BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Umar (2011, 34) metode deskriptif bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu. Dalam penelitian kualitatif menggunakan data yang bukan dalam bentuk skala rasio, tetapi dalam bentuk skala yang lebih rendah, sehingga jelas apa yang akan disamakan dan dibedakan dari apa yang akan diperbandingkan dalam rangka menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian (Umar, 2011, 37). Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa Annual Report bank umum di Indonesia pada tahun 2012 dan 2013. Penelitian ini tergolong sebagai hypotesis testing, yaitu suatu penelitian yang sudah memiliki kejelasan dan gambaran. Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel penelitian. Penelitian ini mengidentifikasi fakta atau peristiwa sebagai variabel yang dipengaruhi (Variabel dependen) dan melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang terpengaruhi (Variabel independen).
3.2. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum konvensional telah go public (terbuka) di Indonesia yang tercatat di Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, serta telah menerbitkan Annual Report pada tahun 2012 dan 2013. Jumlah
53
bank umum di Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia hingga Desember 2014 adalah 120 Bank, terdiri dari 109 bank umum konvensional dan 11 Bank Syariah. Dari 109 bank umum konvensional tersebut tercatat 39 bank telah go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Tabel 3.1 Jumlah Bank Sebagai Obyek Penelitian No
Objek Penelitian 39 (1) 38
Keterangan
1 2
Jumlah Bank di Indonesia yang telah Tbk Jumlah Bank Syariah di Indonesia yang telah Tbk
3
Jumlah Bank Konvensional yang telah Tbk yang IPO setelah tahun 2013
4
Jumlah Bank yang terdaftar di Bursa namun mengalami suspensi pada tahun 2012 dan 2013 Total
(3) 35 (1) 34
Daftar 34 bank konvensional yang telah Tbk pada tahun 2012-2013 sebagai obyek penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Daftar 34 Bank sebagai Obyek Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Bank Pan Indonesia Bank, Tbk Bank Danamon Indonesia,Tbk Bank CIMB Niaga, Tbk Bank Internasional Indonesia, Tbk Bank Permata Tbk Bank Artha Graha Internasional, Tbk Bank OCBC NISP, Tbk Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Bank Mayapada Internasional, Tbk Bank Victoria Internasional, Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank Central Asia , Tbk Bank Mega, Tbk Bank Nusantara Parahyangan, Tbk Bank Pundi Indonesia, Tbk Bank QNB Kesawan, Tbk Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk
Kode PNBN BDMN BNGA BNII BNLI INPC NISP BBNI MAYA BVIC BNBA BBCA MEGA BBNP BEKS BKSW BABP
Tahun Listing 1982 1989 1989 1989 1990 1990 1994 1996 1997 1999 1999 2000 2000 2001 2001 2002 2002
54
Sambungan Tabel 3.2 No. 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Bank Bank of India Indonesia, Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Bank Mandiri (Persero), Tbk Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk Bank Bukopin,Tbk Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk. Bank Capital Indonesia Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk Bank Ekononomi Raharja. Tbk Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Sinarmas, Tbk BPD Jatim Tbk Bank National Nobu Tbk Bank Mestika Dharma Tbk Bank Mitraniaga Tbk
Kode BSWD BBRI BMRI AGRO BBKP SDRA MCOR BACA BTPN BAEK BBTN BJBR BSIM BJTM NOBU BBMD NAGA
Tahun Listing 2002 2003 2003 2003 2006 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2010 2010 2012 2013 2013 2013
Sumber: Data diolah
Sesuai dengan PBI Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank dan SEBI No. 14/35/DPNP perihal Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia, maka bank memiliki kewajiban pengungkapan risiko yang harus diungkapkan dalam Annual Report. Kedua ketentuan tersebut diterbitkan pada tahun 2012 dan mulai berlaku/diimplementasikan bagi seluruh Bank di Indonesia pada saat menyusun Annual Report tahun 2012. Sehingga Annual Report yang digunakan dalam penelitian ini adalah Annual Report tahun 2012 dan 2013. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Umar, 2011, 92). Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel adalah:
55
1. Sampel yang dipilih adalah bank umum konvensional yang telah go public (Terbuka) terdaftar di Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. 2. Sampel yang dipilih adalah bank umum konvensional yang mempublikasikan annual report pada tahun 2012 dan 2013 pada website (situs) perusahaan masingmasing dan juga website (situs) Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). 3. Sampel yang dipilih kemudian adalah bank umum konvensional yang memiliki annual report lengkap pada tahun 2012 dan 2013 dengan data-data lengkap yang terkait dengan variabel penelitian. Berdasarkan hal tersebut kemudian dikumpulkan Annual Report masing-masing bank pada tahun 2012 dan 2013. Sehingga kemudian diperoleh Annual Report bank umum konvensional yang telah go public pada tahun 2012 dan 2013 yang lengkap sebanyak 34 bank dengan jumlah sampel sebanyak 68 Annual Report.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi sebagai metode untuk pengumpulan data. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti Annual Report Bank Umum di Indonesia yang telah dipublikasikan pada tahun 2012 dan 2013 sebagai sampel dalam penelitian. Proses penggunaan metode dokumentasi dengan cara mengumpulkan dan meringkas data yang terkait dengan penelitian. Tahapan selanjutnya dilakukan penelusuran dan pencatatan informasi pada Annual Report yang terkait penelitian yaitu: ukuran bank, profitabilitas, jumlah saham yang diterbitkan ke publik, jumlah anggota komisaris,
56
jumlah rapat dewan komisaris dan adanya komisaris yang berlatar belakang pensiunan dari otoritas pengawas perbankan.
3.4. Definisi Operasional Variabel 1.
Variabel Dependen Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Risk Disclosure. Tingkat corporate risk disclosure diukur dengan menggunakan teknik skoring. Hal ini sesuai dengan penelitian Oorschoot (2009). Skor 1 diberikan untuk item risiko yang diungkapkan oleh perusahaan dan skor 0 bagi item yang tidak diungkapkan oleh perusahaan. Risk disclosure dalam penelitian ini diperoleh dari skor total pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dibagi jumlah item pengungkapan yang diwajibkan. Risiko yang wajib diungkapkan tersebut mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5353) dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/35/DPNP perihal Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia. Dimana dalam 2 (dua) ketentuan tersebut risiko yang wajib diungkapkan meliputi: (1) Risiko kredit, (2) Risiko pasar yang dibagi menjadi risiko suku bunga dan risiko nilai tukar, (3) Risiko likuiditas, (4) Risiko operasional, (5) Risiko hukum, (6) Risiko reputasi, (7) Risiko strategi, dan (8) Risiko kepatuhan.
57
Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kuantitas risk disclosure dalam penelitian ini:
Dimana: RDSBY MAXBY i SCOREiBY
2.
= Skor pengungkapan bank B pada tahun Y = Nilai maksimum yang mungkin dicapai bank B pada tahun Y = Item dalam framework = Skor untuk item i, bank B pada tahun Y
Variabel Independen a.
Ukuran Bank Dalam penelitian ini karena sektor industri yang akan diteliti adalah perbankan di Indonesia maka untuk sampel ukuran bank ditentukan dengan menggunakan jumlah total aset setiap bank yang diungkapkan pada tahunan 2012 dan 2013.
b.
Profitabilitas Rasio profitabilitas pada penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA). Rasio ini berfungsi untuk membandingkan antara pendapatan bersih setelah pajak dengan jumlah aktiva. Rasio ROA ini diperoleh dari informasi ROA yang diungkapkan oleh bank pada tahunan 2012 dan 2013. ROA = Pendapatan Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
58
c.
Jumlah Kepemilikan Saham Publik Jumlah kepemilikan saham oleh publik ditentukan oleh persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak publik. Pengertian publik disini adalah pihak individu yang berada di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Jumlah saham publik tersebut adalah jumlah saham publik yang diungkapkan oleh setiap bank dalam laporan tahunan 2012 dan 2013.
d.
Jumlah Rapat Dewan Komisaris Jumlah rapat dewan komisaris adalah jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat gabungan antara dewan komisaris dengan direksi, yang dilakukan dalam satu tahun, sebagaimana yang disampaikan setiap bank dalam laporan tahunan 2012 dan 2013. Dimana sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, dewan komisaris wajib menyelenggarakan rapat secara berkala sekurangkurangnya empat kali dalam setahun.
e.
Jumlah Anggota Dewan Komisaris Jumlah anggota dewan komisaris direpresentasikan dengan jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan, baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan (independen). Hal ini sesuai dengan jumlah anggota dewan komisaris yang tercatat dalam laporan tahunan 2012 dan 2013.
59
f.
Adanya komisaris yang berlatar belakang pensiunan dari otoritas pengawas perbankan Komisaris yang berlatar belakang pensiunan dari otoritas pengawas perbankan dapat dilihat pada setiap sampel apakah terdapat anggota dewan komisaris yang merupakan mantan/pensiunan pejabat Bank Indonesia.
3.5. Metode Analisis Data/Teknik Pengolahan Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan bagaimana arah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah: RDS = α+β1CSIZE+β2PROFIT+β3ISSUE+β4BSIZE+β5RPTDEKOM+β6BIDEKOM
Dimana: RDS CSIZE PROFIT ISSUE BSIZE RPTDEKOM BIDEKOM
= Risk Disclosure Score = Ukuran Bank = Profitabilitas = Jumlah Kepemilikan Saham Publik = Jumlah anggota Komisaris = Jumlah Rapat Dewan Komisaris = Adanya komisaris yang berlatar belakang pensiunan dari otoritas pengawas perbankan α = Konstanta β1,β2,β3,β4, β5,β6 = Koefisien Regresi
1.
Uji Asumsi Klasik Pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda dapat dilaksanakan setelah memenuhi asumsi klasik, tujuannya adalah agar variabel independen sebagai estimator atas variabel independen tidak bias (Gujarati, 2012, 67).
60
Pengujian
ini
meliputi
uji
normalitas,
uji
multi-kolinieritas
dan
uji
heteroskedastisitas. Adapun penjelasan masing-masing uji asumsi klasik adalah sebagai berikut: a.
Uji Normalitas Uji normalitas diperlukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Untuk melihat residual memiliki distribusi normal atau sebaliknya maka dapat dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2012, 119). Analisis grafik dapat dilakukan dengan melihat “normal probability plot” yang membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggantikan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2014, 119). Untuk meningkatkan hasil uji normalitas data, maka uji statistik yang digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan p-value lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal dan sebaliknya, jika p-value lebih kecil dari 0,05, maka data tersebut berdistribusi tidak normal.
b.
Uji Multikolinearitas Salah satu persyaratan dalam analisis regresi ganda selain normalitas adalah Multikolinieritas. Multikolinieritas adalah tidak adanya hubungan yang
61
linier antara variabel independen. Jika terdapat hubungan linier antar sesama variabel
independen
maka
dapat
dikatakan
model
terkena
masalah
multikolinier. Pengaruh dari multikolineritas hanyalah sulit untuk mendapatkan koefisien dengan standard error yang kecil (Ghozali, 2014, 34). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari: pertama, nilai tolerance dan lawannya serta kedua, Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Apabila nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinieritas.
c.
Uji Heteroskedasitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
Kebanyakan
data
crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). Ada
beberapa
cara
untuk
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas. Salah satunya adalah dengan Metode Grafik. Metode
62
Grafik melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplots antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Ghozali, 2014, 47). Jika ada pola tertentu, misal seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka hal itu mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau homokedastisitas. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih akurat diperlukan uji statistik lain. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Rank Spearman (Ghozali, 2014, 53).
2.
Pengujian Hipotesis Setelah melakukan pengujian normalitas dan pengujian atas asumsi-asumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian Hipotesis 1 (H1). Prosedur ini dilakukan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dengan alat analisis yaitu uji t, uji F dan nilai koofisien determinansi (R2). a.
Uji Stastitik t Menurut Ghozali (2014, 23) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen
63
dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
b.
Uji Stastitik F Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2014, 22). Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi tingkat 0.05 (α = 5%). Variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen jika signifikansi < 0.05 maka hipotesis penelitian akan diterima (koefisien regresi signifikan), tetapi jika variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen maka akan memiliki tingkat signifikansi > 0.05 maka hipotesis penelitian akan ditolak (koefisien regresi tidak signifikan).
64
c.
Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi R2 untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model penelitian dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi R2 adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Jika variabel uji R2 memiliki nilai 0 (nol) atau mendekati 0 (nol), berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen mengalami keterbatasan, tetapi jika variabel uji R2 memiliki nilai 1 (satu) atau mendekati 1 (satu) maka variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2014, 21).
65