24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pikir Hal yang ingin dicapai di dalam penulisan ini adalah suatu konsep
rancangan sistem informasi berupa portfolio yang dapat dikembangkan berdasarkan kebutuhan dari organisasi di mana penelitian dilaksanakan. Pada pelaksanaannya saat ini, uji pemeriksaan kesehatan (urikes) terdapat banyak kelemahan yang terjadi di lapangan, sehingga pada akhirnya mempengaruhi proses dan pengolahan data untuk menjadi informasi yang selalu akurat dan up to date. Dalam pelaksanaannya, urikes dibagi menjadi dua bagian, pertama untuk Perwira tinggi (Pati), Perwira menengah (Pamen) dan PNS setingkat di Rumah Sakit (RSAL) dan kedua untuk Perwira pertama (Pama), Bintara, Tamtama dan PNS setingkat di Dinas Kesehatan (Diskes). Data personel tetap berada di Diskes dan RSAL, karena laporan ke Komandan Satuan berasal dari Diskes terkait. Di dalam penelitian ini, penulis akan melihat pertama kali dari sistem yang berjalan sekarang ini, baik melalui survey ataupun wawancara dengan nara sumber yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Dari hasil penelitian tersebut akan dirumuskan permasalahan yang terjadi pada sistem saat ini. Pada prosesnya, terdapat
faktor
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi
di
dalam
pengembangan sistem informasi urikes ini. Untuk faktor internal, kebijakan Komandan Satuan sangat mempengaruhi kesuksesan di dalam pelaksanaan urikes, karena tanpa pengawasan dan evaluasi dari Komandan Satuan beserta staff
24
25
pelaksanaan urikes terkadang tidak berjalan dengan baik. Selain itu, dari sisi jumlah personel medis juga tidak memenuhi syarat karena dengan sifat pelayanan yang harus menghadapi sekian banyak orang dengan jumlah dan kemampuan medis yang terbatas. Infrastruktur juga sangat mempengaruhi di dalam pelaksanaan urikes, seperti alat-alat medis yang terbatas, komputer terbatas, serta alat tulis kantor yang salah satunya adalah kertas, alat tulis, dan sebagainya. Selain itu, sistem penyelesaian pekerjaan yang masih dilakukan secara manual sangat tidak mendukung di dalam proses urikes ini. Pada faktor eksternal, ketetapan Pemerintah merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi, diantaranya adalah permasalahan anggaran yang disediakan dan ketentuan jumlah personel dengan spesifikasi keahlian medis yang bertugas di lingkungan militer. Dari segala keterbatasan yang ada, maka timbullah permasalahanpermasalahan yang selalu terjadi, seperti kecepatan pemrosesan data, kesulitan dalam pencarian data, kecepatan pembuatan laporan, data yang sulit diakses dan sebagainya. Untuk itulah mengapa diperlukan suatu sistem informasi yang dapat mendukung pelaksanaan urikes dengan tetap menggunakan peralatan pemeriksaan yang ada, agar tingkat kesehatan personel militer dapat selalu terpantau dan terawasi dengan baik. Kemudian dengan membandingkan pada literatur review yang juga telah dilakukan, perancangan sistem urikes dilakukan. Pada akhirnya, rancangan sistem ini akan dievaluasi dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Secara skematis, kerangka pemikiran dari penelitian ini, adalah :
26
Sistem urikes saat ini Faktor Intern : • Pimpinan • Personel • Infrastruktur • Sistem
Faktor Ekstern : Ketetapan Pemerintah
Permasalahan timbul : ¾ Sulit akses data ¾ Waktu proses laporan ¾ Data tidak up to date ¾ Tidak terintegrasi Tinjauan Literatur / Teori Wawancara nara sumber Analisa kebutuhan sistem informasi urikes Perancangan Sistem Informasi Urikes
Evaluasi Rancangan Sistem Urikes Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian
3.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi Diskes berdasarkan pada Surat Keputusan Kasal Nomor Kep/45/III/2009 tanggal 23 Maret 2009. Kedudukan dari Kasi (Kepala seksi) Urikes berada di bawah Kasubdis Kesum (Kepala Sub Dinas Kesehatan Umum) (Gambar 3.2).
27
Kadiskes Armabar Kataud
Kasubdis Kesla
Kasubdis Kesum
Kasubdis Minkes
Kasi Kestasair
Kasi Kurehab
Kasi Minpers
Kasi Kesbair
Kasi Kesprev
Kasi Matkes
Kasi Kesud
Kasi Urikes & Luhkes
Kasi Urkes
Kasi Dukkes Kaur Urikes
Ka BK
Ur Urikes 1
Ka TU
Ur Urikes 2 Kasi Kesla Ur Luhkes Kasi Kesum Kasi Urlat Kasi Polgi
Gambar 3.2. Bagan struktur organisasi Diskes Armabar Sedangkan untuk struktur organisasi Departemen Urikes pada RSAL terdapat di bawah naungan Depkesla (Departemen Kesehatan TNI AL), dengan berdasarkan pada Surat Keputusan Kasal Nomor Kep.155/II/2009 tanggal 12 Februari 2009 (Gambar 3.3)
28
Karumkital Dr.Mintohardjo
Kadepkesla
Kasubdep Dukkes Kasi Opslat
Kasubdep Urikes Kasi Rik Umum
Kasubdep UGD Kasi Bedah Kasi Medis
Kasi Gigi Kasi Jangklin Kasi Rik Spesialis
Kasubdep KUBT (hiperbarik)
Kasi Pol Um
Kasi KUBT Faslog
Kasi Minlog
Kasi Buku / Riwayat Kesehatan
Gambar 3.3 Bagan Organisasi Departemen Kesla RSAL Dr.Mintohardjo
3.3. Analisa Sistem Berjalan Adapun sistem yang berjalan sekarang ini masih secara manual, dengan menggunakan microsoft excel untuk pengumpulan data, dan microsoft word untuk pembuatan laporan. Pelaksanaan urikes pada Diskes dimulai dari pendaftaran, pelaksanaan urikes dengan bercabang pada pemeriksaan mata, gigi, laboratorium, postur dan umum. Kemudian untuk pemeriksaan tersebut akan dilaksanakan tanpa nomor antrian, dimana tempat yang kosong akan dilaksanakan lebih dahulu, agar
29
pada seluruh klinik terjadi kegiatan pemeriksaan. Untuk personel yang menjadi anggota pasukan khusus terdapat pemeriksaan yang merupakan uji kemampuan setelah melaksanakan urikes umum. Setelah itu, data akan diproses untuk menentukan stakes (status kesehatan), jika hasilnya ternyata ada gejala untuk penyakit tertentu yang butuh perawatan khusus, maka akan dirujuk untuk melakukan perawatan ke RSAL. Setelah melakukan perawatan di RSAL, personel tadi harus melaporkan kembali hasilnya ke Diskes untuk direkap dan diproses menjadi laporan hasil urikes ke pimpinan. Tetapi bagi personel yang memiliki gejala penyakit tertentu tetapi dapat ditangani di Diskes, maka tidak ada rujukan ke RSAL. Pemeriksaan klinik seperti ECG (Electrocardiograph) dan rontgen dilaksanakan apabila dari penilaian dokter terdapat suatu indikasi tertentu. Semua proses tersebut berjalan bertahap sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat per satuan kerja (satker). Untuk pemeriksaan kesehatan jiwa dilaksanakan tiap 5 tahun sekali. Namun secara terpisah, untuk tingkat Pati dan Pamen, urikes dilaksanakan langsung di RSAL. Proses pelaksanaan sama dengan di Diskes, hanya laporan hasil urikes akan dikirimkan ke Diskes sebagai data untuk pembuatan laporan. Pemeriksaan pada tingkatan ini lebih lengkap dari yang terjadi di Diskes, karena terdapat rongent dan ECG yang harus dilaksanakan. Kelemahan yang ada bahwa proses dan prosedur dilaksanakan di kedua lokasi dilakukan secara manual. Pengiriman hasil proses urikes dari Rumkit ke Diskes dilaksanakan melalui kurir dan proses pelaporan terjadi dalam waktu yang relatif lama. Disamping itu, sistem tersebut berjalan secara terpisah dan tidak ada integrasi sama sekali. Terkadang personel yang mendapatkan rujukan perawatan
30
di Rumkit tidak melaporkan ke Diskes sehingga pihak dari Diskes sendiri tidak akan mengetahui jika personel tersebut sudah melakukan perawatan sesuai rujukan atau tidak. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pantauan dan pengawasan terhadap perbaikan tingkat kesehatan personel yang didasarkan pada hasil urikes ini. Pencarian datapun sangatlah sulit, misalnya jika terdapat permintaan akan daftar personel berdasarkan pangkat dan status kesehatan (stakes), maka tidak akan dapat langsung diproses, tetapi harus memilih dahulu satu persatu dan kemudian baru dimasukkan ke format tabel laporan.
Stakes merupakan
keterangan status kesehatan personel dalam tingkatan berikut : Tabel 3.1. Jenis stakes Stakes puan/matra B
Keterangan stakes
1.
Jenis stakes I
2.
II
C
Cukup
3.
III
K
Kurang
4.
IV
KS
Kurang Sekali
No
Baik
Keterangan Jika terdapat kekurangan, menjadi +P, yg berarti dengan Perawatan.
Untuk personel yang mendapatkan hasil urikes dengan +P, dapat melakukan
urikes
ulang
untuk
menghilangkan
status
+P-nya,
dengan
melaksanakan perawatan sesuai dengan hasil konsultasi dokter terlebih dahulu. Penambahan +P, dapat berpengaruh kepada hasil urikes bagi personel yang harus menjalankan dinas tertentu, kenaikan pangkat ataupun pendidikan lanjutan. Karena dengan adanya +P, berarti personel tersebut harus melakukan perawatan atau penyembuhan terhadap suatu kondisi yang tidak baik pada tubuhnya.
31
Gambar 3.4. Proses pelaksanaan urikes di Diskes
Gambar 3.5. Proses urikes di Rumkit
31
32
3.4. Proses Klinik Pada setiap klinik, akan dilaksanakan proses pemeriksaan tertentu sesuai dengan bagiannya. Proses ini pada pelaksanaannya adalah sama, baik di Diskes maupun di Rumkit. Adapun proses tersebut dapat terlihat pada gambar berikut : Objek
Proses Kegiatan Test baca
Catat hasil
Ambil sampel darah
Proses laboratorium
Periksa gigi dan mulut
Proses foto
Proses lanjut Analisa Dokter
Catat hasil
Catat hasil
Cetak foto
Catat hasil
Treadmil 12 menit
Cetak grafik
Catat hasil
Konsultasi keluhan
Pemeriksaan Dokter Umum
Catat hasil
Gambar 3.6. Proses Klinik di Diskes dan Rumkit
Selain itu, terdapat pula uji kemampuan yang diperuntukkan bagi personel tertentu, seperti pasukan khusus dan yang berdinas di kapal perang. Untuk uji kemampuan terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
33
a. Uji Kemampuan Tempur, merupakan tes yang diperuntukkan bagi personel yang berdinas di kapal perang dan pasukan khusus (Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Penyelam bawah air (Lambair)) yang memiliki stakes I dan II, dengan berlokasi di Pondok Dayung serta dilaksanakan oleh Diskes. Melakukan tes kesehatan yang terdiri dari anthropometri, ergometri, spirometri, dan dinamometri (Gambar 3.7). Jenis laporan yang dihasilkan adalah stakes puan.
9 9 9 9
Tes : Anthropometri Ergometri Spirometri, Dinamometri,
Catat hasil
Analisa dokter
Gambar 3.7. Proses uji kemampuan tempur b. Uji Kemampuan Matra, merupakan tes kesehatan bagi personel yang berdinas di satuan khusus, seperti Kopaska dan Lambair yang memiliki tanda keahlian / brevet. Pelaksanaan uji kemampuan ini di RSAL setelah pelaksanaan stakes puan, dengan personel yang telah direkap oleh Diskes, dengan pemeriksaan yang terdiri dari anthropometri, ergometri, spirometri, dinamometri, Oxygen Tolerance Test (OTT) dan audiometric (Gambar 3.8). Jenis laporan yang dihasilkan adalah stakes matra dan dikirimkan ke Diskes.
34
Laksanakan urikes puan no
Tes:
Urikes puan?
yes
• • • • • •
Anthropometri Ergomettri Spirometri Dinamometri OTT Audiometri
Catat hasil
Analisa dokter
Gambar 3.8. Proses uji kemampuan matra
Adapun hasil yang didapat dari tes tersebut dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 3.2. Lingkup yang dihasilkan pada urikes untuk puan dan matra No.
Jenis Tes
Hasil Pemeriksaan
1.
Anthropometri
2.
Spirometri (Paru-paru)
Forced expiratory volume (FEV)
Forced vital capacity (FVC)
3
Ergometri (Jantung)
ECG
VO2 Max
Berat badan / tinggi badan
Genggam tangan kanan
Indeks golongan (massa tubuh)
Genggam Punggung tangan kiri
Tungkai
Lemak tubuh
Jml Otot
4.
Dinamometri
5.
Audiometri
Ketajaman pendengaran
6.
OTT
Kekuatan pernafasan khususnya di bawah air
Waktu reaksi
3.5. Perancangan Sistem Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi dan melihat pada kebutuhan pengguna terhadap suatu sistem informasi, maka flow proses yang merupakan kerangka pikir dari rencana perancangan sistem informasi urikes dapat dilihat pada Gambar 3.9. Pada kerangka ini, akan terlihat proses yang sudah
35
terintegrasi antara Diskes dan RSAL serta database server yang berada di RSAL. Dengan sistem yang sudah terintegrasi, maka antara Diskes dan RSAL untuk pengiriman serta penerimaan data dan laporan akan tersaji secara on-line, disamping itu kemampuan untuk akses data akan lebih up to date dan dapat dilaksanakan secara real time dan sharing. Untuk permasalahan mengenai tidak terpantaunya personel yang harus mengalami perawatan, terdapat suatu notifikasi terhadap personel tersebut, baik secara langsung kepada personel tersebut maupun tidak langsung melalui Kepala Satuan Kerja (Kasatker). Hal ini, dapat dilakukan dengan melalui media komunikasi ataupun media elektronik yang ada, sehingga pengawasan terhadap perawatan kesehatan dapat terus berjalan dengan melibatkan semua aspek yang ada. Selain itu, dengan jumlah personel yang terbatas pada departemen urikes, maka dengan adanya sistem informasi ini masalah beban biaya, waktu dan keakuratan data serta informasi dapat teratasi. Diketahui pula bahwa dalam pelaksanaan urikes terlalu dokumen atau paperwork yang kurang efisien. Pada saat dilakukan urikes, tiap personel perlu membawa lembar pemeriksaan yang akan diisi secara manual oleh petugas di tiap klinik. Kemudian dokumen ini akan di serahkan pada petugas Diskes untuk diinput-kan dalam data urikes. Setelah semua data di-input, dokumen tersebut tidak digunakan lagi, sehingga terjadi penumpukan dokumen yang tidak perlu. Hal ini menunjukan tidak efisiennya proses urikes. Karena itu, dengan sistem informasi yang akan dirancang akan dapat mengurangi penggunaan kertas dan dokumen yang merupakan sumber biaya. Petugas urikes dapat secara langsung meng-inputkan hasil pemeriksaan melalui komputer. Dengan database yang terintegrasi, hasil
36
pemeriksaan kesehatan personel dapat diketahui maupun di-update, sehingga tidak terjadi redundansi input data. Petugas Diskes dapat membuat laporan secara langsung dengan fitur yang disediakan, rekap data tidak perlu dilakukan secara manual, serta dapat diketahui jumlah personel yang telah melakukan urikes dan maupun yang belum, sehingga dapat diberi notifikasi atau peringatan. Sedangkan bagi para personel yang memerlukan hasil pemeriksaan urikes dapat membuka pada portal yang disediakan dan mencetak hasil atau membuat laporan. Seperti yang dikatakan diatas, bahwa terdapat dua jenis pemeriksaan, yaitu urikes dan uji kemampuan. Urikes dilakukan oleh seluruh personel, sedangkan uji kemampuan dilakukan oleh pasukan khusus saja. Dengan menggunakan sistem ini, personel telah digolongkan berdasarkan strata, sehingga dapat diketahui personel tersebut harus melakukan uji kemampuan atau tidak. Bentuk form pemeriksaan juga berbeda antar strata, karena uji kemampuan memiliki prosedur pemeriksaan yang berbeda dengan urikes umum. Berhubungan dengan hasil urikes di tiap klinik, sistem yang dirancang akan secara otomatis menunjukkan status stakes para personel. Petugas Diskes hanya perlu menginputkan hasil pemeriksaan dan secara otomatis sistem akan menyesuaikan dengan standar yang ada. Kemudian berdasarkan penilaian tersebut, status kesehatan personel dapat dihitung dan diketahui. Jika personel tersebut memerlukan perawatan, maka diperlukan keterangan tertentu dari dokter yang dapat ditulis pada bagian tersendiri (kotak keterangan) yang menjelaskan alasan personel harus melakukan perawatan.
37
Gambar 3.9. Kerangka Pikir Perancangan Sistem Informasi Urikes
38
3.6. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian kualitatif. Sehingga penelitian dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan diskusi dengan narasumber. Disamping itu, penelitian ini tidak menggunakan hipotesa di dalam pembuktian suatu masalah, namun menggunakan kerangka konseptual di dalam menjelaskan dan mengklarifikasi rancangan yang diajukan.
3.7. Populasi dan Sampel Di dalam penelitian ini populasi dan sampel untuk wawancara dan survey akan diambil dari personel yang termasuk di dalam anggota dari satuan kerja yang terdapat di Koarmabar (Komando Armada TNI AL Kawasan Barat) dan personel yang melakukan urikes di RSAL, serta karyawan atau personel yang bertindak sebagai personel medis terkait. Sedangkan untuk evaluasi perancangan sistem, responden yang dituju adalah kepala bagian terkait, yaitu Kepala Sub Dinas Pengembangan Sistem Disinfolata Armabar, Kadiskes Armabar, Kasi urikes, Kasubdep Urikes, Kepala Administrasi Urikes Diskes Armabar dan Rumkit, dan Kasi Urikes, sehingga jumlah sampel adalah 7 (tujuh) orang.
3.8. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan di lokasi penelitian adalah wawancara dengan nara sumber, yaitu Diskes Armabar dan RSAL Dr. Mintohardjo. Pihak-pihak yang menjadi subjek di dalam wawancara adalah pihak yang berada dalam lingkup satker terkait ataupun personel yang melaksanakan urikes itu sendiri. Hasil
39
wawancara akan diekstrak dan dikategorikan untuk melihat kecenderungan jawaban responden. Disamping itu, juga dilakukan tinjauan terhadap literatur yang terdiri dari jurnal penelitian internasional dan teori-teori yang mendukung baik yang berasal dari pustaka maupun secara online, atau yang sering disebut dengan studi pustaka.
3.9. Model Penelitian Untuk model penelitian yang digunakan adalah prescriptive research model, dengan model incremental dalam perancangan software. Selain itu, menggunakan model Health Care sebagai pendekatan untuk pelaksanaan penelitian dan pengembangan sistem informasi. Rancangan sistem informasi yang dihasilkan melalui penelitian ini akan dibandingkan dengan sistem yang sudah ada untuk pemeriksaan kesehatan pada Diskes dan RSAL, serta akan dilakukan perbandingan pula dengan literatur review yang dilakukan.
3.10. Metode Perancangan Menggunakan metode konseptual dengan UML (Unified Modelling Language), pada konsep rancangan desain sistem informasi menggunakan class diagram, use case diagram, sequence diagram, dan activity diagram (Kendall dan Kendall, 2003). Selain itu, akan dibuat user interface sebagai contoh tampilan dari portal yang digunakan. Class diagram
Usecase
Sequence diagram
Activity diagram
User Interface
Gambar 3.10 Diagram-Diagram UML (Kendall dan Kendall, 2003)
40
Kendall dan Kendall (2003) mengatakan bahwa UML menyediakan peralatan yang berguna untuk analisis dan perancangan sistem. Dengan menggunakan UML, akan memiliki pemahaman yang lebih besar antara IT dan bisnis mengenai kebutuhan sistem dan proses-proses yang dibutuhkan untuk pencapaian kebutuhan sistem.
3.11. Analisa Desain Sistem Sistem yang dirancang akan dianalisa berdasarkan dimensi-dimensi dependability system, yang terdiri dari availability, reliability, safety, dan security (Sommerville, 2008). Availability The ability of system to deliver services when requested
Reliability The ability of the system to deliver services as specified
Dependability Safety The ability of the system to operate without catastrophic failure
Security The ability of the system to protect itself against accidental or deliberate intrusion
Gambar 3.11. Dependability System Dimensions (Sommerville, 2008)
41
3.12. Metode Evaluasi Rancangan Sistem Setelah dilakukan perancangan sistem urikes, maka kemudian akan dilakukan evaluasi rancangan sistem dengan menggunakan metode TAM (Technology Acceptance Model) untuk menilai atau memperoleh umpan balik dari pihak-pihak yang bersangkutan, seperti personel, petugas, maupun kepala bagian Diskes dan Rumkit atas rancangan sistem dalam penelitian ini. Davis (1993) mengatakan bahwa untuk mengetahui kecenderungan sikap user untuk menggunakan atau dalam penggunaan teknologi dapat digunakan model TAM. Model ini menjelaskan faktor-faktor perilaku pengguna terhadap penerimaan penggunaan teknologi (Wibowo, 2008). Terdapat beberapa dimensi yang mempengaruhi penerimaan teknologi oleh user, yaitu perceived ease of use, perceived usefulness, attitude toward using, intention to use, dan actual usage. perceived ease of use dan perceived usefulness adalah sebagai prediktor terhadap attitude toward using, intention to use, dan actual usage.
Gambar 3.12. Technology Acceptance Model Dimensions (Davis, 1993)
Dalam penelitian ini, evaluasi hanya akan menggunakan 4 (empat) dimensi TAM, yaitu perceived ease of use, perceived usefulness, attitude toward using, dan
42
intention to use, karena penelitian ini hanya berupa rancangan proses. Sebelum mengisi kuesioner TAM, hasil dari penelitian ini akan dipresentasikan pada user, sehingga user dapat melihat proses dan tampilan yang ditawarkan, berserta manfaat dan perubahan dari proses sebelumnya yang manual menjadi sistem urikes yang terkomputerisasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, user diminta untuk mengisi kuesioner TAM untuk melihat pandangannya terhadap rancangan sistem urikes. Terdapat beberapa pertanyaan atau pernyataan untuk masing-masing dimensi TAM, yang akan dinilai oleh responden berdasarkan skala Likert 1 (satu) hinggal 5 (lima), dari sangat setuju (1) hingga sangat tidak setuju (5). •
Perceived Ease of Use (PEOU) adalah pandangan user tentang kemudahan dalam menggunakan teknologi, mudah dipahami, dipelajari, dan digunakan. o I found the portal easy to use o Learning to use this portal would be easy for me o My intraction with the portal was clear and understandable o It would be easy for me to find information at the site
•
Perceived Usefulness (PU) adalah kepercayaan user bahwa teknologi dapat memberikan manfaat jika digunakan. o Using this portal would enhance effectiveness in medical checkup o Using this portal would improve medical checkup performance o Using this portal would increase productivity o I found the portal usefull
43
•
Attitude Toward Using (ATU) adalah sikap user baik berupa penerimaan atau penolakan untuk menggunakan teknologi. o I dislike the idea of using this portal o I gave a generaly favorable attitude toward using this portal o I believe it would be a good idea to use this portal for medical checkup process o Using this portal is a foolish idea
•
Intention to Use (ITU) adalah keinginan user untuk memakai teknologi tersebut. Tingkat penggunaan teknologi komputer dapat dilihat dari perhatian user atas teknologi tersebut, seperti penambahan perangkat, motivasi untuk menggunakan, dan keinginan untuk memotivasi pengguna lain (Wibowo, 2008). o I intend to use the portal when medical checkup in process o I would return to this portal often when medical checkup in process o I intend to visit this portal frequently