BAB V KESIMPULAN & SARAN
Sebagai bagian penutup, bab ini akan menyajikan kesimpulan akhir dari temuan-temuan, serta hasil analisa yang diperoleh melalui penelitian ini. Selain itu, bab ini juga berisi saran-saran yang bersifat aplikatif, dari sisi bisnis dan akademis, serta rekomendasi bagi penelitian di masa depan.
V.1. Kesimpulan Sebagaimana dijelaskan pada latar belakang, studi ilmiah ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menganalisa identitas Kota Bandung, dan menguji aplikasi Model AC2ID Test dalam analisa identitas tempat. Data hasil penelitian kualitatif yang melibatkan 14 orang stakaholders kota sebagai nara sumber telah menghasilkan temuan-temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu: “Bagaimanakah gambaran identitas Kota Bandung dan fenomena yang sedang terjadi terkait identitas-identitas tersebut?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, identitas Kota Bandung saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Actual identity – fisik kota: sejuk dan asri, bangunan-bangunan heritage; nonfisik: kuliner, masyarakat yang ramah, dan perasaan homey.
Communicated identity – Bandung Smart City. 95
96
Conceived identity – Bandung tidak sama seperti dulu.
Ideal identity – Bandung yang dulu.
Desired identity – Bandung Smart City. Kemudian, analisa hubungan antara kelima tipe identitas menunjukkan
gambaran fenomena yang terjadi, yaitu adanya gap antara actual-desired yang menjadi potensi permasalahan dalam pengelolaan kota secara jangka panjang. Permasalahan ini disebabkan oleh discontinuity, atau ketidakselarasan antara kondisi identitas kota sampai saat ini dengan adanya keinginan Pemerintah untuk mengembangkan Bandung smart city. Permasalahan ini dapat memicu terjadinya degradasi identitas kota, yaitu pudarnya karakter dan ciri khas kota, yang lambat laun akan menyebabkan menurunnya keterikatan emosional masyarakat dan daya saing kota secara keseluruhan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa Metode AC2ID Test yang umumnya digunakan untuk analisa identitas brand korporat, juga dapat diaplikasikan untuk analisa identitas kota. Adanya variabel tipe-tipe identitas multi dimensional, serta stakeholders yang internal dan eksternal, telah memudahkan peneliti dalam mengoperasikan subjek dan objek penelitian dan memahami fenomena yang terjadi atas identitas Kota Bandung.
V.2. Saran dan Rekomendasi Dalam mengatasi permasalahan identitas yang dihadapi Kota Bandung, perlu diadakan penyesuaian desired identity-nya, yang dalam konteks ini merupakan
97
rencana pembangunan yang dibuat oleh pemerintah kota. Perencanaan kota harus dibuat berdasarkan dan dengan mempertimbangkan rangkaian identitas yang dimiliki, serta maknanya bagi stakeholders kota tersebut. Perencanaan kota yang baik harus dibuat untuk menjaga konsistensi dan memperkuat karakter, atau ciri khas yang dimiliki kota tersebut (Breakwell, 1993). Dari penelitian ini ditemukan bahwa aspek fisik kota menjadi faktor penting yang mengubah persepsi masyarakat, sehingga Pemerintah kota sebagai pengelola identitas harus menjalankan perannya dalam menerapkan upaya-upaya terkait untuk menjaga distinctiveness dan continuity aspek tersebut. Penginggalan bangunan-bangunan heritage di suatu kota merupakan bagian penting dalam pembentukan identitas lokal dan nasional, serta sebagai tempat yang melekat dengan kenangan dan nilai-nilai sosial, dan sebagai magnet untuk aktifitas ekonomi dan kreatif. Peninggalan ini umumnya diperlakukan hanya memiliki 2 pilihan, yaitu dipertahankan untuk aspek monumentalnya atau dihancurkan untuk mendukung perkembangan fungsi modern. Namun saat ini telah banyak dilakukan pendekatan urban heritage conservation yang menggabungkan konsep konservasi dan restorasi bagi tempat-tempat bersejarah tersebut, sehingga fungsi fisik dan sosial dari tempat tersebut tetap terjaga, sekaligus dapat mengakomodir kebutuhan fungsifungsi modern dari sebuah kota secara menyeluruh (Bandarin & Oers, 2012). Salah satu kota yang menjalankan kebijakan ini dengan baik adalah Amsterdam, dimana pemerintahnya berperan aktif dalam melakukan upaya yang menggabungkan pendekatan konservasi dan restorasi tersebut. Pemerintahnya membuka kesempatan kepada pihak swasta untuk merestorasi fungsi bangunan-
98
bangunan tersebut, tanpa mengubah struktur eksterior bangunan. Penerapan kebijakan tersebut telah berhasil menjaga tatanan dan wajah kota pada area-area heritage-nya (Kavaratzis, 2009). Serupa halnya dengan Bali, yang menerapkan peraturan yang mewajibkan setiap bangunan untuk menerapkan elemen arsitektur tradisional di setiap bangunan publik dan komersil, sehingga konsistensi wajah kota dan identitasnya dapat terus terjaga. Dibanding pengembangan tatanan urban yang baru sepenuhnya, Bandung harus lebih mempertimbangkan langkah-langkah konservasi dan restorasi tersebut, sehingga pesatnya pembangunan juga diimbangi dengan kuatnya upaya pelestarian identitas kota, sehingga benar-benar dapat tercipta keunikan dan daya saing yang susah ditiru oleh tempat-tempat lain.
V.3. Keterbatasan dan Saran Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini hanya terbatas pada analisa tipe-tipe identitas dan identifikasi permasalahan secara kualitatif dengan Model AC2ID Test. Hal ini menciptakan peluang untuk diadakannya penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi temuan yang dikemukakan melalui mengukuran kuantitafif terhadap permasalahan tersebut. Selain itu, peluang selanjutnya adalah untuk mengadakan penelitian lanjutan yang lebih spesifik untuk tujuan perumusan langkah-langkah strategis dalam perencanaan kota, atau mengatasi permasalahan yang ada. Berikut adalah beberapa saran bagi penelitian selanjutnya:
99
Studi analisa identitas Kota Bandung dengan menggunakan kerangkakerangka konsep identitas lainya, seperti model Brand Identity oleh Aaker (2000) dan Prisma Brand Identity oleh Kapferer (2004).
Studi lanjutan mengenai identitas kota terkait bidang Tourism, Trade & Investment
(TTI)
yang
umumnya
menjadi
prioritas
dalam
upaya
pengembangan kota.
Terkait perubahan identitas yang dapat mengakibatkan hilangnya keterikatan emosional warga terhadap kotanya, dapat dilakukan studi lanjutan untuk mengukur place attachment warga terhadap Kota Bandung.