BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen (uji coba). Dalam hal ini, eksperimen merupakan penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam rangka hubungan sebab-akibat, yang dilakukan dengan memberikan perlakuan oleh peneliti kepada subjek penelitian, selanjutnya dipelajari atau diobservasi efek perlakuan tersebut dengan mengendalikan variabel yang tidak dikehendaki.1 Dalam arti kata yang luas, bereksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil.2 Tujuan dalam eksperimen adalah mengamati (observation) terhadap akibat yang ditimbulkan dari perlakuan.3 Dalam eksperimen terdapat unsur-unsur pokok, yaitu : 1. Adanya dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2. Adanya controlled variables, yaitu faktor-faktor yang dikendalikan atau dipersamakan untuk kedua grup di atas. 3. Adanya treatment variables, yaitu kondisi-kondisi yang dipandang menjadi sebab dari suatu gejala yang diharapkan, yang diberikan secara berbeda kepada kedua kelompok tersebut. 4. Adanya behaviour variables, yaitu gejala-gejala tertentu dari segi mana pengaruh dari treatment yang akan dinilai.4 Namun, di sisi lain Nana Sudjana menjelaskan tiga ciri pokok sebagai gambaran penelitian eksperimen, yaitu sebagai berikut : 1
Latipun, Psikologi Eksperimen, (Malang : UMM Press, Cet. II, 2004), hlm. 15 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar Metode Teknik, (Bandung : Penerbit Tarsito, 1994), hlm. 149 3 Latipun, op.cit., hlm. 8 4 Sutrisno Hadi, Metodologi Research IV, (Yogyakarta : Penerbit Andi Offset, Cet. VII, 1994), hlm. 509. 2
33
34
1) Adanya variabel bebas yang dimanipulasikan,5 2) Adanya pengendalian pengontrolan semua variabel bebas 3) Adanya pengamatan pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek dari variabel bebas. Dengan demikian, ada dua variabel yang menjadi acuan pokok, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Dan menurutnya, variabel bebas merupakan variabel yang sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang diamati atau diukur sebagai akibat dari manipulasi.6 Dalam
metode
eksperimental
penyidik
dengan
sengaja
menimbulkan keadaan atau situasi yang ingin diteliti atau dengan kata lain penyelidik mengenakan perlakuan atau treatment, yang ingin diketahui akibat dari treatment tersebut. Prinsip dalam eksperimen ialah ingin mengetahui efek sesuatu perlakuan yang dikenakan oleh peneliti terhadap keadaan yang dikenai. Selain ciri adanya perlakuan, maka dalam eksperimen diperlukan adanya kontrol untuk dapat mengkontrol apakah perubahan yang betul-betul sebagai akibat dari adanya perlakuan tersebut. Karena itu dalam eksperimen diperlukan adanya kelompok kontrol disamping adanya kelompok eksperimen.7 Dilihat dari sifatnya, eksperimen dapat dilakukan di laboratorium atau di lapangan. Eksperimen di laboratorium banyak dilakukan untuk mengamati akibat suatu perlakuan dengan mengendalikan variabelvariabel yang tidak dikehendaki secara ketat. Sedangkan eksperimen di lapangan dilakukan pada suasana yang alamiah (lingkungan) dan dalam situasi yang longgar, sehingga hasil eksperimennya lebih mencerminkan keadaan nyata di masyarakat.
5
Manipulasi dalam sebuah penelitian eksperimen dapat pula disebut (treatmen), intervensi dan pemberian situasi. Dalam psikologi, manipulasi dapat berarti kondisi alam seperti : temperature, materi interaksial, pemaparan cara pengajaran, terapi dan hal lain-lan. Manipulasi merupakan variabel-variebel bebas dan sebagai ciri utama dalam sebuah eksperimen. 6 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, cet II, 1989), hlm. 19 7 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi Offset, 2002), hlm.1819
35
Sedangkan
mengenai
rancangan-rancangan
eksperimentalnya
Campbell dan Stanley membagi dalam 3 kategori, yaitu rancangan praexperimental, rancangan eksperimental sungguhan (true experimental design), dan rancangan eksperimental semu (quasi experimental design).8 Rancangan pra experimental merupakan suatu rancangan yang terdiri dari satu kelompok perlakuan dengan diberikan hanya pasca uji ataupun disertai pra uji saja tanpa adanya kontrol apapun. Rancangan true experimental adalah suatu rancangan yang terdiri dari dua kelompok, yaitu sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keduanya diberikan pra dan pasca uji (test) tetapi hanya satu kelompok yang diberikan perlakuan (treatment).9 Kemudian mengenai rancangan experimental atau eksperimen semu adalah suatu eksperimen yang dilakukan tanpa randomisasi, namun masih menggunakan kelompok kontrol dan juga disertai pre dan posttest.10 Menurut Sutrisno Hadi, jenis eksperimen dalam bidang ilmu pengetahuan ada dua, yaitu (1) eksperimen exploratif dan (2) eksperimen developmental. Eksperimen eksploratif adalah eksperimen penjelajahan yang bermaksud secara preliminer-eksploratif mencari problema atau mengembangkan hipotesa-hipotesa tentang hubungan sebab-akibat suatu gejala. Eksperimen developmental memiliki kedudukan yang berbeda, yaitu
tidak
dimaksudkan
untuk
mencari
problema
atau
untuk
mengembangkan hipotesa. Namun, jenis ini ditujukan untuk mengetes, mengecek, atau membuktikan sesuatu hipotesa tentang hubungan sebabakibat.11 Oleh karena itu, secara umum tujuan daripada suatu eksperimen adalah : (a) menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat antara
8
Latipun, op.cit., hlm. 112 Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, terj. Alimuddin Tuwu, (Jakarta : Penerbit UI-Press, 1993), hlm. 104-107 10 Latipun, op.cit., hlm. 116 11 Sutrisno Hadi, op. cit., hlm. 427-428 9
36
perlakuan dengan efeknya; (b) memprediksi efek suatu perlakuan pada variabel yang diamati; dan (c) mempelajari seberapa besar hubungan sebab-akibat tersebut. Pada penelitian ini, penulis menggunakan rancangan True experimental yang mana pada penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Yang keduanya samasama mendapatkan pretest dan posttest, tetapi cuma satu kelompok yang diberi perlakuan.
2. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, penulis membagi 2 variabel yaitu : a. Variable Independen dalam penelitian ini adalah meditasi dzikir b. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Self Awareness
3. Definisi Operasional a. Meditasi Dzikir adalah suatu gabungan antara meditasi dan dzikir atau (ingat) kepada Allah sebagai zat yang menciptakan bumi langit dan isinya. Artinya bahwa suatu renungan yang bertujuan kepada Allah, yang mana melalui median dzikir dalam hal ini kalimat
Tasbih,
Thoyyibah, Tahmid, tahlil, Takbir. b. Self Awareness adalah Sebuah wawasan kedalam atau wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri, dan pemahaman diri sendiri.
4. Tehnik Pengumpulan Data Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan metode skala Self Awareness. Skala yang digunakan adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti, yang memakai acuan dalam teori Carl Rogers. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penyekoran nilai diantaranya : ¾ 0 : Subyek menjawab sering ¾ 1 : Subyek menjawab kadang-kadang
37
¾ 2 : Subyek menjawab pernah ¾ 3 : Subyek menjawab jarang ¾ 4 : Subyek menjawab tidak pernah Skala tersebut akan digunakan sebagai pre-test dan post-test. Untuk mengetahui beberapa persoalan yang terjadi pada diri masingmasing kemudian digunakan dalam pre-test, post-test eksperimen. Skala yang digunakan untuk pre-test, post-test akan di uji coba pada Yayasan Kemasyarakatan Muslimah Nahdlatul Ulama “Darul Hadlonah” Kendal yang menduduki Sekolah Menengah Umum yang disertakan untuk di uji Validitas dan Reliabilities sebagai alat ukur skala.
B. Subyek Subyek penelitian ini adalah 30 santri Yayasan Panti Anak Asuh “Darul Hadlonah” Semarang, beragama Islam dan pada usia 15-18 Tahun. Pemilihan usia tersebut disamping karena usia tersebut adalah usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), disamping itu juga didasarkan pada kenyataan bahwa usia tersebut para santri mengalami masa remaja tengah, yang secara umum mempunyai ciri antara lain berada dalam kebimbingan, emosi cenderung meninggi dan penguasaan diri kurang stabil.12. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil masa remaja karena mengingat bahwa masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan; di satu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi di lain pihak ia sudah harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, seringkali menyebabkan tingkahlaku-tingkahlaku yang aneh. Dalam usahanya untuk mencari identitas dirinya sendiri, seorang remaja sering membantah orang
12
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 25
38
tuanya karena ia mulai punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta nilainilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. 13 Disamping itu mengingat tugas-tugas perkembangan dari masa remaja yang begitu menantang, maka penulis semakin mantap memilih pada usia remaja. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah sebagai berikut : 1. Penerimaan fisik dan kenyataan sebagai laki-laki dan perempuan. 2. Mengadakan hubungan dengan temen-temen dari kedua jenis kelamin. 3. Kebebasan emosi baik terhadap orang tuanya maupun orang dewasa lainnya. 4. Berusaha mencapai jaminan dan kemerdekaan di bidang ekonomi. 5. Seleksi dan persiapan memangku suatu jabatan. 6. Mengembangkan
kecakapan
intelektual
dan
konsep-konsep
yang
dibutuhkan sebagai warga negara. 7. Memiliki keinginan dan memperoleh tanggung jawab sosial. 8. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan keluarga. 9. Membentuk nilai kesadaran yang harmonis dengan ilmu pengetahuan yang memadai.14 Dengan
kondisi
tersebut
perlu
kiranya
usaha-usaha
untuk
meningkatkan kontrol diri. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kontrol diri adalah dengan melakukan meditasi dzkir.
C. Skala Self Awareness 1. Penyusunan Skala Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Self Awareness. Skala disusun oleh peneliti berdasarkan konsep "orang yang berfungsi
sepenuhnya"
menurut
teori
Carl
Rogers,
yang
mengklasifikasikan orang yang berfungsi sepenuhnya menjadi 5 macam yakni : 13 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta; PT Bulan Bintang, 1996), hlm. 37-38 14 Siti Partini Suardiman, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: 1999), hlm. 25
39
a. Keterbukaan pada pengalaman b. Kehidupan Eksistensial c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri d. Perasaan bebas e. Kreativitas Keterbukaan pada pengalaman, yaitu
seseorang yang tidak
terhambat oleh syarat-syarat pengalaman, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya ; tidak ada segi kepribadian tertutup. Itu berarti bahwa kepribadian
fleksibel,
pengalaman
yang
tidak
diberikan
hanya oleh
mau
menerima
kehidupan,
tetap
pengalamanjuga
dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru Kehidupan Eksistensial, yakni orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, misalnya sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang sama persis. Jelas, orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri terus-menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetap tak sama dengan bertindak terburu-buru
atau
sama
sekali
tidak
memperhatikan
konsekuen-
konsekuensinya. Missal, mereka percaya akan diri mereka sendiri. Perasaan bebas, yakni orang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan antara alternative dan pikiran. Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
40
Kreativitas, semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahanperubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahanperubahan traumatis sekalipun. Misal orang yang mengalami bencana alam, mereka langsung mencari kesibukan dengan membuat ketrampilan dan lain-lain. Skala Self Awareness dalam penelitian ini disertai lima jawaban, yaitu sebagai berikut : 1. Sering 2. Kadang-kadang 3. Pernah 4. Jarang 5. Tidak Pernah Jenis aitem skala ada dua macam, yaitu : Favarabel dan TakFavarabel. Aitem favarabel adalah pertanyaan yang seiring dengan pernyataan, sedang aitem tak-favarabel adalah pertanyaan yang tidak sering dengan pertanyaan. Skor tiap aitem skala Self Awareness berkisar antara 0 sampai 4, sebagaimana tabel 1
Tabel 1. Skor Jawaban Aitem Jawaban
Favorabel
Tak-Favorabel
Sering
4
0
Kadang-Kadang
3
1
Pernah
2
2
Jarang
1
3
Tidak Pernah
0
4
41
Makin tinggi skor yang diperoleh subjek, makin tinggi self Awarenessnya. Sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh subyek, maka rendah pula self awarenessnya. Untuk mempermudah dalam penyusunan skala self awareness, maka terlebih dahulu dibuat tabel spesifikasi skala self awarensss, sebagaimana dalam tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi Skala Self Awareness No
1.
Indikator
Keterbukan pada Pengalaman
Nomor Aitem
Nomor Aitem
Jumlah
Favorable
Tak-Favorabel
Aitem
11,18,19,26,37,
15,14,13,12
10
3,17,24,27,32
10
7,8,9,20,42,44
9
46 2.
Kehidupan Eksstensial
1,2,6,10,49
3.
Kepercayaan tehadap organisme 21,33,38 orang sendiri
4.
Perasaan Bebas
5,34,35,40,48
4,29,30,31,36
10
5.
Kreativitas
16,23,28,41,43,
22,25,41,45,47
11
50
Dalam penyusunan skala self awareness, disamping mengacu pada konsep orang yang berfungsi sepenuhnya, yang mengklasifikasikan menjadi 5 jenis, yakni ketebukaan pada pengalaman, kehidupan Eksistensial, Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, perasaan bebas, kreativitas. Peneliti sebelumnya melakukan observasi, wawancara dengan para santri dan konsultasi kepada Pimpinan Yayasan Panti Sosial Asuhan Anak (YPSAA) Darul Hadlonah Semarang, untuk mendapatkan atau mengetahui gambaran self Awareness yang sering dilakukan siswa, dengan harapan bahwa skala yang akan dibuat sesuai dengan situasi dan kondisi sehari-hari yang dilakukan oleh siswa. Disamping ini skala tersebut juga dikonsultasikan pada dosen pembimbing dan beberapa dosen
42
psikologi untuk dimintakan penilaian sekaligus masukan sehingga diperoleh pernyataan yang dapat dimasukkan dalam skala Self Awareness. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi validitas isi, maksudnya Aitem pada skala self Awareness yang tersusun berdasarkan konsep teori Carl Rogers tentang orang yang berfungsi sepenuhnya, telah mempertimbangkan saran dari beberapa dosen psikologi, serta dosen pembimbing sehingga sesuai dengan kondisi dan situasi subyek penelitian
2. Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Sebelum skala Self Awareness tersebut digunakan pada penelitian yang sesungguhnya, maka dilakukan uji coba tersebut dahulu. Adapun uji coba dilakukan terhadap santriwan-santriwati Yayasan Kemasyarakatan Pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama “Darul Hadonah” Kendal, pada tanggal 12-13 November 2006. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk memilih aitem-aitem yang memiliki validitas15 dan reliabilitas16 yang baik. Skala self Awareness sebelum diuji coba sebagaimana dalam lampiran Seleksi aitem dilakukan dengan melakukan pengujian validitas terhadap 50 aitem. Pengujian dilakukan dengan menggunakan formulasi atau rumus Product Momen dari pearson, dan penghitungannya menggunakan bantuan program SPSS. Pengujian menghasilkan koefesien 15
Validitas berasal dari kata Validity yang berarti sejauhmana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam memiliki fungsi alat ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukurannya tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran di katakan sebagai tes yang memiliki Validitas rendah. Validitas dinyatakan oleh suatu koefisien yaitu koefisen validitas. Koefisien validitas bermakna apabila mempunyai harga postif. Semakin tinggi mendekati angka 0,1 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya. Namun kenyataannya suatu koefisien validitas tidak akan mencapai angka maksimal atau mendekati angka 1,0. 16 Reabiltas berasal dari kata Reliability dari akar kata Rely dan Abilty. Pengukuran yang mempunyai reliabiltas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Walaupun reabilitas memiliki nama lain seperti : keterpercayaan, keterandaian, keajaiban, kestabilan, konsistens, dan sebagainya. Tetapi ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejahmana hasil suatu ukur dapat dipercaya. Untuk lebih jelasnya lihat Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 9-10
43
validitas yang berkisar antara 0,362 sampe dengan 0,962. Dengan demikian dari jumlah aitem 50 setelah diseleksi, maka tinggal 25 aitem yang dinyatakan valid. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik alpha Cronbach, dan penghitungannya menggunakan bantuan program SPSS. Pengujian reliabilitas dilakukan pada semua item yang valid yaitu sejumlah 25 item. Hasil pengujian dengan SPSS menghasilkan koefesien reliabilitas sebesar 0,881, yang berarti reliable. Dengan demikian, jumlah item yang digunakan untuk pengambilan data self Awareness adalah 25 aitem (data uji coba dan hasil analisis sebagaimana dalam lampiran. Yang mengatakan terdiri dari 10 item mengungkap keterbukaan pada pengalaman, 10 item kehidupan eksistensial, 9 item kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, 10 item mengungkapkan perasaan bebas, 11 item mengungkap kreativitas. Aitem tersebut kemudian diurutkan kembali, setelah aitem yang gugur dibuang. Lebih jelasnya, sebaran aitem skala sesudah diuji coba yang telah diurutkan kembali.
D. Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan eksperimen Befor-After atau Pre-test-Posttest Control Group Design.17 Subjek penelitian terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa meditasi dzikir. Sedangkan kelompok kontrol tidak diberi meditasi dzikir. Tetapi kedua kelompok mendapatkan tes awal (Pre-test) dan tes akhir (Post-test) dengan menggunakan skala Self Awareness.
17
136.
Linche Seniati, (et . all),. Psikologi Eksperimental, (Jakarta; PT. Indeks, 2005), hlm.
44
E. Cara Analisis data Untuk menguji hipotesa yang diajukan digunakan analisis uji-t, dengan menggunakan rumus “Wilcoxon Signed Rank” (uji perbedaan dua sample yang berhubungan) uji statistik non parametris, yaitu : penggunaan penghitungan statistik untuk jumlah yang kurang dari 30 orang. Hal ini digunakan untuk mencari ada tidaknya perbedaan Self Awareness antara kelompok yang diberi perlakukan berupa meditasi dzikir dan kelompok yang tidak diberi perlakuan berupa meditasi dzikir. Perhitungan statistik tersebut dilakukan
dengan
menggunakan
computer
SPPS
versi 12,
dengan
menggunakan taraf Signifikasi 5%.
F. Pelaksanaan Penelitian Penelitian eksperimen dilaksanakan pada tanggal 25 November 2006, pada pukul 19.00 sampai 21.00 Wib. Kelompok eksperimen ditempatkan di Aula kantor Yayasan Panti Sosial Asuhan Anak “ Darul Hadlonah” Semarang. Sedangkan kelompok kontrol tidak dikumpulkan. Semua subyek penelitian yang berjumlah 30 santri itu dapat mengikuti jalannya eksperimen hingga selesai. Adapun pelaksanaan meditasi dzikir pada tabel berikut :
Tabel 5. Pelaksanaan Meditasi Dzikir No
Kegiatan
1.
Persiapan a. Perkenalan
Uraian
Waktu
Eksperimenter
5 Menit
memperkenalkan
instruktur
kepada subyek b.
Penjelasan Subyek diberi cemarah atau 15 Menit
tentang
materi tentang meditasi dzikir
Meditasi Dzikir c. Tanya-Jawab
Materi Tanya-jawab seputar 5 menit meditasi dzikir
Ket.
45
2.
Pelaksanaan a.
Meditasi Meditasi dzikir di pimpin 25 Menit
Dzikir
Dikir
instruktur dilakukan dengan
diulang-
duduk bersila dengan mata
ulang
dipejamkan
diselingi
dalam
posisi
badan tegak, dengan duduk
dengan
melingkar.
pengetahuanpengetahuan tentang kesadaran
b. Istirahat
Selama Istirahat subyek tetap 10 Menit diruangan, sambil makanan ringan dan minum.
3.
Pengisian Skala Pengisian Self Awareness
skala
Self 45 Menit
Awareness dilakukan segera setelah meditasi dzikir