BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai
tukar riil dan tingkat suku bunga riil terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian penjelasan (explanatory research) atau penelitian jenis korelasi, yang akan menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui pengujian hipotesis. 4.2
Variabel Penelitian
4.2.1
Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel yang terdiri dari 1 (satu)
variabel dependen dan 2 (dua) variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu IHSG (Y), sedangkan variabel independen terdiri atas Nilai Tukar Riil (X1) dan Tingkat Suku Bunga Riil (X2). Hubungan antara kedua variabel tersebut adalah naik turunnya variabel dependen yang dipengaruhi oleh perilaku variabel independen yang artinya apabila salah satu variabel independen berubah maka akan mengakibatkan variabel dependen juga berubah.
46
4.2.2
Definisi Operasional Variabel Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat
didefinisikan sebagai berikut: 4.2.2.1 Nilai Tukar Riil Nilai tukar atau kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barangbarang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Jika nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain dan nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2006), maka nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu hargaharga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Q=S
P P*
Dimana Q adalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri. Data yang diambil adalah nilai tukar dolar terhadap rupiah sebelum krisis global yaitu mulai bulan Januari 2006 hingga bulan Juni 2008 dan nilai tukar Rupiah/US$ setelah krisis global yaitu mulai Agustus 2008 hingga Desember 2010.
47
4.2.2.2 Tingkat Suku Bunga Riil Tingkat suku bunga rill adalah perbedaan diantara tingkat suku bunga nominal dan tingkat inflasi harapan. Para ekonom menyebutkan tingkat suku bunga yang dibayar bank sebagai tingkat suku bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan dalam daya beli masyarakat sebagai tingkat suku bunga riil (real interest rate) (Mankiw, 2003). Jika i menyatakan tingkat suku bunga nominal, r tingkat suku bunga riil dan IIe tingkat infasi harapan, maka hubungan diantara ketiga variabel ini dapat ditulis sebagai berikut: r = i - IIe Data yang diambil adalah tingkat suku bunga sebelum krisis global yaitu mulai bulan Januari 2006 hingga bulan Juni 2008 dan tingkat suku bunga setelah krisis global yaitu mulai bulan Agustus 2008 hingga bulan Desember 2010.
4.2.2.3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG adalah indeks yang diperoleh dari seluruh saham yang tercatat di BEJ dalam satu waktu tertentu. Pengukuran yang digunakan adalah dalam satu satuan poin, dan data yang diperoleh merupakan data IHSG sebelum krisis global yaitu mulai bulan Januari 2006 hingga bulan Juni 2008 dan data IHSG setelah krisis global yaitu bulan Agustus 2008 hingga bulan Desember 2010.
48
4.3
Prosedur Pengumpulan Data Dalam
penelitian
ini,
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber dokumen atau buku-buku, koran, majalah, dan lain-lain. Pengumpulan data juga dilakukan dengan observasi non partisipan, yaitu metode pengumpulan data dengan mengamati bagaimana perilaku pembeli terhadap terhadap barang-barang yang paling diminati. Pada observasi ini peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati (Sugiyono, 2009).
4.4
Metode Analisis Data
4.4.1
Analisis Regresi Berganda Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis regresi.
Dalam analisis regresi akan dikembangkan sebuah estimating equation (persamaan regresi) yaitu formula matematika yang mencari nilai variabel dependen dari nilai independent yang diketahui. Analisis regresi digunakan terutama untuk peramalan, dimana dalam model tersebut terdapat sebuah variabel dependen dan variabel independen. Dalam prakteknya, metode analisis regresi sering dibedakan antara simple regression dan multiple regression. Disebut simple regression jika hanya ada satu variabel independen, sedangkan disebut multiple regression, jika ada lebih dari satu variabel independen. 49
Dalam penelitian ini terdapat 1 (satu) variabel dependen yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan 2 (dua) variabel independen yaitu nilai tukar riil dan tingkat suku bunga riil. Berdasarkan hal tersebut maka metode analisis yang digunakan adalah multiple regression, yang persamaannya dapat dikemukakan sebagai berikut: Y1=α+β1X11+β2 X21 +e Y2=α+β1 X12 +β2X22 +e Keterangan : Y1
= Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebelum krisis global
Y2
= Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesudah krisis global
α
= Konstanta
β1 dan β2 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen X11
= Nilai Tukar Riil sebelum krisis global
X12
= Nilai Tukar Riil sesudah krisis global
X21
= Tingkat Suku Bunga Riil sebelum krisis global
X22
= Tingkat Suku Bunga Riil sesudah krisis global
e
= random error. Asumsi utama yang mendasari model regresi linear klasik dengan
menggunakan metode OLS (Ordinary Least Squares) adalah (Gujarati, 2003) : a.
Model regresi linear, artinya: linear dalam parameter. Seperti
dalam persamaan di bawah ini: 50
Yi = b1 + b2Xi + ui b.
X diasumsikan non- stockastic, artinya nilai X dianggap tetap
dalam sampel yang berulang. c.
Nilai rata-rata kesalahan adalah nol, atau E(ui/Xi)=0, dan u
adalah kesalahan random. d.
Homoskedastisitas, artinya varians kesalahan sama untuk
setiap periode (Homo = sama; skedastisitas = sebaran). Dinyatakan dalam bentuk matematis Var(ui/Xi)=σ² e.
Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara ui dan uj dan
tidak ada autokorelasinya), atau secara matematis Cov(ui, uj/Xi, Xj)=0 f.
Antara ui dan Xi saling bebas, sehingga Cov(ui/Xi)=0
g.
Tidak ada multikolinearitas yang sempurna antar variabel
bebas. h.
Jumlah observasi n, harus lebih besar daripada jumlah
parameter yang diestimasi (jumlah variabel bebas). i.
Adanya variabilitas dalam nilai X, artinya: nilai X harus
berbeda (tidak boleh sama semua). j.
Model regresi telah dispesifikasikan secara benar. Dengan kata
lain, tidak ada bias (kesalahan) spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empirik. Menurut teori dari Gauss-Markov setiap pemerkira (estimator) OLS harus memenuhi kriteria BLUE yaitu: 51
•
Best
= Yang terbaik,
•
Linear
= Merupakan kombinasi Linear dari data sampel,
•
Unbiased
= Rata-rata atau nilai harapan harus sama dengan
nilai yang sebenarnya.
4.4.2
Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan
yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas.
4.4.2.1 Uji Normalitas Imam Ghozali (2001), menyatakan bahwa uji normalitas adalah untuk menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variabel dependennya memiliki distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov satu arah atau analisis grafis. Dasar pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang diolah adalah sebagai berikut: a.
Jika nilai Z hitung > Z tabel, maka distribusi sampel normal.
b.
Jika nilai Z hitung < Z tabel, maka distribusi sampel tidak normal.
52
4.4.2.2 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2001). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Keterangan Nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW) DW Kurang dari 1,08 1,08 s/d 1,66 1,66 s/d 2,34 2,34 s/d 2,92 Lebih dari 2,92
Kesimpulan Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada korelasi
4.4.2.3 Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan rumus Rank Spearman.
53
Pengujian heterokesdasitas yang dilakukan dengan korelasi Spearmen dengan ketentuan dimana jika nilai koefisien korelasi semua prediktor terhadap residual adalah > 0,05 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas (Sugiyono, 2009).
4.4.2.4 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2001). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen = 0. Salah satu cara untuk mendeteksi kolonier dilakukan dengan mengkorelasikan antar variabel bebas dan apabila korelasinya signifikan antar variabel bebas tersebut maka terjadi multikolinieritas.
4.4.3
Pengujian Hipotesis
4.4.3.1 Pengaruh Nilai Tukar Riil terhadap IHSG Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar riil terhadap IHSG digunakan Uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Menentukan Ho dan Ha
Ho : ß1 = ß2 = 0 artinya tidak ada pengaruh nilai tukar riil terhadap IHSG. Ha : ß1 ≠ ß2 ≠ 0 artinya ada pengaruh nilai tukar riil terhadap IHSG. 54
b.
Level significance (α) = 0,05
c.
Kriteria Pengujian 1)
Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh nilai tukar riil terhadap IHSG. 2)
Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho
diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh nilai tukar riil terhadap IHSG.
4.4.3.2 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Riil terhadap IHSG Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga riil terhadap IHSG digunakan Uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Menentukan Ho dan Ha Ho :
ß1 = ß2 = 0 artinya tidak ada pengaruh tingkat suku bunga riil terhadap
IHSG. Ha : ß1 ≠ ß2 ≠ 0 artinya ada pengaruh tingkat suku bunga riil terhadap IHSG. b.
Level significance (α) = 0,05
c.
Kriteria Pengujian 1)
Apabila signifikansi-t atau p value < α atau
0,05, maka Ho ditolak, Ha diterima, artinya ada pengaruh tingkat suku bunga riil terhadap IHSG. 2)
Apabila signifikansi-t atau p value > α atau
0,05, maka Ho diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh tingkat suku bunga riil terhadap IHSG. 55
4.4.3.3 Pengaruh Secara Bersama-sama (Secara Simultan) Nilai Tukar Riil dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap IHSG Untuk menguji pengaruh secara bersama-sama (secara simultan) nilai tukar riil dan tingkat suku bunga riil terhadap IHSG digunakan Uji-F dengan langkahlangkah sebagai berikut: a.
Menentukan Ho dan Ha Dalam penentuan hipotesis secara bersama-sama atau secara simultan ini, salah satu variabel independen nilai tukar riil atau tingkat suku bunga riil, salah satunya dianggap = 0, sehingga: Ho :
ß1 = ß2 = 0 artinya tidak ada pengaruh nilai tukar riil dan tingkat suku bunga riil terhadap IHSG.
Ha : ß1 ≠ ß2 ≠ 0 artinya ada pengaruh nilai tukar riil dan tingkat suku bunga riil terhadap IHSG. b.
Level significance (α) = 0,05
c.
Kriteria Pengujian 1)
Apabila signifikansi-F atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak, Ha
diterima, artinya ada pengaruh nilai tukar riil dan tingkat suku bunga riil terhadap IHSG. 2)
Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho diterima,
Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh nilai tukar riil dan tingkat suku bunga riil terhadap IHSG. 56
4.4.4
Koefisien Determinasi Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik f, dan koefisien determinasinya (R-Squared). Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik, apabila nilai uji statistiknya disebut signifikan secara statistik, apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dalam hal ini H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dalam hal ini H0 diterima. Adjusted R2 dapat bernilai negatif kendati R2 selalu positif. Bila adjusted R2 bernilai negatif, maka nilainya dianggap nol. Secara umum, bila tambahan variabel independen merupakan prediktor yang baik, maka akan menyebabkan nilai varians baik, dan pada gilirannya adjusted R2 meningkat. Sebaliknya, bila tambahan variabel baru tidak meningkatkan varians, maka adjusted R2 akan menurun. Artinya, tambahan variabel baru tersebut bukan merupakan prediktor yang baik bagi variabel dependen. Untuk menunjukkan tinggi rendahnya korelasi yang terbentuk antar variabel di atas, maka dapat diberikan range pada setiap tingkat korelasi (Guilford). yakni sebagai berikut: Kurang dari 0,20
:
tidak memiliki korelasi yang berarti.
0,20 – 0,40
:
korelasi rendah.
0,40 – 0,70
:
korelasi sedang. 57
0,70 – 0,90
:
korelasi tinggi.
0,90 – 1,00
:
korelasi sangat tinggi.
58