BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian sangat erat hubungannya dengan suatu metode, karena dalam penggunaan metode dalam penelitian harus disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang akan dikaji. Keberhasilan dalam sebuah penelitian tidak terlepas dari suatu metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif yang sifat penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif
merupakan
penelitian
yang
dapat
menjawab
permasalahan tentang gejala-gejala sosial yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan dengan kondisi yang objektif terjadi dilapangan tanpa adanya manipulasi. Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (2007:6) tentang penjelasan penelitian kualitatif sebagai berikut:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang akan dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam menggunakan penelitian kualitatif, data yang didapat lebih lengkap, dan lebih mendalam karena dalam proses penelitian kualitatif ini melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, melihat interaksi dengan peneliti sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dan program yang akan dikembangkan akan memungkinkan untuk dilaksanakan. Penelitian studi deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:64), yaitu sebagai berikut: Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
52
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Dari penjelasan diatas, bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dan yang nampak dalam situasi tersebut. Adapun ciri-ciri tentang metode penelitian deskriptif yang dijelaskan oleh Surakhmad (1998:140), yaitu sebagai berikut:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. 2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisi (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).
Penggunaan metode penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran menganai proses pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Se-Kota Cimahi, yaitu SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Berdasarkan dari penjelasan Surakhmad tentang ciri-ciri penelitian studi deskriptif penulis kemukakan bahwa dalam melaksanakan penelitian data yang diperoleh mula-mula dikumpulkan, disusun, dijelaskan, serta dianalisis. Dengan penelitian ini peneliti untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan dalam penelitian ini akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif adalah dimulai dari menyusun instrumen penelitian, berupa observasi sederhana pada proses pembelajaran pendidikan jasmani dan berupa wawancara yang dilakukan kepada guru pendidikan jasmani di SMAN se-kota Cimahi, siswa yang mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah tersebut.
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
B. Deskripsi Latar, Entri, dan Kehadiran Peneliti 1. Deskripsi Latar Deskripsi latar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berusaha memaparkan atau menggambarkan secara jelas dan rinci mengenai tempat atau lokasi penelitian yaitu SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Dari ke enam sekolah ini hanya empat sekolah yang penulis teliti, karena beberapa hal yang penulis alami dalam proses perijinan penelitian. Ke empat sekolah tersebut diantaranya SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kejelasan secara utuh dan menyeluruh tentang proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi.
a.
SMAN 1 Cimahi SMA Negeri 1 Cimahi berdiri sejak tahun 1961 dengan nama SMA DT II
Bandung di Cimahi dan berlokasi di Sekolah Hsin Hua milik Yayasan BAPERKI jalan Pasar Atas No.47 D. Pada awalnya di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah pertama Syukron Sulaeman hanya memiliki 2 kelas yaitu bagian B (Pasti Alam) dan bagian C (Ilmu Sosial) . Kemudian pada tahun 1962 SMA Swasta DT II Bandung di Cimahi menjadi Filial SMA Negeri 5 Bandung. Kemudian pada tahun 1964 berubah menjadi SMA Negeri Cimahi berdasarkan Surat Keputusan Pendirian Nomor : 79/SK/B/III/64 dengan Kepala Sekolah Tan kim Hay (Soetjonegoro) tepatnya tanggal 30 Juli 1964. Fasilitas yang dimiliki selain 27 ruang kelas, juga terdapat 1 perpustakaan, 1 ruang multi media dan 3 laboratorium (laboratorium bahasa, Lab. IPA, Lab.IPS dan komputer), 1 Kepala sekolah, , 1 ruang guru MP, 1 ruang guru BK, 1 Ruang TU, 1 ruang Komite Sekolah, 1 lapangan olahraga , mesjid, ruang OSIS, 1 ruang stusio musik, 1 ruang tata boga, dan ruang – ruang Ekstrakurikuler yang ada berjumlah 4 ruang kegiatan yang dibagi menjadi 12 unit kegiatan, 2 ruang parkir motor dan garasi mobil Kepsek.
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
b. SMAN 2 Cimahi SMA Negeri 2 Cimahi pada awalnya merupakan pengembangan dari SMA Negeri Cimahi (SMA Negeri 1 Cimahi sekarang) yang dikenal sebagai kelas jauh SMA Negeri Cimahi dan mulai dibangun pada tahun 1976 - 1977 ( Kelas III Jurusan IPA SMA Negeri Cimahi ). Pada tanggal 19 Nopember 1981 diadakan upacara peresmian Penegerian SMA Negeri Cimahi Filial Sriwijaya terhitung mulai tanggal 1 Juli 1981 yang kemudian ditegaskan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0220 / O / 1981 tanggal 14 Juli 1981. Selanjutnya sejak saat itu SMA Negeri Cimahi Filial Sriwijaya menjadi SMA Negeri 2 Cimahi sampai dengan sekarang. Berdasarkan prestasi yang telah diukir oleh para siswa dibawah bimbingan para tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 2 Cimahi, maka pemerintah melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat memberikan Piagam Penghargaan kepada SMA Negeri 2 Cimahi sebagai Sekolah Yang bermutu Tinggi ( Piagam Penghargaan No.002 / Kep.3268.Disdik / 2002 tanggal 20 Juni 2002 ) dan piagam penghargaan Badan Akreditasi Sekolah Jawa Barat dengan nilai “A” Amat Baik ( Piagam Penghargaan No. 057/BAS/JB/2003, tanggal 11 Nopember 2003 ) Berdasarkan Surat keputusan No. 169/C.C4/MN/2009, tanggal 10 Pebruari 2009, SMA Negeri 2 Cimahi ditetapkan sebagai Calon “RSBI” Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
c.
SMAN 3 Cimahi Berawal dari menempati 2 lokal yang dipinjamkan SMPN 2 Cimahi, SMAN
3 Cimahi berdiri sebagai filial / sekolah binaan dari SMAN 2 Cimahi pada tahun 1984. Kemudian atas dasar prakarsa PYMT Kepala Sekolah pada saat itu yakni Bpk. Drs Tatang Bachrum Adji, Bpk. Moch Wasid SH dibantu oleh Bpk. Drs. Dede Suyatna, membeli sebidang tanah yang luasnya 9.326 M2 di jln. Pesantren Cibabat, Cimahi Utara. Dilahan itulah dibangun 3 ruangan belajar,1 ruang Guru dan 1 ruang TU. Maka berpindahlah kegiatan SMAN 3 Cimahi dari SMPN 2 Cimahi di jln. Jend Sudirman ke jln. Pesantren Cimahi Utara yang secara Yuridis Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
ditetapkan berdiri sendiri dengan SK Pendirian Sekolah No 0601/10/1985 pada tanggal 22 November 1985. Kepemimpinan saat itu dipegang oleh ibu Dra. Hj. Ratu Yetty Amin Argakusumah dan Bpk. Moch. Wasid. SH. Berawal dari menempati 2 lokal yang dipinjamkan SMPN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi berdiri sebagai filial / sekolah binaan dari SMAN 2 Cimahi pada tahun 1984. Kemudian atas dasar prakarsa PYMT Kepala Sekolah pada saat itu yakni Bpk. Drs Tatang Bachrum Adji, Bpk. Moch Wasid SH dibantu oleh Bpk. Drs. Dede Suyatna, membeli sebidang tanah yang luasnya 9.326 M2 di jln. Pesantren Cibabat, Cimahi Utara. Dilahan itulah dibangun 3 ruangan belajar,1 ruang Guru dan 1 ruang TU. Maka berpindahlah kegiatan SMAN 3 Cimahi dari SMPN 2 Cimahi di jln. Jend Sudirman ke jln. Pesantren Cimahi Utara yang secara Yuridis ditetapkan berdiri sendiri dengan SK Pendirian Sekolah No 0601/10/1985 pada tanggal 22 November 1985. Kepemimpinan saat itu dipegang oleh ibu Dra. Hj. Ratu Yetty Amin Argakusumah dan Bpk. Moch. Wasid. SH. Tahun Ajaran 1986 – 1990, barulah ada Kepala Sekolah yang definitive yaitu Bpk. Ardjo. Dibawah pimpinan beliau bertambahlah ruangan belajar SMAN 3 Cimahi menjadi 10 ruangan, yang dilengkapi dengan 1 ruang LAB IPA, 1 sarana ibadah mesjid yang diberi nama “ AL – MUQODAS “, 1 lapangan olah raga Siswa da rehab ruang Guru plus ruang TU. Tahun Ajaran 1990 – 1995, tampuk pimpinan beralih ke Bpk. Drs. Ace Rukoman, ruang belajar bertambah lagi 4 ruangan hingga jumlahnya menjadi 14 ruangan, ditambah 1 ruang Wakasek, 1 ruang OSIS, 1 ruang kantin. Pintu gerbang depan dan pembentengan batas sekolah dengan masyarakatpun ditata dan dibenahi. Lapang olah raga siswa diperbaiki ditambah dengan penataan dan penghijauan lingkungan. Tahun terus berganti, hingga pada periode 1995 – 1999 pada saat kepemimpinan Bpk. Drs. Sukarja AS; pembangunan fisik sekolah tidak ada, kecuali rehab untuk beberapa ruangan. Periode tahun ajaran 1999 – 2002 SMAN 3 Cimahi dipimpin oleh Bpk. Drs. Asep Ikhsan. Belaiu menambah 4 ruang belajar, 1 ruang perpustakaan, 1 LAB. Komputer yang dilengkapi dengan 20 buah computer Pentium 2, 1 ruang BP dan terjadi penggatian nama mesjid menjadi “ NURUL IKHSAN “. Tahun
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
Ajaran 2003 – 2004 kepemimpinan dipegang oleh Bpk. Jojo Sutia, pun tidak ada penambahan pembangunan fisik sekolah tetapi LAB. IPA sempat direnovasi. Pada tahun ajaran 2004 – 2005 Kepala Sekolah dijabat PYMT Bpk. Drs. Edi Junaedi, dengan pelaksana harian Bpk. Drs. Yayat Hidayat. Pada tahun ini SMAN 3 Cimahi mendapat bantuan 1 set perangkat LAB. BAHASA. Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan elektronika; juga kebetulan SMAN 3 Cimahi pada tahun ini hanya satu – satunya SMA Negeri di Cimahi yang mempunyai jurusan Bahasa. Tahun Ajaran 2005 – 2006, Bpk. Drs. Asep Ikhsan kembali menjadi PYMT, sebagai pelaksana harian tetep dipercayakan kepada Bpk. Drs. Yayat Hidayat. Pembangunan fisik SMAN 3 dilanjutkan kembali dengan menambah 1 buah sarana lapangan olah raga, 1 ruang UKS, 1 ruang Tata Boga ( adanya MULOK pada kurikulum 2004 yang memuat adanya mata pelajaran tambahan untuk keterampilan. SMAN 3 Cimahi memilih keterampilan Tata Boga dan Elektronika ); 1 ruang piket Guru. Ruang Kepala Sekolah dan Tata Usaha pindah ke lantai dua, sementara lantai dasar digunakan untuk lahan parker sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas kendaraan yang terus bertambah baik untuk roda dua maupun roda empat. Bulan Desember 2006 terjadi pergantian Kepala Sekolah, Bpk. Drs. Asep Ikhsan dilaih tugaskan ke SMAN 1 Cimahi dan Bpk. Drs. Rochiman Satisha bertugas di SMAN 3 Cimahi. Ditahun Ajaran 2006 – 2007 SMAN 3 Cimahi menata lingkungan yang bersih dan sehat dengan merenovasi wc siswa dan guru, perbaikan kursi dan meja belajar siswa, termasuk lapangan olah raga yang ada di lahan sebelah utara diperbaiki dan dibuat lapang tennis hinga berfungsi ganda, baik untuk guru ataupun siswa; karena Tenis dijadikan kegiatan ekstra kurikuler ditambah dengan Mading, EAC ( English Activity Corner) Jurnalist ( dilengkapi dengan kamera khusus ). Penataan halaman yang rindang dan hijau, taman yang rapih hingga terlihat asri adalah sarana yang menunjang kenyamanan aktivitas suatu komunitas sehingga bisa dijadikan lahan kegiatan yang memadai baik untuk “ Flexibility Learning dan Pentas Kreasi Seni “ siswa SMAN 3 Cimahi ataupun ajang silaturahmi dengan para orang tua siswa dan Alumni.Tahun Pelajaran 2007 – 2008 SMAN 3 Cimahi mendapat bantuan dana Block Grant (RKB) untuk 2 Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
lokal tetapi yang berhasil dibangun menjadi 4 lokal ,( 2 ruang belajar, 1 ruang perpustakaan dan 1 ruang Multi Media) Tuntutan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d. SMAN 6 Cimahi SMA Negeri 6 Cimahi sebelumnya disebut sebagai SMAN 13 Bandung. Angkatan pertama SMAN 13 Bandung pada saat itu masih bergabung dengan SMAN 4 Bandung di Jalan Gardujati no. 20 Bandung. Karena SMAN 13 Bandung masih baru dan masih bergabung dengan SMAN 4 Bandung maka belum bisa berjalan sendiri dalam menampung siswa didiknya. Begitu juga para staf pengajar kebanyakan masih guru-guru SMAN 4 Bandung. Pada saat itu Kepala Sekolah SMAN 13 Bandung adalah juga Kepala Sekolah SMAN 4 Bandung yaitu Ibu. Dra. Nani Soekartini. Setelah berpisah secara administrasi dengan SMAN 4 Bandung Kepala Sekolah SMAN 13 Bandung dipimpin oleh Bapak Komaruddin yang berasal dari Cikampek. Pada saat itu pembangunan fisik Gedung Sekolah SMAN 13 Bandung di Cijerah masih berlangsung sehingga para siswa-siswi SMAN 13 Bandung sebagian belajar di Gedung SMAN 4 Bandung Jalan Gadujati no. 20 sebagian belajar di Gedung SMPN 1 Jalan Kesatrian Bandung. Setelah Gedung Sekolah SMAN 13 Bandung di Cijerah selesai pada tahun 1982 maka semua siswa-siswi SMAN 13 Bandung belajar di Gedung baru SMAN 13 Bandung di Cijerah-Cimahi Selatan. SMAN 13 Bandung kemudian pada tahun 1997 berubah menjadi SMAN 6 Cimahi. 2. Entri Entri merupakan suatu cara atau langkah peneliti untuk bisa masuk kedalam penelitian. Sejalan dengan Moleong (2005:401) “entri merupakan suatu langkah atau cara dimana peneliti untuk bisa masuk kedalam suatu latar penelitian.” Penelitian ini berusaha untuk menghindari segala kemungkinan yang dapat menghambat kegiatan penelitian. Peneliti mengikuti petunjuk yang dijelaskan
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
58
oleh Nasution yang dikutip oleh Samidi (Fauzi, 2011:81) yang menyatakan bahwa:
a. Usaha agar dapat memasuki lapangan dengan berusaha mengadakan hubungan informal dan non formal pada pihak terkait. b. Mencari izin dari instansi tokoh yang berwenang. c. Berusaha untuk memupuk dan memelihara kepercayaan orang lain dilapangan. d. Mengidentifikasi informan, yaitu orang yang dapat memberikan informasi yang diperlukan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan kontak dengan pihak sekolah dengan mengikuti petunjuk sebagai berikut: langkah pertama, peneliti berusaha bertemu dengan kepala sekolah untuk meminta izin untuk melaksanakan penelitian di Sekolah tersebut serta menjelaskan tujuan dan maksud penelitian, selanjutnya peneliti menemui guru pendidikan jasmani dan menjelaskan secara keseluruhan tentang penelitian ini. 3. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti adalah untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka peneliti hadir dalam setiap proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh objek penelitian di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk menggambarkan semua aktivitas yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Kehadirin peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat. Melalui cara pengamatan ini, peneliti berusaha untuk mengamati kegiatan subyek dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Peneliti dalam penelitian ini bisa langsung mengamati kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi tentang semua aktivitas yang terjadi dari awal hingga akhir proses pembelajaran pendidikan Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
59
jasmani berlangsung dan mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani serta peneliti mencatat segala yang terjadi dalam proses penelitian.
C. Populasi dan Sampel Dalam penyusunan hasil data penelitian sampai dengan menganalisis data untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian ini diperlukannya sumber data. Sumber data dalam penelitian pada umumnya disebut dengan populasi dan sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2012:117) sebagai berikut:
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian yang peneliti lakukan yang menjadi populasi penelitian adalah guru pendidikan jasmani dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri se-Kota Cimahi. Menurut Arikunto (Fauzi, 2011:83) bahwa jumlah dari sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih. Penulis menggunakan cara untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik random sampling, karena dalam pengambilan data sebagai anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Adapun sebagai sampel dalam penelitian ini adalah yaitu kepada guru pendidikan jasmani dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
60
pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data erat kaitannya dalam sebuah penelitian. Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis dan disimpulkan dari sebuah pengamatan. Dalam suatu penelitian perlu adanya teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk membantu mengungkapkan suatu permasalahan penelitian dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Agar memperoleh data penelitian yang secara akurat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara: 1) pengamatan, 2) wawancara, dan 3) dokumentasi. Ketiga teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengamatan Apabila penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, maka salah satu cara yang digunakan dalam penelitian, peneliti mengumpulkan data penelitiannya melalui pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti. Melalui teknik ini, peneliti dapat langsung mengetahui tentang gambaran dan segala aktivitas yang terjadi dalam suatu penelitian, khususnya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2007:174) tentang beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam teknik pengumpulan data, yaitu diantaranya:
1. Bahwa teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Tampaknya pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran 2. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. 4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan. 5. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasisituasi yang rumit. Situasi ini mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks. 6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan maka pengamatan menjadi alat yang bermanfaat.
Dari penjelasan di atas, bahwa alasan dalam penggunaan teknik pengamatan dalam proses pengumpulan data ialah dapat mengamati secara optimal dengan kemampuan peneliti terhadap objek penelitian secara langsung dalam proses pengumpulan data penelitian. Hasil pengamatan selama proses penelitian berlangsung, peneliti membuat catatan lapangan yang dirangkai berdasarkan dengan apa yang dilihat, didengar serta dirasakan secara langsung oleh peneliti. Menurut Mosston (1994:3) bahwa “struktur pembelajaran terdiri dari kategori yang menggambarkan tentang keputusan yang harus dibuat dalam pelaksanaan belajar mengajar, yaitu pra pembelajaran, pembelajaran, dan post pembelajaran.” Peneliti akan meneliti tentang proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri dari perilaku guru, perilaku siswa, interaksi antara guru dan siswa, serta aspek yang dikembangkan dari ketiga kategori struktur pelaksanaan pembelajaran. Berikut adalah instrumen penelitian dalam proses pelaksanaan penelitian berlangsung:
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
Tabel 3.1 Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Hari/tanggal :
Guru
:
Tempat
:
Kelas
:
Waktu
:
Petemuan
:
Aspek Pedagogis
Situasi Pengajaran
Perilaku
Perilaku
Interaksi
Aspek
Guru
Siswa
Guru dan
Yang
Siswa
Dikemban gkan
Pra Pengajaran
Pengajaran
Post Pengajaran
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63
2. Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dalam sebuah penelitian dengan cara komunikasi langsung dengan subyek atau responden penelitian. Teknik wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui yang lebih mendalam
dari responden. Menurut Susan
Stainback (Sugiyono, 2012:318) mengemukakan bahwa:
Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Dalam penelitian ini teknik wawancara dilaksanakan sebagai pelengkap dan pengembangan data hasil penelitian. Dalam menyusun pertanyaan dalam wawancara harus mempertimbangkan beberapa hal yang diperhatikan agar responden dapat menjawab soal wawancara dengan baik. Menurut Surakhmad (Fauzi, 2011: 87) pertanyaan-pertanyaan itu harus disusun dengan berpedoman, yaitu sebagai berikut: 1. Rumuskan setiap pertanyaan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. 2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh responden, pertanyaan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. 3. Sifat pertanyaan harus netral dan obyektif. 4. Mengajukan hanya pertanyaan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain. Pelaksanaan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kepada guru pendidikan jasmani, dan beberapa siswa yang sedang terlibat dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani disetiap sekolahnya. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti menggunakan wawancara berstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan berupa instrumen penelitian yang berupa pertanyaanAstri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
pertanyaan. Jadi peneliti lebih menekankan tanya jawab dengan responden yang mengacu pada tujuan pedoman wawancara. Adapun kisi-kisi untuk wawancara, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara No. 1
Variabel Guru
Sub Variabel 1.1 Cara Mengajar
Indikator a. Cara menyampaikan materi pembelajaran. b. Kejelasan materi pelajaran.
1.2 Proses Pembelajaran Penjas a. Mengawali pembelajaran penjas. b. Penggunaan alat bantu pengajaran. c. Penggunaan metode dalam mengajar. d. Cara memotivasi siswa. e. Menutup pembelajaran penjas 2
Kurikulum
2.1 Kesesuaian Materi
a. Kesesuaian materimateri yang diajarkan b. Kesesuaian dengan program pembelajaran penjas
2.2 Isi Materi
a. Isi materi pelajaran penjas dan kedudukan materi b. Sasaran pembelajaran
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
(kognitif, afektif, dan psikomotor) c. Sumber pedoman dalam mengajar 2.3 Fasilitas Pembelajaran
a. Kelengkapan fasilitas pembelajaran penjas b. Pemanfaatan fasilitas pembelajaran penjas c. pemeliharaan fasilitas pembelajaran d. Kreativitas media pembelajaran penjas
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani HARI/TANGGAL
:
TEMPAT
:
WAKTU
:
RESPONDEN
:
SEKOLAH
:
NO. 1.
2.
3. 4.
Pertanyaan Dalam Wawancara Kesulitan apa yang bapak/ibu rasakan dalam menyampaikan materi pelajaran ketika dilapangan? Bagaimana cara bapak/ibu dalam menyampaikan materi agar mudah dipahami? Penjelasan materi seperti apa yang bapak/ibu jelaskan kepada peserta didik sebelum mengajar praktek dilapangan? Sikap apa yang bapak/ibu lakukan dalam proses belajar ketika
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
menghadapi siswa yang kurang disiplin? 5.
6.
Alat bantu seperti apa yang bapak/ibu gunakan dalam proses pembelajaran penjas? Upaya apa yang bapak/ibu lakukan dalam menyikapi kurangnya sarana dan prasarana?
7.
Metode apa saja yang digunakan bapak/ibu dalam mengajar?
8.
Bagaimana cara bapak/ibu memotivasi siswa dalam setiap pertemuan?
9.
10.
11.
12. 13. 14.
15. 16. 17.
18.
19. 20.
Apakah bapak/ibu setuju penjas merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa? Bagaiman menurut bapak/ibu? Bagaimana sikap yang ditunjukkan siswa ketika pembelajaran penjas berlangsung dilapangan? Bagaimana upaya yang bapak/ibu lakukan agar anak kondusif dalam proses KBM ketika siswa ditinggalkan? Menurut bapak/ibu, bagaimana program pembelajaran penjas sekarang ini, baik waktu, materi dan peralatannya? Materi pembelajaran penjas seperti apakah yang diharapkan siswa? Bagaimana aplikasi bapak/ibu dalam memberikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor kepada siswa dalam pembelajaran penjas? Apa yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam memelihara peralatan yang sudah ada? Apakah sumber belajar memadai? Bagaimana solusinya? Evaluasi seperti apa yang bapak/ibu lakukan dalam menilai proses pembelajaran penjas? Program pengayaan seperti apakah yang bapak/ibu lakukan dalam melaksanakan pembelajaran penjas? Bagaimana upaya bapak/ibu dalam memodifikasi media pembelajaran penjas? Bagaimana bapak/ibu dalam merancang atau membuat RPP?
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Siswa HARI/TANGGAL
:
TEMPAT
:
WAKTU
:
RESPONDEN
:
SEKOLAH
:
No. 1.
Pertanyaan Dalam Wawancara Apa yang anda rasakan ketika mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani?
2.
Bagaiman pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah ini?
3.
Menurut anda apa kekurangan pembelajaran pendidikan jasmani? Bagaimana solusinya?
4.
Apa yang anda rasakan sesudah mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani?
5.
Apa yang anda inginkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani?
3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seorang peneliti. Menurut Sugiyono (2012:329) “studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.” Sejalan dengan pendapat Moleong (2007:217) bahwa “dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.”
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
Dari penjelasan di atas bahwa dokumentasi merupakan bahan yang tertulis yang berbentuk foto-foto, yang berupa hasil penelitian yang didapat oleh peneliti melalui apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan selama proses penelitian berlangsung. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Maka dari itu semua data tersebut dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk rekaman video atau berupa foto.
E. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah guru pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta siswa yang terlibat dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.
F. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Sedangkan lamanya waktu penelitian dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih satu bulan.
G. Analisis dan Interpretasi Data 1. Metode Analisis Data Analisis data Menurut Moleong (Ruswandi, 2012:79) yaitu “proses pengorganisasian mengurut data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.” Menurut Bogan (Sugiyono, 2012:334) menyatakan bahwa:
Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcrips, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
lapangan. Dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi serta di analisa dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data yang dilakukan secara terus menerus sambil mengumpulkan data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif atau perbandingan tetap yang bertujuan untuk melihat adanya: (a) ketepatan kenyataan; (b) generalisasi empiris; (c) penetapan konsep; (d) pembatasan teori; dan (e) penulisan teori (Moleong dalam Fitra, 2012:79). 2. Tahap-tahap Analisis Data Menurut
Moleong
(2007:272)
bahwa
“tahap
pelaksanaan
analisis
komparatif atau perbandingan tetap lebih menggambarkan suatu proses teorisasi, yaitu proses yang lengkap untuk menyusun teori melalui langkah-langkah sistematis.” Dalam proses tahapan menganalisis data, proses analisis tersebut mencakup empat tahap metode komparatif tetap menurut Moleong (2007:272) yaitu: (a) pembanding kejadian yang aplikatif terhadap setiap kategori; (b) integrasi dan kawasannya; (c) pembatasan teori; dan (e) penulisan teori. 3. Kategorisasi Menurut Moleong (2007:252) bahwa “kategorisasi adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencari kesamaan-kesamaan suatu kategori tertentu pada suatu kategori tertentu pada suatu data dan membandingkan dengan data sebelumnya untuk suatu kategori.” Kategori yang dimaksud adalah merupakan salah satu tumpukan data yang akan disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, istilah perbandingan tetap identik dengan analisis domain, karena analisis domain juga merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokkan data sesuai dengan kelompoknya. Pada penelitian ini, peneliti Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
menggunakan istilah domain dalam menganalisis data penelitian, agar memudahkan penggunaan hubungan simantik untuk setiap kategori data penelitian. 4. Integrasi Kategori dan Kawasan Dari sejumlah kategori yang telah dibuat dari satuan-satuan kategori, selanjutnya peneliti mengadakan perbandingan antara satu kategori dengan kategori lainnya. Selanjutnya akan terjadi pembandingan antara kejadian dengan kawasan suatu kategori. Pembandingan secara tetap akan menghasilkan akumulasi pengetahuan yang berkenaan dengan kawasan suatu kategori. Sehingga dalam mengumpulkan sejumlah kategori dapat menghasilkan integrasi dari beberapa kategori yang selanjutnya dapat menjadikan satu kesatuan yang utuh. 5. Pembatasan Teori Pada tahap pembatasan teori ini peneliti melakukan tahapan reduksi pada data yang diperoleh dengan cara memformulasikan teori kedalam seperangkat konsep yang tinggi tingkatan abstraksinya atas dasar keragaman dari seperangkat kategori dan kawasannya. Menurut Fauzi (2011:95) reduksi data adalah suatu proses penelitian, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.” 6. Penulisan Teori Tahap penulisan teori ini, peneliti mengumpulkan beberapa catatan lapangan dari setiap kategori yang telah dibuat, kemudian dipelajari kembali catatan lapangan tersebut karena untuk keperluan validasi penulisan, selanjutnya dilakukan kegiatan penulisan teori yang dilakukan secara bertahap. Penulisan teori ini ditulis dengan selalu melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dengan memberikan masukan serta pengarahan yang berkaitan dengan penulisan skripsi. Selanjutnya peneliti mengumpulkan catatan dari beberapa kategori yang telah dibuat, kemudian dipelajari kembali catatan tersebut dan dilanjutkan dengan kegiatan penulisan teori.
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
H. Pemeriksaan Keabsahan Data (Triangulasi) Menurut Moleong (2002:178) “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.” Dalam penelitian ini cara pemeriksaan keabsahan data menggunakan penguraian pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari hasil data yang diperoleh. Dengan triangulasi ini peneliti melaporkan hasil penelitian disertai penjelasan yang dapat meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. Menurut Moleong (Ruswandi, 2011: 81) bahwa untuk memenuhi kepentingan penelitian ini akan digunakan teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu antara lain: (1) perpanjangan keikutsertaan, dan (2) auditing. Teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian tersebut dipilih, karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan latar penelitian dilapangan. 1. Perpanjangan Keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan dalam teknik pemeriksaan keabsahan data merupakan suatu cara yang dipilih peneliti dalam penelitian untuk memanfaatkan sesuatu yang lain selain data dengan maksud melakukan pengecekan dan membandingkan data yang diperoleh. Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti kurang lebih selama satu bulan. Peneliti mengadakan pengamatan sebanyak 24 kali pengamatan, dengan enam kali pertemuan setiap sekolahnya. Dalam proses pengambilan data, peneliti berusaha untuk selalu datang tepat waktu sesuai dengan jadwal pelajaran pendidikan jasmani. Peneliti mencatat semua yang dapat diamati, didengar serta dirasakan saat berlangsungnya proses pembelajaran pendidikan jasmani dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Auditing Menurut Moleong (2007:338) auditing adalah “suatu cara yang dilakukan untuk memeriksa kebergantungan data dan kepastian data. Hal ini dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.” Dari penjelasan tersebut, Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
maka seluruh proses penelitian dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, dan analisis data, sampai pada penulisan laporan penelitian dapat ditelusuri apakah penelitian yang dilaksanakan dengan cara yang tepat dan akurat. Tahap-tahap dari proses auditing menurut Moleong (2007:339) pada penelitian ini, yaitu antara lain: (a) tahap praentri, (b) tahapan penetapan dapat tidaknya diaudit, (c) tahap persetujuan resmi antara auditor dan audit, dan (e) tahap penentuan keabsahan data. Adapun tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap Pra Entri Pada tahap pra entri dalam penelitian ini yaitu peneliti mengadakan bebrapa pertemuan dengan obyek yang akan diteliti dan menjelaskan maksud, tujuan, proses, dan hasil penemuan studi. Penelitipun menjelaskan secara rinci cara pencatatan yang telah dilakukan selama penelitian, serta teknik yang dipakai dalam usaha untuk memperoleh informasi atau hasil data yang diperlukan. Peneliti selalu berusaha untuk menemui objek peneliti untuk melakukan diskusi agar mencapai kesepakatan bersama. b. Tahap Penetapan dapat tidakannya diaudit Pada tahap ini peneliti menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian dan mempelajarinya, serta peneliti meminta penjelasan tentang penjelasan-penjelasan yang belum dipahaminya. Kemudian peneliti menyerahkan keseluruhan catatan lapangan tentang proses dan hasil penelitian kepada objek yang diteliti. Setelah itu objek yang diteliti mempelajari seluruh catatan yang ada, dan membuat ketetapan tentang penelitian yang sedang atau telah selesai dilaksanakan dapat diteruskan, diberhentikan sementara, atau diberhentikan sama sekali. Pada akhirnya objek yang diteliti memberikan keputusan bahwa penelitian dapat dilanjutkan kembali. c. Tahap Persetujuan Resmi Antara Auditor dan Audit Pada tahap ini auditor dengan audit mengadakan persetujuan tertulis dengan tentang apa yang telah dicapai oleh auditor. Maka dari itu guru pendidikan Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
jasmani selaku objek yang diteliti membuat persetujuan secara resmi dengan peneliti tentang hasil data penelitian yang telah diterima oleh objek yang diteliti. Persetujuan yang diputuskan oleh peneliti dengan yang diteliti antara lain penjabaran peranan yang telah dilakukan, penyusunan logistik, penetapan format yang akan digunakan, serta kriteria perundingan kembali apabila diperlukan jika terjadinya kesalahan atau kekeliruan. d. Tahap penentuan keabsahan Pada tahap ini, yang diteliti berusaha untuk menelusuri kembali data yang ada dan membaca seluruh catatan lapangan serta memeriksa apakah sesuai dengan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani oleh guru pendidikan jasmani. Selanjutnya peneliti melaporkan hasil pemeriksaan seluruh bahan yang digunakan dalam penelitian untuk dilaporkan kepada pembimbing dan diperiksa oleh pembimbing.
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
DAFTAR PUSTAKA
Fitra Ruswandi. (2011). Profil Proses Pembeajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Skripsi pada UPI Bandung. Helmy Fauzi.(2011). Proses Pembelajaran Penjas di Madrasah Aliyah. Skripsi pada UPI Bandung Moleong.(2002). Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offet Bandung Moleong, L. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (EdisiRevisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sudjana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dn Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Surakhmad. (1998). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito
Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu