BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
DESAIN Penelitian ini menggunakan desain cross sectional untuk menilai hubungan linear
peningkatan MPV dengan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas pasien sepsis berat di RSUP H. ADAM MALIK MEDAN.
3.2
TEMPAT DAN WAKTU
3.2.1
Tempat Penelitian ini dikerjakan di Rumah Sakit Haji Adam Malik.
3.2.2
Waktu Oktober 2015 sampai dengan sampel terpenuhi.
3.3
POPULASI DAN SAMPEL
3.3.1
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien sepsis berat yang baru masuk ke
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik sejak Oktober 2015 sampai dengan sampel terpenuhi. 3.3.2
Sampel
Seluruh sampel sepsis berat yang memenuhi kriteria inklusi.
44
Universitas Sumatera Utara
46
3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI 3.4.1
3.5
Kriteria Inklusi
Berumur > 18 tahun
Pasien bersedia menjadi sampel penelitian
PERKIRAAN BESAR SAMPEL Untuk menentukan besar sampel tunggal minimal pada uji hipotesis
dengan menggunakan koefisien korelasi (r), maka rumus yang digunakan adalah : 2
𝑧𝛼 + 𝑧𝛽 𝑛= 0.5 ln 1 + 𝑟 / 1 − 𝑟 1.96 + 0.842 𝑛= 0,5In 1 + 0.34/(1 − 0,34)
+3 2
+ 3 ≈ 76
Dengan : n
=
besar sampel
Z
=
1,96 (adalah deviat baku pada
=
tingkat kemaknaan (0,05 )
Z
=
0,842 (adalah deviat baku pada
1–
=
power (80%)
r
=
perkiraan koefisien korelasi (0,34).
0,05 )
20% )
Dari perhitungan diatas maka didapatkan besar sampel untuk penelitian ini adalah sebesar 76 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
Universitas Sumatera Utara
47
3.6 ALAT DAN BAHAN 3.6.1 Alat Pemeriksaan darah lengkap dengan alat Cell Dyne 3700 Lembar observasi pasien. Lembar hasil laboratorium klinik. Lembar penjelasan tentang penelitian Lembar persetujuan ikut dalam penelitian. Lembar penilaian skor APACHE II Alat tulis. Plester hypapix Spuit 3 cc dan spuit 10 cc
3.6.2 Bahan
Heparin Sodium (inviclot)
Alkohol 70%
Sarung tangan steril
Kassa steril
Povidone Iodine 10%
Tabung serum ( 1 buah )
Torniquet
3.7 CARA KERJA 1.
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat informed consent dan disetujui oleh komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Haji Adam Malik.
2.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan september 2015 sampai sampel terpenuhi.
3.
Relawan (PPDS Anestesi tahap III) dilatih untuk melakukan seleksi pasien sesuai kriteria penelitian melalui anamnese (gejala, riwayat
Universitas Sumatera Utara
48
penyakit terdahulu, riwayat pemakaian obat), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya, dan selanjutnya peneliti mengkonfirmasi ulang apakah memang sampel memenuhi kriteria penelitian. 4.
Pengambilan spesimen darah pasien yang sudah diseleksi oleh relawan dilakukan oleh paramedis laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.
5.
Pengambilan spesimen darah untuk darah lengkap diambil dalam satu spesimen yang sama pada hari yang sama setelah pasien dinyatakan memenuhi kriteria penelitian oleh relawan.
6.
Setelah spesimen didapat lalu dianalisa,berapa nilai MPV yang diperoleh serta skor APACHE II.
Universitas Sumatera Utara
49
3.8 KERANGKA KERJA Populasi Sepsis berat HARI I
Kriteria inklusi
DIDIAGNOSA SEPSIS BERAT
PENGUKURAN NILAI MPV
PENGUKURAN SKOR APACHE II
SAMPEL
PENINGKATAN MPV
PENINGKATAN SKOR APACHE II
MORTALITAS
Software SPSS 17
ANALISA STATISTIK ANALISIS UNIVARIAT
UJI KOLMOGOROF SMIRNOF
UJI DISKRIMINASI
Sensitivitas, Spesifisitas, PPV, NPV, LR, ROC, AUC
ANALISIS BIVARIAT
● Uji korelasi Pearson distribusi normal ● Uji korelasi Spearmen distribusi tidak normal ● Regresi Linear
3.9
IDENTIFIKASI VARIABEL 3.9.1
Variabel Tergantung : Nilai skor APACHE II.
3.9.2
Variabel Bebas : Nilai MPV.
Universitas Sumatera Utara
50
3.10
DEFINISI OPERASIONAL Mean Platelet Volume ( MPV ) merupakan suatu hitungan matematis yang
menggambarkan ukuran rata-rata trombosit (variasi ukuran sel). Darah dengan antikoagulan EDTA segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan morfologi trombosit ( MPV ) menggunakan alat Cell Dyne 3700 dan diindentifikasi dari blood film dengan pewarnaan Giemsa. Nilai MPV akan diperoleh dalam bentuk numerik. Nilai normal MPV : 7.0 – 10,2 fL.
Skor APACHE II Skor APACHE II adalah hasil penjumlahan dari 12 variabel fisiologis (acute physiologic score) (APS), umur dan riwayat penyakit kronik. Untuk setiap variabel fisiologis, nilainya dicatat pada 24 jam pertama. Variabel variabel yang masuk dalam sistem skor APACHE II dan bobot nilainya didefinisikan sebagai berikut: A. Variabel fisiologis terdiri dari 12 bagian, yaitu : 1. Suhu tubuh (° C ): suhu tubuh perifer, pilih nilai terburuk ( rendah atau tinggi ) dalam 24 jam : ≤29 (4), 30-31,9 (3), 32-33,9 (2), 3435,9(1), 36-38,4 (0), 38,5-38,9 (1), 39-40.9(3), ≥41(4). 2. Tekanan arteri rata-rata ( (2diastolik + sistolik ) / 3) : nilai terburuk (rendah atau tinggi) dalam 24 jam : ≤49 (4), 50-69 (2), 70-109 (0), 110-129 (2),130-159(3),≥160 (4). 3. Laju nadi ( semenit ): dipilih nilai terburuk (rendah atau tinggi) dalam 24 jam: ≤39(4), 40-54(3), 55-69 (2), 70-109 (0), 110-139 (2),140-179(3),≥180(4). 4. Laju nafas (semenit ,dengan atau tanpa ventilasi mekanik): dipilih nilai terburuk (rendah atau tinggi ) dalam 24 jam: <5(4), 6-9(2), 1011(1), 12-24(0), 25-34(1), 35-49(3),≥50(4). 5. Oksigenasi (A-aDO2 atau PaO2)
Universitas Sumatera Utara
51
a) Bila FiO2 >0.5 :A-aDO2 : <200(0),200-349 (2), 350-499(3), ≥500 (4),dengan A-aDO2 =((760-47) x FiO2 –PaCO2 –PaO2) →PaO2 dan PaCO2 dalam mmHg . b) Bila FiO2 <0.5 : PaO2 (mmHg): <55(4), 55-60(3),61-70(1), >70(0). c) Bila tidak ada analisis gas darah,nilai serum HCO3 (vena) :> 52 (4), 41-51 (3), 32-40,9(1),22-31,9(0), 18-21.9(2), 15-17.9(3), <15(4). 6. pH darah arteri : 7,15 (4), 7,15-7.24(3), 7,25-7,32(2),7,337,49(0),7,5-7,59(1), 7,6-7.69(3),≥7.7 (4). 7. Natrium serum (mmol/L ):pilih nilai terburuk, (tinggi atau rendah) dalam 24 jam : ≤110 (4), 111-119(3), 120-129(2), 130-149 (0), 150-154(1), 155-159 (2), 160-179 (3),≥180 (4). 8. Kalium serum (mmol/L) : pilih nilai terburuk, (tinggi atauredah) dalam 24 jam: <2,5(4), 2,5-2,9 (2), 3,0-3,4 (1), 3,5-5,5 (0), 5,6-5,9 (1), 6,0-6,9(3),≥7(4). 9. Kreatinin
serum
(mg/dL)
:
nilainya
digandakan
pada
penderita gagal ginjal akut :<0,6 (2), 0,6-1,4 (0), 1,5-1,9(2), 2,03,4(3),≥3,5(4). 10. Hematokrit (%):<20(4),20-29 (2), 30-45,9(0),46-49.9(1), 5059,9(2),≥60(4). 11. Leukosit (per mm3 ): pilih nilai terburuk baik tinggi maupun rendah : <1000 (1), 1000-2900(2), 3000-14900(0), 1500019900(1), 20000-39900 (2),≥40000(4). 12. Skala koma Glasgow (GCS) : pilih nilai terendah selama 24 jam,tanpa sedasi ; nilainya adalah 15 – GCS ( contoh :GCS 9 maka nilainya adalah 15-9=6). B. Umur pasien dalam tahun dibulatkan sampai ulang tahun terakhir :<40 (0), 44-54 (2), 55-64 (3), 65-74 (5), ≥75 (6). C. Insufisiensi organ kronik : jika terdapat insufisiensi organ kronik maka diberikan tambahan 5 angka bagi pasien paska operasi gawat darurat
Universitas Sumatera Utara
52
dan medis non operasi. Yang termasuk insufisiensi organ kronis adalah : penyakit hati (sirosis dengan hipertensi portal atau ensefalopati),
penyakit kardiovaskular
( dengan keterbatasan
aktivitas fisik / FC 4 ), penyakit paru (hipoksemia atau hiperkarbia kronik atau polisitemia atau hipertensi pulmonal > 40 mmHg), insufisiensi ginjal (pasien dengan dialisis kronis ), gangguan imunitas ( pasien dengan terapi atau penyakit depresi sistem imun).
Areas of mottled skin Areas of mottled skin adalah daerah kulit yang mengalami bercak-bercak merah atau ungu.
Capillary refilling time Capillary refilling time adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kembali kapiler yang kosong. Normalnya < 3 detik.
Renal replacement therapy Renal replacement therapy adalah terapi pengganti ginjal digunakan untuk mendukung kehidupan pasien dengan gagal ginjal, termasuk di dalamnya adalah hemodialisa, peritoneal dialisa, hemofiltrasi, dan transplantasi ginjal.
Disseminated intravascular coagulation (DIC) DIC adalah suatu gangguan trombohemoragik sistemik yang kompleks termasuk pembentukan fibrin di intravaskular dan konsumsi dari prokoagulan dan trombosit. Kondisi klinis akhir ditandai dengan koagulasi intravaskular dan pendarahan.
Acute lung injury - acute respiratory distress syndrome (ALI-ARDS) ALI- ARDS didefinisikan sebagai berikut: Onset akut Infiltrate bilateral pada RX dada
Universitas Sumatera Utara
53
Tidak ada bukti gagal jantung kongestif (Pulmonary Wedge Pressure < 18 mmHg) PaO2 / FiO2< 300 mmHg = ALI PaO2 / FiO2< 200 mmHg = ARDS
Cardiac disfunction Cardiac disfunction adalah gangguan disfungsi jantung yang didapati dari hasil ekokardiografi.
Sensitifitas:memperlihatkan kemampuan alat diagnostik untuk mendeteksi penyakit. Kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan positif bila dilakukan pada sekelompok subjek yang sakit.
Consecutive sampling adalah semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.
Spesifisitas : Menunjukkan kemampuan alat diagnostik utk menentukan bahwa subjek tidak sakit. Kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan negatif bila dilakukan pada sekelompok subjek yang sehat.
Positive Predictive Value (Nilai prediktif positif): Probabilitas seseorang menderita penyakit apabila uji diagnostiknya positif. = A : (A+B)
Negative Predictive Value (Nilai prediktif negatif): Probabilitas seseorang tidak menderita penyakit apabila uji diagnostiknya negatif. = D : (C+D)
Likelihood ratio positif (LR+): Menunjukkan berapa besar kemungkinan suatu test memberikan hasil positif pada orang yang sakit dibandingkan pada orang sehat. = { a/(a+c)} / {b/(b+d)} = sensitifitas / (1- spesifisitas)
Likelihood ratio negatif (LR-) : Menunjukkan berapa besar kemungkinan suatu test memberikan hasil negatif pada orang yang sakit dibandingkan pada orang sehat.
Universitas Sumatera Utara
54
= { c/(a+c)} / {d/(b+d)} = (1- sensitifitas ) / spesifisitas)
3.11 RENCANA MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA 1.
Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, kemudian data tersebut diperiksa kembali tentang kelengkapannya sebelum ditabulasi dan diolah. Lalu data tersebut diolah dengan menggunakan software analisa data.
2.
Analisis Univariat, untuk mengetahui deskripsi karakteristik masingmasing variabel dan dinilai dengan frekuensi, rerata dengan standar deviasi. Pada analisis univariat juga dilakukan uji normalitas data nilai Mean Platelet Volume dengan skor APACHE II menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
3.
Uji diskriminasi, dilakukan untuk menentukan kemampuan nilai MPV dalam membedakan pasien mana yang kemungkinan mortalitasnya tinggi dengan menghitung sensitifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, likelihood ratio yang kemudian dinyatakan dengan receiver operating curve (ROC), luas daerah di bawah kurva (Area Under the Curve) merupakan indeks keseluruhan nilai estimasi. Mendekati 1(satu) berarti kekuatan estimasi semakin baik, dibawah 0.5 berarti
kekuatan
estimasinya semakin buruk.
Universitas Sumatera Utara
55
4.
Analisis Bivariat untuk menentukan hubungan antara variabel prediktor nilai MPV dengan skor APACHE II. Dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson bila data diatas berdistribusi normal. Bila tidak normal digunakan uji korelasi Spearman. Untuk menganalisa hubungan linier antara nilai MPV dan skor APACHE II digunakan regresi linier.
5.
Interval kepercayaan 95% dengan nilai p <0,05 dianggap bermakna secara signifikan.
3.12
MASALAH ETIKA Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari komisi etik penelitian
bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan RSUPHAM. Pasien ataupun keluarga pasien sebelumnya diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Kemudian diminta mengisi formulir kesediaan subjek penelitian (informed consent). Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tindakan yang sudah lazim dan dikerjakan sesuai standar serta bersifat observasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1
Karakteristik Demografi Penelitian ini diikuti oleh sebanyak 76 subyek yang telah memenuhi
kriteria inklusi. Subyek berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42 orang (55,3%) dengan rerata umur 48,58 tahun. Subyek sebagian besar berasal dari departemen bedah digestif (30,3%). Lebih dari sebagian subyek dengan gagal ginjal akut (61,8%) dan dengan insuffisiensi organ kronis sebanyak 41 orang (53,9%).
Tabel 4.1
Karakteristik Demografi Subyek Penelitian
Karakteristik Demografi
n = 76
Jenis Kelamin, n (%) Laki-laki Perempuan Umur, rerata (SB), tahun Departemen, n (%) Bedah Digestif Bedah Plastik Bedah Saraf Bedah Urologi Interna Kardiologi Neurologi Obgyn Orthopedi Pulmonologi Gagal Ginjal Akut, n (%) Ya Tidak Insufisiensi Organ Kronis, n (%) Ya Tidak
42 (55,3) 34 (44,7) 48,58 (14,37) 23 (30,3) 2 (2,6) 2 (2,6) 13 (17,1) 19 (25) 4 (5,3) 3 (3,9) 1 (1,3) 1 (1,3) 8 (10,5) 47 (61,8) 29 (38,2) 41 (53,9) 35 (46,1)
55
Universitas Sumatera Utara
56
4.2
Karakteristik Klinis dan Laboratorium Tabel 4.2 berikut menjelaskan hasil pemeriksaan dan laboratorium kimia
darah. Hasil pengukuruan MPV dan skor APACHE II tertera pada tabel tersebut.
Tabel 4.2
Karakteristik Klinis dan Laboratorium
Karakteristik Klinis dan Laboratorium MPV, rerata (SB), fL APACHE II, rerata (SB) *Kolmogorov Smirnof
Rerata
SB
Min - Mak
p*
9,80 19,64
0,74 6,6
8 – 11,2 8 – 34
0,029 0,026
Rerata MPV diketahui 9,80 fl dengan nilai terendah 8 fL dan tertinggi 11,2 fL. Untuk hasil pengukuran skor APACHE II didapatkan nilai terendah adalah 8 dan tertinggi 34 dengan rerata 19,64.
4.3
Nilai Diagnostik MPV dan Skor APACHE II untuk Memprediksi Mortalitas
4.3.1
Menggunakan Kurva ROC Nilai MPV dalam studi ini tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi
terjadinya mortalitas pada pasien yang mengalami sepsis berat (p>0,05). Dari hasil analisis menggunakan kurva ROC diperoleh bahwa area di bawah kurva (AUC) ROC adalah 58,2% (95% CI: 45,1% - 71,2%; p = 0,223). Sedangkan untuk skor APACHE II memiliki kemampuan yang sedang (AUC=70,45%) untuk memprediksi mortalitas. Dari hasil analisis menggunakan kurva ROC diperoleh bahwa area di bawah kurva (AUC) ROC adalah 70,4% (95% CI: 58,6% - 82,2%; p = 0,002). Hasil analisa ini dapat dilihat berdasarkan kurva ROC yang terlampir pada gambar 4.1 dibawah ini
Universitas Sumatera Utara
57
APACHE II MPV
Gambar 4.1 Kurva ROC MPV dan Skor APACHE II
4.3.2
1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
Nilai Sensitifitas, Spesifisitas, dan Cut Off Point Skor APACHE II terhadap Mortalitas
Sensitifitas Spesifisitas
Gambar 4.2 Kurva sensitifitas dan spesifisitas Skor APACHE II terhadap Mortalitas Berdasarkan kurva sensitifitas dan spesifisitas pada gambar 4.2 maka diperoleh nilai Cut Off untuk APACHE II adalah 19. Dengan menggunakan cut
Universitas Sumatera Utara
58
off point 19 maka didapatkan nilai sensitivitas APACHE II adalah 65,9% dan spesifisitas 65,7%. Tabel 4.3
Sensitivitas, spesifisitas, positive dan negative predictive value dari APACHE II terhadap Mortalitas Mortalitas
APACHE II Ya
Tidak
≥ 19
27
12
< 19
14
23
Sensitifitas
Spesifisitas
NPP
NPN
65,9
65,7
69,2
62,2
Nilai Prediksi Positif (NPP) APACHE II adalah sebesar 69,2% dan Nilai Prediksi Negatif (NPN) adalah 62,2%.
4.3.3
Menggunakan Nilai Cut Off 25 Berdasarkan nilai cut off = 25 diperoleh sensitiftas APACHE II dalam
memprediksi mortalitas hanya sebesar 29,3% dengan spesifisitas mencapai 97.1%. Nilai prediksi positif adalah sebesar 92,3% dan nilai prediksi negatif mencapai 54%. Tabel 4.4
Sensitivitas, spesifisitas, positive dan negative predictive value dari APACHE II terhadap Mortalitas dengan Cut Off 25 Mortalitas
APACHE II Ya
Tidak
> 25
12
1
≤ 25
29
34
Sensitifitas
Spesifisitas
NPP
NPN
29,3%
97,1%
92,3%
54%
Universitas Sumatera Utara
59
4.4
Korelasi MPV dan Skor APACHE II Hasil analisis korelasi MPV dan skor APACHE II ditampilkan dalam tabel
4.5.
Tabel 4.5
Korelasi MPV dan APACHE II APACHE II
MPV
P
r (Korelasi)
0,006
0,314
Dengan menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi lemah yang signifikan (p=0,006) antara MPV dan APACHE II dengan nilai r (korelasi) = 0,314. Tanda positif nilai korelasi menandakan bahwa
APACHE II
peningkatan nilai MPV akan diikuti pula dengan peningkatan skor APACHE II.
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Korelasi MPV dan APACHE II
Universitas Sumatera Utara
60
4.5
Perbedaan Nilai MPV dan APACHE II berdasarkan Terjadinya Mortalitas
Tabel 4.6
Perbedaan Nilai MPV dan APACHE terjadinya mortalitas Mortalitas
MPV, rerata (SB), fl APACHE II, rerata (SB) *Mann Whitney
Ya
Tidak
9,92 (0,64) 21,76 (6,81)
9,66 (0,84) 17,17 (5,46)
II
berdasarkan
p* 0,222 0,002
Rerata MPV pada kelompok subyek yang meninggal adalah 9,92 fl dan pada kelompok subyek yang tidak meninggal adalah 9,66 fl. Tidak ditemukan perbedaan rerata MPV yang signifikan antara subyek sepsis yang meninggal dan yang hidup. Hasil berbeda ditunjukkan oleh skor APACHE II. Rerata APACHE II pada kelompok subyek yang meninggal jauh lebih tinggi yaitu 21,76 dibandingkan kelompok subyek sepsis yang masih hidup yaitu 17,17. Dengan mengggunakan uji Mann Whitney ditemukan perbedaan rerata APACHE II yang signifikan antara dua kelompok subyek (p=0,002).
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Prediktor mortalitas pada pasien yang dirawat di UPI merupakan hal yang penting untuk menentukan tindakan perawatan selanjutnya. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari prediktor mortalitas yang akurat terhadap pasienpasien yang dirawat di UPI. Sistem skor APACHE II merupakan sistem skoring yang telah diakui kesahihannya dalam memprediksi mortalitas pasien di UPI. Namun dalam tatalaksananya penilaian skor APACHE II begitu kompleks dengan banyak variabel yang harus diperiksa dan ini akan sangat berpengaruh terhadap lamanya hasil yang diperoleh serta pembiayaan yang dikeluarkan akan lebih tinggi. Nilai Mean Platelet Volume ( MPV ) adalah salah satu indikator prognosis yang juga digunakan pada pasien sakit kritis di UPI. Untuk kasus sepsis peningkatan MPV juga dihubungkan dengan suatu keluaran yang buruk. Dalam beberapa penelitian lain menunjukkan sitokin seperti interleukin-3 (IL-3), atau interleukin-6 (IL-6) pada pasien sepsis mempengaruhi ploidi megakariosit dan dapat menyebabkan produksi trombosit yang lebih reaktif dan berukuran lebih besar. Dan hal ini yang menggambarkan peningkatan MPV. Penelitian ini diikuti oleh 76 subyek yang telah memenuhi kriteria inklusi. Subyek berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42 orang (55,3%) dengan rerata umur 48,58 tahun. Sebagian besar subyek (23,7%) bekerja sebagai wiraswasta dengan pendidikan terbanyak adalah S1 sebanyak 26 orang (34,2%). Batak merupakan suku terbanyak (47,4%) dan beragama Islam sebanyak 41 orang (53,9%). Subyek sebagian besar berasal dari departemen bedah digestif (30,3%). Lebih dari sebagian subyek dengan gagal ginjal akut (61,8%) dan dengan insufisiensi organ kronis sebanyak 41 orang (53,9%). Dalam penelitian ini nilai MPV tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi terjadinya mortalitas pada pasien yang mengalami sepsis berat (p>0,05).
61
Universitas Sumatera Utara
62
Dari hasil analisis menggunakan kurva ROC diperoleh bahwa area di bawah kurva (AUC) ROC adalah 58,2% (95% CI: 45,1% - 71,2%; p = 0,223). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh sadaka dkk tahun 2014 serta kukukardali dkk tahun 2010 bahwa nilai MPV tidak menggambarkan korelasi yang signifikan sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis. Hal ini disimpulkan dalam penelitian sebelumnya karena MPV hanya potensial digunakan sebagai prediktor pada fase awal timbulnya sepsis ketika pengaktifan dari sistem koagulasi sangat dominan, namun tidak pada keadaan sepsis berat ataupun syok sepsis dimana pada tahap ini faktor koagulasi banyak yang sudah mengalami deplesi atau bahkan sampai pada tahap penurunan jumlah trombosit. Sehingga sangat dibutuhkan penelitian lanjutan yang membandingkan nilai MPV pada pasien SIRS, sepsis, sepsis berat, dan syok sepsis. Faktor perancu lain yang bisa mempengaruhi hasil dari MPV adalah jumlah sampel yang terbatas, perbedaan karakteristik pasien, teknik pengambilan darah yang berbeda untuk memperoleh nilai MPV, serta alat penunjang diagnostik untuk memperoleh nilai MPV tidak bisa dihomogenisasi sesuai dengan penelitian lain yang memperoleh hasil signifikan. Selain dari itu banyak faktor juga yang dapat mempengaruhi peningkatan langsung dari MPV. Contohnya pada penderita diabetes mellitus, pasien stroke, kelainan infark jantung yang pernah diteliti dan menunjukkan pengaruh yang signifikan dari nilai MPV. Dikarenakan alasan itu maka dibutuhkan kriteria eksklusi yang lebih sensitif untuk menghindarkan faktor perancu yang dapat mempengaruhi nilai MPV. Berbeda dengan penelitian Eberhardt dkk tahun 2013 sebagai kesimpulan dalam penelitian tersebut bahwa nilai MPV bisa digunakan sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis dengan (AUC) ROC adalah 71 %. Hal ini mungkin sangat dipengaruhi oleh jumlah sampel yang jauh lebih besar seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam penelitian ini skor APACHE II juga ikut dianalisa. Skor APACHE II memiliki kemampuan yang sedang (AUC=70,45%) untuk memprediksi mortalitas menurut hasil penelitian ini. Dari hasil analisis menggunakan kurva ROC diperoleh bahwa area di bawah kurva (AUC) ROC adalah 70,4% (95% CI: 58,6% - 82,2%; p = 0,002), sehingga dapat dihitung sensitivitas, spesifisitas dan cut off point. Berdasarkan kurva sensitifitas dan spesifisitas yang tertera pada hasil
Universitas Sumatera Utara
63
penelitian maka diperoleh Cut Off point untuk APACHE II adalah 19. Dengan menggunakan cut off point 19 maka didapatkan nilai sensitivitas APACHE II adalah 65,9% dan spesifisitas 65,7%. Nilai Prediksi Positif (NPP) APACHE II adalah sebesar 69,2% dan Nilai Prediksi Negatif (NPN) adalah 62,2%. Dengan menggunakan Cut Off 25, sensitifitas APACHE II dalam memprediksi mortalitas sebesar 29,3% dengan spesitifitas mencapai 97,1%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Zhou dkk dengan cut off
APACHE II > 25
diperoleh sensitivitas 84,6% dan spesitifitas 74,1% dengan AUC 80,8% (95% CI: 70,4% - 91,2%; p < 0,001). Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh jumlah sampel yang terbatas, perbedaan karakteristik pasien, tidak homogennya sistem pelayanan kesehatan, dan teknik pengambilan darah serta kalkulasi yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan serta tidak adanya kriteria eksklusi seperti halnya untuk mendapatkan nilai MPV, sehingga hal – hal tersebut dapat mempengaruhi angka mortalitas pasien yang menggunakan standar skor APACHE II. Penelitian ini juga melihat korelasi antara nilai MPV dengan skor APACHE II. Dan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi lemah yang signifikan (p=0,006) antara MPV dan APACHE II dengan nilai r (korelasi) = 0,314. Tanda positif nilai korelasi menandakan bahwa peningkatan nilai MPV akan diikuti pula dengan peningkatan skor APACHE II. Hal ini sangat sesuai dengan penelitian kukukardali dkk yang juga menunjukkan korelasi antara MPV dan skor APACHE II (r: 0.34, p< 0.05). Dari pembahasan di atas didapatkan bahwa penelitian dengan hipotesa dimana ada hubungan antara nilai MPV dengan skor APACHE II pada pasien sepsis berat di RSUP H. Adam Malik Medan didapati hasil yang signifikan secara statisik, namun MPV belum bisa digunakan sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis berat karena hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MPV tidak menunjukkan korelasi dengan angka mortalitas pasien secara statistik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN 1.
Nilai MPV tidak dapat dijadikan alternatif untuk menggantikan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas pasien sepsis berat yang dirawat di RSUPHAM.
2.
Nilai MPV tidak menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap angka mortalitas (p>0,05)
3.
Skor APACHE II dapat dijadikan prediktor mortalitas pasien sepsis berat di RSUPHAM. Dimana secara statistik didapatkan cut off point dari skor APACHE II adalah 19 dengan sensitifitas 65,9 % dan spesifisitas 65,7 %.
6.2 SARAN 1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membedakan nilai MPV pada pasien SIRS, sepsis, sepsis berat, dan syok septik. Karena dari penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa nilai MPV tidak signifikan sebagai prediktor mortalitas. Dimana peningkatan MPV dikatakan hanya didapati pada fase awal sepsis dan akan menurun kembali pada fase dimana faktor koagulasi banyak yang mengalami deplesi yaitu pada keadaan sepsis berat maupun syok septik. Hal ini perlu dibuktikan dengan beberapa penelitian selanjutnya.
2.
Untuk mendapatkan data yang valid mengenai nilai MPV sebagai prediktor mortalitas perlu dipertimbangkan beberapa faktor perancu yang dapat mempengaruhi nilai MPV. Hal ini dianggap penting memasukkan beberapa kriteria eksklusi untuk meminimalisir timbulnya bias penelitian.
64
Universitas Sumatera Utara