BAB V KONS EP PERENCAN AAN DAN PERANCANGAN
V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada bagian ini akan mencakup pembahasan mengenai data proyek beserta rencana luas lantai mal dan apartemen yang akan dibangun, berikut penerapan perancangan pada bangunan terkait upaya penghematan energi.
V.1.1. Data Proyek 1. Nama Proyek
: M al dan Apartemen di Jakarta Barat
2. Lokasi Tapak
: Slipi Jaya
3. Luas Lahan
: ± 6.500 m²
4. KDB
: 60 % = ± 3.900 m²
5. KLB
: 4 = 26.000 m²
6. Ketinggian yang akan direncanakan : M all = 3 lantai Apartemen = 8 lantai 7. Luas Lantai Perkiraan
: ± 23.111,1m²
8. Kapasitas Parkir
: 206 unit parkir mobil apartemen 106 unit parkir mobil mall 103 unit parkir motor apartemen 212 unit parkir mall
5
V.1.2. Topik dan Tema M all dan apartemen di Jakarta Barat dirancang dengan menggunakan teori dan aplikasi arsitektur hemat energi dengan menggunakan pendekatan iklim tropis. Pemilihan topik arsitektur hemat energi terkait makin mahalnya energi, dan banyaknya bangunan di Jakarta yang kurang tanggap akan iklim serta kurang memperhatikan aspek penggunaan energi, yang mengakibatkan pembengkakkan biaya opersional bangunan. M all dan apartemen yang akan dirancang nantinya akan menerapkan pendekatan dan aplikasi hemat energi yang akan lebih difokuskan dengan pendekatan rancangan pasif (passive solar design). Oleh karenanya perancangan ini akan berusaha untuk meminimalkan penggunaan energi pada bangunan dengan menerapkan konsep ”Low-Energy Building”.
V.2. Konsep Perancangan Lingkungan V.2.1. Konsep Tanggap Lingkungan Terkait dengan potensi dan kegiatan sekitar tapak, kebisingan dan view pada tapak. Berdasarkan hasil analisa, berikut adalah penjelasannya. Gambar 5.1: Penerapan konsep tanggap lingkungan
6
•
Pengaturan area-area publik seperti mal pada bagian depan tapak yang menghadap jalan, sebagai buffer kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan sekeliling dan lalu-lintas disekitar tapak, bagi area-area yang lebih bersifat privat.
•
Salah satu tower apartemen berbentuk “L” sebagai respons tapak terhadap lingkungan yang berada pada persimpangan.
Gambar 5.2: Penerapan konsep view pada bangunan
•
Pada bangunan mall orientasi view lebih dominan ke dalam bangunan, karena aktivitasnya lebih terkonsentrasi ke dalam seperti belanja, hiburan, dll.
7
Namun bagian teratas mall yang menghadap ke jalan akan mendapatkan ”city view” dan dapat difungsikan sebagai area makan, seperti restoran, foodcourt, dll. •
Sedangkan pada bangunan apartemen yang merupakan area hunian viewnya akan berorientasi ke luar, keuntungannya semakin ke atas, ”city view” yang didapatkan akan semakin ”luas”, sehingga dapat menambah nilai jual bangunan.
V.2.2. Konsep Tanggap Iklim Penerapan rancangan akan difokuskan pada pendekatan passive solar design/ rancangan pasif yang tanggap iklim terkait dengan faktor matahari, kelembaban dan temperatur udara, yaitu sebagai berikut: Gambar 5.3: Penerapan rancangan tanggap iklim
8
•
Sisi panjang bangunan, (terutama bangunan apartemen yang merupakan bagian tertinggi dari keseluruhan bangunan mixed-use ini) dihadapkan ke arah utara-selatan untuk meminimalkan penerimaan radiasi panas matahari pada kulit bangunan, sehingga suhu dan kelembaban didalam ruangan dapat lebih terjaga.
•
Celah diantara massa bangunan dapat membentuk pergerakan udara pada tapak dan bangunan, pergerakan udara yang optimal dapat membantu menurunkan suhu ruang/bangunan.
•
M assa bangunan yang panjang dan tipis dapat meredam penerimaan radiasi panas matahari yang besar terutama pula pada sisi timur & barat dan memungkinkan adanya sirkulasi penghawaan yang lebih baik.
V.2.3 Konsep Pencapaian dan Pintu Masuk Kendaraan Pencapaian pintu masuk yang baik adalah yang tidak membuat masalah kemacetan baru serta crossing kendaraan disekitar tapak. Gambar 5.4: Peletakkan pintu masuk-keluar kendaraan
Drop-off
9
•
Pintu masuk dan keluar (drop off) kendaraan diletakkan pada jalan utama tepatnya Sedangkan akses keluar dari mal dan apartemen ada di Jl. Kemanggisan agar mengurani crossing kendaraan sekaligus memberikan kesempatan bagi pengunjung yang ingin menuju ke arah kemanggisan.
•
Alternatif ini memberikan keuntungan, selain pintu masuk terletak di jalan protokol yang ramai dilalui kendaraan, pengunjung atau penghuni sempat melihat dahulu bangunan mall dan apartemen, sehingga kemungkinan untuk terlewat menjadi minimal.
V.2.4. Konsep Pencapaian Manusia Konsep pencapaian manusia ke dalam tapak terkait dengan sirkulasi manusia disekitar tapak, lokasi pencapaian yang mudah, dan akses distribusi manusia didalam bangunan, berikut adalah penerapannya: Gambar 5.5: Penerapan pencapaian manusia ke tapak
0
•
Bagian persimpangan tapak antara Jl. Letjend. S. Parman dan Jl. Kemanggisan Utama adalah tempat yang paling ramai dan banyak terdapat hilir mudik manusia diarea ini, oleh karenanya entrance utama pejalan kaki diletakkan di sisi Jl. Kemanggisan Utama. Gambar 5.6: Pencapaian dan distribusi manusia dalam bangunan
•
Pencapaian utama manusia kedalam bangunan adalah pada lantai dasar bangunan.
•
Terdapat pemisahan akses bagi apartemen dan mal. Pemisahan akses juga berarti adanya pemisahan lift sebagai transportasi vertikal. Selain pertimbangan privacy, juga agar tidak terjadi crossing sirkulasi serta distribusi manusia di kedua bagian fungsi bangunan.
V.2.5. Konsep Zoning Tapak •
Sisi tapak yang berhubungan dengan jalan, akan berinteraksi langsung dengan pengunjung, sehingga area tersebut akan digunakan sebagai area publik,
seperti taman, plaza, yang akan menhantarkan pengunjung ke dalam bangunan mall. Tapak bagian tengah merupakan area publik, berupa pusat perbelanjaan, sedangkan di atasnya merupakan area privat, yakni apartemen. Gambar 5.7: Penentuan zoning tapak
Service
•
Anchor Tenant Apartemen Retail
Plaza
Apartemen 8 lantai
Food court & amusement Department store, bar, lounge, club Supermarket, restoran, coffee shop Semi basemen Basemen 3 lapis
2
•
Area service diletakkan di belakang merupakan area yang paling sesuai untuk aktifitas servis bangunan seperti contohnya jalur sirkulasi keluar-masuk barang (loading-unloading) yang memang kurang sesuai apabila diletakkan pada sisi-sisi bagian depan tapak.
•
Bangunan terdiri dari 8 lapis apartemen dengan fasilitas penunjang di lantai podiumnya, 3 lapis mal, semi basemen & 3 lapis basemen untuk peruntukkan parkir dan service serta pengelola.
V.3. Konsep Perancangan Programatik V.3.1. Konsep Hubungan Ruang Berikut adalah hubungan ruang makro antar beberapa fungsi bangunan mixed-use ini: Gambar 5.8: Hubungan ruang makro
Keterangan: hubungan secara umum hubungan secara khusus 3
V.3.2. Konsep Dimensi Ruang V.3.2.1. Dimensi Ruang Apartemen Berdasarkan hasil analisa dan studi banding yang telah dilakukan yang dikaitkan dengan lokasi serta rencana pangsa pasar dari proyek mixed-use building ini, maka didapatkan, rencana tipe unit apartemen, yaitu: Tabel 5.1: Rencana luasan tipe unit apartemen Tipe Unit
Tipe
Prosentase (%)
Jumlah Unit
Kebutuhan luasan (m2)
1 Bedroom + unit corner
30 & 32
40
83
2.472
unit corner
48
51,5
107
4.455,78
3 Bedroom
63
9
16
1.103,13
100
206
9.637,092
2 Bedroom +
Total
Tabel 5.2: Rencana luasan penunjang apartemen Fasilitas
Kebutuhan Ruang Lobby
Total luas (m²)
Hall/Lounge penerima M ini-bar
Fasilitas Penunjang
Swimming Pool Taman M ini-M arket
4
Health Club Laundry WC/ R. Bilas Total Luas
1.974
• •
M aka didapatkan perkiraan luasan total lantai apartemen beserta fasilitas service dan penunjangnya, ialah: = ± 11.611,1 m²
•
Dengan perkiraan ketinggian bangunan adalah 8 lantai, yang terbagi menjadi 2 tower maka perkiraan luas tipikal lantai apartemen adalah: = ± 11.611,1 m² / 8 lantai / 2 tower = ± 725,7 m².
V.3.2.2. Dimensi Ruang M al dan Service Dari data serta analisa didapatkan perkiraan luasan fasilitas mal, yaitu: Tabel 5.3: Rekapitulasi komposisi tenant mal (dalam m²)
exhibition; 170; 3% supermarket; 840; 13% dept; 1000; 15%
entertainment; 2025; 31%
Food; 2500; 38%
Food entertainment dept
supermarket Food: 15 retail ex hibition Entertainment: 5 retail Department store: 1 retail Supermarket: 1 retail Food court: 15 retail Small retailers: 15 retail + Total: 42 retail
5
•
Total luasan netto mal adalah ±6.535 m²
•
Fasilitas Penunjang dan service mal (luas bruto – luas netto), yaitu ± 1.415 m². Dan failitas pengelola & service dengan luasan ± 776,8 m².
•
Total Luasan mal dan service adalah ± 8.716,8 m²
•
Kapasitas mal dapat dihitung dengan: = (± 8.716,8 m² x 10%) / 1,98 Æ NAD = ± 440 orang
•
Dari hasil analisa sebelumnya tekait lokasi, rencana pangsa pasar, rencana fasilitas yang akan dimunculkan, serta lahan yang sempit dan tuntutan kebutuhan yang tinggi yang maka didapatkan mall akan lebih diarahkan ke konsep fungsi “food & entertainment”.
•
Berdasarkan data, perkiraan, serta analisa yang telah dilakukan, bangunan mall ini akan terbagi jadi 3 lapis bangunan dengan luas tipikal lantai ± 2.667 m².
Tabel 5.4: Rekapitulasi luas bangunan Nama 1. M al
Kebutuhan Luas Total (m²) 7.950
2. Apartemen
11.611,1
3. Pengelola
776,8
4. Semi Besement
3500
Total
23.827,9 m²
6
V.4. Konsep Perancangan Bangunan V.4.1. Konsep “Low-Energy Building” Penerapan konsep low-energy building pada desain bangunan dengan kaidah rancangan pasif (passive solar design) untuk mengurangi pemakaian energi pada operasional bangunan diterapkan pada beberapa aspek perancangan, diantaranya adalah: •
Orientasi bangunan: Sisi pendek bangunan dihadapkan pada arah timur-barat untuk meminimalkan perolehan radiasi panas yang masuk kedalam bangunan. Sehingga beban pengkondisian udara dapat berkurang dan pemakaian energi dapat ditekan.
•
Gubahan massa bangunan: Selain sebagai respons terhadap tapak dan lingkungan sekitar serta pengoptimalan fungsi dan lahan, pemilihan gubahan massa bangunan memanjang dengan bentuk yang pipih juga pada sisi timur-barat agar panas yang masuk kedalam bangunan
7
dapat diminimalisir serta dapat secepatnya terdistribusi keluar bangunan dengan adanya pergerakan udara pada koridor, semakin keatas pergerakan angin semakin besar. •
Fasad bangunan: Terhadap kaitannya dengan perancangan yang tanggap iklim setempat dan hemat energi maka fasad bangunan yang menghadap timur-barat didesain berbeda dengan fasad yang menghadap utara-selatan terutama dari rasio bukaannya yang lebih kecil/sedikit untuk meminimalkan radiasi panas yang diterima bangunan. Untuk mengurangi radiasi panas matahari maka pada bukaan pada fasad barat dan timur menggunakan sirip horizontal, dikarenakan matahari cenderung berada di bagian atas sisi hadap bangunan.
8
Sedangkan pada fasad utara yang terkena paparan sinar matahari sepanjang hari menggunakan kombinasi sirip vertikal dan horizontal, karena matahari cenderung bergerak menyamping.
•
Sistem pencahayaan dan penghawaan: -
Penerapan skylight pada bagian tengah
mal diharapkan dapat
mengurangi pemakaian energi pada pencahayaan buatan pada siang hari.
9
-
M aterial kaca menggunakan kaca jenis low-emissivity glass yang dapat mengurangi intensitas radiasi panas matahari yang masuk ke dalam bangunan.
-
Juga area yang tidak terdapat aktivitas tinggi dan hanya digunakan sebagai sirkulasi seperti koridor apartemen tidak menggunakan penghawaan buatan/AC, dan memiliki bukaan ditiap ujungnya, sehingga diharapkan dapat menekan penggunaan energi pada bangunan.
-
Untuk sistem pencahayaan buatan baik pada mal maupun apartemen akan diterapkan penggunaan lampu hemat energi (energy saving lamp) dengan jenis fluorescent.
-
Sedangkan untuk sistem pengudaraan buatan, pada mal akan difokuskan untuk menggunakan sistem AC central dengan sistem pendinginan berbasis udara (air-cooled system) yang lebih awet dan cenderung memberikan kualitas pendinginan yang stabil/tetap. Untuk apartemen akan menggunakan sistem AC split dengan pertimbangan lebih efisiean dan dapat dikontrol penggunaannya oleh masing-masing unit saat dibutuhkan saja, sehingga pemakaiannya akan lebih efisien dan lebih hemat akan pemakaian energi.
0
•
Layout dan Organisasi Ruang:
Sebagian besar unit apartemen didesain memiliki ruang keluarga/r. duduk yang berada ditengah unit, hal ini dimaksudkan agar diharapkan pencahayaan alami dapat masuk merata ke semua ruang, sehingga dapat mengurangi pemakaian pencahayaan buatan pada siang hari.
•
Pengolahan limbah/air kotor:
Untuk masalah limbah padat, diolah menggunakan sistem STP (Sewage Treatment Plan), dan untuk limbah cair diproses menggunakan sistem WWT (Waste Water Treatment). Hal ini dimaksudkan untuk me-reduce, re-use, & recycle kembali agar limbah yang telah di-treatment dapat difungsikan kembali untuk flushing toilet ataupun penyiraman tanaman maupun fungsi maintenance dan keperluan servis lainnya untuk menghemat serta mengurangi pemakaian air tanah dan PDAM agar dapat menekan biaya operasional bangunan sehingga lebih efisien dalam penggunaan energi.
•
Struktur:
Pada mall dan apartemen, jenis sub-structure yang dipilih adalah pondasi tiang pancang, dengan pertimbangan efisien, cepat, ekonomis sedangkan untuk upper stucture, sehingga lebih efisien dalam biaya, waktu, dan energi. Untuk kolom dan balok menggunakan beton bertulang serta plat lantai menggunakan pelat dengan balok dengan pertimbangan efisiensi struktur, dimensi serta dapat diterapkan pada bentangan yang besar.
V.4.2. Konsep “Food n Entertainment” •
Karena lebih diarahkan ke arah hiburan dan juga pangsa pasar utamanya adalah kaum muda maka konsep ”food & entertainment” diterapkan dengan bentuk bangunan yang lebih ”entertaining”, lebih dinamis, dan lebih berbeda dibandingkan bangunan lain dengan warna-warni yang eyescatching.
2
•
Fasad apartemen didesain dinamis dengan bentukan baru dengan permainan unit corner apartemen yang bertransformasi bentuk dari bawah ke atas. Dengan permainan aksen lis berwarna ungu yang memberikan kesan senada dengan bangunan
mal dibawahnya.
Diharapkan
bangunan
ini dapat
menjadi
“eyescatcher” sekaligus ikon baru di kawasannya.
PLAZA
MAIN ENTRANCE
3
•
Plaza didesain luas dan dinamis dengan mengadopsi bentuk panggung dengan akses langsung ke ruang luar/taman yang dikelilingi oleh restoran dan café yang dapatr dijadikan sebagai sarana hiburan, tempat temu bisnis serta hangout bagi pengunjung serta salah satu daya tarik dari bangunan tersebut yang diharapkan dapat hidup “24 jam.”
4