BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang.51 Paradigma membantu merumuskan apa yang seharusnya dijawab, dan bagaimana menjawabnya serta aturan – aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan tersebut.52 Macam paradigma itu sendiri ternyata bervariasi. Guba dan Lincoln (1994) menyebut 4 (empat) macam paradigma : Positivisme, post positivisme, konstruktivisme, dan teori kritis. 53 Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma Konstruktivisme dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian dalam paradigma Konstruktivisme adalah memahami dan membentuk ulang konstruksi-konstruksi yang saat ini dipegang (termasuk oleh peneliti itu sendiri).
51
Deddy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Hal 9 52 Lono Laskoro Simatupang. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan . Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2006, Hal 59 53 Sunarto,dkk, Mix Metodology dalam Penelitian Komunikasi, Yogyakarta : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM), 2011, Hal 4
39
40
Paradigma Konstruktivisme ini hampir merupakan antitesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan
bahwa
Positivisme
dan
Post-Positivisme
keliru
dalam
mengungkapkan realitas dunia, dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh paham yang bersifat konstruktif.54 Sejak awal perkembangannya, konstruktivisme mengembangkan sejumlah indikator sebagai pijakan dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu. Beberapa indikator tersebut antaranya adalah: (1) lebih mengedepankan penggunaan metode kualitatif, ketimbang metode kuantitatif, dalam proses pengumpulan dan analisis data; (2) mencari relevansi dari indikator kualitas untuk lebih memahami data-data lapangan; (3) teori-teori yang dikembangkan harus lebih membumi (Grounded Theory) ; (4) kegiatan ilmu harus bersifat alamiah dalam pengamatan dan menghindari diri dari kegiatan penelitian yang diatur kaku dan berorientasi laboratorium; (5) unit analisis yang digunakan berupa pola-pola dan ketegori-kategori jawaban, bukan variabel-variabel penelitian yang kaku dan steril; (6) penelitian yang dilakukan lebih bersifat partisipatif, daripada bersifat mengontrol sumber informasi.55 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau kuantitatif lainnya. Sehingga jelas pengertian ini mempertimbangkan pendapat kualitatif dengan
54 55
Ibid 71 Ibid 89
41
penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantitatif apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif. Alasan peneliti memilih paradigma Konstruktivisme ini karena relevan dengan pembahasan penelitian yaitu untuk memahami serta mengkonstruksi penggambaran pada judul penelitian Pemaknaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal Psikopat dalam film “ I Saw The Devil” yang telah dibingkai oleh media. 3.2 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian penulis guna mengetahui bagaimana pemaknaan komunikasi baik verbal maupun nonverbal psikopat dapat di pahami melalui film I Saw The Devil, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzin dan Lincoln: 1987). Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.56 Penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian (Gay: 1976). Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehendak mengadakan 56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Hal 5-6
42
akumulasi data dasar. 57 Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.58 Metode deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, factual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. 59 Penelitian kualitatif merupakan konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis dokumen untuk memahami peristiwa atau makna.60 Berdasarkan dari definisi diatas, maka tipe penelitian kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami serta pemaknaan komunikasi verbal maupun nonverbal seorang psikopat di dalam film I Saw The Devil. 3.3 Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotik. Semiotik sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda sendiri merupakan perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan untuk menemukan pemaknaan atau arti didalam tanda tersebut.61 Analisis semiotik digunakan untuk melacak makna-makna
yang
terkandung dalam film. Penelitian terhadap film atau bentuk-bentuk narrative
57
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, Hal 44 58 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005, Hal 54 59 Rachmat Kriyanto. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Pradana Media Group, 2006, Hal 69 60 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Warisan Kontemporer), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, Hal 147 61 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2009, Hal 44
43
story lain yang bersifat audio-visual dapat dilakukan dengan memilih salah satu model analisis semiotik tertentu.62 Analisis semiotik bersifat kualitatif. Jenis penelitian ini memberi peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif. Dalam penerapannya metode semiotika ini menghendaki pengamatan secara menyeluruh dari teks dan gambar.63 3.4 Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah tanda-tanda baik verbal maupun nonverbal yang digunakan dalam film I Saw The Devil. Tanda verbal yang berupa suara, dialog, serta adegan dari pemain film, sedangkan tanda nonverbalnya berupa pemilihan warna, gambar, dan bahasa tubuh. Tanda-tanda tersebut nantinya akan diteliti maknanya dalam setiap simbol yang ada. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendpatkan data yang diperlukan yaitu terbagi dua jenis sumber data : 3.5.1 Data Primer Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi semua wacana teks, bahasa serta visual yang terdapat pada film “I Saw The Devil”. Data yang didapat berdasarkan hasil dari menonton film “I Saw The Devil” di nontonmovie.com. Peneliti menonton film “I Saw The Devil” untuk mengetahui komunkasi baik verbal maupun nonverbal yang dilakukan psikopat dalam film tersebut. 62
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LkiS, 2007, Hal 165-166 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Hal 147-148 63
44
3.5.2 Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan studi kepustakaan guna mendapatkan informasi. Peneliti menggunakan beberapa literaur yang ada hubungannya dengan judul, seperti buku mengenai ilmu komunikasi, ilmu psikologi abnormal, catatan perkuliahan dan lain-lainnya.
3.6 Teknik Analisis Data Analisis data menurut Palton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakan dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.64 Data-data yang ada dalam penelitian ini akan menggunakan proses semiotik segitiga makna dari Charles Sander Pierce yaitu Sign (tanda), Object (objek), Interpretant (interpretan) yang kemudian peneliti membagi tanda-tanda yang ada ke dalam klasifikasi tanda oleh Pierce atas dasar hubungan segitiga makna (Triangle Meaning). Kemudian dioleh secara kualitatif untuk kemudian dimaknai.65 Adapun langkah-langkah yang diambil dalam menganalisa data film I Saw The Devil. Pertama mendefinisikan objek analisis atau penelitian film I Saw The Devil. Kedua pemilihan scene yang mengandung komunikasi verbal dan non verbal dalam film I Saw The Devil. 64 65
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998, Hal 3 Christomy, Semiotika Budaya, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Hal 83
45
Ketiga,
pemetaan
visual
dilakukan
dengan
pendataan
terhadap
komunikasi verbal dan nonverbal (elemen visual) dalam film, pemberian makna komunikasi psikopat terhadap masing-masing elemen audio dan visual serta penjelasan elemen audio dan visual yang disajikan dalam film tersebut meliputi narasi, dialog, warna dan gambar (teknik pengambilan gambar). Keempat, analisis menggunakan Triangle Meaning Pierce dimana data kemudian dianalisis melalui analisa semiotika Charles Sanders Pierce dengan pemberian makna komunikasi verbal dan nonverbal psikopat pada film berdasarkan tiga elemen yaitu, tanda, objek, dan interpretant.