BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 2013. Hasil data dikumpulkan mulai dari bulan Agustus sampai dengan September 2013. 3.2 Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan metode survey, dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Metode tersebut dapat digunakan jika narasumber atau responden yang diwawancarai adalah orang yang ahli atau berkecimpung dalam suatu bidang, sebagai contoh penelitian tentang makanan maka sumber datanya atau narasumbernya ialah orang yang ahli makanan (Sugiyono 2010). Metode purposive sampling atau judgement, dimana penentuan sampel didapat dari pertimbangan pewawancara, dengan catatan bahwa responden yang diwawancarai ialah orang yang ahli atau berkecimpung dibidang penelitian yang sedang diteliti atau responden tersebut telat memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pewawancara (Fauzi 2001). 3.3 Jenis Data Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan data sekunder (Tabel 1). Menurut Irwandi (2001) dalam Yuliriane (2012), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambil data sebagai sumber informasi berupa wawancara, kuesioner, atau observasi. Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan dari instansi terkait. 18
19
Data primer diperoleh dari responden dalam hal ini rumah tangga nelayan yang terlibat langsung dengan kegiatan rumah tangga nelayan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perikanan, dan buku-buku yang relevan dengan penelitian. Tabel 1. Data primer dan data sekunder penelitian Jenis Data
Data
Sumber
Sekunder
- Data Jumlah Nelayan - Jenis dan Jumlah Kapal / Alat Tangkap - Produksi - Harga Ikan
- Balai Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu
Primer
- Sosio Demografi - Pola Usaha / Data Ekonomi Nelayan - Pola Pengeluaran - Tabungan - Hutang
- Nelayan dan Anggota Keluarga Nelayan (Istri, Anak, dan Anggota keluarga lainnya)
3.4 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel untuk mendapatkan
kebenaran,
sedangkan
metode
kuantitatif
bertujuan
untuk
mengangkat fakta, keadaan variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya (Sugiono 2003). Adapun kriteria-kriteria yang harus dianalisis dalam penelitian ini dijelaskan pada sub bab berikutnya. 3.4.1 Analisis Bagi Hasil Nelayan Rumpon Analisis bagi hasil dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang didapat oleh nelayan rumpon di Palabuhanratu. Sistem bagi hasil nelayan rumpon yang ada di PPN Palabuhanratu yaitu dengan cara menghitung nilai produksi dikurangi biaya operasi, perbekalan, ongkos lelang, dan biaya iuran.
20
Bagi hasil yang dimaksud adalah cara pembagian hasil bersih (penggarap : pemilik) dari masing-masing nelayan rumpon yang berkisar antara 50% : 50% sampai 50% : 75%. 3.4.2 Analisis Pendapatan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon Pendapatan rumah tangga berasal dari tiga sumber, yaitu suami, istri dan sumber lainnya. Menurut Mardiana (2004), pendapatan rumah tangga dapat dihitung dengan: TPRN = PN + PAN + PIN Dimana : TPRN = Pendapatan rumah tangga PN
= Pendapatan suami
PAN
= Pendapatan istri
PIN
= Pendapatan sumber lain
Berdasarkan konsep garis kemiskinan menurut Sajogyo (1997), mengukur kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disertakan dengan jumlah kilogram beras per orang pertahun, dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan. Berdasarkan wilayahnya, yaitu: A. Wilayah Pedesaan : 1. Miskin : < 320 kg 2. Miskin Sekali : < 240 kg 3. Paling Miskin : < 180 kg B. Wilayah Perkotaan : 1. Miskin : < 480 kg 2. Miskin Sekali : < 380 kg 3. Paling Miskin : < 240 kg 3.4.3 Analisis Pengeluaran Keluarga Pengeluaran Rumah Tangga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri
21
dari pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk bukan makanan. Total pengeluaran rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ct = C1 + C2 Dimana : Ct
= Total pengeluaran rumah tangga (Rp/Tahun)
C1
= Pengeluaran untuk makanan (Rp/Tahun)
C2
= Pengeluaran untuk non makanan (Rp/Tahun) C2= c1 + c2 + c3 + c4 + c5 + c6 + c7 + c8
c1
= Pengeluaran untuk perumahan, bahan bakar, penerangan dan komunikasi
c2
= Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa
c3
= Pengeluaran untuk pendidikan
c4
= Pengeluaran untuk kesehatan
c5
= Pengeluaran untuk pakaian dan alas kaki
c6
= Pengeluaran untuk barang-barang tahan lama
c7
= Pengeluaran untuk rekreasi
c8
= Pengeluaran untuk pengeluaran lain-lain
Berdasarkan pada kriteria kemiskinan menurut Direktorat Tata Guna Tanah yang didasarkan pada kebutuhan Sembilan bahan pokok dalam setahun, yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9kg garam, 60 L minyak tanah, 20 batang sabun, 4 m tekstil kasar, 2 m batik kasar. Penggunaan Sembilan bahan pokok dalam pengukuran tingkat konsumsi rumah tangga didasarkan pada kebutuhan pangan dan non pangan dari masyarakat (Sajogyo 1997). 3.4.4 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Konsep nilai tukar nelayan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Nilai Tukar Nelayan (NTN), yang pada dasarnya merupakan indikator
22
untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. NTN dapat dirumuskan sebagai berikut : NTN = Yt/Et Yt = YFt + YNFt Et = EFt + EKt Dimana : YFt
= Total penerimaan nelayan dari usaha perikanan
YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan EFt
= Total pengeluaran nelayan untuk usaha perikanan
Et
= Total pengeluaran keluarga nelayan periode t
EKt
= Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga nelayan
t
= Periode waktu (bulan, tahun, dll)
3.4.5 Analisis Tingkat Kesejahteraan Pada penelitian ini, pengukuran tingkat kesejahteraan mengacu pada sebelas kriteria BPS dalam SUSENAS 2003 yang dimodifikasi. Modifikasi dilakukan dengan memasukan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pendapatan rumah tangga dan kriteria kemiskinan Direktorat Jendral Tata Guna Tanah pada indikator konsumsi rumah tangga. Keterangan lebih lengkap mengenai indikator kesejahteraan berdasarkan kriteria BPS yang sudah di modifikasi dapat dilihat pada Tabel 2.
23
Tingkat Kesejahteraan diukur berdasarkan kriteria yang digunakan Biro Pusat Statistik (BPS) dalam SUSENAS 1991 yaitu sebelas indikator kesejahteraan. Secara umum tingkat kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai berikut : TK= I1+ I2 +I3+ I4 +I5 + I6 + I7 + I8 + I9+ I10 + I11 Dimana:
TK
= Tingkat Kesejahteraan
I1
= Pendapatan rumah tangga
I2
= Konsumsi/pengeluaran rumah tangga
I3
= Keadaan tempat tinggal
I4
= Fasilitas tempat tinggal
I5
= Kesehatan anggota rumah tangga
I6
= Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
I7
= Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan
I8
= Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
I9
= Kehidupan beragama
I10
= Rasa aman dari tindakan kejahatan
I11
= Kemudahan dalam melakukan olah raga
Apabila tingkat kesebelas indikator kesejahteraan tersebut setiap indikatornya memiliki skor tertinggi, maka jumlah total skor adalah 35. Nilai ini merupakan jumlah skor tertinggi (Tabel 2). Jika kesebelas indikator memiliki nilai terendah untuk masing-masing indikator, maka jumlah total skor adalah 11 yang merupakan jumlah skor terendah. Range score diperoleh dengan mengurangkan jumlah skor tertinggi dari sebelas indikator kesejahteraan (35) dengan skor terendah (11), kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi tiga, maka akan didapat nilai 8 sebagai range score. Berdasarkan range score tersebut, penentuan tingkat kesejahteraan dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yaitu: a)
Skor antara 27 - 35 (Tingkat kesejahteraan tinggi)
b)
Skor antara 19 - 26 (Tingkat kesejahteraan sedang)
c)
Skor antara 11 - 18 (Tingkat kesejahteraan rendah)
24
Tabel 2. Indikator Tingkat Kesejahteraan (menurut BPS dalam SUSENAS 2003) yang dimodifikasi disertai variabel dan skornya. No. Indikator Kesejahteraan 1 Pendapatan rumah tangga Berdasarkan konsep garis kemiskinan menurut Sajogyo yang menyertakan pendapatan perkapita per tahun dengan konsumsi beras perkapita pertahun. 2 Konsumsi/pengeluaran rumah tangga Berdasarkan pada kriteria kemiskinan menurut Direktorat Tata Guna Tanah yang didasarkan pada kebutuhan 9 bahan pokok dalam setahun. 3 Keadaan tempat tinggal 1. Atap: genting (5)/ asbes (4)/ seng (3)/ sirap (2)/ daun (1). 2. Bilik: tembok (4)/ setengah tembok (3)/ kayu (2)/ bambu (1). 3. Status: milik sendiri (3)/ sewa (2)/ numpang (1). 4. Lantai: porselin (5)/ ubin (4)/ plester (3)/ kayu (2)/ tanah (1). 5. Luas lantai: luas(.100m2)(3)/ sedang (50-100m2)(2)/ sempit (<50m2)(1) 4 Fasilitas tempat tinggal 1. Pekarangan: Luas (>100m2)(3)/ cukup (50-100m2)(2)/ sempit (<50m2)(1). 2. Hiburan: Video (4)/ TV (3)/ Tape recorder (2)/ radio (1). 3. Pendingin: AC (4)/ Lemari es (3)/ Kipas angin (2)/ alami (1). 4. Sumber penerangan: Listrik (3)/ petromak (2)/ lampu tempel (1). 5. Bahan bakar: gas (3)/ minyak tanah (2)/ kayu arang(1). 6. Sumber air: PAM (6)/ sumur bor (5)/ sumur (4)/ mata air (3)/ air hujan (2)/ sungai (1). 7. MCK: kamar mandi sendiri (4)/ kamar mandi umum (3)/ sungai (2)/ kebun (1).
-
Kriteria Tidak miskin Miskin Miskin sekali Paling miskin
-
Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali
- Permanen (skor 15-21) - Semi permanen (skor 10-14) - Non permanen (skor 5-9)
- Lengkap ( skor 21-27) - Cukup ( skor 1420) - Kurang (skor 713)
Bobot Skor 4 3 25% 2 1
16%
13%
4 3 2 1
3 2 1
3 2 1 4%
25
No. Indikator Kesejahteraan 5 Kesehatan anggota rumah tangga Banyaknya anggota keluarga yang sering mengalami sakit dalam satu bulan
6
7
8
Kemudahan mendapatkan pelayannan kesehatan dari tenaga medis 1. Jarak RS terdekat: 0 Km (4)/ 0.01-3 Km (3)/ > 3Km (2)/ missing (1) 2. Jarak ke poliklinik: 0Km(4)/ 0.012Km(3)/ >2Km(2)/ missing (1) 3. Biaya berobat: terjangkau (3)/ cukup terjangkau (2)/ sulit terjangkau (1). 4. Penanganan berobat: baik (3)/ cukup (2)/ jelek (1). 5. Alat kontrasepsi: mudah didapat (3)/ cukup mudah (2)/ sulit (1). 6. Konsultasi KB: mudah (3)/ cukup (2)/ sulit (1). 7. Harga obat-obatan: terjangkau (3)/ cukup terjangkau (2)/ sulit terjangkau (1). Kemudahan memasukan anak kejenjang pendidikan 1. Biaya sekolah : terjangkau (3)/ cukup terjangkau (2)/ sulit terjangkau (1). 2. Jarak sekolah: 0 Km (3)/ 0.01-3 Km (2)/ >3 Km(1). 3. Prosedur penerimaan: mudah (3)/ cukup (2)/ sulit (1). Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi 1. Ongkos dan biaya: terjangkau (3)/ cukup (2)/ sulit (1). 2. Fasilitas kendaraan: tersedia (3)/ cukup tersedia (2)/ sulit tersedia (1) 3. Kepemilikan: sendiri(3)/ sewa (2)/ ongkos (1).
Kriteria Bobot Skor 3 - Baik (<25% 2 sering sakit) 1 - Cukup (25-50% 10% sering sakit) - Kurang (>50% sering sakit)
- Mudah (skor 1723) - Cukup ( skor 1216) - Sulit (skor 7-11)
- Mudah (skor 8-9) - Cukup (skor 6-7) - Sulit (skor 3-5)
- Mudah (skor 7-9) - Cukup (skor 5-6) - Sulit (skor 3-4)
3 2 1 4%
12%
3 2 1
4%
3 2 1
26
No. Indikator Kesejahteraan 9 Kehidupan beragama
10
Rasa aman dari gangguan kejahatan
-
-
-
11
Kemudahan dalam melakukan olahraga Frekuensi responden dalam melakukan olahraga dalam satu minggu
-
-
-
Sumber: Badan Pusat Statistik (2003).
Kriteria Bobot Skor 3 Toleransi tinggi 4% 2 Toleransi sedang 1 Toleransi kurang 3 Aman (tidak 4% pernah 2 mengalami kejahatan) 1 Cukup aman (pernah mengalami kejahatan) Kurang aman (sering mengalami kejahatan) 3 Mudah (sering melakukan 2 olahraga) Cukup mudah 4% 1 (cukup sering melakukan olahraga) Sulit (kurang melakukan olahraga)