabel NPL, NIM, BOPO dan LDR. Perbankan juga harus memberikan perhatian khusus, melalui penelitian lebih lanjut apakah dengan tingkat NPL yang tinggi, tidak akan mempengaruhi turunnya laba perusahaan karena masih tingginya tingkat NIM yang diperoleh perbankan Indonesia. Apabila pemberian kredit tidak dikelola secara prudent, 57
dengan tingkat NPL yang cukup besar (> 5%), akan menimbulkan risiko kredit yang besar pula bagi perbankan. Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank dapat ikut terkikis. Kecukupan modal bank dalam menjalankan usaha pokoknya adalah hal mutlak yang harus dipenuhi.
58