BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian Paradigma Kritis merupakan salah satu paradigma yang di munculkan oleh Mazhab Frankurt, dengan seting landasan yang melatar belakanginya yaitu, adanya kondisi perang Dunia I, timbulnya pemogokan, protes – protes yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu, Selain itu pula adanya penindasan yang tidak seimbang dalam bidang ekonomi oleh kaum Borjuis terhadap kaum proletar sehingga menimbulkan ketimpangan – ketimpangan, yang membuat prihatin bagi para pemikir maupun ilmuwan – ilmuwan yang tergabung dalam Frankurt Institute for Social Research. Teori kritis berusaha mengungkap segala tabir yang menutup kenyataan yang tak manusiawi terhadap kesadaran manusia. Semuanya didasari oleh paradigma ilmu pengetahuan yang meletakan kritis Marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya, bahwa paradigma kritis yang di inspirasikan dari teori kritis tidak bisa melepaskan diri dari warisan Marxisme dalam seluruh filosofinya Denzin ( 2000 : 279-280 ) Teori kritis pada satu pihak merupakan salah satu aliran ilmu sosial yang berbasis pada ide-ide Karl Marx dan Engels.93
93 http://agustocom.blogspot.com/2010/05/analisa-wacana-kritis-sebuah-paradigma.html Diakses tanggal 26 Oktober 2014 pukul 09.00 WIB
85
86
Inti pendekatan kritis ini pada dasarnya
sebagai kritik terhadap
positivisme. Mereka menunjukkan bahwa positivisme itu sangat bermasalah, karena pandangannya adalah bagaimana penerapan metode ilmu-ilmu alam pada ilmu-ilmu sosial tak lain dari saintisme dan ideologi, bahkan pendekatan kritis menilai positivisme hanya meng”kontemplasikan” masyarakat, positivisme melestarikan status quo konfigurasi masyarakat yang ada (Budi Hardiman. 2007 :24) Jadi, bagi pendekatan kritis, setiap penelitian harus memperoleh pengetahuan tentang das sein (apa yang ada) dan bukan das sollen (apa yang seharusnya ada). Sehingga yang terjadi pengetahuan tidak mendorong pada perubahan yang lebih baik, namun hanya menyalin data sosial tersebut. Pada ilmu komunikasi khususnya pada kajian media dan budaya. Pendekatan kritis pada umumnya selalu melihat dalam konteks yang luas, tidak hanya pada sebuah level saja namun juga mengeksplorasi level lain yang ikut berperan dalam sebuah peristiwa. Tetapi pendekatan kritis ini bukanlah tanpa cela dan kekurangan. Bahkan hebatnya, pengakuan dari kekurangan dari pendekatan kritis ini datang dari orang yang ikut membesarkan pendekatan ini yaitu Juergen Habermans. Meskipun pendekatan ini sangat tajam namun masih sangat berbau moralistis. Selain itu, sebelum hadinya Habermans, persoalan epistemologi tidak dijabarkan secara langsung oleh pendahulunya (Budi Hardiman, 2007 :24). Habermans juga mengkritik tentang makna pendekatan kritis yang dikembangkan saat in sangat mengikuti arus modernitas, yang ditandai dengan akumulasi modal yang secara rasional dan birokrasi rasional didukung teknologi. Namun justru hal tersebut
87
malah menumpulkan kesadaran kritis tersebut, karena secara sadar atau tidak sadar makna yang didapat adalah bagian dari modernitas yang individualistik.94 3.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini yang diteliti oleh penulis yaitu jenis penelitian deskriptif dengan pedekatan kualitatif. Kualitatif merupakan penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsi dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Sedangkan deskriptif dimana penelitian hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa.
Penelitian yang bersifat deskritif yaitu, menarik teori bukan
menguji teori, dan ciri lainnya ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Deskritif bertujuan untuk mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas social yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.
94 http://butsijournal.wordpress.com/2013/01/25/pendekatan-positivis-konstruktivis-dan-kritis-dalam-metodepenelitian-komunikasi/ diakses tangal 26 oktober 2014 pukul 10.30 WIB
88
3.3 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah melalui sudut pandang kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika menurut Roland Barthes. Mengingat makna merupakan studi, kajian dari analisis semiotika yang pada dasarnya bersifat kualitatif. Metode semiotika bersifat kualitatifinterpretif, yaitu sebuah metode yang memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode (decoding) dibalik tanda dan teks tersebut. Melalui pendekatan semiotika, tanda-tanda didalam Iklan Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair diintervestasikan secara mendalam sehingga didapatkan penjelasan terperinci mengenai makna dibalik tanda yang ada. Dengan metode semiotika Roland Barthes tanda pada ekspresi wajah dan gerakan tubuh diintervetasikan secara mendalam sehingga diharapkan dapat memberikan penjelasan lebih rinci tentang kandungan makna dari tanda pada Iklan Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair yang akan diteliti. Sebelum melakukan analisis menggunakan semiotika, peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan sehingga peneliti dapat menemukan makna dan tanda yang terkandung dalam Iklan Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair.
89
3.4 Unit Analisis Analisis untuk penelitiannya adalah semua scene baik dari segi visual, audio, setting, slogan/tagline yang ada pada iklan terutama dari segi karakter yang ada disetiap scene dalam iklan lux ini pemeran wanita (Bunga Citra Lestari) memiliki keharuman dari sabun mandi yang digunakan dan pada akhirnya membuat laki-laki terpikat dengan menunjukkan kesensulitasannya. 3.5 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Data primer Pada tahap awal, peneliti menentukan terlebih dahulu iklan yang akan digunakan untuk dijadikan objek penelitian melalui media internet yang diunduh dalam website www.youtube.com berupa tayangan iklan televisi sabun mandi lux versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair. Iklan tersebut dipilih dan disesuaikan dengan topic permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan observasi yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori Roland Barthes. 2. Data sekunder Pada tahap ini perolehan data diperoleh melalui pengumpulan data tertulis dari berbagai bentuk cetakan iklan seperti buku, karya tulis ilmiah, jurnal, studi pustaka, artikel-artikel serta internet yang berguna dan memungkinkan dapat melengkapi data-data dalam penelitian ini.
90
3.6 Teknik analisis data Teknik analisis yang digunakan peneliti yaitu kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti kemudian menggunakan metode analisis yang dipakai Roland Barthes yaitu model dua tahap signifikasi dalam melakukan penganalisisan terhadap tanda. Tahap-tahapan yang digunakan sebagai berikut : 1. Tahap denotasi. Dalam tahap ini hubungan antara signifier dan signified dalam sebuah tanda 2. Tahap konotasi. Dalam tahap ini akan terjadi jika si penafsir akan bertemu dengan emosi serta nilai-nilai kebudayaan yang ada. 3. Mitos yang terkandung dalam iklan Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari dan Ashraf Sinclair. Dalam proses analisiskan dipilih beberapa frame dari storyline yang menggunakan berbagai tanda yang berkaitan dengan nilai-nilai sensualitas dalam Iklan Sabun Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair.