BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Paradigma Penelitian Pada penelitian yang akan membahas mengenai pengaruh parent brand
reputation terhadap brand extension image kali ini akan menggunakan paradigma Positivistik. Paradigma positivistik atau yang biasanya disebut pendekatan empiris diasumsikan bahwa kebenaran objektif dapat dicapai dan proses meneliti untuk menemukan
kebenaran
dapat
dilakukan
dengan
terhindar
dari
nilai-nilai
subjektifitas. Penelitian dalam paradigma ini berusaha objektif dan bekerja dalam kontrol; kemampuan peneliti untuk mengatur konsep-konsep penting dalam proses penelitian (West & Turner, 2009:75). Sedangkan menurut Doni Gahral Adian dalam buku Filsafat Ilmu Komunikasi, Positivisme adalah “aliran filasafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsi-asumsi dasar: (1) Ontologi: Realisme. Semesta luaran digerakkan oleh hukumhukum alam secara mekanis dalam hukum jika...maka... Ilmu pengetahuan bertujuan untuk menemukan hukum-hukum kausalitas; (2) Epistemologi: Dualisme. Teori menggambarkan semesta apa adanya tanpa keterlibatan nilai-nilai subjektif peneliti; (3) Metodologi: eksperimental”. Hipotesis dirumuskan lebih awal dalam bentuk proposisi yang lalu dihadapkan pada verifikasi atau falsifikasi di bawah situasi yang benar-benar terkontrol (Ardianto dan Q-Anees, 2009:91). Beberapa ciri positivisme menurut Doni Gahral Adian yaitu bebas nilai, fenomenalisme, nominalisme, reduksionalisme, naturalisme, dan mekanisme. Bebas nilai berarti bahwa ketika peneliti meneliti sesuatu maka nilai-nilai (keyakinan, gagasan, emosi dan perasaan subjektif) yang dimiliki oleh peneliti tidak dilibatkan sehingga menghasilkan kesimpulan apa adanya (objektif). Fenomenalisme berarti apa yang peneliti teliti merupakan fenomena (gejala) belaka, sementara sesuatu yang berdiri di belakang fenomena tidak dilibatkan. Nominalisme adalah kebenaran berdasarkan nama atau ukuran, dalam hal ini kebenaran kenyataan terletak pada penamaan (teori-teori) bukan kenyataan itu sendiri. Nominalisme merupakan konsekuensi dari cara penelitian yang menyederhanakan atau mereduksi kenyataan 37
38 menjadi fakta-fakta yang dapat dipersepsi (reduksionisme). Semua itu dijalankan berdasarkan keyakinan naturalisme (semua gejala berjalan secara alamiah tanpa campur tangan hal-hal metafisis) dan mekanisme (semua gejala dapat dijelaskan secara mekanis-determinis layaknya sebuah mesin) (Ardianto dan Q-Aness, 2009:92) Adapun alasan penelitian menggunakan paradigma positivistik karena pada penelitian kali ini ingin mendapatkan hasil penelitian yang lebih objektif agar hasil dapat diterima secara universal.
3.2
Tipe dan Jenis Penelitian
Tipe Metode penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah penelitian kuantitatif yang berjenis eksplanatif dan bersifat asosiatif. Penelitian
Kuantitatif
adalah
penelitian
yang
menggambarkan
atau
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Peneliti lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi (Kriyantono,2012:55). Sedangkan Menurut Ardianto (2010: 47), Metode kuantitatif adalah penelitian yang sarat dengan nuansa angka-angka dalam teknik pengumpulan data di lapangan. Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif adalah sebagai berikut (Kriyantono, 2012:4748): a. Hubungan riset dengan objek jauh. Periset menganggap bahwa realitas terpisah dan ada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya
objektif.
Alat
ukur
(kuesioner)
harus
di
jaga
keobjektifitasannya. b. Riset bertujuan menguji teori dan hipotesis, mendukung atau menolak teori. Data hanya sebagai sarana konfirmasi teori/konsep atau menolak teori atau teori dibuktikan dengan data. Bila dalam analisis ditemukan penolakan terhadap hipotesis atau teori/konsep, biasanya peneliti tidak langsung menolak hipotesis dan teori tersebut melainkan meneliti dulu apakah ada kesalahan dalam teknik
39 samplingnya atau definisi konsepnya kurang operasional sehingga menghasilkan instrumen yang kurang valid. c. Riset harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel. Prosedur riset adalah rasional-empiris, artinya peneliti berangkat dari konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya. Konsep atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan data yang dikumpulkan di lapangan. Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa Tipe penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dinilai objektif dalam menilai suatu permasalahan yang ditinjau berdasarkan teori dan metodologi yang ada dan tersedia. Sehingga peneliti melaksanakan tugasnya untuk melakukan penelitian mengenai teori yang sudah ada dengan alat bantu instrumen yang disusun berkaitan dengan teori yang dipakai. Sedangkan jenis penelitian kuantitatif yang eksplanatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang memengaruhi terjadinya sesuatu. Penelitian tidak sekedar menggambarkan terjadinya fenomena tapi telah mencoba menjelaskan megapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya. Dengan kata lain, penelitian pada jenis ini dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau variabel atau lebih. Peneliti dituntut untuk membuat hipotesis sebagai asumsi awal untuk menjelaskan hubungan antarvariabel yang diteliti. Analisis data pada jenis penelitian eksplanatif menggunakan uji statistik inferensial (Kriyantono, 2102:60). Sifat penelitian jenis eksplanatif yang asosiatif adalah penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan hubungan (korelasi) antarvariabel. Pada penelitian jenis eksplanatif asosiatif pada proses penyusunan rumusan masalah penelitian haruslah menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013:36).
3.3
Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan oleh Penelitian kali ini adalah dengan menggunakan metode survei. Survei adalah metode penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumupulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Penelitian survei dengan kuesioner ini memerlukan responden
40 dalam jumlah yang cukup agar validitas temuan bisa dicapai dengan baik. Hal ini wajar, sebab apa yang digali dari kuesioner itu cenderung informasi umum tentang fakta atau opini yang diberikan oleh responden. Karena informasi bersifat umum dan (cenderung) dangkal maka diperlukan responden dalam jumlah cukup agar "pola" yang menggambarkan objek yang diteliti dapat dijelaskan dengan baik. (Kriyantono, 2012:59). Secara umum metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan eksplanatif (analitik). Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan jenis eksplanatif (analitik) yakni penelitian yang dilakukan untuk mengentahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Peneliti tidak sekedar menggambarkan terjadinya fenonema tapi telah mencba menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya. Dengan kata lain, peneliti ingin menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Peneliti dituntut membuat hipotesis sebagai asumsi awal untuk menjelaskan hubungan antarvariabel yang diteliti. Suvei eksplanatif dibagi menjadi dua sifat, yaitu komparatif dan asosiatif. Pada penelitian kali ini penelit menggunakan sifat asosiatif untuk melakukan penelitian. Asosiatif berarti peneliti bermaksud untuk menjelaskan hubungan (korelasi) antarvariabel (Kriyantono, 2012:59-60). Jadi, pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode survei berjenis eksplanatis yang bersifat asosiatif. Karena peneliti ingin menjelaskan mengenai hubungan antarvariabel yang saling mempengruhi.
1.4
Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional. Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya secara relatif mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta mudah diklasifikasi, diurut atau diukur (Mayer dalam Kriyantono,2012:20). Penelitian menggunakan beberapa variabel yang mana diantaaranya terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Adapun jumlah variabel yang di gunakan adalah 1 (satu) buah variabel bebas dan 1 (satu) buah variabel terikat.
41 3.4.1
Variabel Pengaruh/Bebas (independent variable)
Menurut Sugiyono (2013:38) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Pada umumnya vaiabel bebas ini di lambangkan dengan simbol X. Adapun pada penelitian ini peneliti menentukan untuk menggunakan variabel X yakni Reputasi yang melekat pada Parent Brand
3.4.2
Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2004:33). Pada umumnya variabel terikat di lambangkan dengan simbol Y. Adapaun variabel bebas yang peneliti gunakan untuk penelitian ini adalah Brand Image yang melekat pada brand extension yang dipengaruhi oleh parent brand.
3.5 Hipotesis
Seacara etimologis hipotesis berasal dari kata hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Dari kedua kata tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis adalah pendapat yang kurang, maksudnya bahwa hipotesis ini merupakan pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji terlebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2012:28). Menurut Champion dalam Kriyantono dikatakan bahwa Karena masih besifat sementara, hipotesis dapat dikatakan sebagai: “Statement of theory in testable form” atau “tentative statement about reality”. Hipotesis harus diuji melalui riset dengan mengumpulkan data empiris. Dengan kata lain hipotesis merupakan pernyataan yang menjembatani dunia teori dengan dunia empiris. Berdasarkan pengertian mengenai hipotesis tersebut, maka hipotesis yang tersusun pada penelitian kali ini sebagai berikut:
42 Hipotesis 1: H o : tidak terdapat hubungan antara reputasi parent brand dan citra brand extension H 1 : terdapat hubungan antara reputasi parent brand dan citra brand extension Hipotesis 2: H o : tidak terdapat pengaruh antara reputasi parent brand terhadap citra brand extension H 1 : terdapat pengaruh antara reputasi parent brand terhadap citra brand extension Hipotesis 3 H o : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari reputasi parent brand terhadap citra brand extension H 1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari reputasi parent brand terhadap citra brand extension
3.6 Teknik Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti (Kriyantono, 2012:95). Pada tipe penelitian kuantitatif kali ini dilakukan beberapa teknik, yaitu (1) Studi Literatur; (2) Wawancara; dan (3) Kuesioner 1. Studi Literatur Tujuan utama dari studi literatur adalah untuk menemukan vaiabel-variabel yang akan diteliti, membedakan hal-hal yang sudah dilakukan dan menentukan hal-hal yang perlu dilakukan, melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru serta menentukan makna dan hubungan antar variabel (Sarwono, 2006:47).
43 Dalam melakukan studi literatur ada beberapa sumber kepustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti diantaranya adalah 1) abstrak hasil penelitian, 2) indeks, 3) review, 4) jurnal, 5) buku referensi (Sarwono, 2006:49). Adapun beberapa sumber yang peneliti gunakan dalam melakukan studi literatur adalah dengan menggungkan beberapa jurnal dan beberapa buku refrensi.
2. Wawancara Wawancara dalam penelitian kuantitatif biasanya bersifat terstruktur dan sebagai penambah data yang diperoleh dari kuesioner, wawancara juga dilakukan untuk memperoleh data yang digunakan untuk memperkaya kuesioner yang akan disusun (Kriyantono, 2012:100). Wawancara yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah dengan melakukan tanya jawab dengan Public Relations Manager dari Brand extension yakni Ibu Astrid Haryanti, M.Si., mengenai kegiataan public relations yang telah di lakukan oleh beliau dalam mengaitkan reputasi parent brand dengan tujuan untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat mengenai brand extension. Serta wawancara singkat yang dilakukan dengan Branch Manager BINUS Center yakni Bapak Lay Khin Wie, S.Kom., untuk mengetahui data-data seperti penurunan outlet, jumlah peserta kursus serta struktur organisasi.
3. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden, disebut juga angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan (Kriyantono, 2012:97). Dalam menyebarkan kuesioner, pertanyaan yang diberikan dikemas dalam bentuk pernyataan yang kemudian akan dijawab oleh responden dengan model Checklist, yakni meminta responden menjawab dengan memilih salah satu dari
44 jawaban-jawaban yang memungkinkan yang telah disediakan. Bentuk jawaban akan berbentuk skala nominal apabila pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan yang dimaksudkan untuk data respinden, sedangkan pernyataan yang akan menjelaskan pengaruh satu variabel dengan variabel lain akan berbentuk skala ordinal (Sarwono, 2006:107). Pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini dengan
cara
menyebarkan daftar pertanyaan dalam bentuk pernyataan kepada Peserta kursus di Binus Center. Kuesioner ini menggunakan skala Likert, yakni skala yang digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Biasanya sikap dalam skala Likert diekspresikan dalam bentuk sebagai berikut: sangat tidak setuju, tidak setuju, tidak tahu (netral), setuju, dan sangat setuju. Bentuk ekspresi dalam skala Likert dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam masing-masing penelitian yang dilakukan. Untuk melakukan kuantifikasi maka skala tersebut kemudian diberi angka-angka sebagai simbol agar dapat dilakukan perhitungan, angka-angka tesebut meliputi skala 1 sampai dengan 5. Urutan untuk skala ini menggunakan 5 angka penilaian yaitu (Sarwono, 2006:96): Skala
Bobot
Sangat setuju
5
Setuju
4
Cukup Setuju
3
Kurang Setuju
2
Tidak Setuju
1
Tabel 3.1 Skala Likert (Sumber: Sarwono,2006:96)
3.6.2 Jenis dan Sumber Data
Menurut Sekaran (2010:61) data bisa diperoleh dari sumber primer atau sekunder. Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan
45 spesifik studi. Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Berdasarkan tujuan penelitian, ada beberapa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Masing-masing data tersebut dalam jenis kuantitatif, sedangkan sumber datanya adalah primer dengan mengguakan teknik survei yang membagikan kuesioner atau angket. Sedangkan untuk menjadi acuan dalam melakukan penelitian maka peneliti tetap menggunakan data sekunder yang merupakan teori-teori yang dikumpulkan dan dijadikan bahan acuan untuk melakukan penelitian.
3.7 Teknik Sampling
3.7.1 Populasi dan Sampel
Dalam melakukan penelitian sosial, seorang peneliti tidak harus meneliti seluruh objek yang dijadikan pengamatan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan yang dimiliki peneliti, baik biaya, waktu, atau tenaga. Kenyataanya peneliti dapat mempelajari, memprediksi, dan menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari objek atau fenomena tersebut. Sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan keseluruhan objek atau fenomena yang diriset disebut populasi (Kriyantono, 2012:153).
3.7.2 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam mengidentifikasi sample diperlukan teknik pengambilan sample. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
probability
sampling.
Probability
sampling
adalah
teknik
pengambilan sample yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini
46 dilakukan apabila anggota populasi di anggap sejenis (homogeny) (Riduwan dan Kuncoro, 2007:41). Ada dua faktor yang mempengaruhi mutu informasi atau data pemikiran yang di peroleh sebagai hasil penelitian sampel tersebut sehingga akan mempengaruhi mutu kesimpulan (the quality of inference) yang akan dibuat pada penelititian dan selanjutnya akan menimbulkan risiko bagi pengambil keputusan yang menggunakan data tersebut, dua faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut (Supranto,2007:80): 1. Faktor pertama yaitu besarnya sampel (banyaknya elemen dalam sampel) yang ditarik dari populasi, atau besarnya nilai n yang diambil dari N ( n = banyaknya elemen sampel, N = banyaknya elemen populasi). 2. Faktor kedua yaitu besarnya tingkat variasi dari data perkiraan yang diukur dengan kesalahan baku atau standard error (simpangan baku dari seluruh kemungkinan nilai perkiraan kalau diambil sampel dengan n elemen dari suatu populasi dengan N elemen).
3.7.3 Cara Pemilihan Elemen Angota Sampel
Menurut Prof. J. Supranto (2007:81-84) cara untuk memilih anggota elemen sampel adalah sebagai berikut: 1. Cara lotere (elemen populasi sedikit, katakan 100 atau kurang). Sampel dipilih secara acak dan tidak direkayasa, sampel yang sudah dipilih untuk digunakan dapat dipergunakan kembali apabila di kemudian hari sampel tersebut mendapatkan lotere kembali, hal ini dikarenakan anggota elemen sampel sedikit yakni kurang dari 100. 2. Menggunakan tabel bilangan acak. Tabel bilangan acak (table of random number) adalah tabel yang memuat bilangan atau angka-angka sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk memilih sampel secara acak. Tabel bilangan acak terdiri dari beberapa kolom dan baris. Setiap baris dan setiap kolom terdapat satu angka. Sehinga tidak ada kemungkinan akan menggunakan sampel yang sama untuk diberikan kuesioner/angket.
47 Dalam penelitian kali ini, digunakan cara kedua yakni menggunakan tabel bilangan acak. Karena cara pemilihan elemen anggota sampel melihat banyaknya populasi yang hendak dipilih dalam menentukan sampel maka kedua cara diatas dapat diterapkan untuk mengumpulkan data angket/kuesioner. Untuk menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi maka digunakan perhitungan dengan rumus Slovin, rumus slovin digunakan apabila pada penelitian telah diketahui jumlah dari populasinya, secara umum rumus slovin untuk menentukan sampel sebagai berikut (Kriyantono, 2012:164): n=
N 1 + Ne 2
keterangan: n
= ukuran sample
N
= ukuran populasi
e
= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir, misalnya 2%, kemudian e ini di kuadaratkan.
Menurut Umar dalam Kriyanton, batas kesalahan yang ditolerir ini bagi setiap populasi tidak sama ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5% atau 10%. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan kesalahan yang ditolerir sebesar 10%. Dengan menggunakan rumus slovin maka dapat dihitung sampel dari populasi yakni:
48
n = 83 dibulatkan Jadi sampel yang akan digunakan sejumlah minimal 83 kuesioner yang mewakili 83 orang peserta Binus Center khususnya mereka yang Non-Binusian agar penelitian menjadi lebih objektif. Untuk memudahkan dalam perhitungan dan analisis data maka sampel yang digunakan pada penelitian kali ini dibulatkan menjadi 100 sampel.
3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data Kuesioner Setelah kuesioner terkumpul, maka tahap awal yang dilakukan sebelum menganalisa data adalah melakukan pengolahan data. Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisis mempunyai tahap-tahap sebagai berikut: 1) editing data, 2) pengembangan variabel, 3) pengkodean data, 4) cek kesalahan, 5) membuat struktur data, 6) cek preanalisis komputer, 7) tabulasi (Sarwono, 2006:136)
1. Editing data Sebelum data diolah, data tersebut diperiksa kelengkapannya terlebih dahulu. Kegiatan dalam tahap ini adalah meneliti kembali kuesioner yang telah terkumpul. Pada dasarnya apa yang dilakukan pada tahap ini adalah memilih data sehingga hanya ada data yang terpakai saja. Dengan cara ini, diharapkan dapat meningkatkan data yang hendak diolah atau dianalisa.
2. Pengembangan Variabel Sepsifikasi semua variabel yang diperlukan oleh peneliti yang tercakup dalam data yang sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variabel yang diperlukan sudah termasuk dalam data. Dalam penelitian kali ini, variabel yang digunakan merupakan konsep-konsep dan tidak berdasrkan teori. Sehingga yang dilakukan adalah operasionalisasi
49 konsep, bukan operasionalisasi teori pada penyusunan indikator kuesioner.
3. Pengkodean data Pemberian kode pada data dimaksudkan untuk memterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka. Tujuan dari pemberian kode ini adalah untuk mempermudah dan mempercepat pengolahan data. Sehingga sewaktu melakukan perhitungan data, data diolah berdasarkan kode-kode dan mempercepat proses perhitungan data dan mengurangi kesalahan.
4. Cek Kesalahan Pada tahap ini dilakukan pengecekan kesalahan sebelum dimasukkan kedalam komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah diselesaikan tanpa kesalahan yang serius. Apabila ada kesalahan yang terjadi maka proses tahap 1,2 dan 3 harus dicermati lebih dalam dan harus diulang kembali apabila ada kesalahan yang fatal.
5. Membuat Struktur Data Membuat struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk analisis kemudian dipindahkan kedalam komputer.
6. Cek Preanalisis Komputer Struktur data yang sudah final kemudian dipersiapkan untuk analisis data komputer dan sebelumnya harus dilakukan pengecekan preanalisis komputer agar diketahui konsistensi dan kelengkapan data.
7. Tabulasi data Setelah data diberi kode, maka kegiatan selanjutnya adalah menyusun data kedalam tabel-tabel, yang terdapat dalam lembar kerja SPSS. Data yang diperoleh dari hasil penelitian di analisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan dalam bentuk umum. Dalam statistik deskriptif ini, penjelasan kelompok melalui modus, median, mean, dan variasi kelompok. Statistik inferensial berfungsi untuk pengujian hipotesis.
50
3.8.2 Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Dalam pengujian instrumen pengumpulan data, validitas bisa di bedakan menjai validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor yang disusun dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara mengorelasikan antara skor item dengan skor total item. Pengujian validitas dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS yang mana ada dua jenis pengujian yang dapat dilakukan yakni menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Product Moment Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation (Priyatno, 2008:16). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkannya. Untuk itu dilakukan analisis item dengan metode korelasi Product Moment Pearson. Uji validitas data ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor jawaban yang diperoleh pada masing-masing item dengan skor total keseluruhan item. Hasil dari kolerasi tersebut harus signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Pada penelitian kali ini Uji validitas akan dilakukan dengan metode kolerasi Product Moment Pearson, dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : = Koefisien korelasi item-total (bivariate pearson) i
= Skor item
x
= Skor total
n
= Banyaknya Subjek
51 pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikan 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : a. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). b. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
3.8.3 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai kehandalan konsistensi internal apabila item penyusunannya konsisten mengukur hanya variabel yang dihendaki dan ini menunjukkan itemitem tersebut mempunyai rata-rata korelasi antar item yang tinggi. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur yang umumnya digunakan dengan mencari koefisien alat ukur yang akan menentukan keseluruhan proses pengumpulan data yaitu dengan menggunakan rumus koefisien Alpha (α) metode Cronbach (Sugiyono,2010:220). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang (Priyatno, 2008:25). Pengukuran yang dimiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas bekisar 0,00-1,00, akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran,
karena
manusia
sebagai
subjek
pengukuran
psikologis,
merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Untuk mencapai nilai reliabilitas yang ideal, penyusunan instrumen penelitian harus dilakukan secara hati-hati agar tidak ada kekeliruan dalam pengisian kuesioner penelitian. Disamping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reabilitas yang
52 besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reabilitas selalu mengacu kepada koefisien reabilitas yang positif. Nilai Reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai alpha cronbach 0.6 jika I r11 I<0.6 (alpha cronbach) dapat disimpulkan bahwa instrument yang digunakan tidak reliabel, sebaliknya jika I r11 I>o.6 (alpha cronbach) dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel (Riduwan, 2006:126). Rumus reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha adalah (Arikunto dalam Priyatno, 2008:25):
k rn = k − 1
∑ 2 1 − σ2 b σ 1
keterangan : rn
= Reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan
∑σ b
= Jumlah varian butir
σ
= Varian Total
2
2 1
3.8.4 Uji Normalitas
Pengujian normalitas mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio (Priyanto, 2008:28). Uji normalitas juga digunakan karena pada penelitian kali ini menggunakan analisis regresi. Model regresi yang baik adalah distribusi data variabel terikat adalah normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
53 3.8.5 Analisis Korelasi Sederhana
Analisis hubungan adalah analisis yang menggunakan uji statistik inferensial dengan tujuan untuk melihat derajat hubungan di antara dua atau lebih dari dua variable (Kriyantono, 2012:172). Berdasarkan pendapat Riduwan dan Kuncoro (2008:61-62) untuk melakukan pengukuran hubungan maka dapat menggunakan Korelasi Pearson Product Moment (PPM) yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Rumus yang digunakan Korelasi PPM (sederhana):
Korelasi PPM dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel nilai interpretasi r sebagai berikut (Kriyantono,2012:173): Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval
Tingkat Hubungan
koefisien 0,91 – 1,00
Sangat Kuat
0,71 – 0,90
Kuat
0,40 – 0,70
Cukup Kuat
0,21 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,200
Hubungan dapat dianggap tidak ada
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r (Sumber: Kriyantono, 2012:173)
54 3.8.6 Koefisien Determinansi
Besarnya pengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel Y dapat diketahui dengan melihat nilai Rsquare(R²). Untuk melihat adanya pengaruh dan seberapa besar pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka dapat dilihat dengan menggunakan analisis koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi (KD) merupakan kuadrat dari nilai R , dengan menggunakan software SPSS for window (Sugiyono, 2010:278). Secara umum koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
KD = R² x 100%
Keterangan : KD = Nilai koefisien determinan R = Nilai koefisien korelasi
3.8.7 Analisis Regresi Linear
Menurut Sugiyono, Analisis regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan variabel dependen, bila nilai variabel independen dimanipulasi/dirubah-rubah
atau
dinaik-turunkan.
Sugiyono
juga
mengatakan bahwa analisis regresi dilakukan dengan menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Analisis regresi dalam penelitian kali ini digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang terjadi bersifat signifikan atau tidak. Secara umum, persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2010:188). Yˆ
= a + bx
Yˆ = nilai taksiran untuk variabel Citra brand extension
a = konstanta b = koefisien regresi x
=
Reputasi Parent brand
55 3.9 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan 2 (dua) buah variabel yang masing-masing adalah variabel bebas (x) dan variabel terikat (y). Adapun variabel bebas merupakan Brand Reputation dengan dimensi yaitu Eksternal Stakeholder point of view dengan indikator Emitonal Appael, Product and Service Quality, Workplace Environment, serta Social and Environmental Responsibility (Doorley and Garcia, 2007:7) Sedangkan variabel terikat Brand Image diukur dengan dimensi strength of brand association, favorability of brand associations dan uniqueness of brand associations (Keller,2013) serta indikator dari brand image yang diklasifikasikan menurut asosiasi nya adalah sikap secara keseluruhan (overall brand attitude), manfaat (benefit), serta atribut (attribute) yang peneliti kembangkan pertanyaannya berdasarkan teori-teori yang ada didalam penejelasan Keller yang mana pertanyaan disusun berdasarkan contoh pertanyaan yang ada didalam Keller.
56 Variabel
Indikator
1. Saya mempunyai perasaan yang baik dan positif terhadap Binus (Doorley and (Variabel X) 2. Saya menyukai dan respek Garcia, 2007) terhadap Binus. 3. Saya mempercayai Binus dan memilih/akan memilih Binus dibandingkan yang lain. Product and 1. Binus mengutamakan kualitas produk dan pelayanannya. Services Quality 2. Binus selalu berinovasi (Doorley and mengembangkan produk dan Garcia, 2007) pelyananan yang mereka ciptakan. 3. Binus menawarkan Produk dan Pelayanan yang berkualitas tinggi 4. Binus menyediakan Produk dan pelayanan yang kualitasnya sebanding dengan harga yang ditawarkan Workplace 1. Binus terorganisir dengan sangat profesional. Environment 2. saya ingin bekerja di Binus apabila (Doorley and ada kesempatan. Garcia, 2007) 3. Binus terlihat sebagai perusahaan yang mempuyai karyawan yang berkualitas. Social and 1. Binus mempunyai standar yang tinggi dalam melayani Environmental customernya Responsibility. 2. Binus mampu menjaga (Doorley and customernya agar tetep nyaman bila di Binus. Garcia, 2007 3. Binus peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tabel 3.3 Operasionalisasi Konsep Brand Reputation (Variebel X) (Sumber : Pengolahan data Penlitian, 2014) Brand Reputation
Emotional Appeal
Deskriptor
Skala Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
57 Variabel
Dimensi
Brand Image
Strength
(Variabel Y)
Brand
Indikator of Atribut
Associations (Keller,
Manfaat
2013)
Sikap
Favorability of
Atribut
Brand
Associations (Keller, 2013) Manfaat
Sikap
Uniqueness of
Atribut
Brand
Associations (Keller,2013 )
Manfaat
Deskriptor
Skala
1. Produk IT dari Binus Center dapat dipercaya karena produk IT Binus yang berkualitas 2. Produk-produk yang disediakan oleh Binus Center baik produk ICT maupun Non-ICT bermanfaat untuk dunia kerja. 3. Saya memutuskan untuk kursus di Binus Center karena percaya dengan keahlian Binus. 1. Binus center menggunakan logo dan nama yang sama dengan Binus yang membuat Binus Center lebih dipercaya dibandingkan kursus center yang lain. 2. Binus Center meyediakan produk yang mempunyai standar yang disamakan dengan standar Binus yang membuat saya percaya oleh karenanya 3. Saya memutuskan untuk memilih Binus Center karena terdapat nama Binus didalamnya
Ordinal
1. Basis IT yang merupakan keunikan Binus membuat Binus Center unggul dibandingkan yang lain. 2. Produk apapun yang disediakan oleh Binus Center berbasis IT yang merupakan keunggulan dari Binus
Ordinal
Ordinal
58 Sikap
3. Saya memutuskan untuk memilih Binus Center karena keunikannya yang mana semua produk yang disediakan berbasis IT
Tabel 3.4 Operasionalisasi Konsep Brand Image (Variabel Y) (Sumber : Pengolahan Data Penelitian, 2014)