BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.
Data Umum dan Spesifikasi Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta adalah bandar udara yang terletal di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Lokasi bandara ini terletak kurang lebih 19,45 km dari kota Jakarta yang memiliki koordinat 06o07’25” Lintang Selatan dan 106o39’40” Bujur Timur. Referensi temperatur pada bandar udara ini ialah 32oC. Bandar Udara yang memiliki kode IATA: CGK dan kode ICAO: WIII ini dibuka pertama kali pada tahun 1985 yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II (Persero). Pada tabel 4.1 disajikan data geografis dan data administrasi Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Tabel 4.1 Data geografis dan data administrasi bandar udara Nama Bandar Udara Nama Kota Provinsi Lokasi Bandar Udara UTC Arah dan Jarak dari Kota Koordinat ARP dan Lokasi pada AD
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang Banten WAC 2981 +7 19,45 km/ 10,475 NM barat daya pusat kota Jakarta 06o 07’ 25” S 106o 39’ 40” E 20 meter ke arah Barat dari patok ukur
Elevasi dari tiap Treshold dalam MSL dan Geoid Undulation Elevasi Bandar Udara dalam MSL dan Geoid Undulation Referensi Temperatur Bandar Udara Rincian Lampu Beacon Bandar Udara Nama Penyelenggara Bandar Udara
RWY 07 L/ 25R (29 FT/ 21 FT) RWY 07 R/ 25L (34 FT/ 27 FT)
Alamat Bandar Udara Nomor Telepon
34 FT 32 C Location: on top of Aerodrome Control Tower Building, type: ATG/150W/220V, colour clear and green, 24 flash/minute dan 12 RPM PT Angkasa Pura II (Persero) Kantor Cabang Utama Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Soekarno-Hatta International Airport, Kantor Cabang Utama Gedung 601, PO BOX 1245 Jakarta 19110 Indonesia 6221 5507300; 5507312
(Sumber: Aerodrome Manual Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, 2015) IV-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Terdapat tiga terminal pada Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, yaitu: Terminal 1, Terminal 2, dan Terminal 3. Sampai pada bulan Mei 2017, berdasarkan jenis penerbangannya, Terminal 1 (1A, 1B, dan 1C) hanya melayani penerbangan domestik, Terminal 2 (2D, 2E, dan 2F) hanya melayani penerbangan internasional kecuali Sub Terminal 2F yang digunakan oleh maskapai Sriwijaya, NAM Air, dan Air Asia untuk penerbangan domestik, dan Terminal 3 Ultimate melayani penerbangan domestik untuk maskapai Garuda. Namun pada bulan September 2017 terjadi sedikit perubahan akibat adanya Pengoperasian Terminal 3 Ultimate untuk penerbangan Internasional. Penerbangan internasional yang berasal dari Terminal 2D dan 2E dipindah ke Terminal 3 Ultimate dan untuk terminal 2D dan 2E akan di gunakan oleh maskapai Citilink, Air Asia, dan Batik Air untuk penerbangan domestik. Pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 disajikan data spesifikasi apron dan aircraft parking stands Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Tabel 4.2 Spesifikasi apron Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Facilities
Square Meters
Surface
Strength PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T
Apron A
84.071 m2
Concrete
Apron B
84.071 m2
Concrete
Apron C
88.275 m2
Concrete
Apron Cargo
33.278 m2
Concrete
Apron D
125.764 m2
Concrete
Apron E
95.271 m2
Concrete
PCN. 118/R/D/W/T
Apron F
131.353 m2
Concrete
PCN. 112/R/D/W/T
Remark
IV-2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Apron G
Concrete
Remote Apron B/C
9.309 m2
Concrete
NSA
51.004 m2
Concrete
Remote Apron D
54.315 m2
Concrete
Remote Apron F
59.850 m2
Concrete
2
Remote Apron G
204.092 m
Concrete
PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T PCN. 118/R/D/W/T PCN. 112/R/D/W/T
Temporary AIP suplement No. 11/14 efektif date 1/8/2014
Temporary AIP suplement No. 11/14 efektif date 1/8/2014
(Sumber: Aerodrome Manual Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, 2015) Tabel 4.3 Aircraft parking stands apron Bandar Udara Soekarno-Hatta No.
Terminal
Parking Stand
1
A
A11, A12, A13, A21, A22, A23, A31, A32, A33, A41, A42, A43, A51, A52, A53, A61, A62, A63, A71, A72, A73
2
B
B11, B12, B13, B21, B22, B31, B32, B33, B41, B42, B43, B44, B45, B46, B51, B52, B53, B61, B71, B72
3
C
C11, C13, C21, C23, C31, C33, C41, C43, C51, C53, C61, C62, C63, C71, C72
4
REMOTE PARKING STAND TERMINAL 1
R11, R12, R13, R14, R21, R22, R23, R24, R31, R32, R33, R34, R35, R36, R37, R38, R39, R41, R42, R43, R44
5
D
D11, D21, D31, D41, D42, D51, D61, D71
6
E
E11, E21, E31, E41, E42, E51, E61, E71
7
F
F11, F21, F31, F41, F42, F51, F52, F61, F62, F71, F72
8
REMOTE PARKING STAND TERMINAL 2
9
G
10
REMOTE PARKING STAND TERMINAL 3
R51, R52, R53, R54, R55, R56, R57A, R57, R57B, R58A, R58, R59A, R59, R59B, R61, R62, R63, R64, R65, R66, R67, R68, R69, R71, R72, R73, R74, R75, R76 G23, G26, G29, G33, G36, G39, G43, G46, G49, G53 R82, R83, R84, R85, R86, R87, R88, R89, R91, R92, R93, R94, R95, R96, R97, R98, R99
(Sumber: Aerodrome Manual Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, 2015)
IV-3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
4.2.
Kapasitas Apron
Untuk menghitung kapasitas apron suatu bandar udara, digunakan persamaan (2.3) di bawah ini: Kapasitas apron
(2.3)
Menghitung jumlah parking stand yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menurunkan rumus pada persamaan (2.1). Panjang apron = (K
S) + ((K + 1)
C)
(2.1)
(Sumber : Airport Engineering, Wardhani Sartono, 2016) Menjadi, (4.1) dimana: K
= jumlah parking stand
S
= wing span pesawat (m)
C
= jarak pesawat ke pesawat dan pesawat ke terminal (m)
Gambar 4.1 Layout perancangan apron (Sumber: Horonjeff & McKelvey, 2008) IV-4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Pada analisis kapasitas Apron Terminal 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta ini, digunakan pesawat yang memiliki bentang sayap paling besar yaitu pesawat Boeing 777-200ER yang memiliki panjang wingspan sebesar S = 64,8 m dan termasuk kategori pesawat kelas C menurut ICAO. Menurut ICAO juga, jarak bebas minimum (clearance) untuk pesawat kelas E memiliki jarak bebas sebesar 7,5 m dan untuk pesawat kelas C memilik jarak bebas sebesar 4,5 m seperti yang disajikan pada Tabel 4.5. Maka pada penelitian ini, digunakan nilai 7,5 m sebagai jarak bebas minimum sesuai dengan ICAO dengan alasan digunakan nilai terbesar adalah faktor keamanan. Tabel 4.4 Jarak bebas antar pesawat di apron menurut ICAO Code Letter
Clearance (m)
A
3
B
3
C
4,5
D
7,5
E
7,5
F
7,5
(Sumber: ICAO Aerodrome Design Manual part 2, 2005) Untuk menentukan minimum interval (SOT + PT + BT) pesawat design group E, pada Tabel 4.7 disajikan data typical gate occupancy time (SOT) = 120 menit untuk pesawat Boeing 777 dengan keberangkatan internasional dan 45 menit untuk pesawat Boeing 737 dengan keberangkatan domestik, digunakan positioning time (PT) yaitu waktu untuk memosisikan pesawat keluar masuk posisi stand/gate sebesar 4 menit serta digunakan buffer time (BT) yaitu waktu untuk memastikan bahwa waktu tercukupi antara waktu
IV-5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
keberangkatan pesawat pertama dengan jadwal kedatangan pesawat kedua sebesar 5 menit. Sehingga besar minimum interval untuk pesawat Boeing 777 = SOT + PT + BT = 120 + 4 + 5 = 129 menit dan untuk pesawat dengan Boeing 737 = SOT + PT + BT = 45 + 4 + 5 = 54 menit. Tabel 4.5 Typical gate occupancy time (dalam menit) Domestic Through Flight
Turnaround Flight
International Turnaround Flight
B-737, DC-9, F28
25
45
-
B-707, B-757
45
50
60
A-300, DC-10, L101
45-60
60
120
B-747
-
60
120-180
Aircraft
(Sumber: ICAO, Airport Planning Manual, 1987) Tabel 4.6 Data apron Terminal 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Pesawat Terbesar Apron Terminal 2 2F, Remote D, Remote F :
B737-900ER
Wingspan (S): 35,84 m
2D dan 2E
:
B777-200ER
Wingspan (S): 64,8 m
Garbarata
:
-
Apron
Panjang
Luas
2D
:
599, 64 m
125.764 m2
2E
:
563,22 m
95.271 m2
2F
:
540,76 m
131.353 m2
Remote D
:
508,2 m
54.315 m2
Remote F
:
582,8 m
58.850 m2
(Sumber: Aerodrome Manual Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, 2015)
IV-6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
4.2.1. Apron Terminal 2 D Apron Terminal 2D ini memiliki panjang apron yaitu 599,64 m dengan luasan 125.764 m2. Apron Terminal 2D ini melayani penerbangan internasional dengan pesawat terbesarnya Boeing 777-300 ER. Jumlah parking stand yang ada berdasarkan persamaan 4.1 ialah:
parking stands 4.2.2. Apron Terminal 2 E Apron Terminal 2E ini memiliki panjang apron yaitu 563,22 dengan luasan 125.764 m2. Apron Terminal 2E ini melayani maskapai Skyteam untuk penerbangan internasional dengan pesawat terbesarnya Boeing 777-300 ER. Jumlah parking stand yang ada berdasarkan persamaan 4.1 ialah:
parking stands 4.2.3. Apron Terminal 2F Apron Terminal 2F ini memiliki panjang apron yaitu 540,76 dengan luasan 125.764 m2. Apron Terminal 2F ini melayani maskapai Air Asia, Sriwijaya Air dan Nam Air untuk penerbangan domestik dengan pesawat terbesarnya Boeing 737-900 ER.
IV-7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Jumlah parking stand yang ada berdasarkan persamaan 4.1 ialah:
parking stands 4.2.4.
Remote Apron 2D
Remote Apron 2D adalah Apron Terminal 2D yang tidak berhubungan langsung atau tidak berdekatan dengan bangunan terminal. Untuk menuju terminal dari pesawat atau menuju pesawat dari terminal disediakan kendaraan khusus untuk penumpang berupa bus. Remote apron 2D ini memiliki panjang apron yaitu 508,2 dengan luasan 125.764 m2. Remote Apron 2D ini melayani penerbangan internasional dengan pesawat terbesarnya Boeing 737-900 ER. Jumlah parking stand yang ada berdasarkan persamaan 4.1 ialah:
parking stands 4.2.5. Remote Apron 2F Remote Apron 2F adalah Apron Terminal 2F yang tidak berhubungan langsung atau tidak berdekatan dengan bangunan terminal. Untuk menuju terminal dari pesawat atau menuju pesawat dari terminal disediakan kendaraan khusus untuk penumpang berupa bus. Remote apron 2F ini memiliki panjang apron yaitu 582,8 m dengan luasan 125.764 m2. Remote apron 2F ini melayani maskapai Air Asia, Sriwijaya Air dan Nam Air untuk penerbangan domestik dengan pesawat terbesarnya Boeing 737-900 ER.
IV-8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Jumlah parking stand yang ada berdasarkan persamaan 4.1 ialah:
parking stands Pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 ditunjukkan gambar satelit Apron Terminal 2 dan Remote Apron 2D, 2F Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang diperoleh dari Google Earth.
Remote F
Remote D
Apron 2 E
Gambar 4.2 Layout apron Terminal 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta (Sumber: Google Earth, 2017) Setelah di dapat jumlah parking stand berdasarkan persamaan 4.1 kini kita lakukan perhitungan kapasitas apron pada persamaan 2.3 dengan minimum interval = SOT + PT + BT = 60+ 4 + 5 = 69 menit untuk pesawat di apron 2D, 2E dan untuk pesawat di 2F, Remote D, Remote F = SOT + PT + BT = 45 + 4 + 5 = 54 menit. Kapasitas apron Kapasitas apron 2D
(2.3) = 7 pesawat / jam IV-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Kapasitas apron 2E
= 7 pesawat / jam
Kapasitas apron 2F
= 14 pesawat / jam
Kapasitas apron Remote D
= 13 pesawat / jam
Kapasitas apron Remote F
= 15 pesawat / jam
Tabel 4.7 Kapasitas Apron Terminal 2 Bandar Udara Soekarno-Hatta Apron
Parking stands (pesawat)
Kapasitas apron (pesawat/jam)
2D
8
7
2E
8
7
2F
13
14
Remote D
12
13
Remote F
14
15
Total
55
56
(Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian) 4.3.
Prakiraan (Forecast) Pergerakan Pesawat Data pergerakan pesawat dibutuhkan untuk memperkirakan (forecasting) pertumbuhan pesawat pada waktu 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2021. Sesuai dengan judul penulis yaitu analisa perpindahan pesawat internasional ke terminal 3 serta pindahnya pesawat domestik di terminal 1C ke terminal 2D dan 2E. Maka data yang digunakan adalah data pergerakan pesawat rute domestik Sriwijaya, NAM Air, AirAsia terminal 2 dan Terminal 1C di Bandara Soekarno-Hatta.Data pergerakan pesawat perbulan dan total setahun untuk penerbangan pesawat udara dapat memberikan gambaran pola pergerakan pesawat udara yang terjadi setiap bulan dalam 1 tahun. Pola pergerakan pesawat udara yang akan ditinjau atau diamati adalah pola IV-10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
pergerakan pesawat 5 tahun sebelumnya yaitu dari tahun 2012 sampai dengan 2016. Berikut adalah data pergerakan pesawat udara untuk penerbangan pesawat domestik dari tahun 2012 sampai dengan 2016. Tabel 4.8 Pegerakan pesawat Domestik dari tahun 2012 - 2016 Tahun
Apron
2012 2013 2014 2015 2016 45368 38420 45914 60577 70813 47820 55762 52401 50227 53137 93188 101355 98315 110804 123950 (Sumber : PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno-Hatta 2017)
Terminal 1 C Terminal 2 TOTAL Analisis
yang dilakukan dalam penelitian
Tugas
Akhir
ini
akan
memperkirakan pertumbuhan lalu lintas udara dalam jangka waktu lima tahun yang akan datang. Meningkatnya pergerakan pesawat akan menyebabkan jumlah pesawat yang dibutuhkan bertambah, sehingga akan membutuhkan ruang gerak pesawat yang semakin besar. Hal ini mengacu kepada pernyataan FAA dalam Forecasting Aviation Activity by Airport (2001), yang menjelaskan bahwa tipe regresi yang digunakan untuk perencanaan dan prakiraan pergerakan penumpang adalah berupa linier.
Pergerakan Pesawat Domestik Total Pergerakan pesawat
140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 2012 2013 Total Pergerakan
2014
2015
2016
Gambar 4.3 Grafik pergerakan pesawat domestik Bandar Udara Soekarno-Hatta IV-11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Dalam tugas akhir ini peramalan pertumbuhan pergerakan pesawat menggunakan analisa peramalan yang didasarkan pada jumlah pergerakan pesawat 5 tahun terakhir yaitu 2012 sampai dengan 2016. Melalui analisis tersebut didapatkan jumlah pergerakan pesawat 5 tahun kedepan atau sampai tahun 2021. Peramalan pergerakan pesawat ini menggunakan analisa regresi dengan menggunakan program bantu Microsoft Excel. Ada beberapa tipe analisa yang dapat dipakai diantaranya adalah Analisa Regresi tipe Linear dan Polynomial. Perhitungan dengan menggunakan program bantu Microsoft Excel 2013 dengan langkah berikut ini: 1.
Memasukkan data pergerakan pesawat domestik pada Tabel 4.10 ke lembar kerja baru Microsoft Excel.
2.
Membuat grafik hubungan waktu dengan jumlah pergerakan penumpang. Dimana sumbu X sebgai fungsi waktu dan sumbu Y sebagai fungsi jumlah pergerakan.
3.
Menampilkan persamaan regresi dan koefisien determinasi pada grafik.
4.
Memasukkan data tahun rencana ke dalam persamana regresi sebagai sumbu X.
5.
Didapatkan data jumlah pergerakan pesawat domestik dari tahun 20162021.
Pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 Terdapat perbandingan tipe regresi yang dibandingkan dengan pergerakan pesawat tiap tahun eksisting. Grafik tren pergerakan pesawat didapatkan dari program bantu Microsoft Excel.
IV-12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Pergerakan Pesawat Domestik Total Pergerakan pesawat
140000 120000 100000
80000 y = 7814,6x + 80644 R² = 0,8852
60000 40000 20000 0
2012
2013
2014
2015
2016
Total Pergerakan Linear (Total Pergerakan)
Gambar 4.4 Pergerakan pesawat domestik tahun 2012-2016 Bandara SoekarnoHatta dengan regresi linear
Pergerakan Pesawat Domestik 140000
Total Pergerakan pesawat
120000 100000 80000 y = 2332,9x2 - 6182,5x + 96974 R² = 0,9957
60000 40000 20000 0 2012 2013 Total Pergerakan
2014
2015
2016
Poly. (Total Pergerakan)
Gambar 4.5 Pergerakan pesawat domestik tahun 2012-2016 Bandara SoekarnoHatta dengan regresi Polynomial
IV-13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Gambar-gambar grafik di atas merupakan gambar grafik hasil perhitungan ekstrapolasi dengan menggunakan program bantu Microsoft Excel 2013. Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan dan nilai R2 untuk berbagai macam tipe regresi. Tabel 4.9 Hasil perhitungan tipe-tipe regresi Regresi
R2
Persamaan
Linear Polynomial
y = 7814,6x + 80644
0,8852
y = 2332,9x2 - 6182,5x + 96974
0,9957
(Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian) Tabel 4.10 Hasil analisis pergerakan pesawat tahun 2012-2016 berdasarkan kondisi eksisting, regresi linear, dan polynomial. Total Pergerakan dengan Regresi Linear
Total Pergerakan dengan Regresi Polynomial
93188
88459
93124
94182
96273
93941
2014
98315
104088
99423
4
2015
110804
111902
109570
5
2016
123950
119717
124384
Tahun ke-
Tahun
Total Pergerakan Eksisting
1
2012
2
2013
3
(Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian) Dari hasil analisis diketahui angka yang paling mendekati data eksisting adalah angka dari hasil persamaan regresi tipe linier dan Berdasarkan pernyataan Federal Aviation Administration (FAA) dalam Forecasting Aviation Activity by Airport (2001), regresi yang digunakan dalam forecasting ialah regresi linear. Maka dari itu, dalam penelitian ini digunakan regresi linear. Maka analisis regresi tipe linier dianggap sesuai untuk meramalkan pergerakan pesawat 5 tahun mendatang.
IV-14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.11 Forecast pergerakan pesawat domestik tahun 2017-2021 Tahun
Pergerakan Pesawat
2017
127532
2018
135346
2019
143161
2020
150975
2021
158790
(Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian) 4.4.
Analisa Pergerakan Pesawat Jam Puncak
Setelah didapatkan jumlah pergerakan total pesawat di apron pada tahun rencana, dilakukan perhitungan volume jam puncak yaitu jumlah pergerakan pesawat pada kondisi peak hour. Berdasarkan data eksisting jumlah rata rata pergerakan pesawat dalam 1 tahun dan jumlah pergerakan pesawat pada bulan puncak dalam 1 tahun dapat diketahui peak month ratio. Peak month ratio ini diperlukan untuk mendapatkan nilai jumlah pergerakan pesawat pada bulan puncak dalam tahun yang dikenhendaki. Sehingga pola puncak jumlah pergerakan pesawat adalah sama dengan pada tahun eksisting Metode yang digunakan untuk menghitung pergerakan penumpang jam puncak pada penelitian ini adalah metode Pignataro (peak ratio). Untuk mendapatkan nilai jumlah pergerakan penumpang pada bulan puncak dalam tahun yang direncanakan maka dibutuhkan metode Pignataro ini, sehingga pola (pattern) puncak jumlah pergerakan penumpang sama dengan tahun eksisting. Pada Gambar 4.5 diberikan langkah-langkah perhitungan jam puncak. IV-15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Forecast
Pergerakan pesawat tahun ke-n Rasio bulan Puncak, Rmonth
Pergerakan pesawat bulan puncak Rasio bulan Puncak, Rday Pergerakan pesawat hari puncak
Rasio bulan Puncak, Rhour
Kapasitas Pesawat Rencana
Pergerakan pesawat jam puncak
Tingkat Okupansi Pesawat
Pergerakan pesawat jam puncak Gambar 4.6 Diagram alir perhitungan jam puncak 4.4.1. Pola rasio jam puncak terminal 2 1. Rasio bulan puncak Untuk mendapatkan peak month ratio perhitungan yang dilakukan adalah membagi jumlah pergerakan penumpang pada saat bulan puncak selama satu tahun dengan jumlah pergerakan penumpang total selama satu tahun. Perhitungan ini membutuhkan data pergerakan pesawat tiap bulan pada tahun 2012 – 2016
IV-16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.12. Pergerakan Tiap Bulan Pada Tahun 2012 - 2016 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
2012 8202 7415 7889 7345 8022 7860 7939 8534 7490 7331 7235 7926 93188
2013 7320 5516 6454 6748 7051 7374 8245 9972 8885 8780 8483 9354 94182
Tahun 2014 8968 7406 7878 7623 8124 8382 7911 8912 7977 8195 7940 8999 98315
2015 8219 7449 8770 8746 9867 9153 10815 9928 8621 9275 9319 10642 110804
2016 10018 9187 10003 9610 10911 10172 11726 10617 10300 10607 9857 10942 123950
(Sumber: PT Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, 2017) Contoh perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan peak month ratio adalah sebagai berikut : a. Pada Tahun 2012 jumlah pergerakan bulan Januari adalah 8202 dari total pergerakan sebesar 93188. b. Ratio Bulan Januari 2012 adalah total pergerakan pesawat Bulan Januari dibagi dengan total pergerakan pesawat tahun 2012. Rmonth
= N month / N year = 8202 / 93188 = 0.088
Dengan langkah yang sama dilakukan perhitungan untuk mencari ratio bulan lain hingga Tahun 2016. Berikut hasil lengkapnya pada tabel 4.13.
IV-17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.13. Pergerakan Tiap Bulan Pada Tahun 2012 - 2016 Tahun 2012 2013 2014 2015 0,088 0,066 0,091 0,074 Januari 0,080 0,050 0,075 0,067 Februari 0,085 0,058 0,080 0,079 Maret 0,079 0,061 0,078 0,079 April 0,086 0,064 0,083 0,089 Mei 0,084 0,067 0,085 0,083 Juni 0,085 0,074 0,080 0,098 Juli 0,092 0,090 0,091 0,090 Agustus 0,080 0,080 0,081 0,078 September 0,079 0,079 0,083 0,084 Oktober 0,078 0,077 0,081 0,084 November 0,085 0,084 0,092 0,096 Desember 1 1 1 1 Total (Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian) Bulan
2016 0,081 0,074 0,081 0,078 0,088 0,082 0,095 0,086 0,083 0,086 0,080 0,088 1
Ratio tertinggi yaitu bulan Juli tahun 2016. Rasio maksimum dari hasil perhitungan merupakan peak month ratio. Maka untuk mendapatkan peramalan pergerakan maksimum pesawat pada bulan puncak tahun rencana dipakai peak month ratio terbesar yaitu 0.095. 2. Rasio hari puncak Berdasarkan data jumlah pergerakan pesawat yang diberikan oleh PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada bulan Juli, dapat diketahui pergerakan penumpang Terminal 2 tiap harinya. Dari data tersebut dapat diolah sehingga mendapatkan rasio hari puncak (peak day ratio). Peak day ratio digunakan untuk menghitung jumlah pergerakan penumpang pada hari tersibuk bulan puncak tahun yang direncanakan. Pada Tabel 4.15 disajikan data tiap harinya pada bulan Juli tahun 2016.
IV-18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.14 Pergerakan pesawat bulan Juli tahun 2016 Terminal 2 Tanggal
DTG
BGKT
Total
Tanggal
DTG
BGKT
Total
1
205
206
411
17
208
208
416
2
214
207
421
18
207
207
414
3
211
206
417
19
206
206
412
4
206
209
415
20
148
148
296
5
207
204
411
21
157
157
314
6
241
229
470
22
157
157
314
7
211
211
422
23
156
156
312
8
206
206
412
24
158
158
316
9
209
209
418
25
156
156
312
10
206
106
312
26
155
155
310
11
217
215
432
27
156
156
312
12
217
217
434
28
156
156
312
13
210
210
420
29
156
156
312
14
213
213
426
30
203
153
356
15
201
201
402
31
208
153
361
16
216
216
432
Total
5.977
5.749
11.726
(Sumber: PT Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, 2017) Contoh perhitugan yang dilakukan untuk mendapatkan peak day ratio adalah sebagai berikut: a. Pada Bulan Juli 2016 jumlah pergerakan pesawat adalah 16696 dengan pergerakan pesawat paling sibuk pada tanggal 12 Juli 2016 yaitu 561 pergerakan.
IV-19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
b. Ratio pergerakan pada tanggal 12 juli adalah rata rata jumlah pergerakan pesawat pada tanggal 12 juli dibagi dengan jumlah pergerakan pesawat Bulan Juli. Rday(datang)
= N day / N month = 217/ 5977 = 0.0363
Rday(berangkat) = N day / N month = 217/5977 = 0.0377 Dengan cara yang sama seperti persamaan di atas, didapatkan Rday keberangkatan sebesar 0,0363dan Rday kedatangan sebesar 0,0377. 3. Rasio jam puncak Berdasarkan data jumlah pergerakan penumpang yang diberikan oleh PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada tanggal 12 bulan Juli, dapat diketahui pergerakan penumpang Terminal 2 tiap jamnya. Dari data tersebut dapat diolah sehingga mendapatkan rasio jam puncak (peak hour ratio). Menurut data yang disajikan pada Tabel 4.16, jam puncak untuk pergerakan penumpang kedatangan terjadi pada 22.01 sedangkan jam puncak untuk pergerakan penumpang keberangkatan terjadi pada pukul 06.01-07.00.
IV-20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.15 Pergerakan pesawat tanggal 12 Juli tahun 2016
Periode (Jam) 00.01 - 01.00 01.01 - 02.00 02.01 - 03.00 03.01 - 04.00 04.01 - 05.00 05.01 - 06.00 06.01 - 07.00 07.01 - 08.00 08.01 - 09.00 09.01 - 10.00 10.01 - 11.00 11.01 - 12.00 12.01 - 13.00 13.01 - 14.00 14.01 - 15.00 15.01 - 16.00 16.01 - 17.00 17.01 - 18.00 18.01 - 19.00 19.01 - 20.00 20.01 - 21.00 21.01 - 22.00 22.01 - 23.00 23.01 - 24.00 Total Average/Hour Peak Hour
Terminal 2 DTG
BKT
1 0 1 4 1 2 8 26 14 16 17 15 17 16 16 18 18 13 21 10 18 22 14 2 217 12 26
Total
3 3 2 1 2 16 21 15 19 21 14 16 13 13 14 16 18 12 21 13 7 4 4 3 217 11 21
4 3 3 5 3 18 29 40 33 37 31 30 30 29 30 34 36 25 42 23 25 26 18 5 534 23 42
(Sumber: PT Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, 2017) Perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan peak hour ratio adalah sebagai berikut: a. Pergerakan total terbesar pada tanggal 12 Juli dengan jumlah pergerakan total 561. b. Jam tersibuk pada tanggal 12 Juli adalah pukul 18:01 – 19:00 WIB Dengan jumlah pergerakan total 42 pergerakan pesawat IV-21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
c. Ratio Hour adalah jumlah total pergerakan pada peak hour atau pukul 18:01- 19:00 dibagi dengan jumlah total pergerakan 1 hari. RHour(total)
= N Hour / N Day = 42 / 534 = 0.079
4.4.2. Rangkuman pola rasio jam puncak pada Terminal 2 Rmonth dtg = Nmonth dtg juli / N year 2016 = 5977/5614 = 0,095 Rmonth bgkt = Nmonth bgkt juli / N year 2016 = 5749/61215 = 0,093 Rday(dtg)
= N day dtg 12 Juli / N month juli = 217/ 5977 = 0.0363
Rday(bgkt) = N day bgkt 12 Juli / N month juli = 217/ 5749 = 0.0377 RHour(dtg) = N Hour dtg / N Day dtg = 26 / 290 = 0.0897
IV-22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
RHour(bgkt) = N Hour bgkt / N Day bgkt = 21 / 271 = 0.0775 Tabel 4.16 Rangkuman rasio jam puncak terminal 2 Rasio
Terminal 2 DTG
BGKT
Rmonth
0,095
0,093
Rday
0,0363
0,0377
Rhour
0,0897
0,0775
(Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian) 4.4.3. Pergerakan Pesawat Pada Jam Puncak (Peak Hour) Pergerakan pesawat jam puncak dihitung dengan mengalikan pergerakan pesawat total selama satu tahun (tahun ke-n), Nyear, hasil dari ramalan (forecasting) dengan rasio bulan (Rmonth), rasio hari (Rday), dan rasio jam (Rhour). Berikut persamaan 2.18: (2.18) (Sumber : Traffic Engineering, Pignataro) dimana: Npeak hour
= pergerakan penumpang pada jam puncak
Nyear
= pergerakan penumpang total selama satu tahun
Rmonth
= rasio bulan puncak
Rday
= rasio hari puncak
Rhour
= rasio jam puncak
IV-23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Jumlah pergerakan pesawat tahunan (Nyear) diperoleh berdasarkan analisa regresi linear dan analisa persentase pertumbuhan persawat tahunan yang telah dimodelkan sebelumnya. Diketahui dengan regresi linier hasil forecasting untuk tahun 2021 adalah 198306. Npeakhour dtg
= 158790 x 0,095x 0,0363 x 0,0897 = 49 pesawat
Npeakhour bgkt
= 198306 x 0,093 x 0,0377 x 0,0775 = 53 pesawat
Tabel 4.17 Pergerakan pesawat udara pada jam sibuk Metode Regresi Linear Pendekatan data dari tahun 2012 – 2016
Tahun Keterangan
2017
2018
2019
2020
2021
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
R MONTH
0,095
0,093
0,095
0,093
0,095
0,093
0,095
0,093
0,095
0,093
R DAY
0,0363
0,0377
0,0363
0,0377
0,0363
0,0377
0,0363
0,0377
0,0363
0,0377
R HOUR
0,0897
0,0775
0,0897
0,0775
0,0897
0,0775
0,0897
0,0775
0,0897
0,0775
127532
N YEAR
N HOUR
39
143161
135346
34
42
37
44
39
150975
47
41
158790
49
(Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian)
IV-24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Bab IV Analisis dan Pembahasan
4.4.4. Analisis volume-kapasitas apron Pada sub bab ini akan dilakukan analisis volume terhadap kapasitas apron. Maksud dari analisis volume-kapasitas apron adalah membandingkan antara volume pergerakan pesawat dengan kapasits apron eksisting di Terminal 2 selama 5 tahun dari tahun 2016. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pada tahun kapan jumlah volume pergerakan pesawat jam puncak akan melewati jumlah kapasitas pada apron Terminal 2. Cara menghitung volume pergerakan pesawat jam puncak pada 5 tahun mendatang sama langkahnya dengan cara menghitung volume pergerakan pesawat jam puncak pada tahun 2021. Berdasarkan analisis dengan menggunakan bentang sayap dari pesawat kelas C dan kelas E menurut ICAO, yaitu Boeing 737-900ER dan Boeing 777200ER, didapat kapasitas apron Terminal 2D sebesar 7 pesawat per jam, apron terminal 2E sebesar 7 pesawat per jam, apron terminal 2F sebesar 14 per jam, remote terminal 2D sebesar 13 per jam, dan remote terminal 2F sebesar 15 per jam. Maka setelah dijumlahkan keselurahan kapasitas apron terminal 2 sebesar 56 pesawat per jam. Pada analisis kali ini akan dibandingkan pergerakan pesawat pada jam puncak keberangkatan dengan kapasitas apron di Terminal 2 untuk rentang waktu dari tahun 2017-2021. Pada Tabel 4.19 diberikan data perbandingan hasil perhitungan pergerakan pesawat pada jam puncak dengan kapasitas apron Terminal 2.
IV-25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.18 Pergerakan pesawat jam puncak Terminal 2 tahun 2017-2021 Tahun
Volume (pesawat/jam)
Kapasitas (pesawat/jam)
VCR
2017
39
56
0,696
2018
42
56
0,750
2019
44
56
0,554
2020
47
56
0,8392
2021
49
56
0,875
(Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian) 4.5.
Analisis kebutuhan parking stands
Analisis kebutuhan parking stands dilakukan untuk mengetahui jumlah parking stands yang dibutuhkan oleh suatu apron agar kapasitas apron tersebut dapat melayani jumlah pergerakan pesawat yang terus meningkat tiap tahunnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.5 menurut ICAO (1987) dan memerhatikan beberapa asumsi yaitu: a. Pesawat yang digunakan dalam analisis pada Terminal 2 adalah pesawat kelas C. b. Gate occupancy time yang digunakan adalah 54 menit untuk pesawat kelas C. (2.5)
∑ (Sumber : ICAO, 1987) dimana: S = kebutuhan parkir pesawat (parking stand).
IV-26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Ti = gate occupancy time dalam menit untuk tipe pesawat i. Ni = jumlah kedatangan pesawat tipe i pada jam puncak. α = jumlah pesawat tambahan (ekstra) besarnya α : α = 1 apabila N = 1-9 α = 2 apabila N = 10-18 α = 3 apabila N = 19-27 4.5.1. Analisis kebutuhan parking stands tahun 2021 Analisis kebutuhan parking stands akan dilakukan pada terminal 2 dengan data dari sub Terminal 2F dan sub Terminal 1C yang merupakan maskapaimaskapai penerbangan domestik. Jenis kelas yang dianalisis adalah pesawat kelas C dengan bentang pesawat 35,84 m. a. Pesawat kelas C ∑ [
]
parking stand Berdasar perhitungan kebutuhan parking stands, apron Terminal 2 pada tahun rencana 2021 masih dapat melayani pesawat pada jam puncak (rush hour) dengan optimal, untuk pesawat kelas C. Pesawat kelas C dengan jumlah pergerakan pesawat pada jam puncak adalah 33 pesawat per jam yang masih di bawah kapasitas apron dengan jumlah 58 pesawat tiap jamnya. Dari perhitungan yang dilakukan, tidak dibutuhkan parking stands tambahan.
IV-27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Dengan adanya perpindahan pesawat internasional ke terminal 3 dan perpindahan pesawat domestik di terminal 1C ke terminal 2, kapasitas parking stand di terminal 2 masih mencukupi hingga 2021 tidak dibutuhkan parking stand tambahan. 4.6.
Optimalisasi Apron
Optimalisasi apron perlu dilakukan apabila jumlah pergerakan pesawat pada jam puncak sudah melewati kapasitas apron. Berdasarkan analisis pada sub bab sebelumnya, didapatkan bahwa kondisi apron Terminal 2 eksisting (2016) masih berada dalam keadaan optimal. Hal ini dikarenakan jumlah pergerakan pesawat pada jam puncak belum melampaui kapasitas apron. Setelah dilakukan peramalan (forecasting) pada 5 tahun mendatang pun kapasitas apron masih berada dalam keadaan optimal. Apron masih dapat menampung pergerakan pesawat pada jam puncak hingga 5 tahun mendatang, apabila apron Terminal 2 sudah tidak dapat menampung pergerakan pesawat pada jam puncak sehingga perlu dilakukan optimalisasi apron. Beberapa langkah atau metode yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan suatu apron antara lain: a. Perbaikan manajemen waktu keberangkatan dan kedatangan pesawat termasuk pengurangan lama gate occupancy time. Gate occupancy time berbanding terbalik dengan kapasitas apron sehingga, semakin kecil nilai gate occupancy time maka semakin banyak pesawat yang dapat ditampung setiap jamnya oleh apron. b. Perbaikan layout/konfigurasi parkir pesawat. Kalau pada poin sebelumnya dibahas
mengenai
manajemen
waktu
sekarang
membahas
tentang IV-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Analisis dan Pembahasan
manajemen ruang (space), dengan adanya perbaikan layout / konfigurasi parkir dapat meminimalisir penggunaan ruang apron. Hal ini dilakukan agar ruang apron dapat digunakan untuk menampung lebih banyak pesawat. c. Perluasan apron. Dengan memperluas apron dapat menambah aircraft parking stand sehingga pesawat yang ditampung bisa semakin banyak, namun penambahan aircraft parking stand juga harus disertai dengan penambahan fasilitas lainnya seperti, penambahan atau perluasan gedung terminal, penambahan terminal gate, dan lain-lain.
IV-29 http://digilib.mercubuana.ac.id/