BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui analisis regresi moderasian (moderated regression analysis) dan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh negatif dan signifikan pada kepuasan kerja. Hasil ini mendukung Hipotesis 1a. Hubungan antarkonstruk dalam penelitian ini konsisten dengan hasil temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kosek dan Ozeki (1998), Scholarios dan Marks (2004), Grandey et al. (2005), Karatepe dan Kilic (2007), Namasivayam dan Zhao (2007), Spector et al. (2007), serta Rathi dan Barath (2013); dan juga mendukung teori yang dikemukakan oleh Greenhaus dan Beutell (1985).
2.
Konflik keluarga-pekerjaan berpengaruh negatif dan signifikan pada kepuasan kerja. Hasil ini mendukung Hipotesis 1b. Hubungan antarkonstruk dalam penelitian ini juga konsisten dengan hasil temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Scholarios dan Marks (2004), Grandey et al. (2005), Karatepe dan Kilic (2007), Namasivayam dan Zhao (2007), Kinnunen et al. (2010), Lu et al. (2010), serta Rathi dan Barath (2013); dan mendukung teori yang dikemukakan oleh Greenhaus dan Beutell (1985).
66
3.
Dukungan sosial dari rekan kerja memoderasi pengaruh negatif konflik pekerjaan-keluarga pada kepuasan kerja. Didukungnya Hipotesis 2b ini membuktikan bahwa dukungan sosial dari rekan kerja memoderasi pengaruh negatif konflik pekerjaan-keluarga dengan pengaruh pemoderasian positif. Artinya, apabila dukungan sosial dari rekan kerja meningkat, maka pengaruh negatif konflik pekerjaankeluarga pada kepuasan kerja menjadi lebih lemah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ng dan Sorensen (2008) serta Rathi dan Barath (2013).
4.
Dukungan sosial dari rekan kerja memoderasi pengaruh negatif konflik keluarga-pekerjaan pada kepuasan kerja. Didukungnya Hipotesis 2b ini membuktikan bahwa dukungan sosial dari rekan kerja memoderasi pengaruh negatif konflik keluarga-pekerjaan dengan pengaruh pemoderasian positif. Artinya, apabila dukungan sosial dari rekan kerja meningkat, maka pengaruh negatif konflik keluargapekerjaan pada kepuasan kerja menjadi lebih lemah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ng dan Sorensen (2008) serta Rathi dan Barath (2013).
B. Implikasi Penelitian 1.
Konflik pekerjaan-keluarga merupakan bentuk konflik antar-peran yang terjadi dalam pekerjaan, yang mengganggu pelaksanaan tanggung jawab terkait dengan keluarga. Hasil penelitian ini
67
menunjukkan bahwa adanya konflik pekerjaan-keluarga dapat mengurangi tingkat kepuasan kerja. Untuk itu, organisasi perlu meminimalisasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga. Salah satu cara untuk mengurangi tingkat konflik pekerjaan-keluarga yang peneliti sarankan untuk diterapkan di Akmil adalah dengan memperkenalkan keluarga dalam kehidupan pekerjaan, misalnya dengan diadakannya jalan santai dan turnamen olahraga setiap tiga bulan sekali yang mengikutsertakan anggota keluarga. Tidak hanya sekedar jalan santai dan turnamen, namun dalam acara tersebut Gubernur Akmil juga menghimbau dan memberikan gambaran mengenai kehidupan pekerjaan setiap personel TNI agar anggota keluarga dapat memahami bagaimana keadaan riil di tempat kerja, sehingga tuntutan dari pihak keluarga berkurang dan konflik pekerjaan-keluarga juga dapat dikurangi. Selain itu, acara tersebut juga dapat menjadi ajang untuk sharing bagi para sesama anggota keluarga, sehingga muncul perasaan senasib dan sikap saling mendukung. 2.
Konflik keluarga-pekerjaan merupakan bentuk konflik antar-peran yang
terjadi
dalam
kehidupan
keluarga,
yang
mengganggu
pelaksanaan tanggung jawab terkait dengan pekerjaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya konflik keluarga-pekerjaan dapat mengurangi tingkat kepuasan kerja. Untuk itu, organisasi perlu meminimalisasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik keluarga-pekerjaan. Salah satu cara untuk mengurangi tingkat konflik 68
keluarga-pekerjaan yang penulis sarankan untuk Akmil adalah dengan menerapkan program “satu hari bebas”. Para personel TNI diberikan satu hari libur dalam seminggu yang harinya bebas dipilih kapanpun sesuai kesepakatan dengan rekan kerjanya (agar pekerjaan dikantor tidak terbengkalai). Satu hari tersebut dapat digunakan untuk dihabiskan bersama keluarga tanpa ada gangguan sedikitpun dari kantor, misalnya digunakan ketika harus menghadiri pertemuan orang tua, menghadiri wisuda salah satu anggota keluarga, atau mengurus anggota keluarga yang sakit. Dalam 24 jam, mereka tidak akan diganggu sedikitpun dengan panggilan darurat maupun hal mendesak yang harus diselesaikan dikantor, sehingga mereka dapat menikmati kebersamaan yang utuh bersama keluarga (quality time). 3.
Dukungan sosial dari rekan kerja merupakan hadirnya rekan kerja di kantor untuk membantu seseorang dalam melakukan penyesuaian atas masalah yang dihadapi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dari rekan kerja dapat memoderasi pengaruh negatif konflik pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan pada kepuasan kerja. Sehingga, organisasi perlu menghimbau bagi para anggotanya untuk meningkatkan dukungan sosial terhadap para rekan kerjanya agar dapat mengurangi dampak negatif konflik pekerjaankeluarga dan konflik keluarga-pekerjaan pada kepuasan kerja. Salah satu langkah riil yang penulis sarankan, yang dapat dilakukan organisasi adalah dengan memberikan fasilitas yang dapat lebih mengakrabkan hubungan sesama rekan kerja, misalnya dengan 69
menyediakan ruang istirahat khusus yang berisi berbagai macam permainan yang dapat dimainkan bersama sebagai pelepas penat, seperti bilyard, catur, uno, dll.
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang 1.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (non-random sampling) dan jumlah sampel yang diambil masih terbatas 75 responden, sehingga generalisasi hasil penelitian ini harus dilakukan dengan hati-hati. Pengambilan sampel pada penelitian mendatang sebaiknya dilakukan dengan metode random sampling dengan lebih banyak jumlah sampel, sehingga tingkat generalisasi hasil penelitian lebih tinggi.
2.
Penelitian ini dilakukan dengan setting Akmil, yang merupakan lembaga militer pemerintah yang cenderung memiliki karakteristik tertutup dan tidak banyak sumber dari luar organsasi
yang dapat
digunakan untuk memperoleh informasi secara valid, sehingga dengan waktu yang terbatas, peneliti masih terlalu sulit untuk mempelajari karakteristik masing-masing bagian dalam organisasi yang berkaitan dengan perbedaan tanggung jawab dan tekanan tugas, untuk menentukan apakah penelitian ini dapat digeneralisasikan untuk seluruh personel TNI se-Indonesia atau tidak. Penelitian mendatang sebaiknya dapat meluangkan waktu lebih banyak untuk mengkaji lebih jauh mengenai keadaan organisasi secara lebih detail.
70
3.
Akmil masih belum banyak dijadikan sebagai objek penelitian dari luar organisasi sendiri (biasanya penelitian yang mengambil setting di Akmil adalah penelitian yang dilakukan oleh Taruna Akmil atau personel TNI yang sedang tugas belajar). Ketika penulis melakukan pengambilan sampel di Akmil, terdapat sedikit sikap penolakan dan perasaan tidak terbuka, terlebih data penelitian ini menyangkut pendapat pribadi individu dan topik penelitian ini dinilai agak sensitif karena menyangkut hubungan antara perasaan pribadi yang dikaitkan dengan keadaan di kantor. Sehingga penulis perlu meyakinkan secara personal bahwa pengisian kuesioner penelitian ini tidak akan berpengaruh
pada
karir
masing-masing
responden.
Penelitian
mendatang sebaiknya melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum pengambilan data untuk menyamakan persepsi agar lebih mudah dalam proses pengambilan data. 4.
Pengukuran perilaku individu, baik perilaku proaktif maupun menyimpang dilakukan secara mandiri oleh responden (self-reported), sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi subjektivitas penilaian terhadap perilaku diri sendiri. Adanya subjektivitas mendorong penilaian individu cenderung tinggi untuk perilaku proaktif dan cenderung rendah untuk perilaku menyimpang. Untuk mengurangi adanya subjektivitas tersebut, peneliti tidak mewajibkan responden untuk mengisi data diri yang dapat mencerminkan identitas responden secara spesifik, misalnya nama atau divisi dimana ia bertugas.
71
Penelitian
selanjutnya
sebaiknya
dilakukan
pengujian
untuk
memastikan tidak adanya social bias. 5.
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data cross-section. Responden mengisi semua butir pernyataan dalam kuesioner dalam satu waktu. Kelemahan dari metode ini adalah kecenderungan munculnya common method bias, yaitu dalam pemberian skor butir pernyataan, responden seringkali terpengaruh oleh skor sebelumnya. Sebagai upaya untuk mengurangi bias tersebut, peneliti tidak mencantumkan judul penelitian dan nama variabel-variabel yang diteliti dalam kuesioner, serta telah mengatur susunan butir pernyataan dalam kuesioner penelitian ini secara random. Penelitian selanjutnya sebaiknya juga melakukan uji Harman single-factor untuk memastikan tidak adanya permasalahan common method bias.
72