37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimental yang mendapatkan aplikasi gel klorin dioksida dan kelompok kontrol yang mendapatkan aplikasi gel klorheksidin dimana setiap kelompok terdiri dari 16 orang. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian
Kelompok Klorin dioksida
Klorheksidin
(n=16)
(n=16)
39
33
13,3
12,5
19 – 67
18 – 59
Laki-laki
9 (56,25%)
10 (62,5%)
Perempuan
7 (43,75%)
6 (37,5%)
Usia (tahun) Rata-rata Simpangan baku Rentang Jenis Kelamin
Karakteristik subyek penelitian pada kelompok klorin dioksida memiliki usia rata-rata 39 tahun dengan rentang usia 19 sampai 67 tahun sedangkan pada kelompok klorheksidin memiliki usia rata-rata 33 tahun dan rentang usia 18 sampai 59 tahun. Berdasarkan jenis kelamin pada kelompok klorin dioksida terdiri
38
dari 9 (56,25%) orang subyek berjenis kelamin laki-laki dan 7 (43,75%) orang subyek perempuan, sedangkan pada kelompok klorheksidin terdiri dari 10 (62,5%) subyek laki-laki dan 6 (37,5%) subyek perempuan. Efektifitas penggunaan gel klorin dioksida dan gel klorheksidin terhadap kedalaman poket periodontal (PPD), perdarahan saat probing (BOP) dan kehilangan perlekatan epitel (CAL) pada pasien periodontitis kronis dinilai berdasarkan nilai selisih rata-rata dari setiap variabel yang diteliti yaitu nilai ratarata sebelum aplikasi gel pada kunjungan pertama (h=0) dikurangi nilai rata-rata setelah aplikasi gel pada kunjungan ketiga (h = 30). Nilai selisih rata-rata tersebut kemudian dilakukan pengujian statistik secara uji t. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Nilai Rata-rata PPD, BOP, CAL Sebelum dan Setelah Aplikasi Gel Klorin Dioksida dan Gel Klorheksidin Jenis
Klorin dioksida
Klorheksidin
Pengukuran
H=0
H=30
Selisih
p-value
H=0
H=30
Selisih
p-value
PPD
4,680
2,958
1,72
0,00*
4,425
3,232
1,19
0,00*
BOP
1,542
0,190
1,35
0,00*
1,388
0,323
1,06
0,00*
CAL
3,944
2,792
1,15
0,00*
4,052
2,953
1,09
0,00*
Keterangan: *= terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara pengukuran awal (h=0) dan pengukuran akhir (h=30) dengan p-value < 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan gel klorin dioksida maupun gel klorheksidin secara intrasulkular setelah perawatan skeling dan root planing pada pasien periodontitis kronis mampu menurunkan PPD, BOP, dan
39
memperbaiki CAL yang bersifat signifikan secara statistik dengan p-value < 0,05. (perhitungan terdapat pada lampiran 7). Nilai selisih rata-rata kelompok klorin dioksida dan kelompok klorheksidin kemudian dilakukan pengujian statistik dengan metode t student untuk membandingkan efektifitas antara kedua gel tersebut terhadap setiap variabel yang diteliti. Penilaian ini digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini. Hasil analisis data tersebut terdapat pada tabel 4.3. di bawah ini.
Tabel 4.3. Perbandingan Efektifitas Gel Klorin Dioksida dengan Gel Klorheksidin terhadap PPD, BOP dan CAL
Jenis Pengukuran
Klorin dioksida
Klorheksidin
p-value
PPD
1,72
1,19
0,00*
BOP
1,35
1,06
0,08
CAL
1,15
1,09
0,74
Keterangan: *= terdapat perbedaan nilai selisih rata-rata yang signifikan secara statistik dengan p-value < 0,05.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat diketahui bahwa penurunan PPD pada kelompok klorin dioksida dengan nilai selisih rata-rata sebesar 1,721 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai selisih rata-rata yang diperoleh kelompok klorheksidin yaitu 1,193. Perbedaan nilai selisih rata-rata ini berdasarkan uji statistik dinyatakan signifikan dengan p-value < 0,05 yang berarti bahwa gel klorin dioksida yang diaplikasikan secara intrasulkular memiliki efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan gel klorheksidin terhadap pengurangan kedalaman poket periodontal pada pasien periodontitis kronis.
40
Uji statistik nilai selisih rata-rata untuk pengukuran BOP dan CAL antara kelompok klorin dioksida dan kelompok klorheksidin mendapatkan p-value > 0,05 hal ini berarti penggunaan gel klorin dioksida maupun gel klorheksidin secara intrasulkular memiliki efektifitas yang sama baiknya terhadap penurunan indeks BOP dan CAL pada pasien periodontitis kronis. (Perhitungan statistik terdapat pada lampiran 7).
4.2
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi gel klorin dioksida maupun gel klorheksidin secara intrasulkular dapat mengurangi PPD, BOP, dan CAL pada pasien periodontitis kronis, namun jika gel klorin dioksida dibandingkan dengan gel klorheksidin menunjukkan bahwa hanya pada penurunan PPD yang terdapat perbedaan efektifitas secara signifikan sedangkan terhadap penurunan indeks BOP dan CAL tidak menunjukkan hasil perbedaan efektifitas yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Splinder dan Splinder
14
(1998) yang menyatakan terjadi penurunan jumlah plak dan BOP
secara signifikan setelah penggunaan pasta klorin dioksida dibandingkan dengan regimen yang mengandung fenol. Chapek dkk. (1995) dalam penelitiannya mengenai
penanganan
periodontitis dengan
produk-produk
pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut melaporkan terjadinya penurunan PPD dan BOP setelah penggunaan pasta gigi dan obat kumur yang mengandung klorin dioksida pada pemeriksaan terakhir.17 Penelitian yang dilakukan oleh David dan Alissa (2011) mengenai efek klorin dioksida terhadap aktivitas bakterisidal juga menunjukkan
41
terjadinya penurunan PPD sebesar 67,4% dengan PPD sebelum penelitian sebesar ≥ 4 mm menjadi ≤ 3 mm setelah penelitian. Selain itu David dan Alissa juga melakukan penelitian untuk membandingkan nilai BOP sebelum dan setelah penggunaan obat kumur dan pasta gigi yang mengandung klorin dioksida, dan didapatkan hasil bahwa setelah penggunaan klorin dioksida terjadi penurunan BOP sebesar 71,85%.31 Penelitian yang dilakukan oleh Taiyeb-Ali, dkk. (2004) mengenai penggunaan Oxygene Gel® yang mengandung klorin dioksida sebagai terapi tambahan poket periodontal menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan PPD pada 5 permukaan gigi, penurunan CAL, penurunan BOP setelah penggunaan Oxygene Gel® selama 8 minggu. Simpulan penelitian yang dilakukan oleh Taiyeb-Ali menyatakan bahwa gel yang mengandung klorin dioksida dapat digunakan pada perawatan periodontitis kronis dengan PPD lebih dari 6 mm.42 Terbentuknya poket periodontal dipengaruhi oleh peningkatan jumlah bakteri aerob di dalam sulkus gusi yang menyebabkan berkurangnya tekanan oksigen di dalam sulkus gusi, hal ini mengubah kondisi lingkungan di dalam sulkus gusi menjadi anaerobik sehingga terjadi perubahan bakteri aerob menjadi bakteri anaeraob yang menyebabkan terjadinya periodontitis yang ditandai dengan pembentukan poket periodontal kehilangan perlekatan epitel. Penelitian yang dilakukan oleh Taiyeb-ali (2004) memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Chapek (1994) yang menyimpulkan bahwa oksigen yang dihasilkan oleh klorin dioksida akan mempertahankan jumlah oksigen di dalam saliva dan sulkus gusi. Jika terdapat oksigen di dalam sulkus gusi maka bakteri anaerob tidak dapat
42
hidup. Bakteri anaerob berhubungan dengan periodontitis, sehingga aplikasi gel klorin dioksida secara intrasulkular dapat menambah suplai oksigen di dalam poket periodontal yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri anaerob dan dapat mencegah pembentukan poket periodontal. 42,43 Penelitian Al-bayaty, dkk. (2010) menyatakan bahwa gel klorin dioksida lebih efektif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan terhadap bakteri Gram negatif dikarenakan dinding sel bakteri Gram negatif lebih kompleks dan memiliki struktur yang berlapis-lapis (multilayer) serta memiliki kemampuan mekanisme efflux yang aktif sehingga bakteri Gram negatif resisten terhadap gel klorin dioksida.12 Klorin dioksida memiliki kelebihan yaitu tidak mengubah sensasi rasa di dalam rongga mulut, tidak menyebabkan pewarnaan ekstrinsik pada gigi, gusi dan lidah, tidak bersifat toksik dibandingkan klorheksidin pada sel gusi manusia untuk penggunaan jangka panjang, dan harga gel klorin dioksida saat ini lebih murah dibandingkan dengan gel klorheksidin. 31 Peneliti pada penelitian ini melakukan pengukuran PPD, BOP, CAL, kemudian melakukan tindakan SRP pada setiap subyek penelitian pada kunjungan pertama (h = 0), tindakan tersebut dilakukan untuk menyamakan nilai plak subyek penelitian, setelah tindakan SRP langsung dilakukan aplikasi gel ke dalam poket periodontal. Mangundjaja (1997) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa sulkus gusi merupakan pelabuhan utama bagi kuman golongan anaerob sehingga menjadi tempat yang sangat ideal bagi semua golongan kuman untuk masuk ke aliran darah.35 Oleh karena itu pada penelitian ini peneliti memilih metode
43
aplikasi gel secara intrasulkular karena gel tersebut dapat mencapai konsentrasi terbesarnya saat diletakkan di daerah poket periodontal, sehingga mampu melakukan penetrasi terhadap bakteri yang terdapat di dalam poket periodontal secara langsung.44,45 Tindakan SRP merupakan tindakan inisial (initial treatment) dalam perawatan periodontal sedangkan pemberian gel klorin dioksida setelah tindakan SRP merupakan terapi tambahan yang dapat mendukung keberhasilan perawatan SRP tersebut yang ditandai dengan pengurangan indeks plak, PPD, BOP dan CAL. 46 Efektifitas klorin dioksida yang diaplikasi secara intrasulkular dapat dilakukan untuk kasus periodontitis tingkat ringan hingga parah hal ini dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Chapek, dkk., (1995), Taiyeb-Ali, dkk. (2004), Albayaty, dkk. (2010) David dan Alissa (2011).12, 17, 31, 42 Hasil penelitian diperoleh data bahwa pada kelompok klorin dioksida subyek yang mengalami periodontitis kronis ringan sebanyak 1 orang, periodontitis kronis sedang sebanyak 11 orang dan periodontitis kronis parah sebanyak 4 orang. Sedangkan pada kelompok klorheksidin subyek yang mengalami periodontitis kronis ringan sebanyak 1, periodontitis kronis sedang 9 orang dan periodontitis kronis parah sebanyak 6 orang. Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa aplikasi gel klorin dioksida maupun gel klorheksidin secara intrasulkular memiliki efektifitas yang sama baiknya untuk digunakan pada kasus periodontitis kronis ringan sampai parah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi gel klorin dioksida secara intrasulkular memiliki efektifitas yang lebih baik terdapat pengurangan
44
PPD dibandingkan dengan gel klorheksidin, hasil penelitian ini dipengaruhi oleh karena klorin dioksida yang mengandung oksigen sehingga dapat mengeliminasi bakteri anaerob yang terdapat di dalam poket periodontal yang berperan sebagai faktor inisial dalam pembentukan poket periodontal. Klorin dioksida memiliki efek antibakteri yang sangat kuat dengan mekanisme interaksi gel klorin dioksida terhadap sel bakteri sebagai berikut yaitu mekanisme yang pertama adalah interaksi antara gel klorin dioksida dengan biomolekul spesifik dan mekanisme yang kedua adalah efek gel klorin dioksida terhadap fungsi fisiologis mikrorganisme melalui reaksi antara substansi organik dari dinding sel bakteri dengan klorin dioksida sehingga menyebabkan kerusakan membran sel bakteri, dimana membran sel ini berfungsi untuk memelihara integritas kandungan sitoplasma secara keseluruhan dan mengontrol secara selektif transport nutrisi ke dalam sel. Adanya kerusakan membran sel bakteri dapat menyebabkan kematian bakteri tersebut.
12,30
Silwood, dkk., (2001)
menyatakan bahwa klorin dioksida dapat berpenetrasi ke dalam sel bakteri dan bereaksi dengan asam amino vital yang terdapat di dalam sitoplasma bakteri yang akan membunuh bakteri tersebut. 36 Oksigen merupakan salah satu sumber anti oksidan yang dapat dipergunakan dalam terapi penyakit periodontal, karena oksigen mampu meningkatkan proses metabolisme tubuh sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengurangi radikal bebas yang menyebabkan proses inflamasi,
47,48
sehingga
efektifitas gel klorin dioksida yang diaplikasikan secara intrasulkular mampu mengurangi PPD lebih banyak dibandingkan dengan aplikasi gel klorheksidin.