BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing ( PMA) serta pengaruhnya terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara selama kurun waktu 1989 – 2008. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber data adalah diperoleh dari Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Medan dan Badan Pusat Statistik (BPS) , Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan kurun waktu 1989 sampai 2008 serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, juga berbagai situs yang berhubungan dengan penelitian. C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung dari berbagai bahan kepustakaan seperti tulisan ilmiah, jurnal, artikel, laporan dan sebagainya. D. Pengolahan Data Penulis menggunakan program E-views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini. E. Model Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
Dalam menganalisis besarnya pengaruh 43ector43e independen terhadap 43ector43e dependen, penelitian ini menggunakan alat analisa ekonometrik yaitu meregresikan 43ector43e-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau Metode Kuadrat Terkecil Biasa. Fungsi yang digunakan adalah sebagai berikut: Y=f(X1,X2,X3) ·············································································· (1) Dengan spesifikasi model ekonometrika : Y = ∝ + β1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + µ ············································ (2) Dimana: Y
= Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja (Juta jiwa)
∝
= Intercept(konstanta)
β1 , β 2 , β 3
= Koefisien Regresi
X1
= Tingkat Inflasi (dalam persen)
X2
= Tingkat PMDN (dalam rupiah)
X3
= Tingkat PMA (dalam US$)
µ
= Kesalahan Pengganggu (term of error)
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut: ∂Y < 0 , artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (tingkat inflasi) maka Y (Jumlah penyerapan ∂X 1
tenaga kerja) akan mengalami penurunan, ceteris paribus. ∂Y > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Penanaman Modal Dalam Negeri) maka Y ∂X 2
(Jumlah penyerapan tenaga kerja) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. ∂Y > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Penanaman Modal Asing) maka Y (Jumlah ∂X 3
penyerapan tenaga kerja) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.
Universitas Sumatera Utara
F. Test Of Goodness Fit (Uji Kesesuaian) Kegunaan uji kesesuaian ini adalah untuk menentukan seberapa tepat frekuensi yang teramati cocok dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melihat goodness of fit dari hipotesis tersebut maka perlu dilakukan uji sebagai berikut yaitu : 1. Koefisien Determinasi (R-square) Koefisien Determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variasi variabel dependen.. Nilai R2 adalah (0≤R2≥1). 2. Uji F-statistik (Uji Serempak) Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: Ho : b1=b2=b3 ............................... bn = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : b1≠b2≠b3…………………….bn ≠ 0 (ada pengaruh) Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika Fhitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
R2 / k −1 F − hitung = (1 − R 2 ) / (n − k ) Dimana: R2
= koefisien determinasi
K
= jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan
n
= jumlah sampel
Universitas Sumatera Utara
3. Uji t-statistik (Uji Partial) Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masingmasing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : bi = b Ha : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel xi terhadap Y. Bila nilai thitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus: t − hitung =
(bi − b) Sbi
Dimana: bi
= Koefisien variabel independen ke-i
b
= Nilai hipotesis nol
Sbi
=Simpangan baku dari variabel independen ke-i
G. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji penyimpangan asumsi klasik dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinearity dan heteroskedastisitas dalam estimasi karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut maka uji t dan uji f yang dilakukan sebelumnya tidak valid dan secara 45ector45e45 mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
1. Multikolinearity Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi 46ector46e independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung, t-hitung dan standard error. Ciri khas multikolinearity ditandai dengan: a) R2 nya tinggi b) Standard errornya tidak terhingga c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada ∝ = 5%, ∝ = 10%, ∝ = 1% 2. Autokorelasi Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menerut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross section), atau korelasi pada dirinya sendiri. Autokorelasi terjadi bila Term of error ( µ ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of error berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila: Variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk I ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi : a. Spatial auto korelation Biasanya terjadi pada data cross section. Flukruasi atau perubahan aktifitas kegiatan ekonomi dari suatu daerah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi daerah terdekat karena ada keterkaitan ekonomi antara daerah tersebut. b. Pengaruh yang berkelanjutan (Prolonged influence of Shocks)
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sering terjadi pada time series data, yaitu faktor bencana alam dan faktor lain yang sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi sehingga akan terasa pada peride berikutnya. c. Inersia (Psychological conditioning) Yaitu tindakan-tindakan atau pengaruh masa lalu yang akan masih mengganggu kegiatan atau aktifitas selanjutnya misalnya peningkatan suku bunga, pajak dan lainlain. d. Manipulasi data yaitu adanya interpolasi data atau penambahan data. e. Bias spesifikasi Hal ini terjadi karena tidak disertakannya variabel independen yang berhubungan dimana variabel independen tersebut sebenarnya turut mempengaruhi variabel dependen. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu: 3. Dengan memplot grafik 4. Dengan Durbin-Watson (D-W Test)
D − hit =
Σ (et − (et − 1)) 2 Σ e 2t
Dengan hipotesis sebagai berikut: Ho : ρ = 0 , artinya tidak ada autokorelasi. Ha : ρ ≠ 0 , artinya ada autokorelasi.
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai ∝ .
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis yang digunakan adalah: Inconclusive
Autokorelasi (+)
Autokorelasi (-)
Ho diterima (No serial correlation)
dl
du
4-du
4-dl
Gambar 3.1 Kurva Durbin-Watson Dimana: Ho diterima
: tidak ada autokorelasi
dw < dl
: tolak Ho (ada korelasi positif)
dw > 4-dl
: tolak Ho (ada korelasi negatif)
du < dw < 4-du
: terima Ho (tidak ada autokorelasi)
dl ≤ dw ≤ du
: pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)
(4-du) ≤ dw ≤ (4-dl) : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)
H. Defenisi Operasional 1. Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga barang secara umum dan terus menerus dan diukur dengan persen. 2. Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) adalah Penggunaan modal masyarakat dalam negeri yang diinvestasikan pada berbagai sektor (juta rupiah).
Universitas Sumatera Utara
3. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penggunaan modal yang berasal dari luar negeri yang digunakan untuk pembiayaan usaha dalam negeri( juta rupiah ). 4. Tenaga kerja adalah orang atau total penduduk yang bekerja pada suatu wilayah tertentu ( juta jiwa ).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara A.1 Kondisi Geografis Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1º- 4º Lintang Utara dan 98º- 100º Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km², sebagian besar berada di daratan pulau sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-Pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun bagian timur pantai pulau sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di sumatera utara. Luas daerah terbesar adalah kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km² atau 16,97% diikuti kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18km² atau 12,87% kemudian diikuti kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km² atau sekitar 9,23%, kabupaten Tapanuli Utara 3.800,31 km² atau sekitar 4,79%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 km² atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah sumatera utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam , Sumatera Utara dibagi dalam tiga(3) kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran tinggi dan Pantai Timur.
A.2 Iklim Karena terletak dekat garis khatulistiwa, propinsi sumatera utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan propinsi sumatera utara sangat
Universitas Sumatera Utara
bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan air laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2ºC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13,4ºC. Sebagaimana propinsi lainnya di Indonesia, Propinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musum kemarau biasanya terjadi pada bulan juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan maret, diantara kedua musim ini diselingi oleh musim Pancaroba.
A.3 Kondisi Demografi Sumatera Utara merupakan propinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) tahun 2000, penduduk Sumatera Utara pada tanggal 30 juni 2000 (hari sensus) berjumlah 11, 51 juta jiwa. Pada bulan april tahun 2003 dilakukan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan penduduk juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan tahun 2006 meningkat menjadi 176 jiwa per km². laju pertumbuhan penduduk sumatera utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 % per tahun dan pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37% per tahun. dan laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2006 mencapai 1,57%. Penduduk laki-laki di Sumatera utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006 penduduk sumatera utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian, sex ratio penduduk sumatera utara sebesar 100,09 persen. penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal didaerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal
Universitas Sumatera Utara
di pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89%) dan yang tinggal didaerah perkotaan sebesar 5,70 juta jiwa (45,11%). Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 19932006. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta jiwa atau sebesar 12,31% dari total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun 1996 jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa dengan persentase sebesar 10,92 persen. Namun karena terjadinya krisis moneter secara global termasuk Sumatera Utara, penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74 persen dari total penduduk Sumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin baik secara absolute maupun persenatse, yaitu menjadi 1,89 juya jiwa atau sekitar 15,89%. Sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun menjadi 1,80 juta jiwa atau sekitar 14,93%, kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa atau 14,28%.Namun akibat dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada maret dan oktober 2005 penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa atau sekitar 15,66%.
A.4 Potensi Wilayah Wilayah Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau dan sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan, sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energik untuk pengembangan industi pariwisata. Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kaolin, emas, batubara, minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian terpenting sumatera utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budi daya ekspor dari perkebunan, tanam pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang
Universitas Sumatera Utara
menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor, meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, industri kecil dan kerajinan. Posisi strategis wilyah sumatera utara dalam jalur perdagangan internasional, ditujang oleh adanya pelabuhan udara, dan laut yaitu pelabuhan udara Polonia, Pinangsori, Binaka, Aek Godang, pelabuhan laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik. Disambing fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti telepon, teleks, faximile, pos dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar wilayah sumatera utara. Kota Medan sebagai ibu kota propinsi daerah tingkat I Sumatera Utara, disamping merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah sumatera utara sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok Sumatera, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya. Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian, dan balai latihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.
B. Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara B.1 Perkembangan Inflasi Perkembangan suatu daerah dapat dilihat dari kenaikan harga-harga barang dan jasa (Inflasi) di daerah tersebut. Pada dasarnya Inflasi berkaitan dengan fenomena interaksi permintaan dan penawaran. Namun dalam kenyataan tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya seperti tataniaga dan kelancaran dalam arus lalu lintas barang serta peranan kebijakan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Inflasi yang sangat tinggi jelas merupakan hal yang sangat merugikan perekonomian suatu Negara. Disamping memperkecil nilai riil dari pendapatan juga akan memperlambat perkembangan produksi yang akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Inflasi di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Pada tahun 1992 inflasi Sumatera Utara turun menjadi 5,42% dari tahun sebelumnya (1991) sebesar 7,95% dan pada tahun 1993 inflasi kembali naik menjadi 10,67%. Penurunan perlahan terjadi pada tahun 1994 dan 1995 walaupun tingkat inflasi masih tinggi yakni 7,68% dan 7,61%. Sejak krisis moneter memporakporandakan perekonomian bangsa Indonesia mulai tahun 1997, inflasi sumatera utara naik menjadi 14,49% dan puncaknya pada tahun 1998 setelah kejadian lengsernya Presiden Soeharto sehingga keamanan di Indonesia termasuk Sumatera Utara menjadi sedikit terganggu sehingga mengakibatkan meroketnya inflasi hingga 83,56% melebihi tingkat inflasi nasional sebesar 77,63%. Seiring dengan membaiknya perekonomian, laju inflasi di Sumatera Utara juga cukup rendah. Inflasi tahun 2003 sebesar 4,23% lebih rendah dari pada tahun sebelumnya(2002) yang sebesar 9,59%. Berikut ini dapat kita lihat perkembangan inflasi di Sumatera Utara dari tahun 1989-2008.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1989-2008 Tahun Inflasi(%) 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
7,94 7,56 8,99 4,56 9,75 8.28 7,24 8,70 13,10 83,56 1,37 5,73 14,79 9,59 4,23 6,80 22,41 6,11 6,60 10,72
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
B.2 Perkembangan Investasi di Sumatera Utara Perkembangan Investasi tidak saja ditentukan oleh tingkat bunga (interest rate) tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Dalam kondisi ekonomi yang stabil dan dinamis hampir semua kegiatan investasi banyak dilakukan. Hal ini disebabkan oleh tingginya “Marginal Effieciancy of capital” (MEC). Sepanjang MEC masih sama atau lebih besar dari Interest Rate (dalam hal ini “Market rate of Interest”) maka pengeluaran untuk Investasi masih layak dilakukan. Sehubungan hal diatas, efek dari penambahan investasi dapat dilihat dari dua hal yaitu terhadap aggregate demand dan aggregate suppy. Dampaknya terhadap aggregate demand yaitu menaikkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Kenaikan dalam aggregate demand apabila tidak diikuti dengan aggregate suppy maka perekonomian suatu Negara menjurus kearah Inflasi. Dalam keadaan seperti ini real income masyarakat akan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Investasi di Sumatera utara mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan perekonomian yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari realisasi baik PMDN maupun PMA. 5. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tabel 4.2 Perkembangan PMDN di Sumatera Utara Tahun 1989-2008 Tahun 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PMDN (Juta Rupiah) 139.581.94 250.409,60 227.071,03 118.243,37 441.531,49 309.781,99 316.447,01 243.353,07 469.005,44 80.063,68 110.627,34 118.277,75 501.744,66 836.694,72 471.555,93 683.450,46 599.400,64 797.259,80 392.816,80 391.333,72
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
Universitas Sumatera Utara
6. Penanaman Modal Asing (PMA) Tabel 4.3 Perkembangan PMA di Sumatera Utara Tahun 1989-2008 Tahun 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PMA (000 US $) 9.492,54 31.018,71 16.051,30 89.349,00 55.661,97 57.954,26 88.850,04 61.589,05 47.869,31 83.810,93 64.087,82 85.876,00 41.782,31 10.382,57 89.450,26 95.764,98 107.202,54 233.912,91 230.203,52 255.176,02
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008 Berdasarkan data diatas, untuk sumatera utara baik PMDN maupun PMA tiap tahunnya mengalami perubahan dengan persentase yang berbeda-beda dari tahun 1989 sampai 2008. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perubahan perekonomian secara makro serta gejolak politik dalam negeri sendiri sehingga berpengaruh terhadap investasi baik modal yang berasal dari dalam negeri maupun modal yang berasal dari luar negeri.
B.3 Ketenagakerjaan Tenaga kerja merupakan unsur utama dalam proses produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.Tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
merupakan bagian penting dari penduduk dimana pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Masalah tenaga kerja di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Utara khususnya,dalam masa sekarang ini diperkirakan akan semakin kompleks.Indikasi ini terlihat dari penambahan penduduk usia kerja yang setiap tahunnya yang terus bertambah, masih banyaknya pengangguran terbuka dan pengangguran terselubung atau bekerja kurang(under employed) sebagai akibat dari budaya bercorak agraris, lapangan pekerjaan yang sangat terbatas karena situasi perekonomian yang belum membaik serta semakin menumpuknya pengangguran terdidik sebagai konsekuensi dari peningkatan taraf pendidikan masyarakat dan pemutusan hubungan kerja sebagai akibat banyaknya perusahaan yang tutup. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang bekerja disetiap tahunnya selalu mengalami perubahan baik itu penurunan maupun kenaikan.Tahun 2002 jumlah penduduk Sumatera Utara yang bekerja adalah 4.928.353 jiwa dengan jumlah angkatan kerja 5.283.857 , sedangkan tahun berikutnya (2003 dan 2004) mengalami penurunan dimana jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 4.835.793 jiwa (2003) dan 4.756.078 jiwa(2004).Pada tahun 2005 jumlah penduduk yang bekerja meningkat menjadi 5.166.132 jiwa dengan jumlah angkatan kerja 5.803.122 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat perubahan Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara tiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4s Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara Tahun 1989-2008 Tahun
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah penyerapan tenaga kerja (Jiwa) 4.138.792 3.820.329 4.726.201 4.099.809 4.193.152 4.318.993 4.493.198 4.573.651 4.642.766 4.855.296 5.037.500 4.947.539 4.977.323 4.928.353 4.835.793 4.756.078 5.166.132 4.859.647 5.082.797 5.540.263
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Penyerapan Tenaga Kerja, Inflasi, PMDN dan PMA Di Sumatera Utara Tahun 1989-2008
Tahun
Jumlah
Inflasi
PMDN (Juta
PMA (000
Tenaga
(%)
Rupiah)
US$)
Kerja(Jiwa) 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
4.138.792 7,94 139.581.94 3.820.329 7,56 250.409,60 4.726.201 8,99 227.071,03 4.099.809 4,56 118.243,37 4.193.152 9,75 441.531,49 4.318.993 8.28 309.781,99 4.493.198 7,24 316.447,01 4.573.651 8,70 243.353,07 4.642.766 13,10 469.005,44 4.855.296 83,56 80.063,68 5.037.500 1,37 110.627,34 4.947.539 5,73 118.277,75 4.977.323 14,79 501.744,66 4.928.353 9,59 836.694,72 4.835.793 4,23 471.555,93 4.756.078 6,80 683.450,46 5.166.132 22,41 599.400,64 4.859.647 6,11 797.259,80 5.082.797 6,60 392.816,80 5.540.263 10,72 391.333,72 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008
9.492,54 31.018,71 16.051,30 89.349,00 55.661,97 57.954,26 88.850,04 61.589,05 47.869,31 83.810,93 64.087,82 85.876,00 41.782,31 10.382,57 89.450,26 95.764,98 107.202,54 233.912,91 230.203,52 255.176,02
Universitas Sumatera Utara
C.Hasil Penelitian 1. Regresi Linier Variabel Pengaruh beberapa faktor seperti tingkat inflasi, PMDN, dan PMA terhadap Jumlah Tenaga Kerja di Propinsi Sumatera Utara dapat digambarkan dengan fungsi matematika sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3)
………...………………….……..(1.1)
Fungsi ini kemudian dispesifikasikan ke dalam model ekonometrik sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + μ
…………………..(1.2)
Dimana: Y
= Jumlah Tenaga Kerja
X1
= Inflasi
X2
= PMDN
X3
= PMA
α
= Konstanta
β1,β2,β3 = Koefisien regressi μ
= Term of Error (kesalahan pengganggu)
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 5.1, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil Estimasi VARIABEL TERIKAT : JUMLAH TENAGA KERJA Variabel Koefisien Std. error t-stat Prob (constant) 4218554 194999.4000 21.6337 0.0000 Inflasi -5035.0850 4903.5420 -1.0268 0.3198 PMDN 0.4367 0.3849 1.1347 0.2732 PMA 2.9045 1.1967 2.4271 0.0274 R – Square : 0.87 F-stat : 5.198 Adj. R2 : 0.76 t-tabel : 2.120 D-W : 1.50 F-tabel : 3.240 Sumber: Lampiran Berdasarkan tabel di atas, hasil model estimasi adalah sebagai berikut: Y
= 4218554 + -5035.0850 X1 + 0.4367 X2 + 2.9045 X3
Std. error
194999.4000
4903.5420
0.3849
1.1967
t-stat
21.6337
-1.0268
1.1347
2.4271
F-stat
•
: 5.198
Durbin-Watson stat
: 1.50
Inflasi (X1) Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
Koefisien sebesar 5035.085 menjelaskan bahwa setiap ada kenaikan inflasi(X1) sebesar 1 satuan, maka akan bisa mengurangi jumlah tenaga kerja sebesar 5035, ceteris paribus. •
PMDN (X2) PMDN mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera
Utara. Koefisien sebesar 0.4367 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan PMDN (X2) sebesar 1%, akan menambah 0.4367% (1% x 0.4367), ceteris paribus. •
PMA (X3) PMA mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera
Utara. Koefisien sebesar 2.9045 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan pada PMA (X3)
Universitas Sumatera Utara
sebesar 1%, akan dapat meningkatkan tenaga kerja sebesar 2.9045% (1% x 2.9045), ceteris paribus.
2. Uji Statistik Berdasarkan uji statistik dapat diketahui tingkat signifikansi dari pengaruh variabel tingkat inflasi, PMDN, dan PMA secara parsial dan bersama-sama terhadap Jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara dengan menggunakan uji “t” dan uji “F” statistik. a. Uji “t” ( Uji Parsial) 1. Variabel X1 (Tingkat Inflasi) Hipotesis : H0 : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria
: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
t* =
b1 Se(b1 )
t*
= -1.027
t-tabel
= -2.120
α=5%
f (t)
Ha diterima
Ha diterima Ho diterima
-2.120 -1.027
0
2.120
Gambar 4.1 Uji t-statistik variabel X1 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari ttabel (-1.027 > -2.120). Dengan demikian diterima Hipotesis nol (Ho), artinya variable X1
Universitas Sumatera Utara
(Tingkat Inflasi) tidak mempunyai pengaruh yangn signifikan terhadap Variabel Y (jumlah tenaga kerja) dengan tingkat kepercayaan 95%. 2. Variabel X2 (PMDN) Hipotesis : H0 : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria
: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
t* =
b1 Se(b1 )
t*
= 1.135
t-tabel
= 2.120
α=5%
f(t) Ha diterima
Ha diterima Ho diterima
-2.120
0 1.135 2.120 Gambar 4.2 Uji t-statistik pada variabel X2 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih kecil dari ttabel (1.135 < 2.120). Dengan demikian diterima Hipotesis nol (Ho), artinya variable X2 (PMDN) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Variabel Y(jumlah tenaga kerja) dengan tingkat kepercayaan 95%. 3. Variabel X3 (PMA) Hipotesis : H0 : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria
: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
Universitas Sumatera Utara
t* =
b1 Se(b1 )
t*
= 2.427
t-tabel
= 2.120
α=5%
f(t) Ha diterima
Ha diterima Ho diterima
-2.120
0 2.120 2.427 Gambar 4.3 Uji t-statistik pada variabel X3 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari ttabel (2.427 > 2.120). Dengan demikian diterima Hipotesis alternatif (Ha), artinya variable X3 (PMA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Variabel Y(jumlah tenaga kerja) dengan tingkat kepercayaan 95%. b. Uji F-statistik (Uji Serempak) Untuk mengetahui apakah variabel bebas (independent variable) berpengaruh nyata atau tidak secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent variable) dapat ditentukan melalui uji F berikut ini: Hipotesis
: Ho : b1 = b2 = b3 = 0 Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0
Kriteria
: Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel : Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel
F* = F*
R2 / k −1 1− R2 / n − k
(
)
= 5.198
F-tabel = 3.240
α
=5%
Universitas Sumatera Utara
Ha diterima Ho diterima 3.240 5.198 Gambar 4.4 Uji F-statistik Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat ditentukan bahwa F-hitung lebih besar dari F-tabel (5.198 > 3.240). Artinya bahwa variable X1 (Tingkat Inflasi), X2 (PMDN), X3 (PMA) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variable Y (jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara) pada tingkat kepercayaan 95%.
c. Koefisien Determinasi (R2) Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0.87. Artinya bahwa variabel bebas yaitu tingkat inflasi (X1), PMDN (X2), PMA (X3) secara bersama-sama menjelaskan pengaruh terhadap variabel jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara (Y) sebesar 87%. Sedangkan sisanya sebesar 13% dijelaskan oleh variabel-varibel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Uji Multicollinearity Untuk mengetahui apakah model estimasi terhindar dari masalah multicollinearity, maka dilakukan dengan teknik menguji regressi di antara variabel bebas. Tehnik ini mempunyai kriteria apabila R2 dari hasil regressi antara variabel bebas lebih besar dari R2 hasil regressi variabel jumlah tenaga kerja dengan variabel tingkat inflasi, PMDN, dan PMA, maka terdapat masalah multicollinearity dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil pengolahan data maka diperoleh hasil regressi sebagai berikut: I. X1 = α + β2X2 + β3X3 + μ …………………..(1)
Universitas Sumatera Utara
Diperoleh R2 sebesar 0.042 atau 4.20%. Nilai tersebut jauh lebih kecil dari nilai R2 hasil regressi yang pertama dengan variabel jumlah tenaga kerja yaitu 0.87 atau 87%. Ini menjelaskan bahwa variabel tingkat inflasi tidak mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan variabel bebas lainnya. II. X2 = α + β1X1 + β3X3 + μ …………………..(2) Diperoleh R2 sebesar 0.098 atau 9.80%. Nilai tersebut jauh lebih kecil dari nilai R2 hasil regressi yang pertama dengan variabel jumlah tenaga kerja yaitu 0.87 atau 87%. Hal ini menjelaskan bahwa variabel PMDN tidak mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan variabel bebas lainnya. III. X3 = α + β1X1 + β2X2 + μ …………………..(3) Diperoleh R2 sebesar 0.060 atau 6.00%. Nilai tersebut masih jauh lebih kecil daripada nilai R2 hasil regressi yang pertama dengan variabel jumlah tenaga kerja yaitu 0.87 atau 87%. Dan itu menunjukkan bahwa variabel PMA tidak memiliki hubungan yang sangat kuat dengan variabel bebas lainnya. Dari hasil regressi di antara variabel bebas di atas, diketahui bahwa masing-masing R2 tersebut lebih kecil dari R2 hasil regressi variabel bebas (tingkat inflasi, PMDN, dan PMA) dengan variabel terikat (jumlah tenaga kerja). Dengan demikian dalam model estimasi tersebut tidak terdapat masalah multicollinearity atau hubungan yang kuat di antara variabel bebas tersebut. b. Uji Otokorelasi Berdasarkan hasil pengolahan data, diperolah D-W hitung sebesar 1.50. Sedangkan nilai dL = 0.72 ; 4-dL = 3.28, dan dU = 1.41 ; 4-dU = 2.59. Hipotesis : Ho : D-W = 0 Ha : D-W ≠ 0
Universitas Sumatera Utara
Kriteia
: Ho diterima apabila D-W hitung lebih besar dari dU dan lebih kecil dari 4dU (dU < D-W < 4-dU) Ha diterima apabila D-W hitung < dL atau D-W > 4-dL
Jika
: dL ≤ D-W ≤ dU 4-dU ≤ D-W ≤ 4-dL
tidak dapat disimpulkan (inconclusive)
f (d) inconclusive
Ha 0
0.72
Ho 1.50 1.41 2 Gambar 4.5 Uji Otokorelasi
Ha 2.59
3.28
4
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa D-W hitung sebesar 1.50 berada diantara dU dan 4-dU (dU < D-W < 4-dU) yaitu 1.41 < 1.50 < 2.59. Dengan demikian, dalam model estimasi tidak terdapat masalah serial korelasi pada tingkat kepercayaan/signifikansi 99%.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh tingkat Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara.
Koefisien sebesar -5035.085 menjelaskan bahwa setiap ada kenaikan inflasi(X1) sebesar 1 satuan, maka akan bisa mengurangi jumlah tenaga kerja sebesar 5035, ceteris paribus.
b. PMDN mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara. Koefisien sebesar 0.4367 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan PMDN (X2) sebesar 1%, akan menamba jumlah tenaga kerja sebesar 0.4367%, ceteris paribus
. c. PMA mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara. Koefisien sebesar 2.9045 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan pada PMA (X3) sebesar 1%, akan dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja sebesar 2.9045%, ceteris paribus.
Universitas Sumatera Utara
d. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa F-statistik lebih besar dari F-tabel. Dengan dengan demikian diketahui bahwa variabel tingkat inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan Penanaman Modal Asing secara bersama-sama memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95%, cateris paribus.
B. Saran a. Untuk meningkatkan Jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara, dana investasi baik Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) benar- benar di alokasikan pada sektor-sektor perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.
b. Program-program pemerintah dalam memperluas lapangan kerja perlu semakin ditingkatakan, seperti perbaikan sarana publik. Dimana aspek demikian telah menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah di tahun 1990-an.
c. Disamping perluasan lapangan kerja, pengembangan pendidikan perlu ditingkatkan. Pendidikan berkualitas berhak diterima semua kalangan masyarakat agar tercipta sumber daya yang mampu
memberikan sumbangan terhadap peningkatan
perekonomian.
d. Pemerintah baik Pusat maupun Pemerintah Daerah harus mampu mengendalikan gejolak politik dalam negeri karena dapat berdampak negatif terhadap perekonomian
Universitas Sumatera Utara
masyarakat seperti melonjaknya harga kebutuhan pokok akibat inflasi yang tak terkendali.
e. Semua kalangan masyarakat Indonesia harus mencitrakan budaya yang positif sehingga Investor asing semakin tertarik menanamkan modalnya sehingga mampu meyerap tenaga kerja di Indonesia khususnya Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara