41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian eksperimen kuasi untuk mengkaji pengaruh model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa Sekolah Dasar ini mengambil lokasi SD Negeri Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013 atas dasar pertimbangan sebagai berikut: a. Kualifikasi guru-guru yang bertugas rata-rata sudah berkualifikasi D2 dan S1 sehingga diharapkan dapat membantu peneliti dalam memberikan arahan dan masukan-masukan yang bersifat membangun. b. SD Negeri Sindangsari merupakan salah satu SD yang memiliki kelas IV sebanyak tiga rombongan belajar, yaitu kelas IVA dan IVB dan IVC, sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan ke dua kelas tersebut sebagai kelas kontrol (KK) dan kelas eksperimen (KE)
2. Populasi Arikunto (2010: 173) mengungkapkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pendapat Arikunto tersebut dapat diketahui bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri Sindangsari yang merupakan kelas tinggi yang mendapatkan pelajaran membaca pemahaman.
3. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. (Sugiyono, 2009: 81). Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 68). Pengambilan sampel ini tidak Fitriana, 2013 41 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
42
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi anggota populasi, tetapi berdasarkan pada pertimbangan tertentu dan berdasarkan kebutuhan peneliti. Adapun yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVA sebagai kelas kontrol, dan kelas IVC sebagai kelas ekaperimen.
B. Desain dan Variabel Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
eksperimen
dengan
desain
“Nonequivalent Control Group Design”” yaitu suatu kelompok subyek sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang kedua sebagai kelompok kontrol, dan pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan peneliti (Sugiyono, 2009: 79). Kelompok eksperimen menggunakan model Cooperative Learning
tipe
Jigsaw, yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok inti dan evaluasi berupa tes. Sebelum diberi perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, akan dilakukan pretes (tes awal) membaca pemahaman terhadap kelas eksperimen maupun terhadap kelas kontrol. Setelah dilakukan pretes, kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw sebagaimana tersebut di atas, sementara itu kelompok kontrol tidak diperlakukan sama seperti kelompok eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan model konvensional atau mengikuti standar yang berlaku di sekolah tersebut. Setelah kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, kemudian dilakukan postes (tes akhir) terhadap materi membaca pemahaman yang telah disampaikan pada periode pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan terikat yang dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Variabel bebas
: model Cooperative Learning
2. Variabel terikat
: membaca pemahaman
tipe Jigsaw
Gambaran dari desain penelitian ini dapat dinyatakan dalam tabel sebagai berikut: O₁ O₃
X
O₂ O₄
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
43
Keterangan: O₁ dan O₃
= Pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
O₂ dan O₄
= Postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
X
= Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw pada kelas eksperimen Pengaruh penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah (O₂ - O₁)
– (O₄ - O₃). (Sugiyono, 2009: 79).
C. Metode Penelitian Penelitian ini bermaksud mengkaji sebab akibat penerapan model Cooperative Learning
tipe Jigsaw dalam pembelajaran membaca pemahaman di Sekolah
Dasar. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (Quasi-experimental research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh yang sebenarnya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. (TR, 2010: 15). Penelitian ini memiliki kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, di mana kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan model Cooperative Learning
tipe Jigsaw, sedangkan kelompok eksperimen adalah
kelompok yang mendapat perlakuan model Cooperative Learning tipe Jigsaw.
D. Definisi Operasional Penelitian Dalam kajian terdapat istilah-istilah yang perlu dijelaskan maknanya guna memenuhi rambu-rambu penelitian dan juga memahami makna yang dimaksud di dalam naskah penelitian. Istilah-istilah dimaksud adalah:
1. Kemampuan membaca pemahaman Membaca pemahaman adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan bertujuan untuk memahami, menafsirkan dan memperoleh isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Dalam penelitian ini membaca pemahaman yang akan
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
44
dikaji adalah pada tingkat Sekolah Dasar, yaitu di kelas tinggi, yang bertujuan agar siswa mampu memahami, menafsirkan serta menghayati isi bacaan.
2. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Model Cooperative Learning tipe Jigsaw merupakan model Cooperative Learning dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, proses pembelajaran yang berlangsung dapat lebih bermakna. Dalam kelas Jigsaw, siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang disebut dengan “kelompok inti (asal)”, masing-masing anggota kelompok dalam kelompok inti diberikan teks bacaan dengan topik yang berbeda tetapi dalam tema yang sama. Kemudian siswa yang mendapatkan teks bacaan dengan tema yang sama bergabung menjadi satu kelompok yang disebut dengan “kelompok ahli”, dalam kelompok ahli siswa mempelajari teks bagiannya tersebut dan mendiskusikan dengan sesama temannya di kelompok ahli tersebut. Setelah itu, siswa kembali lagi ke kelompo inti, di dalam kelompok inti siswa dengan “ahli” yang berbeda-beda secara bergiliran menjadi
“tutor”
untuk
mengajari
teman-temannya,
mengungkapkan
pemahamannya dan meyampaikan informasi dari yang di dapat setelah mereka memperolehnya di kelompok ahli.
E. Instrumen Penelitian 1. Tes Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Tes ini berupa tes perolehan hasil membaca pemahaman siswa. Arikunto (2010: 193) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
45
individu atau kelompok. Pada penelitian ini, tes diberikan untuk mengukur pencapaian pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan yang telah dibaca. Tes yang digunakan adalah posttest, yaitu tes yang diberikan setelah perlakuan diberikan. Tipe tes yang akan diberikan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban.
2. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja, partisipasi dan keterampilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. “Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.” (Arikunto, 2010: 199). Dari pengertian tersebut observasi sebagai alat pengumpul data memusatkan perhatian pada objek yang diteliti dengan menggunakan seluruh indra. Pada proses pengamatan, peneliti menggunakan observasi sistematis, di mana pengamat mengamati objek penelitian dengan menggunakan pedoman pengamatan observasi atau sistem tanda (sign system), yang berisi daftar jenis kegiatan yang akan diamati. Observator (pengamat) tinggal memberikan tanda pada kolom tempat kegiatan atau peristiwa tersebut muncul.
F. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap refleksi dan evaluasi. Tahapan-tahapan di atas terperinci sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Terdapat beberapa hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merecanakan pembelajaran serta alat dan bahan yang digunakan. Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
46
b. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian. c. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan. d. Menyusun instrumen penelitian. e. Menyusun instrumen evaluasi berupa tes objektif. f. Melakukan uji coba instrumen evaluasi yang akan digunakan agar diketahui kualitasnya. Uji coba instrumen evaluasi diberikan kepada siswa yang bukan merupakan sampel penelitian tetapi dalam populasi yang sama, dan mempunyai kemampuan yang setara dengan siswa yang dijadikan sampel penelitian. g. Analisis kualitas atau kriteria instrumen evaluasi, dengan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda 18 soal yang akan diujikan. 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas pelaksanaan pretest, perlakuan dan pelaksanaan posttest, yang akan dijabarkan sebagai berikut: a. Pelaksanaan pretes (tes awal) Pretes dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap teks membaca pemahaman yang akan diujikan dengan tes berjumlah 12 soal. Pretest dilakukan di kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian, yaitu di kelas kontrol dan di kelas eksperimen. b. Perlakuan Perlakukan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan terlampir dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun (lihat lampiran 1). Kelas IVC sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran membaca menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, sedangkan kelas IVA sebagai kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran membaca sebagaimana biasanya dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
47
c. Pelaksanaan postes (tes akhir) Postes dilaksanakan untuk menguji pengetahuan siswa terhadap teks membaca pemahaman setelah diberikan perlakuan tertentu dengan tes berjumlah 12 soal, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Hasil postes tersebut selanjutnya dibandingkan dengan hasil pretes di kedua kelas yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian data-data hasil pretes dan postes diolah dalam pengolahan data. 3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini, data pretes dan postes siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikumpulkan untuk diolah kemudian dilakukan uji normalitas, homogenitas dan pengujian hipotesis penelitian.
G. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji validitas “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 348).” Uji validitas dapat ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Person. Adapun rumus validitas yang digunakan yaitu dengan angka kasar, sebagai berikut (Arikunto, 2010: 72):
𝑟𝑋𝑌 =
𝑁Σ𝑋𝑌 − Σ𝑋 (Σ𝑌) (𝑁Σ𝑋 2 − Σ𝑋)2 (𝑁Σ𝑌 2 − Σ𝑌)2
Keterangan: 𝑟𝑋𝑌 : Koefisiensi korelasi antara X dengan Y
X : Hasil tes membaca yang dicari validitasnya. Y : Nilai rata-rata harian.
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
48
Tabel 3.1. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Angka korelasi
Makna
0,800 < rxy ≤ 1,000
Sangat Tinggi
0,600 < rxy ≤ 0,799
Tinggi
0,400 < rxy ≤ 0,599
Cukup Tinggi
0,200 < rxy ≤ 0,399
Rendah
0,000 < rxy ≤ 0,199
Sangat Rendah (Riduwan, 2012: 98)
Hasil analisis uji validitas instrumen dari 18 soal yang telah diuji coba pada siswa kelas IV B SDN Sindangsari adalah sebagai berikut:
No.
Tabel 3.2. Tingkat Validitas Instrumen Tes Membca Pemahaman Nilai Interpretasi thitung ttabel Keterangan
Soal
Koefisien
Validitas
1
0,443
Cukup tinggi
2,856
>
1,697
Valid
2
0,170
Sangat rendah
1,006
<
1,697
Tidak Valid
3
0,576
Cukup tinggi
4,153
>
1,697
Valid
4
0,337
Rendah
2,108
>
1,697
Valid
5
0,218
Rendah
1,316
<
1,697
Tidak Valid
6
0,222
Rendah
1,316
<
1,697
Tidak Valid
7
0,417
Cukup tinggi
2,696
>
1,697
Valid
8
0,478
Cukup tinggi
3,192
>
1,697
Valid
9
0,60
Tinggi
4,374
>
1,697
Valid
10
0,481
Cukup Tinggi
3,192
>
1,697
Valid
11
0,022
Sangat Rendah
0,530
<
1,697
Tidak Valid
12
0,428
Cukup tinggi
2,885
>
1,697
Valid
13
0,426
Cukup tinggi
2,885
>
1,697
Valid
14
0,547
Cukup tinggi
3,839
>
1,697
Valid
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
49
15
0,498
Cukup tinggi
3,365
>
1,697
Valid
16
0,284
Rendah
1,670
<
1,697
Tidak Valid
17
0,600
Tinggi
4,374
>
1,697
Valid
18
0,548
Cukup tinggi
3,839
>
1,697
Valid
Dari 18 soal untuk menguji kemampuan membaca pemahaman tersebut telah dihitung hasilnya dan diperoleh 5 soal (soal nomor 2, 5, 6, 11 dan 16) tidak valid dan memiliki validitas rendah. Soal nomor 4 adalah soal yang valid tapi memiliki validitas rendah sehingga tidak akan digunakan dalam penelitian sebagai soal tes. 10 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, dan 18) mempunyai validitas cukup tinggi dan 2 soal (soal nomor 9 dan 17) memiliki validitas tinggi. Jadi soalsoal yang akan digunakan dalam penelitian sebagai soal pretes dan postes adalah soal yang memiliki validitas cukup tinggi dan tinggi terdapat 12 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15 17, dan 18). Perhitungan lengkap terdapat dalam lampiran 4 halaman 106-115.
2. Uji Reliabilitas Arikunto (2010: 86) mengungkapkan bahwa, “reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan”. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau memiliki keajegan. Seandainya ada perubahan pada hasil tes, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Adapun dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas menggunakan metode Belah Dua (Split Half Method) Spearman Brown dengan rumus (Akdon dan Hadi, 2005: 148) :
𝑟11 =
2. 𝑟𝑏 1 + 𝑟𝑏
Keterangan: r11 : reliabilitas yang dicari 𝑟𝑏: korelasi product moment antara belahan ganjil genap atau awal akhir Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
50
Tabel 3.3. Interpretasi Derajat Reliabilitas Nilai r11
Interpretasi
r11< 0,20
Sangat Rendah
0,20 ≤ r11< 0,40
Rendah
0,40 ≤ r11< 0,70
Sedang
0,70 ≤ r11< 0,90
Tinggi
0,90 ≤ r11< 1,00
Sangat Tinggi
Guilford (Suherman, 2003 : 139) Perhitungan reliabilitas terdapat pada lampiran halaman 116-117. Hasil pengujian reliabilitas 18 item soal membaca pemahaman diperoleh nilai uji reliabilitas sebagai berikut: Tabel 3.4. Tingkat Reliabilitas Instrumen Tes Membaca Pemahaman No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
r11
Makna
0,611 0,253 0,734 0,404 0,360 0,360 0,591 0,649 0,750 0,649 0,043 0,601 0,601 0,710 0,666 0,437 0,750 0,709
Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi
> < > > > > > > > > < > > > > > > >
rtabel
Keterangan
0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339
Reliabel Tidak Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Tidak Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
51
Dari 18 soal yang diujikan telah dihitung reliabilitasnya, dari perhitungan diperoleh 5 soal (soal nomor 3, 9, 14, 17 dan 18) memiliki reliabilitas tinggi, 9 soal (soal nomor 1, 4, 7, 8, 10, 12, 13, 15 dan 16) memiliki reliabilitas sedang, dan 4 soal (soal nomor 2, 5, 6, dan 11) memiliki reliabilitas rendah.
3. Uji Daya Pembeda Daya pembeda digunakan untuk mengukur apakah soal dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Arikunto, 2007: 213) :
DP=
BA JB
-
BB JB
= PA -PB
Keterangan: DP = daya pembeda J
= jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta tes kelompok atas JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah: D : 0,00 – 0,20 : jelek D : 0,20 – 0,40 : cukup D : 0,40 – 0,70 : baik D : 0,70 – 1,00 : baik sekali D : negatif, semuanya tidak baik
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
52
Tabel 3.5. Tingkat Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Nomor Item Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nilai 0,60 0,00 0,70 0,30 0,20 0,10 0,40 0,40 0,50 0,50 0,00 0,60 0,40 0,40 0,60 0,20 0,80 0,70
Interpretasi Baik Jelek Baik Sekali Cukup Cukup Jelek Baik Baik Baik Baik Jelek Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Sekali Baik Sekali
Dari 18 soal untuk menguji kemampuan membaca pemahaman tersebut diperoleh 9 soal (soal nomor 1, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, dan 15) memiliki daya pembeda baik. Soal nomor 3, 17, dan 18 memiliki daya pembeda baik sekali. sedangkan untuk soal nomor 4, 5, dan 16 memiliki daya pembeda cukup dan soal nomor 2, 6 dan 11 memiliki daya pembeda cukup, sehingga nomor-nomor soal yang meiliki daya pembeda cukup dan jelek, tidak digunakan dalam penelitian. Jadi soal-soal yang akan digunakan dalam penelitian sebagai soal pretes dan postes adalah soal yang memiliki daya pembeda baik dan baik sekali, yaitu terdapat 12 soal (soal nomor 1, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15 17, dan 18). Perhitungan lengkap tersaji pada lampiran halaman 118-119.
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
53
4. Analisis Tingkat Kesukaran Arikunto (2007: 207) mengungkapkan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus (Arikunto, 2007: 208): Rumus: P=
B JS
Keterangan: P : tingkat kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2007: 208): a) Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar b) Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang c) Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
Tabel 3.6. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Membaca Pemahaman Nomor Item Soal
Nilai
Interpretasi
1
0,47
Sedang
2
0,75
Mudah
3
0,55
Sedang
4
0,30
Sukar
5
0,61
Sedang
6
0,08
Sukar
7
0,70
Mudah
8
0,55
Sedang
9
0,36
Sedang
10
0,58
Sedang
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
54
11
0,11
Sukar
12
0,44
Sedang
13
0,47
Sedang
14
0,11
Sukar
15
0,58
Sedang
16
0,14
Sukar
17
0,58
Sedang
18
0,58
Sedang
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari analisis tingkat kesukaran soal membaca pemahaman terdapat dua soal mudah, 12 soal sedang dan lima soal sukar. Soal dengan kriteria sukar, sedang maupun mudah dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan lengkap tersaji pada lampiran halaman 120-121.
H. Analisis Data Data hasil tes yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diolah. Teknik yang digunakan yaitu pengolahan kuantitatif dari hasil pretes dan postes untuk kemudian diteliti dan ditabulasikan untuk mengetahui rata-rata, standar deviasi, dan variansi. Setelah itu dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata.
1. Uji Normalitas Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, dalam penelitian ini digunakan Uji Liliefors untuk menguji normalitas sebab instrumen tes yang digunakan adalah pilihan objektif atau data tunggal, dengan rumus sebagai berikut:
Lo = F(z) – S (z) Syah (Ratna, 2012: 38) Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
55
Keterangan: Lo
: Liliefors
F (z)
: Proporsi kumulatif
S (z)
: Frekuensi kumulatif
Adapun langkah-langkah penghitungan normalitas data dengan menggunakan Liliefors adalah sebagai berikut: a. Membuat tabel dengan kolom nilai (x), z, F(x), S(x), dan |F(x)-S(x)|. b. Menentukan z-score dengan rumus:
𝑧=
𝑥𝑖 − 𝑥 𝑠
Keterangan : z : skor z xi : batas atas kelas interval 𝑥 : nilai rata – rata s
: simpangan baku Ruseffendi (Wulansuci, 2012: 59)
c. Menentukan luas daerah z atau proporsi kumulatif F(x) dengan cara : z tabel + 0,5 (untuk z-score positif) dan 0,5 – z tabel (untuk z-score negatif). d. Menentukan S(x) dengan rumus:
𝑆 𝑥 =
𝑁𝑜𝑚𝑜𝑟 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑁 (𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘)
e. Menentukan nilai |F(x)-S(x)|. f. Cari nilai |F(x)-S(x)| terbesar sebagai penguji normalitas. g. Bandingkan |F(x)-S(x)| dengan nilai kuantil liliefors pada tabel, dengan taraf signifikansi =0,05 dan nilai N yang sesuai.
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
56
2. Uji Homogenitas Setelah melakukan uji normalitas data, maka akan diketahui bahwa data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, pengolahan data dapat
dilanjutkan
dengan
menguji
homogenitas.
Uji
homogenitas
mengindikasikan kehomogenan data dalam mewakili populasi yang sama. Namun apabila salah satu data dari populasi tidak berdistribusi normal, maka pengolahan data dapat dilanjutkan dengan perhitungan statistik non-parametrik. Uji homogenitas sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: F hitung =
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Riduwan (2009: 158) Kriteria pengujian: Jika: F hitung > F tabel, tidak homogen. Jika: F hitung < F tabel, homogen. 3. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Jika populasi berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan menggunakan statistik parametrik dengan rumus uji-t. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
Hipotesis Nol
: Tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen (tidak ada pengaruh). H0 : 1 = 2 (Tidak berbeda)
Hipotesis Alternatif : Terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen H1 : 1 ≠ 2 (berbeda) Tolak H0 dan Terima H1 : │ th │ > tb Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
57
Jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda (n1≠n2) dan kedua populasi homogen, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan rumus uji-t Polled Varian, yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 138) :
𝑋1 − 𝑋2
𝑡=
(𝑛1 − 1)𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22 1 1 + 𝑛1 + 𝑛2 − 2 𝑛1 𝑛2
Sedangkan jika varian tidak homogen, maka dilakukan uji-t dengan rumus separated varian, yaitu sebagai berikut : 𝑡=
𝑋1 − 𝑋2 𝑠12 𝑠22 + 𝑛1 𝑛2
Populasi tidak selalu berdistribusi normal, Jika populasi tidak berdistribusi normal maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji nonparametrik, yaitu uji Mann Withney U-Test, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat.
b.
Hitung U1 dan U2, dengan cara:
U1 = n1n2 +
n1(n1+1)
U12 = n1n2 +
2
n1 – R1
n2(n2+1) 2
n1 – R2
Keterangan : n1 : Jumlah sampel 1 n2 : Jumlah sampel 2 R1 : Jumlah peringkat 1 R2 : Jumlah peringkat 2 Sugiyono (2010: 153)
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
58
c.
Jika n1 dan n2 kurang dari sama dengan 20 maka hipotesis dapat langsung diuji dengan melihat tabel uji Mann Withney U-Test. Jika n1 dan n2 lebih besar dari 20, maka digunakan rumus z sebagai berikut, Ruseffendi (Wulansuci, 2012: 62):
𝑧=
1 𝑈 − 𝑛1 𝑛2 2 𝑛1 𝑛2 𝑛1 + 𝑛2 + 1 12
Nilai U yang digunakan pada rumus z di atas dipilih dari nilai U yang terkecil dari hasil penghitungan sebelumnya yaitu U1 atau U2. Kemudian menetapkan taraf signifikansi, dan membandingkan hasil dari zhitung dengan ztabel. Jika zhitung < ztabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima.
4. Analisis Data Indeks Gain Perhitungan data indeks gain dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil skor pretes dan postes siswa dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman. Skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dianalisis dengan cara membandingkan dengan skor pretes dan postes siswa kelas kontrol. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut, Meltzer (Putri, 2006: 79):
𝐺𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 (𝑔) =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
Kategori gain ternormalisasi (g) menurut Meltzer (Putri, 2006: 79) adalah : g < 0,3
: rendah
0,3 < g < 0,7 : sedang 0,7 > g
: tinggi
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed
59
Setelah menghitung indeks gain, kemudian dilakukan uji normalitas, homogenitas dan uji perbedaan rata-rata terhadap indeks gain untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan
membaca
pemahaman
antara
kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
5. Analisis Data Non Tes a. Analisis data lembar observasi Data yang diperoleh dari hasil observasi dikelompokkan fokus pertanyaan untuk mempermudah pembacaan dan penafsiran data. Kemudian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw.
Fitriana, 2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed