-33-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah. Pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan atau langkah studi yang dilakukan mulai dari identifikasi permasalahan dan tujuan, Deskripsi dilengkapi dengan penyajian kerangka pemikiran metodologi penelitian untuk memudahkan dalam melihat tahapan penelitian. Secara garis besar metode penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahapan, yakni ; Tahap identifikasi, Tahap pengumpulan dan pengolahan data, serta Tahap analisis dan Kesimpulan. Kerangka metode penelitian disajikan pada gambar 3.1.
3.1 Tahap Identifikasi Performansi KMS di perusahaan perlu diukur, pengukuran performansi KMS penting untuk melihat seberapa baik sebuah perusahaan dalam mengubah kemampuan individual learning maupun team capabilities menjadi organizational knowledge, bagaimana tacit knowledge dapat diubah menjadi explicit knowledge, dan mengurangi resiko kehilangan pengetahuan yang bernilai apabila karyawan meninggalkan perusahaan.
-343.2 Perumusan masalah Masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah: “Apakah balanced
scorecard dapat digunakan Untuk
mengukur
performansi KMS di perusahaan?” Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada beberapa hal yang akan dikaji dalam tugas akhir ini, yaitu: 1.
Model knowledge management system yang digunakan sebagai objek pengukuran.
2.
Karakteristik empat perspektif balanced scorecard.
3.
Karakteristik perusahaan dan knowledge management system.
4.
Key performance indicator (KPI) yang diturunkan dari empat perspektif balanced scorecard untuk mengukur performansi knowledge management system yang diimplementasikan di perusahaan.
3.3 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk melihat peluang penggunaan balanced scorecard sebagai metode pengukuran performansi untuk knowledge management system.
2.
Untuk
menganalisa
bagaimana
mengukur
performansi
knowledge
management system di perusahaan menggunakan balanced scorecard. 3.
Untuk menganalisa key performance indicator yang dapat digunakan untuk mengukur performansi knowledge management system di perusahaan.
-353.4. STUDI PUSTAKA Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari teori-teori dan hasil penelitian yang sudah ada guna membuka wawasan berfikir mengenai tema atau permasalahan yang mungkin dihadapi dilapangan. Selain itu untuk menunjang data primer yang diperoleh dari riset lapangan, penulis juga memerlukan data sekunder yang didapat dari riset kepustakaan dengan membaca literatur-literatur, buku-buku dan sumber lainnya yang ada kaitannya dengan materi dalam penulisan.
3.5. PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.5.1 PENGUMPULAN DATA Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Data Primer, yaitu data yang didapat secara langsung dari sumber pertama melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Data primer yang didapatkan dari hasil wawancara adalah data indikator, target serta alternatif faktor pendorong kinerja. Sedangkan data primer yang didapat melalui kuesioner adalah data tingkat kepentingan antar tiap pasangan tujuan strategis yang mendukung tujuan strategis lainnya serta data kepuasan konsumen. 2. Data Sekunder, yaitu data yang tidak penulis kumpulkan sendiri. Yang termasuk data sekunder adalah gambaran umum perusahaan, sistem manajemen perusahaan serta kondisi perusahaan dari perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan
-363.5.2 PENGOLAHAN DATA Data yang telah didapatkan diolah untuk membuat sistem pengukuran performansi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Pembahasan pemodelan KMS
2.
Memetakan sebuah studi kasus awal ke dalam model KMS yang telah dianalisis.
3.
Analogi KMS dan perusahaan dijelaskan melalui perbandingan karakteristik antara keduanya yang dilihat dari berbagai sudut pandang.
3.6 Analisa Data Analisa data dibahas bagaimana menurunkan model pengukuran performansi untuk KMS sebagai berikut: 1. Pemahaman visi, KPI yang digunakan untuk mengukur BSC diturunkan berdasarkan visi. Oleh karena itu, visi KMS perlu dipahami secara rinci sebelum melanjutkan analisis untuk menurunkan KPI. 2. Perumusan tujuan strategi perspektif BSC, keterkaitan antara perspektif BSC, visi KMS, dan KPI untuk mengukur performansi KMS diperlihatkan pada langkah kerja yang kedua ini. Tujuan strategis setiap perspektif diturunkan dari makna perspektif itu sendiri dan visi KMS. Tujuan strategis akan mejadi acuan dalam menentukan hubungan sebab akibat antar perspektif dan dalam merumuskan KPI. 3. Penentuan key success factor untuk setiap Perspektif BSC, key success factors (KSF) atau factor kunci keberhasilan merupakan factor yang sangat
-37penting bagi kesuksesan pencapaian tujuan strategis dalam mendukung pencapaian visi KMS. Indikator pengukuran KPI yang digunakan pada model pengukuran performansi dengan BSC diturunkan dari faktir-faktor kunci keberhasilan tersebut. Penentuan KSF dilakukan untuk setiap tujuan strategis yang telah dirumuskan pada masing-masing perspektif. 4. Indentifikasi hubungan sebab akibat antar perspektif Tujuan strategis setiap perspektif memiliki hubungan antara satu dan yang lain. Hubungan ini merepresentasikan sebab-akibat dari suatu tujuan strategis terhadap tujuan strategis lainnya. Hubungan ini dapat dianalisisi berdasarkan kebutuhan organisasi yang menjadi objek pengukuran. Sebagai contoh, organisasi berbasis profit, seperti perusahaan menekankan perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan untuk mendukung perspektif pelanggan dan finansial. Berbeda pada organisasi non-profit yang bertujan mensejahterakan anggotanya, misal koperasi. Organisasi ini akan menggunakan perspektif finansial dan pertumbuhan serta pembelajaran. Perbedaan visi organisasi dan tujuan perspektif inilah yang mempergaruhi hubungan sebab antar perspektif BSC dalam pengukuran performansi organisasi. Hal ini juga berlaku pada KMS sebagai organisasi yang diukur. Hubungan sebab akibat antar perspektif BSC dalam KMS memiliki bentuk sendiri yang disesuaikan dengan visi KMS dan tujuan perspektif tersebut. Hasil hubungan sebab akibat ini kemudian digambarkan ke dalam peta strategis perspektif BCS [Kaplan,1996]. Peta strategis ini menggambarkan
-38tujuan strategis setiap perspektif dan anak panah yang menunjukan hubungan sebab akibat antar tujuan strategis tersebut. Peta strategis ini kemudian menjadi acuan proses pemetaan KPI ke dalam perspektif BSC dan perumusan KPI untuk setiap perspektif BSC.
5.
Menentukan KPI Perumusan KPI dpat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama adalah merumuskan KPI yang bersifat umum tanpa memperhatikan perspektif BSC.KPI hasil rumusan ini kemudian dipetakan ke dalam perspektif BSC dengan menggunakan acuan peta strategis yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Sedangkan cara kedua adalah merumuskan KPI berdasarkan tujuan strategis setiap perspektif BSC. Kedua cara ini dapat digunakan secara parallel dengan tujuan untuk menghasilkann KPI yang lengkap untuk mengukur performansi KMS. Perumusan KPI meliputi perumusan KPI itu sendiri beserta indeks/satuan yang digunakan (persen,unit,dll), bagaimana cara mengukurnya, dan target yang harus dicapai untuk setiap KPI [John F. Reh,2008].KPI inilah yang nantinya akan diukur sebagai representasi performansi organisasi.
-39-
Gambar 3.1 Kerangka kerja pengukuran performansi dengan BSC