BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.1 Metode penelitian adalah semua asas, peraturan, dan teknik-teknik yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam usaha pengumpulan daata dan analisis untuk memecahkan masalah.2 Jadi secara sederhana metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam melakukan penelitian yang meliputi prosedur dan tekniknya. Dalam metodologi penelitian ini akan diuraikan tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang berjudul “Kualitas Instrumen Tes Pendidikan Agama Islam Buatan Guru MGMP Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Demak” ini adalah untuk mengetahui kualitas instrumen tes Pendidikan Agama Islam buatan guru MGMP Pendidikan Agama Islam kelas VII semester genap di SMPN 1 Demak tahun 2004/2005 ditinjau dari tingkat validitas, reliabilitas, Tingkat Kesukaran (TK), Daya Beda (DB) dan efektivitas fungsi pengecoh (distraktor).
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan ini mengambil lokasi di SMPN 1 Demak yang beralamat di Jl. Katonsari no. 79 Demak. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester 2/genap tahun ajaran 2004/2005 dengan tahapan: 1. Melakukan survey awal pada tanggal 26 April 2005. survey pertama ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kapan pelaksanaan ujian 1
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 42. 2 Daulad Unaradjan, Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 1.
48
49 akhir semester 2 dilakukan. Untuk ujian akhir semester 2 dilaksanakan tanggal 14 Juni 2005. 2. Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah SMPN 1 Demak dan khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk memberikan informasi dan memberikan ijin dalam penelitian. 3. Pengumpulan data lapangan dengan cara mengambil seluruh lembar jawaban siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk dianalisis. 4. Melakukan analisis data yang telah terkumpul mulai tanggal 25 Juni 2005 sampai selesai.
C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.3 Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel pokok yaitu hasil tes pendidikan Agama Islam buatan guru MGMP Pendidikan Agama Islam kelas VII semester 2 tahun ajaran 2004/2005 di SMPN 1 Demak dengan indikator: 1. Validitas 2. Reliabilitas 3. Tingkat Kesukaran (TK) 4. Daya Beda (DB) 5. Efektivitas fungsi pengecoh (distraktor) Tes mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada semester 2/genap tahun ajaran 2004/2005 yang diselenggarakan oleh SMPN 1 Demak terdiri dari 55 soal. Jenis soal yang digunakan pada semester ini adalah tes bentuk objektif dan tes bentuk subjektif. Bentuk soal objektif terdiri dari 50 soal dengan menggunakan model multiple choice (pilihan ganda) sebanyak 30 soal dan model fill-in (mengisi titik-titik dalam kalimat yang dikosongkan) sebanyak 20 soal, dan bentuk soal pada tes subjektif terdiri dari 5 soal. Akan 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 96.
50 tetapi yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah jenis soal yang berbentuk objektif saja, yaitu terdiri dari 50 butir soal, di mana penskoran tidak dipengaruhi oleh pendapat penilai, tetapi lebih ditekankan oleh tingkat kemampuan testee. Karena itu, bila penskoran dilakukan oleh orang yang berbeda, testee yang memiliki kemampuan yang sama akan memperoleh skor yang sama pula. Adapun soal tes Pendidikan Agama Islam kelas VII sebagaimana terlampir.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.4 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Demak tahun ajaran 2004/2005 yang berjumlah 317 siswa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Untuk menentukan besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan yang mutlak. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.6 Berdasarkan pendapat tersebut, maka dari populasi yang ada peneliti mengambil sampel 35% yaitu 110,95 dibulatkan menjadi 111 siswa. Dalam penelitian ini yang diambil adalah 3 kelas terdiri dari 113 siswa. 3. Teknik Pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang diterapkan adalah sampling 7
klaster, karena dalam menentukan kelas di SMPN 1 Demak dipilih secara acak dan tidak dibeda-bedakan antara siswa yang pandai dengan yang
4
Ibid., hlm. 108. Ibid., hlm. 109. 6 Ibid., hlm. 112. 7 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm. 143. 5
51 bodoh. Dengan cara mengacak seluruh peserta, sebagai langkah pemilihan sampel, peneliti mengacak kelas peserta dan peneliti memilih secara acak 3 (tiga) kelas dan selanjutnya seluruh peserta dari kelas terpilih tersebut dijadikan sebagai sampel. Dengan teknik tersebut diharapkan sampel yang diperoleh cukup representatif dan tidak bias untuk mewakili seluruh peserta sehingga cukup alasan untuk menggeneralisasikan hasilnya pada seluruh populasi.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam proses memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan satu metode yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang diperlukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan lain-lain.8 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan melihat bahan-bahan dokumentasi yang ada di SMPN 1 Demak. Khususnya yang berkaitan dengan soal dan hasil tes mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII semester dua yang dibuat oleh Tim MGMP Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2004/2005. hasil tersebut datanya peneliti peroleh secara langsung dari dokumentasi yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Teknik Analisa Data Setelah data terkumpul dari proses pengumpulan data, selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif. Untuk tes objektif bentuk multiple choice digunakan untuk mencari validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas fungsi pengecoh. Sedangkan tes objektif bentuk fillin digunakan untuk mencari tingkat kesukaran dan daya beda. 8
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), hlm. 95.
52 Adapun tahapan-tahapan dalam pengolahan dan penganalisisan tes objektif bentuk multiple choice adalah sebagai berikut: 1. Analisis Validitas Butir Soal Pada dasarnya analisis butir soal ini digunakan untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Validitas soal adalah indeks diskriminasi dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Sebagaimana alat ukur lainnya, korelasi di dalam validitas soal memiliki prediktor dan kriterium. Prediktor dalam validitas soal adalah skor soal sedangkan kriteriumnya adalah skor total tes. Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data diskret murni atau data dikotomik (skor butir item), sedangkan variabel II berupa data kontinu (skor total butir item), maka teknik yang tepat digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I dengan variabel II adalah Teknik Korelasi Point Biserial (rpbis). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:9 a. Menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka analisis validitas butir soal nomor 1 sampai nomor 30. b. Mencari mean dari skor total, yaitu Mt, dengan menggunakan rumus: Mt
∑X =
2 t
N
c. Mencari deviasi standar total, yaitu SDt, dengan menggunakan rumus:
SD t =
∑X N
2 t
⎡∑ Xt ⎤ −⎢ ⎥ ⎣⎢ N ⎦⎥
2
d. Mencari (menghitung) Mp untuk butir soal nomor 1 sampai dengan 30
Mp =
9
Jumlah skor total testee yang jawab benar Jumlah testee yang menjawab benar
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 187-189.
53 e. Mencari (menghitung) koefisien korelasi rpbis dari nomor 1 sampai dengan nomor 30, dengan menggunakan rumus:
rp bis =
Mp − Mt SD t
p q
Keterangan: rpbis
=
Mp
=
Mt SDt p
= = =
q
=
koefisien korelasi point bisherial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel 1 dengan variabel 2, yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item. skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir tes yang bersangkutan telah dijawab dengan betul. skor rata-rata dari skor total deviasi standar dari skor total proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
Dalam pemberian interpretasi terhadap (rpbis) digunakan db sebesar (N - nr),10 yaitu 113 – 2 = 111. dengan memeriksa tabel nilai “r” ternyata db sebesar 100 tidak terdapat dalam tabel, sehingga kita gunakan db (derajat kebebasan) yang terdekat dengan 111, yaitu db sebesar 100. dengan demikian db (derajat kebebasan) sebesar 100 diperoleh harga r tabel atau rt adalah sebagai berikut: a. Pada taraf signifikansi 5% (rt) = 0,195 b. Pada taraf signifikansi 1% (rt) = 0,254 Apabila nilai (rpbis) hasil koefisiensi korelasi lebih besar (>) dari nilai tabel (rt) = 0,195 untuk taraf 5%, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan, artinya butir soal tes dinyatakan valid. Apabila nilai (rpbis) hasil koefisien korelasi lebih kecil (<) dari nilai tabel (rt) = 0,195 untuk taraf 5%, maka taraf yang diperoleh adalah non signifikan. Artinya butir soal tes dinyatakan invalid.
10
Ibid., hlm. 190.
54 2. Analisis Reliabilitas Tes
Peneliti dalam menentukan reliabilitas tes adalah lebih tepat apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan. Adapun formula yang diajukan oleh Kuder Richardson ada dua buah yang masing-masing diberi kode KR20 dan KR21, tetapi yang peneliti gunakan adalah rumus KR20. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka uji reliabilitas tes adalah sebagai berikut:11 a. Menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka uji reliabilitas tes dengan menampilkan 30 butir soal multiple choice. b. Mencari varian total (St2), dengan menggunakan rumus:
S 2t =
ΣX 2t −
(ΣX t ) 2 N N
c. Menetapkan perhitungan untuk mengetahui reliabilitasnya dengan menggunakan rumus KR20. 2 ⎡ n ⎤⎡St − ∑ pi q i ⎤ r11 = ⎢ ⎢ ⎥ 2 St ⎣ n − 1⎥⎦ ⎣⎢ ⎦⎥
Dimana:
11
r11 n 1 St2 pi
= = = = =
qi Σpiqi
= =
Ibid., hlm. 254.
koefisien Reliabilitas tes banyaknya butir item yang valid bilangan konstanta varian total proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan proporsi testee yang jawabannya salah atau pi = 1-pi jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi
55 Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap angka korelasi koefisien (r) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:12 Tabel 3.1 Pemberian Interpretasi terhadap Angka Koerlasi Koefisien (r) Interval
Interpretasi
0,90 – 1,00
Sangat tinggi
0,70 – 0,90
Tinggi
0,40 – 0,70
Cukup tinggi/sedang
0,20 – 0,40
Rendah
0,00 – 0 20
Sangat rendah
3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Analisis tingkat kesukaran butir soal ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan testee dalam menjawab butir soal tes dengan benar. Melalui kegiatan analisis ini akan diketahui butir soal mana yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Adapun langkah-langkah untuk mencari tingkat kesukaran butir soal ini adalah: a. Menghimpun tes yang dikerjakan siswa b. Menskor tes yang dikerjakan siswa dengan kunci yang telah ditentukan c. Menghitung jumlah jawaban yang betul untuk semua butir soal d. Menghitung indeks kesukaran untuk setiap butir soal dengan rumus:13 P=
∑X Sm N
di mana: P = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran ΣX = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar Sm = Skor Maksimum N = Jumlah peserta tes
12
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 139. 13 Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Intepretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 12.
56 Mengenai cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka kesukaran butir Sumarna Surapranata memberikan patokan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penafsiran terhadap Angka Kesukaran Butir Nilai
Kategori
P < 0,30
Sukar
0,30 < P < 0,70
Sedang
P > 0,70
Mudah
4. Analisis Daya Beda Butir Soal Analisis Daya Beda butir soal ini mengkaji tentang butir-butir soal, untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang kurang mampu (lemah prestasinya), dengan kata lain, bila soal tersebut diberikan pada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi siswa yang tinggi, dan bila diberikan pada siswa yang lemah hasilnya rendah. Instrumen tes tidak memiliki daya beda apabila tes tersebut diberikan pada siswa yang pandai namun hasilnya rendah dan sebaliknya bila diberikan pada siswa yang lemah hasilnya tinggi, atau bila diberikan pada keduanya maka hasilnya sama saja. Adapun cara untuk menghitung daya beda dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Setelah
lembar
soal
dikoreksi,
selanjutnya
membagi
(mengelompokkan) testee menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah, artinya kelompok atas adalah testee yang mempunyai skor tinggi sedangkan kelompok bawah adalah testee yang memiliki skor rendah. b. Skor untuk testee kelompok atas dijumlahkan sendiri, demikian pula dengan skor testee kelompok bawah.
57 c. Mencari BA, BB, PA, PB, kemudian menghitung daya beda untuk setiap butir soal dengan rumus:14
D=
BA BB − = PA − PB JA JB
Di mana: J JA JB BA
= = = =
Jumlah peserta tes Banyaknya peserta kelompok atas Banyaknya peserta kelompok bawah Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
BB PA =
BA JA
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, p sebagai indeks kesukaran)
PB =
BB JB
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
Mengenai cara bagaimana memberikan interpretasi/penafsiran terhadap indeks Daya Pembeda butir, Suharsimi Arikunto memberikan patokan sebagai berikut:15 Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Daya Pembeda Butir
14 15
Indeks Daya Pembeda
Interpretasi
Bertanda negatif (-)
Lemah sekali
0,00 – 0,20
Lemah/jelek
0,20 – 0,40
Cukup/sedang
0,40 – 0,70
Baik
0,70 – 1,00
Baik sekali
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit., hlm. 213-214. Ibid., hlm. 218.
58 5. Analisis Efektivitas Fungsi Pengecoh (distraktor)
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah option atau alternatif jawaban yang terdapat pada setiap butir soal itu dapat berfungsi mengecoh testee atau tidak, karena diantara option itu hanya ada satu kunci jawaban yang benar. Untuk menghitung efektivitas fungsi pengecoh itu dapat ditempuh dengan cara: a. Menghitung banyaknya testee yang menjawab option b. Menghitung efektivitas fungsi pengecoh (distraktor) dengan rumus:16 Banyaknya testee yang menjawab option x100% Jumlah testee yang mengikuti tes Untuk mengetahui apakah suatu distraktor telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya telah dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes.17 Sedangkan tahapan-tahapan dalam pengolahan dan penganalisisan tes objektif bentuk fill-in adalah sebagai berikut: 1. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Analisis tngkat kesukaran butir soal ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan testee dalam menjawab butir soal tes dengan benar. Melalui kegiatan analisis ini akan diketahui butir soal mana yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Adapun langkah-langkah untuk mencari tingkat kesukaran butir soal ini adalah: a. Menghimpun tes yang dikerjakan siswa b. Menskor tes yang dikerjakan siswa dengan kunci yang telah ditentukan c. Menghitung jumlah jawaban yang betul untuk semua butir soal d. Menghitung indeks kesukaran untuk setiap butir soal dengan rumus:18 P=
16
∑X Sm N
Anas Sudijono, op. cit., hlm. 412. Ibid., hlm. 411. 18 Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Intepretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 12. 17
59 dimana: P = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran ΣX = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar Sm = Skor Maksimum N = Jumlah peserta tes Mengenai cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka kesukaran butir Sumarna Surapranata memberikan patokan sebagai berikut: Tabel 3.4 Penafsiran terhadap Angka Ksukaran Butir Nilai
Kategori
P < 0,30
Sukar
0,30 < P < 0,70
Sedang
P > 0,70
Mudah
2. Analisis Daya Beda Butir Soal
Analisis Daya Beda butir soal ini mengkaji tentang butir-butir soal, untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang kurang mampu (lemah prestasinya), denga kata lain, bila soal tersebut diberikan pada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi siswa yang tinggi, dan bila diberikan pada siswa yang lemah hasilnya rendah. Instrumen tes tidak memiliki daya beda apabila tes tersebut diberikan pada siswa yang pandai namun haislnya rendah dan sebaliknya bila diberikan pada siswa yang lemah hasilnya tinggi, atau bila diberikan pada keduanya maka hasilnya sama saja. Adapun cara untuk menghitung daya beda dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Setelah
lembar
soal
dikoreksi,
selanjutnya
membagi
(mengelompokkan) testee menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah, artinya kelompok atas adalah testee yang
60 mempunyai skor tinggi sedangkan kelompok bawah adalah testee yang memiliki skor rendah. b. Skor untuk testee kelompok atas dijumlahkan sendiri, demikian pula dengan skor testee kelompok bawah. c. Mencari BA, BB, PA, PB, kemudian menghitung daya beda untuk setiap butir soal dengan rumus:19 D=
BA BB − = PA − PB JA JB
Di mana: J JA JB BA
= = = =
jumlah peserta tes banyaknya peserta kelompok atas banyaknya peserta kelompok bawah banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
BB PA =
BA JA
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, p sebagai indeks kesukaran)
B PB = B JB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
Mengenai cara bagaimana memberikan interpretasi/penafsiran terhadap indeks Daya Pembeda butir, Suharsimi Arikunto memberikan patokan sebagai berikut:20 Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Daya Pembeda Butir Indeks Daya Pembeda Bertanda negatif (-) 0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00
19 20
Interpretasi Lemah sekali Lemah/jelek Cukup/sedang Baik Baik sekali
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit., hlm. 213-214. Ibid., hlm. 218.