BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1
Sejarah Singkat Majalah TEMPO Pada awalnya terdapat sekumpulan wartawan yang selalu berdiskusi
tentang permasalahan yang harus disebarluaskan kepada publik dengan sebenarbenarnya dan tanpa merekayasa data-data yang ada dan bias didapatkan. Maka pada tahun 1971, sekumpulan wartawan tersebut yang diantaranya adalah Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, dan Putu Wijaya membentuk sebuah majalah mingguan yang mereka namakan “Majalah TEMPO”.
Maka berkat gagasan dari sejumlah wartawan
muda inilah akhirnya Majalah TEMPO terbentuk. Majalah TEMPO terbit pertama kali pada tanggal 6 Maret 1971. TEMPO awal mulanya berdiri dari salah satu blok gedung di JL. Senen Raya 83, Jakarta pada 6 Maret 1971, terbitan perdana Majalah TEMPO beredar di masyarakat dengan yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya lewat perusahaannya dengan nama PT. Grafiti Pers. Nama TEMPO dipilih karena beberapa alasan, yaitu: Pertama, nama itu singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan. Kedua, nama itu terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga, nama itu bukan simbol suatu golongan. Arti “TEMPO” sederhana saja, yaitu waktu, sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik dunia.
37
38
Pada awalnya terbitan Majalah TEMPO yang pertama hanya berjumlah 150 eksemplar dan belum ada iklan sama sekali, hanya mengandalkan penjualan oplah majalah tersebut. Setelah terbit tiga edisi, ternyata respon masyarakat terhadap Majalah TEMPO cukup positif karena pada tiga edisi tersbut Oplah Majalah TEMPO habis terjual, dan akhirnya barulah ada yang mau beriklan di Majalah TEMPO. Semenjak itu pada edisi ke empat dan selanjutnya, eksemplar Majalah TEMPO mulai berkembang sedikit demi sedikit dan sampai sekarang Majalah TEMPO terbit setiap minggunya dengan 10 ribu eksemplar sekali terbit.
(Sumber: Company Profile Majalah TEMPO)
Gambar 4.1 Majalah TEMPO Edisi Pertama Dalam perjalanan penerbitannya pun Majalah TEMPO bukan tanpa kendala, Majalah TEMPO sempat beberapa kali di breidel atau dilarang terbit karena dianggap isinya yang dianggap pemerintah bias memprovokasi pembaca dan bias mengancam keberadaan pemerintah dan dianggap mengancam stabilitas kepemerintahan, contohnya Majalah TEMPO pada edisi 13 Maret 1982, yang pada saat itu isinya menungkap kecurangan pemilu pada tahun 1981. Pada saat itu Indonesia masih terbelenggu oleh Orde Baru pimpinan Soeharto.
39
(Sumber: Company Profile Majalah TEMPO)
Gambar 4.2 Majalah TEMPO yang Dibreidel Pada tahun 1971 sirkulasi TEMPO hanya 952.440 eksemplar setahun. Jumlah ini telah menjadi 3.331.425 eksemplar selama tahun 1979. Ini berarti bahwa dalam tahun 1980, titik sirkulasi terendah adalah 77.266 eksemplar per nomor, dan kini telah mencapai titik yang lebih tinggi, yaitu 82.500 eksemplar per nomor. Pertumbuhan ini berkaitan erat dengan bertambahnya daerah yang diberitakan dan rubrik yang dimuat, serta upaya pemasaran berupa penawaran khusus kepada calon pelanggan dan kampanye periklanan TEMPO. Akhir tahun 1980 sirkulasi TEMPO mencapai jumlah 4.420.000 eksemplar. Dibreidel pada tahun 1982 selama 2 bulan (edisi 13 Maret 1982) karena pembuatan artikel yang mengindikasikan kecurangan PEMILU tahun 1981. Setelah itu, TEMPO kembali terbit. Namun tahun 1994 selama 4 tahun (edisi 11 Juni 1994) TEMPO kembali dibreidel karena artikel berisi pembelian kapal perang bekas Jerman oleh pemerintah, tetapi alasan pembreidelan itu masih kurang jelas. Salah satu spekulasi alasan pembreidelan TEMPO ini adalah karena laporan TEMPO tentang konflik di dalam rezim Soeharto, yang kebetulan menyinggung ke TEMPO.
40
Konon, Fikri Jufri, pemimpin redaksi kala itu, terlalu dekat dengan Jenderal Benny Moerdani dan para teknokrat di CSIS (Centre for Strategic and International Studies). Hal ini menimbulkan kemarahan di kubu musuh TEMPO, yaitu ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) yang dipimpin oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J Habibie. Pemerintah melalui SK Menpen No.125, No.126 dan 133 tertanggal 21 Juni 1994 membatalkan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) TEMPO, dan dua media lainnya yaitu Editor dan Detik. Pencabutan izin tersebut diumumkan Dirjen pembinaan pers dan Grafika, Subrata, dalam jumpa pers di Departemen Penerangan, berlandaskan dua kategori, administratif dan substansif (isi pemberitaan). Pembatalan SIUPP TEMPO didasarkan pada SK menpen No.123 oleh Subrata dijelaskan bahwa pada 12 April 1982 SIT (Surat Izin Terbit) majalah ini pernah dibekukan karena melanggar dan membahayakan stabilitas nasional. Kemudian SIT TEMPO dicairkan melalui SK Menpen No.76. Karena itu TEMPO menerima pengarahan dari Subrata yang intinya antara lain berhati-hati dalam pemberitaan. TEMPO sudah diperingatkan berkali-kali secara tertulis enam kali, dan tiga peringatan keras. Menurut Subrata, Deppen telah memberi peringatan lisan 33 kali. Maka dari itu, TEMPO dinilai tidak memiliki itikad baik sehingga Deppen mengambil langkah untuk mencabut SIUPP TEMPO. Pembredelan yang dilakukan pemerintah menunjukan usaha pemerintah untuk membungkam TEMPO yang kritis dan berani menyuarakan isu sensitif. Beberapa pemberitaan yang diturunkan TEMPO cukup membuat panas kuping elit politik, seperti pemberitaan tentang pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman oleh Menteri
41
Riset dan Teknologi, B.J Habibie pada tahun 1992. Goenawan Mohamad mengungkapkan bahwa pembreidelan tersebut tidak didahului oleh pertemuan dengan Dewan Pers, artinya MenPen tidak mengindahkan peraturan Menpen dimana seharusnya Ia berkonsultasi dengan Dewan Pers sebelum melakukan pencabutan SIUPP. Pada tanggal 22 November 1995, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara menguatkan keputusan PTUN Jakarta dan menyatakan pencabutan SIUPP oleh MenPen tidak berdasarkan hukum dan tidak berlaku. Kemenangan TEMPO disambut sebagai sejarah pers Indonesia, kemajuan pengadilan yang mulai menegakkan independensinya dari pemerintah sehingga mendukung kemerdekaan Pers Indonesia. TEMPO terbit kembali dengan format baru pada tanggal 6 Oktober 1998 hingga sekarang. Ketika TEMPO pertama kali terbit di tahun 1998, untuk
pertama
kalinya
selama
bertahun-tahun para redakturnya
bebas
menciptakan sebuah majalah dengan gaya apa saja yang mereka inginkan tanpa takut sensor pemerintah. Ada perasaan yang kuat bahwa “era reformasi” menuntut jenis majalah yang baru. Rubrik baru diciptakan, dan diputuskan bahwa majalah ini memiliki fokus baru bernama Opini dan Investigasi. Sekarang TEMPO memasukan jauh lebih sedikit cerita-cerita mengenai “korban” di rubrik nasional. Jika dulu TEMPO menggunakan cerita-cerita korban dengan tujuan menawarkan suatu kritik halus terhadap kebijakan pemerintah, sekarang alat semacam itu tidak diperlukan. Begitu pula konflik antar elit politis sekarang ditampilkan lebih terbuka, tidak lagi memerlukan bahasa eliptis sebagaimana dulu. Perkembangan terpenting TEMPO sejak pembreidelan adalah
42
orientasi baru ke arah pemaparan dan analisis eksplisit dari proses politik. Jika selama masa Orde baru TEMPO harus menggunakan bahasa metafora dan menampilkan perjuangan rakyat sebagai suatu “drama moral”, kini semua berubah. TEMPO meliput politik sebagaimana meliput pengelolaan pemerintah. “korban” telah hilang dari rubrik Nasional TEMPO bukan karena TEMPO tidak perlu lagi memaparkan kisah mereka sebagai suatu alat melawan kekuasaan pemerintah secara tidak langsung. Menurut Janet Steele, sekarang hanya ada sedikit perbedaan pendapat di antara wartawan TEMPO mengenai cerita-cerita apa saja yang dimasukan ke dalam rubrik nasional TEMPO. Adanya “rasa berita” yang sama seperti itu, mungkin akibat iklim politik terbuka, sehingga jelas apa saja yang disebut sebagai berita. Atau barangkali konsensus adalah tanda lain dari profesionalisme TEMPO, dan “common sense” redaktur memahami cerita apa saja yang layak ditampilkan (Steele. 30 (1971-2001. Esai tentang TEMPO oleh Janet Steele. Perpustakaan PT. TEMPO INTI MEDIA. Tbk. 30 Mei 2011). 4.1.2
Visi dan Misi Majalah TEMPO
4.1.2.1 Visi Visi dari Majalah TEMPO adalah menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.
43
4.1.2.2 Misi Misi dari Majalah TEMPO adalah: 1.
Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.
2.
Menghasilkan produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal maupun politik.
3.
Terus-menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik.
4.
Menghasilkan karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik.
5.
Menjadi tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai dengan kemajuan zaman.
6.
Memiliki proses kerja yang menghargai kemitraan dengan semua sector
7.
Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual.
4.1.3
Struktur Organisasi Majalah TEMPO Majalah TEMPO beralamat di Gd. TEMPO, JL. Proklamasi no. 72,
Jakarta. Majalah TEMPO membagi system kerjanya ke dalam beberapa tingkatan, sebagai berikut: 1.
General Manager, sebagai pemimpin tertinggi di dalam perusahaan dengan menjelaskan tugas mengawasi kerangka organisasi lainnya di Majalah TEMPO. Orang yang menduduki jabatan ini mengatur kebijakan perusahaan secara keseluruhan dari mulai keredaksian, pemasaran sampai dengan periklanan. Selain itu ia juga bertanggung jawab kepada direktur
44
PT. TEMPO INTI MEDIA, Tbk. Selaku naungan yang membawahi Majalah TEMPO. 2.
Pemimpin Redaksi, yang merupakan pemimpin tertinggi pada divisi redaksi. Pemimpin redaksi memiliki tugas dan bertanggung jawab terhadap segala macam kebijakan, manajemen, serta kegiatan redaksi.
3.
Redaktur Pelaksana, yang memiliki posisi dibawah Pemimpin Redaksi. Orang yang menjabat posisi ini ikut membantu tugas Pemimpin Redaksi dalam mengawasi kinerja keredaksionalan dan menentukan pula pertimbangan kebijakan yang ada di dalamnya.
4.
Sekretaris Redaksi yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala bentuk administrasi, pendataan, dan arsip perusahaan.
5.
Editor, yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap isi berita.
6.
Wartawan dan fotografe, yang bertugas mengumpulkan berita serta foto di lapangan.
7.
Layoter memiliki tugas untuk mengatur tata letak isi dari Majalah TEMPO.
8.
Manager Iklan, yang mengawasi bidang pemasaran serta sirkulasi surat kabar dan iklan yang masuk. Manager ini juga memilki tugas mengatur penempatan iklan dan pemasukan iklan.
9.
Staf Pemasaran, memilki tugas memasarkan Majalah TEMPO.
10.
Account Executive bertugas melayani klien pemasang iklan.
11.
Administrasi, bertugas sebagai pengatur keuangan pada manajemen Majalah TEMPO.
45
Secara sruktural, struktur organisasi di Majalah TEMPO dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Majalah TEMPO 4.2
Hasil Penelitian Untuk menganalisa lebih jauh tentang sampul Majalah TEMPO edisi 7-13
April 2014, maka peneiliti akan menganalisa tampilan sampul tersebut dari pragmatis Charles Sanders Peirce. Menurut Peirce apabila kita ingin mengetahui makna yang ada dibalik tanda, maka ada baiknya kita melihat dari sisi objek, ground, dan interpretant. Sebelum membahas lebih mendalam, peneliti ingin memberikan sebuah ringkasan yang bisa mengkategorikan pendapat Peirce. Kalauu kita melihat objek, maka kita membicarakan sasaran yang menjadi bahan pembicaraan, yaitu tampilan sampul Majalah TEMPO edisi 7-13 April 2014. Dengan kata lain objek sebagai penanda dari “sesuatu”. Lalu ground yang merupakan tanda yang menandakan “sesuatu” beda dengan yang lainnya, baik itu dari lambing, warna dan simbol atau apapun yang menjadi keseluruhan dari objek
46
tersebut. Sedangkan interpretant adalah hasil dari kumpulan persepsi yang diterima manusia dalam menerima objek, dengan melihat ground (tandanya). Untuk lebih jelas, peneliti merinci satu persatu dari bagian-bagian tersebut. Berikut merupakan paparan dari teori Charles Sanders Peirce: Identifikasi dan klasifikasi tanda pada penelitian ini dilakukan dengan mengadaptasi jenis-jenis tanda berdasarkan hubungan objek dengan tanda yang dikemukakakn oleh Peirce.
Gambar 4.3 Sampul Majalah TEMPO edisi 7-13 April 2014
47
4.2.1
Hasil Analisa Karikatur Capres
A.
Capres Jokowi
A. Capres Jokowi
Objek
Sign
Interpretan
Ikon: Gambar karikatur dari Qualisign: Capres Jokowi yang tengah
Gambar Rheme:
karikatur
yang Capres
ditampilkan asyik bermain suling, yang diprediksi
akan
maju
Karikatur yang
digambarkan
menandakan
sambil
bahwa meniup
suling,
ke Capres Jokowi dapat menandakan bahwa Ia
putaran
pilpres
selanjutnya.
Sosok
yang
ditampilkan
menarik dan memikat mempunyai perhatian
para dalam
pendukungnya
yang perhatian
merupakan gambaran karikatur dalam nyata seorang Capres Jokowi.
hal
kekuatan menarik para
ini pendukungnya.
direpresentasikan lewat
penampilan
bermain suling. Index: Karena ingin mendapat Sinsign:
Kegiatan Dicent Sign: Karikatur
banyak dukungan, Capres ini yang dilakukan adalah bermain suling dengan teknik eksistensi yang
dimiliki.
aktual
yang
tampak
dalam
sampul
majalah,
merupakan
karikatur
Karikatur Capres yang tengah atau bentuk
gambaran nyata
dari wajah
48
Jokowi meniup suling dengan asyik bermain suling Capres pada kehidupan santainya, hal ini menandakan di
depan
para
nyata.
bahwa Ia sudah yakin menang pendukungnya. dan akan menjadi Presiden Indonesia selanjutnya.
Simbol: Dengan ekspresi raut Legisign: Penggunaan Argument:
Kegiatan
wajah yang sangat kontras, suling dalam sampul yang dilakukan oleh yang ditampilkan pada saat majalah
ini masing-masing Capres
meniup suling, menandakan menandakan
bahwa dengan bermain suling
bahwa masing-masing Capres kedua Capres tersebut biasa dilakukan oleh memiliki berbeda.
karakter Karikatur
digambarkan
yang merupakan Jokowi Capres
bahwa
kandidat kelas sosial menengah
yang
Ia dengan
merupakan sosok pemimpin khususnya
dekat kebawah dengan gaya
rakyatnya, hidup sederhana. rakyat
yang santai dan percaya diri, menengah ke bawah. hal ini dapat dilihat dari raut wajahnya yang begitu santai pada saat meniup suling.
49
B.
Capres Prabowo
Objek
Sign
Interpretan
Ikon: Gambar karikatur dari Qualisign: Capres Prabowo yang tengah
Gambar Rheme:
karikatur
yang Capres
ditampilkan asyik bermain suling, yang diprediksi
akan
maju
pilpres
selanjutnya.
Sosok
yang
ditampilkan
Capres
para dalam
pendukungnya
yang perhatian
hal
kekuatan menarik para
ini pendukungnya.
direpresentasikan penampilan
bermain suling. Kegiatan Dicent Sign: karikatur
banyak dukungan, Capres ini yang dilakukan adalah bermain suling dengan teknik eksistensi
Prabowo
suling,
perhatian
Index: Karena ingin mendapat Sinsign:
yang
sambil
bahwa meniup
menarik dan memikat mempunyai
lewat Prabowo.
digambarkan
menandakan
merupakan gambaran karikatur dalam seorang
yang
ke Capres Prabowo dapat menandakan bahwa Ia
putaran
nyata
Karikatur
dimiliki.
aktual
yang
suling asyik bermain suling
dalam
sampul
majalah,
merupakan
karikatur
Karikatur Capres yang tengah atau
meniup
tampak
bentuk
gambaran nyata
dari wajah
Capres pada kehidupan dengan
usaha
yang
kuat di
depan
para
nyata.
50
(kerutan
dahi),
hal
ini pendukungnya.
menandakan bahwa jika Ia ingin
mengalahkan
saingannya, Ia harus berusaha dengan keras.
Simbol: Dengan ekspresi raut Legisign: Penggunaan Argument:
Kegiatan
wajah yang sangat kontras, suling dalam sampul yang dilakukan oleh yang ditampilkan pada saat majalah
ini masing-masing Capres
meniup suling, menandakan menandakan
bahwa dengan bermain suling
bahwa masing-masing Capres kedua Capres tersebut biasa dilakukan oleh memiliki
karakter
yang merupakan
berbeda. Karikatur Prabowo Capres digambarkan
bahwa
kandidat kelas sosial menengah
yang
Ia dengan
merupakan sosok pemimpin khususnya
dekat kebawah dengan gaya
rakyatnya, hidup sederhana. rakyat
yang kuat dan selalu berusaha, menengah ke bawah. hal ini dapat dilihat dari raut wajahnya yang penuh usaha dalam meniup suling (kerutan dahi).
51
4.2.2
Hasil Analisa Pendukung Capres
A.
Pendukung Capres Jokowi
Objek
Ikon:
Karikatur
pendukung
dari
Sign
para Qualisign: Capres yang
Interpretan
Kerumunan Rheme:
terjadi
di
Kerumunan
depan para pendukung yang
Jokowi yang tengah asyik Capres yang tengah asyik mengepalkan tangan di melihat kandidat mereka bermain
suling, depan
Capres
yang
bermain suling. Sosok yang menandakan bahwa sang tengah asyik bermain ditampilkan
merupakan Capres
dapat
gambaran nyata para tokoh perhatian
menarik suling
menandakan
para bahwa mereka sangat
di kehidupan nyata. Contoh: pendukungknya
untuk menikmati penampilan
Karikatur Ratu Elizabeth II memberikan
suara dari
dan Alm. Taufik Kemas.
kepada dirinya.
hak
para
Capres
(memberikan dukungan penuh)
Index:
Pada
sampul Sinsign: Kerumunan yang Dicent Sign: Karikatur
52
majalah ini terlihat para terjadi di depan masing- para pendukung yang pendukung
dari
kubu masing
Capres ditampilkan merupakan
Jokowi yang mendukung menunjukkan dengan
eksistensi kegiatan
yang
menggunakan aktual para Capres bahwa sebenarnya
atribut
yang
kenakan
mereka mereka
masing-masing. menarik
sanggup
dilakukan
untuk ketika
perhatian
seseorang
para memberikan dukungan
Sebagai contoh, baju yang pendukungnnya
untuk penuh atau menikmati
digunakan oleh pendukung memberikan
suara sebuah pertunjukkan.
mencirikan identitas dari terhadap dirinya. masing-masing partai yang mengusung capres Simbol: Dalam karikatur Legisign: Karikatur para Argument: Dukungan para
pendukung
simbol
bahwa
begitu
antusias
Capres pendukung
yang untuk
para
Capres
mereka digambarkan pada sampul dalam sampul Majalah dalam Majalah
TEMPO
ini TEMPO
edisi
7-13
mengusung para calon yang menandakan
bahwa April 2014 ini disajikan
kelak akan mereka pilih, hal mereka
begitu
fanatik dalam bentuk karikatur
ini dapat dilihat dari raut dengan
Capres
yang kerumunan
para
wajah gembira dari masing- mereka pilih.
pendukung
dimasing-
masing pendukung Capres
masing kubu. Bentuk
serta atribut warna pakaian
dukungan
yang
kenakan.
melalui ekspresi senang
Selain itu, posisi kepala dari
yang ditampilkan oleh
mereka
disajikan
53
karikatur
Capres
Jokowi
raut
wajah
para
yang menghadap ke Barat,
pendukung. Selain itu,
seolah-olah mengisyaratkan
beberapa
bahwa
juga
dirinya
dukungan
mendapat
penuh
pendukung mengenakan
dari
pakaian dengan warna
wilayah Barat, hal ini juga
partai politik tertentu
diperkuat
yang
dengan
kemunculan karikatur yang
bahwa
mirip
tersebut
dengan
Elizabeth II.
Ratu
mengartikan partai
politik
memberikan
dukungan penuh kepada Capres diusung.
yang
akan
54
B.
Pendukung Capres Prabowo
Objek
Ikon:
Karikatur
pendukung
dari
Sign
para Qualisign: Capres yang
Interpretan
Kerumunan Rheme:
terjadi
di
Kerumunan
depan para pendukung yang
Prabowo yang tengah asyik Capres yang tengah asyik mengepalkan tangan di melihat kandidat mereka bermain
suling, depan
Capres
yang
bermain suling. Sosok yang menandakan bahwa sang tengah asyik bermain ditampilkan
merupakan Capres
dapat
gambaran nyata para tokoh perhatian
menarik suling
menandakan
para bahwa mereka sangat
di kehidupan nyata. Contoh: pendukungknya
untuk menikmati penampilan
Ahmad Dhani, Surya Paloh memberikan
suara dari
dan Wiranto.
kepada dirinya.
hak
para
Capres
(memberikan dukungan penuh)
Index:
Pada
sampul Sinsign: Kerumunan yang Dicent Sign: Karikatur
majalah ini terlihat para terjadi di depan masing- para pendukung yang pendukung
dari
kubu masing
Capres ditampilkan merupakan
55
Prabowo yang mendukung menunjukkan dengan
eksistensi kegiatan
yang
menggunakan aktual para Capres bahwa sebenarnya
atribut
yang
kenakan
mereka mereka
masing-masing. menarik
sanggup
dilakukan
untuk ketika
perhatian
seseorang
para memberikan dukungan
Sebagai contoh, baju yang pendukungnnya
untuk penuh atau menikmati
digunakan oleh pendukung memberikan
suara sebuah pertunjukkan.
mencirikan identitas dari terhadap dirinya. masing-masing partai yang mengusung capres Simbol: Dalam karikatur Legisign: Karikatur para Argument: Dukungan para
pendukung
simbol
bahwa
begitu
antusias
Capres pendukung
yang untuk
para
Capres
mereka digambarkan pada sampul dalam sampul Majalah dalam Majalah
TEMPO
ini TEMPO
edisi
7-13
mengusung para calon yang menandakan
bahwa April 2014 ini disajikan
kelak akan mereka pilih, hal mereka
begitu
fanatik dalam bentuk karikatur
ini dapat dilihat dari raut dengan
Capres
yang kerumunan
para
wajah gembira dari masing- mereka pilih.
pendukung
dimasing-
masing pendukung Capres
masing kubu. Bentuk
serta atribut warna pakaian
dukungan
yang
kenakan.
melalui ekspresi senang
Selain itu, posisi kepala dari
yang ditampilkan oleh
karikatur Capres Prabowo
raut
yang menghadap ke Timur,
pendukung. Selain itu,
mereka
wajah
disajikan
para
56
seolah-olah mengisyaratkan
beberapa
bahwa
juga
dirinya
dukungan
mendapat
penuh
wilayah Timur.
dari
pendukung mengenakan
pakaian dengan warna partai politik tertentu yang bahwa tersebut
mengartikan partai
politik
memberikan
dukungan penuh kepada Capres diusung.
yang
akan
57
4.2.3
Hasil Analisa Simbol-simbol misterius
A.
Simbol Satanisme
Objek
Sign
Interpretan
Ikon: Karikatur simbol- Qualisign: Simbol-simbol Rheme: Posisi jemari simbol
dari
bangsa yang
ditampilkan kiri
iluminati atau aliran satan. merupakan Gambar yang ditampilkan dari merupakan
karikatur
representasi Capres
penganut
gambaran satanisme.
dari
Jokowi
aliran membentuk
simbol
metal (salam tiga jari).
nyata dari simbol-simbol
Salam tiga jari juga bisa
yang
diartikan
dimiliki
serta
digunakan oleh penganut
Diablo,
aliran satan.
pemujaan
sebagai
El
bentuk terhadap
setan yang berasal dari ritual
sihir
kabalah
kuno.
Secara
simbol
diasoasikan dan dapat diartikan “Tanduk
sebagai
58
Kambing/Baphomet.” Selain
itu
terdapat
gedung yang memiliki jumlah
jendela
sebanyak angka
13
buah,
yang
sudah
di
dunia
dikenal konspirasi
sebagai
elemen
lambang
Amerika Seal),
(The
Great
lambang
yang
memiliki simbol-simbol penting
yang
dianut
oleh kaum satanisme. Index:
Pada
majalah
ini
sampul Sinsign:
Kemunculan Dicent Sign: Simbol-
terlihat simbol-simbol dari bangsa simbol
simbol-simbol dari bangsa iluminati/satan
di
iluminati yang diletakkan Capres dibagian
kubu
Simbol: satanisme
kubu yang Jokowi merupakan
didukung
simbol-
oleh digunakan oleh bangsa
bangsa iluminati/satan.
Simbol-simbol Legisign: yang
ditampilkan
Capres menandakan bahwa sang simbol yang sebenarnya
Jokowi dan disampaikan Capres secara tersirat.
iluminati/satan
di simbol-simbol
iluminati/satan.
Representasi Argument:
Majalah
satanisme TEMPO
mencoba
59
munculkan, seperti simbol yang
dimunculkan
oleh untuk
menjelaskan
13 yang direpresentasikan pihak Majalah TEMPO, bahwa Capres Jokowi dengan
jumlah
jendela menandakan
bahwa merupakan
kandidat
disebuah gedung, salam Capres Jokowi didukung yang didukung penuh tiga jari yang disampaikan oleh bangsa iluminati atau oleh bangsa barat serta oleh
karikatur
Jokowi,
karikatur
Capres penganut aliran satanic. mata
satu atau yang lebih akrab dikenal
dengan
Dajjal.
nama
Merupakan
simbol-simbol yang kerap kali
dikaitkan
digunakan
oleh
iluminati/satan
dan bangsa
para
penganut
aliran
iluminati atau satanic.
60
B.
Simbol Tragedi ‘98
Objek
Sign
Interpretan
Ikon: Karikatur simbol- Qualisign: Simbol-simbol Rheme: simbol tragedi ‘98.
Karikatur
yang
ditampilkan sosok, wanita bermata
merupakan
representasi satu
tragedy ‘98.
dan
bermuka
layaknya ras dari etnis Tionghoa yang dalam hal ini dikaitkan dengan korban kerusuhan Mei tahun ’98 yang hampir rata-rata
memakan
korban dari kaum etnis Tionghoa. seorang
Serta pria
menggunakan tangan
yang jam dengan
61
almamater biru, yang dianalogikan
sebagai
mahasiswa
dari
Universitas
Trisakti,
korban tragedy ‘98 Index:
Pada
majalah
ini
sampul Sinsign:
terlihat simbol-simbol dari tragedi simbol dari ’98
simbol-simbol tragedy
‘98
disampaikan
Kemunculan Dicent Sign: simbol-
yang
disampaikan digambarkan
yang secara tersirat oleh pihak sampul secara TEMPO di kubu Capres TEMPO
tersirat.
yang
Prabowo
memberikan digunakan
pada Majalah sebenarnya sebagai
gambaran bahwa Capres kiasan semata bahwa Prabowo
terlibat
dalam korban yang berjatuhan
tragedi kerusuhan Mei ’98. kala itu banyak berasal dari Etnis Tionghoa. Simbol: tragedi
Simbol-simbol Legisign: ‘98
yang
di simbol-simbol tragedi ‘98 TEMPO
munculkan, seperti sosok yang wanita
etnis
Representasi Argument:
dimunculkan
oleh untuk
Majalah mencoba menjelaskan
Tionghoa pihak Majalah TEMPO, bahwa Capres Prabowo
yang memiliki mata satu menandakan serta seorang pria yang Capres
Prabowo
menggunakan jam tangan terlibat
dalam
dengan almamater biru, kerusuhan Mei ’98.
bahwa merupakan ikut presiden tragedi terlibat
kandidat yang
ikut dalam
kerusuhan Mei ‘98
62
yang dianalogikan sebagai mahasiswa
dari
Universitas
Trisakti,
korban
tragedy
‘98Merupakan
simbol-
simbol yang kerap kali dikaitkan dan digunakan untuk menjatuhkan Capres Prabowo 4.3
Pembahasan Dari simbol-simbol yang ditampilkan di atas menunjukkan bahwa Majalah
TEMPO sebagai Majalah bergenre politik mampu memberikan pesan-pesan yang sangat provokatif dan mengundang banyak pertanyaan serta pernyataan dikalangan masyarakat lewat penyajian sampul majalah yang mereka miliki. Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi.1 Namun, sebenarnya tidak hanya sebatas menginformasikan pesan secara verbal kepada khalayak, akan tetapi terdapat fungsi internal lainnya yang disadari maupun tidak mampu telah menentukan pemikiran, persepsi, opini, bahkan perilaku orang lain. Dalam tujuan pembuatannya sampul majalah merupakan bagian terpenting dari etalase sebuah media cetak, dan setiap redaksional media mempunyai ciri
1
Jalaludin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, hal. 207
63
khas dan karakternya sendiri dalam menentukan gaya sampul majalahnya secara konsep maupun teknik. Dari karakter yang berbeda menentukan pandangan majalah tersebut dalam menentukan visi dan misinya kepada target pembacanya. Dalam faktanya sampul majalah tidak hanya menyampaikan isi yang ada di dalamnya, tapi juga memaparkan perspektif dari majalah tersebut. Sebagai daya tarik pembaca sampul majalah seringkali dibuat menarik, sehingga dapat menimbulkan kontroversi dan menggugah minat para pembaca. Berdasarkan tujuan tersebut pula, Majalah TEMPO kerap kali menampilkan sampul majalah yang “nyentrik” dan menarik minat pembaca.
Sampul Majalah TEMPO edisi 7-13 April 2014 yang menjadi objek penelitian banyak menyampaikan pesan secara tersirat, mulai penyampaian simbol-simbol satanis yang diletakkan dikubu Capres Jokowi hingga pesan nonverbal yang dikaitkan dengan tragedi ’98 yang dikaitkan oleh Capres Prabowo. Banyak yang menyangka bahwa ini merupakan salah satu konspirasi yang dilakukan oleh pihak TEMPO. Teori persekongkolan atau teori konspirasi (conspiracy theory) adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik. Teori ini ada di seputaran gerak dunia global dan merambah hampir kesemua ranah
64
kehidupan manusia, dari urusan politik sampai makanan. Bagi orang yang tidak percaya selalu menganggap semua hanya olok-olok, mengada-ada, menyianyiakan waktu, kurang kerjaan, dan sebagainya. Bagi para penganutnya teori itu tidak serta-merta muncul mendunia tanpa ada yang menciptakan polanya.2 Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat menarik sebuah asumsi bahwa Majalah TEMPO ingin menyampaikan sebuah pesan dari simbol-simbol yang ada di dalam sampul majalah ini, terdapat beberapa simbol tersembunyi yang memiliki makna yang mendalam diantaranya ditampilkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Objek penelitian dalam Sampul Majalah TEMPO edisi 7-13 April 2014 Objek
A. Karikatur Capres Jokowi
2
B. Karikatur Capres Prabowo
http://admin-duniaku-duniamu-duniakita.blogspot.com/2012/03/teori-konspirasi-dalam-alquran.html
65
C. Karikatur Pendukung Capres Jokowi
D. Karikatur
Pendukung
Capres
Prabowo
E. Karikatur Simbol Satan
F. Karikatur Simbol Tragedi ‘98
Beberapa karikatur yang terdapat dalam sampul Majalah TEMPO edisi 713 April 2014 sudah mewakili representasi makna yang akan dikonstruksikan oleh pihak Majalah TEMPO. Karikatur pertama yang ditampilkan merupakan gambar sosok karikatur Capres Jokowi. Dari penggambaran karikatur ini, pihak Majalah TEMPO mencoba menggambarkan bahwa Jokowi merupakan salah satu kandidat yang akan menjadi Presiden Indonesia berikutnya. Tidak hanya itu saja, pihak TEMPO mencoba menggambarkan kepribadian Capres Jokowi, hal ini dapat
66
dilihat dari cara bagaimana ia meniup suling. Dari karikatur tersebut digambarkan, bahwa Capres Jokowi tidak merasa sulit dalam meniup suling, wajahnya terlihat santai dan tidak mengalami kesulitan sedikitpun. Karikatur yang kedua tidak jauh berbeda dengan karikatur yang pertama, pihak TEMPO mencoba untuk menggambarkan bahwa Jokowi bukan merupakan kandidat satu-satunya yang akan melaju menjadi Presiden. Pihak TEMPO memunculkan sosok Capres Prabowo, sebagai lawan terkuat yang dimiliki oleh Jokowi. Hal ini direpresentasikan oleh pihak TEMPO melalui peletakkan atau posisi dari karikatur Prabowo. TEMPO memposisikan karikatur tersebut dibagian depan serta dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan karikatur Jokowi. Selain itu, pihak TEMPO juga menggambarkan kepribadian Capres Prabowo yang ulet dan penuh usaha untuk mendapatkan posisi sebagai Presiden, hal ini digambarkan melalui bagaimana cara ia meniup suling. Pihak TEMPO mencoba merepresentasikann sosok Prabowo yang dengan susah payah meniup suling demi menarik perhatian pendukungnya hal ini terpancar dari raut wajahnya yang terlihat mengerenyitkan dahi, tanda ia sedang berusaha meniup suling. Pihak TEMPO seakan-akan tidak kehabisan akal dalam mengkonstruksi pesan yang ingin mereka sampaikan terkait latar belakang serta pendukung kedua Capres yang akan memimpin Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari karikatur pendukung dari masing-masing kubu. Dimulai dari penampilan karikatur yang mirip Ratu Elizabeth II di kubu Capres Jokowi. Ia diprediksi akan mendukung Capres yang diusung oleh PDI tersebut. Hal ini, juga diperkuat oleh gesture yang digambarkan melalui Capres Jokowi, pihak TEMPO mencoba menggambarkan
67
bahwa Capres Jokowi akan di dukung oleh orang-orang dari bagian Barat melalui posisi kepala dia yang menghadap ke arah Barat pada saat meniup suling. Sosok Capres Jokowi memang dikenal dekat dengan orang-orang Barat yang notabenenya menganut paham aliran liberal.3 Berbeda dengan Capres Jokowi, pihak TEMPO mencoba menggambarkan bahwa Prabowo akan di dukung oleh orang-orang bagian Timur, hal ini dapat dilihat dari gesture (posisi kepala) Prabowo saat meniup suling yang mengarah ke Timur. Kemudian, jika dikubu Jokowi pendukungnya lebih banyak dari kalangan asing, dikubu Prabowo justru pendukungnya berasal dari kaum publik figur dan elite poiltik. Analisa yang terakhir adalah mengenai simbol-simbol yang kerap kali dikaitkan dengan masing-masing kubu. Pembahasan yang pertama adalah simbolsimbol yang muncul di kubu Capres Jokowi. Dalam sampul majalah, pihak TEMPO mencoba mengaitkan lambang-lambang iluminati dengan Capres Jokowi. Di mata masyarakat, Capres Jokowi memang tidak asing lagi jika dikaitkan dengan dunia iluminati atau freemason. Salah satu, bukti bahwa Jokowi memiliki kedekatan dengan dunia iluminati, dapat dibuktikan dengan beredarnya berita yang mengatakan bahwa Iriana (Istri dari Jokowi) dinobatkan sebagai tamu kehormatan dari Rotary Club (Organisasi Kaum Yahudi).4 Pihak TEMPO merepresentasikan dan mengkonstruksikan pesan bahwa Jokowi dekat dengan dunia Iluminati melalui simbol-simbol, diantaranya posisi tangan kiri Jokowi pada saat meniup suling yang membentuk lambang salam tiga
3
https://infodian.wordpress.com/2013/11/11/capres-2014-dan-agenda-zionisme/
4
https://infodian.wordpress.com/2013/11/11/capres-2014-dan-agenda-zionisme/
68
jari, gedung yang memiliki jendela sebanyak 13 buah, serta pemunculan karikatur pria dan wanita yang memiliki mata satu. Salam tiga jari yang digambarkan oleh pihak TEMPO bukan hanya sekedar simbol biasa saja yang tidak memiliki makna. Arti dari salam tiga jari yang digambarkan oleh pihak TEMPO yaitu sebagai bentuk pemujaan terhadap setan yang berasal dari ritual sihir kabalah kuno. Secara simbol diasoasikan dan dapat diartikan sebagai “Tanduk Kambing/Baphomet.”
Gambar 4.4 Foto Jokowi pada saat berkampanye
Gambar 4.5 Karikatur Jokowi di Majalah TEMPO edisi 7-13 April 2014 Menurut situs ducktopic, Baphomet adalah satu dari puja-pujaan kaum Qabalis yang mewakili Setan. Makhluk ini berkepala kambing bertanduk atau dikenal dengan kambing “Mendes”, lambang kuno untuk setan. Penampilannya melambangkan kekuatan-kekuatan hitam disatukan dengan kemampuan beranakpinak seperti halnya kambing. Di dahi, diantara dua tanduk dibawah suluh, adalah
69
lambang
pentagram.
Bagian
bawah
badannya
diselubungi
kain
hitam
melambangkan kerahasiaan. Baphomet
digambarkan
sebagai
makhluk
hermaphrodit
dengan
mempunyai buah dada lambang kewanitaan dan phallus lambang kelaki-lakian. Dua ular melingkar di phallus yang berdiri. Ular juga merupakan simbol dari Setan. Sayap melambangkan kemampuan Lucifer untuk terbang.5
Gambar 4.6 Ilustrasi Baphomet Bentuk penggambaran iluminati lainnya yang ditampilkan oleh TEMPO adalah sebuah gedung yang memiliki jendela sebanyak 13 buah, angka yang sudah dikenal di dunia konspirasi sebagai elemen lambang Amerika (The Great Seal), lambang yang memiliki simbol-simbol penting yang dianut oleh kaum satanisme.6
5 6
https://www.islampos.com/apa-itu-baphomet-1-16317/ https://misteridunia.wordpress.com/2008/09/22/the-illuminatifreemason-signature/commentpage-4/
70
Gambar 4.7 Lambang Amerika Kemudian, simbol terkahir yang dimunculkan dikubu Jokowi terkait dengan ilmuniati adalah sosok pria yang memiliki mata satu. Di dalam kalangan masyarakat, makna mata satu ini erat kaitannya dengan Dajjal. Ad-Dajjāl ()لاّد دّلا adalah seorang tokoh kafir yang jahat dalam Eskatologi Islam, ia akan muncul menjelang Kiamat. Dajjal pembawa fitnah di akhir zaman, menurut hadits Muhammad bersabda: “"Sejak Allah swt menciptakan Nabi Adam A.S. sampai ke hari kiamat nanti, tidak ada satu ujian pun yang lebih dahsyat daripada Dajjal".
Gambar 4.8 Karikatur mata satu dalam Majalah TEMPO edisi 7-13 April 2014 Dajjal adalah kata Arab yang lazim digunakan untuk istilah "nabi palsu". Namun istilah Ad-Dajjal, merujuk pada sosok "Penyamar" atau "Pembohong" yang muncul menjelang kiamat. Istilahnya adalah Al-Masih Ad-Dajjal (Bahasa
71
Arab untuk "Al Masih Palsu") adalah terjemahan dari istilah Syria Meshiha Deghala yang telah menjadi kosa kata umum dari Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun sebelum Al-Quran diturunkan. Istilah Meshiha Deghala berasal dari kata antichristos yang merupakan bahasa Yunani. Secara internasional, sosok ini dikenal dengan Dajjal, tanpa menambahkan tata bahasa Arab. Namun istilah Dajjal telah merujuk kepada apa yang dimaksud Ad-Dajjal dalam istilah bahasa Arab dajjal.7 Pembahasan yang terakhir adalah mengenai simbol-simbol yang muncul dikubu Capres Prabowo. Capres yang satu ini, kerap kali dikaitkain sebagai dalang kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998. Kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Pihak TEMPO mencoba mengkonstuksi dan menginterpretasikan kejadian tersebut lewat pemunculan karikatur seorang wanita yang memiliki wajah oriental yang berekspesi muram (korban tragedi ’98) serta seorang pria yang menggunakan jam tangan dengan almamater biru, yang dianalogikan sebagai mahasiswa dari Universitas Trisakti, korban tragedy ’98. Karikatur seorang wanita yang memiliki wajah oriental yang berekspesi muram, merupakan salah satu bentuk penggambaran bahwa pada tragedi tersebut korban yang banyak berjatuhan
7
http://www.kafkapa.com/2012/01/ad-dajjal-pengertian-dajjal-menurut.html
72
berasal dari keturunan etnis Tionghoa, yang notabenenya tidak tahu menahu masalah yang terjadi di pemerintahan Indonesia kala itu. Sementara itu, karikatur seorang pria yang menggunakan jam tangan dengan almamater biru, yang dianalogikan sebagai mahasiswa dari Universitas Trisakti, korban tragedy ‘98, yang berarti bahwa Prabowo boleh saja maju sebagai Capres untuk Indonesia, tetapi masyarakat belum bisa melupakan tragedi tahun ’98 yang menjadikan dirinya sebagai dalang dibalik kerusuhan yang terjadi.