BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penetapan hak waris anak dalam kandungan menurut mazhab Syafi’i adalah harta waris dalam kasus ini sebaiknya ditunda sampai janin yang ada dalam kandungan itu lahir hingga situasinya menjadi jelas, karena menurutnya tidak ada batasan jumlah bayi dalam kandungan, maka tidak ada harta waris yang harus ditangguhkan. Sedangkan Hanafi mengatakan bahwa harta waris dapat dibagikan tanpa menunggu kelahiran bayi, menurutnya penangguhan harta untuk bayi adalah satu bagian, karena bayi dalam kandungan diperkirakan satu saja, lebih dari itu adalah langka. 2. Penetapan hak waris bayi dalam kandungan, mazhab Syafi’i dan Hanafi mempunyai persamaan jika ahli waris yang lain menginginkan harta waris segera dibagikan tanpa menunggu kelahiran bayi, maka cara pembagian harta waris dengan merumuskan suatu metode pembagianya yaitu, pertama, memperkirakan laki-laki dan perempuan atau kembar, kedua, menahan saham atau bagian terbanyak ditangguhkan untuk sibayi jika telah lahir, ketiga, membagi lagi kelebihan saham kepada ahli waris lainya jika ternyata anak tersebut mendapatkan bagian yang nilainya paling kecil. Adapun perbedaan pendapat antara mazhab Syafi’i dan Hanafi, yaitu mengenai keterangan dianggapnya janin hidup. Kedua, hukum ketika dilahirkan, sebagianya masih hidup, namun kemudian meninggal dunia sebelum bayi sempurna keluar dari rahim. Ketiga, ketika ada orang yang melakukan
57
58
tindakan kriminal sehingga menggugurkan sang jabang bayi. Perbedaan tersebut didasari oleh kurangnya cara dan metode yang meyakinkan untuk mengetahui wujud
atau belumnya, hidup atau matinya bayi dalam
kandungan saat kematian pewaris. Dalam keadaan demikian, Syafi’i dan Hanafi terpaku pada hadis Nabi tentang istihlal. Di samping itu, mereka berbeda pula dalam memahami arti sebenarnya dari Istihlal yang dipersyaratkan oleh Nabi. B. Saran Pada akhir penulisan skripsi ini, penulis memberikan saran kepada para ulama’ non akademis dan bagi pemikir kalangan akademisi yakni sebagai berikut: 1. Hukum kewarisan Islam merupakan hukum yang telah dijelaskanoleh Allah SWT. Dalam kitab-Nya. Spesifik dalam ayat-ayat waris, ditambah dengan beberapa hadits Nabi SAW. Sehingga terbilang hukum yang paling sedikit mengandung kontroversi, karena itu dalam menanggapi beberapa masalah pewarisan yang mengandung kontroversi, kiranya perlu dalam pembagian harta waris apabila terdapat masalah yang kontroversi seperti tentang hukum waris anak ketika masih dalam kandungan, seperti mengenai ketidakjelasan janin yang ada dalam kandungan tersebut lakilaki atau perempuan dan dalam keadaan hidup atau mati ,maka dalam penentuan ahli waris harus menggunakan cara yang beralasan dan dasar hukum yang jelas, sehingga tidak akan menimbulkan perselisihan atau persengketaan dikemudian hari.
59
2. Bahwa dalam pembagian harta warisan khususnya mngenai kewarisan janin dalam kandungan tidak boleh memilih pendapat yang memberikan keuntungan diri sendiri, akan tetapi harus memilih pendapat yang telah menjadi pedoman dan telah disepakati oleh masyarakat luas.
60
DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI Al-Hikmah. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro. Abdul Hamid, Muhammad Muhyidin. 2009. Panduan Waris Empat Mazhab. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Abidin, Zainal. 2007. Edisi Lengkap Fiqih Mazhab Syafi’i buku 2. Bandung: Pustaka Setia. Abu ‘Abdillah, Al-Imam. 2008. Fiqih Waris.Bandung: Nuansa Aulia. Hamzah Abu Fafis, Hamzah. 20 03. Al-Mawaris Wa al- Washaya fi Syari’ati AlIslamiyah Fiqhan wa ‘amalan., Elga. As-Shabuni, Muhammad Ali. 2006.Hukum Waris Dalam Syari’at Islam disertai contoh-contoh pembagian Harta Pusaka,Jawa Barat: CV.Diponegoro. Asy-Syurbasi, Ahmad. 2013. Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab. Jakarta: Amzah. Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Darul Fikir. Basri, Hasan. 2011. “Hukum Umrah Menurut Pandangan Imam Syafi’i dan Imam Hanafi”. Skripsi.Palembang: IAIN Raden Fatah. Muhammad Burhan. 2006. Hukum Waris Islam Teori Khilafiyah dan Penyelesaian Kasus, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press. Hasbiyallah. 2007. Belajar Mudah Ilmu Waris. Bandung: PT Remaja Rodaskarya. Hassan, Ahmad. 2003. Al-Fara’id. Surabaya: Pustaka Progressif. Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar. 2011. Hukum Waris. Jakarta: Senayan Abadi Publising. Legawan Isa, Muhammad. 2013. Buktikan Anda Pengikut Sunnah Rasulullah, Palembang: Abzat . Mardani. 2014. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mugniyah, Muhammad. 2000. Fiqh Lima Madzhab. Jakarta: Lentera Rafiq, Ahmad. 2012. Fiqh Mawaris.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Saebani, Beni Ahmad. 2009. Fiqh Mawaris. Bandung: Pustaka Setia.
61
Supriyadi, Dedi. 2008. Perbandingan mazhab dengan pendekatan baru. Jakarta: CV. Pustaka Setia. Syarifiddin, Amir. 2012. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Kencana. Tahido Yanggo, Huzaemah. 2011. Pengantar Perbandingan Mazhab, Ciputat: Gaung Persada Press. Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Kewarisan Islam dalam Dimensi Kompilasi Hukum Islam. Bandung: Mandar Maju. Wahid, Abdul, dkk. 2011. Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Yuniar, Tanti, KamusLengkapBahasa Indonesia, Agung Media Mulia. Zein, Muhammad Ma’shum. 2008. Fiqh Mawaris Study Metodology Hukum Waris Islam. Jatim: Darul Hikmah. Internet http://www.angelfire.com/country/maridjan/mazhab.htm. senin 27 April. ( 13:10 PM ). http://belajar-fiqih.blogspot.com/2013/01/perkembangan-mazhabsyafi’i.html, senin 27 april 2015. ( 12:59 PM )