30
BAB III METODE PENELITIAN
Metode adalah cara sistematis untuk melakukan sesuatu secara sistematis. Sementara metodologi ialah kajian yang mempelajari tata aturan untuk sebuah metode. Metode penelitian ialah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3).
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tidak terlepas dari lokasi penelitian, yaitu tempat dimana penelitian dilakukan. Tempat yang dijadikan lokasi penelitian diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian. Tempat yang digunakan untuk memperoleh data, informasi, keterangan, dal hal-hal lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian adalah SLB Negeri Surakarta yang beralamat dijalan Cocak X Sidorejo Surakarta. Pemilihan SLB Negeri sebagai tempat penelitian karena: a. Terdapat siswa tunagrahita sedang yang memiliki karakteristik kemampuan bina diri yang masih rendah. b. Terdapat dua siswa di kelas IV yaitu ARS dan MANP yang memiliki kemampuan mengurus diri rendah, mereka belum mampu mengurus diri secara baik terutama mencuci pakaian.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Januari s/d Juni 2016. Penelitian diawali dengan pengajuan judul, penyusunan proposal, perijinan, penyusunan instrument, uji validitas instrument, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan. Tahap pengajuan judul dilaksanakan pada minggu I dan minggu II bulan Januari, tahap penyusunan proposal mulai dari minggu III bulan Januari sampai minggu I bulan Maret, kemudian perijinan dilakukan pada minggu II bulan 30
31
Maret, kemudian penyusunan instrumen pada minggu III bulan Maret, validitas instrumen pada minggu IV bulan Maret, pengumpulan data dilaksanakan selama 1 bulan mulai minggu I bulan April sampai mingg IV bulan April, analisis data dilaksanakan minggu I s/d minggu IV bulan Mei, tahap terakhir yaitu penyusunan laporan yang dilaksanakan pada minggu I s/d IV bulan Juni.
B. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen. Eksperimen menurut Sugiyono (2010: 107) merupakan “ metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Sudrajat & Subana (2005: 39) mengemukakan penelitian percobaan (eksperimental research) adalah “ penelitian yang melihat dan meneliti adanya akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variabel bebas. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan melihat hubungan sebab akibat”. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang memiliki suatu pemberian perlakuan. Hasil yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh sebelum diberi perlakuan sehingga akan diketahui hubungan sebab akibat antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Desain penelitian yang dipilih dalam penelitian adalah Single Subject Research (SSR) yang berarti penelitian subjek tunggal. Eksperimen Subjek Tunggal adalah penelitian dengan subjek atau partisipan tunggal yang hasil eksperimennya disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual (Sukmadinata,2006:29). Eksperimen subjek tunggal adalah suatu eksperimen dimana subjek atau partisipannya bersifat tunggal, bisa satu orang, dua orang atau lebih. Hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual (Arifin, 2012:75). Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus perilaku pada subjek tunggal. Bertujuan untuk mengetahui efektivitas Task Analysis yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu dalam rangka
32
meningkatkan kemampuan mengurus diri anak tunagrahita sedang kelas IV SLB Negeri Surakarta. Penelitian yang dilakukan terkait dengan modifikasi perilaku berupa pembentukan, pemeliharaan perilaku positif, dan pencegahan perilaku negatif pada individu dalam rangka partisipasi belajar. Karakteristik eksperimen kasus tunggal menurut Sunanto (2005: 54) terdiri dari tiga macam yaitu pengukuran terhadap variabel terikat berulang-ulang, kelompok eksperimen dan kontrol pada individu yang sama serta memungkinkan untuk satu individu atau lebih. Menurut Sunanto (2005: 54) desain Single Subject Research secara garis besar terdiri dari dua kategori yaitu sebagai berikut: 1. Desain reversal yang terdiri dari tiga macam yaitu design A-B, design A-BA,dan design A-B-A-B. 2. Desain Multiple Baseline yang terdiri dari multiple baseline cross conditions, multiple baseline cross variables, multiple baseline cross subjects. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single subject research (SSR) dengan pola A-B-A. Alasan peneliti menggunakan desain A-B-A adalah karena desain ini dapat menunjukkan sebab akibat suatu intervensi terhadap variabel terikat. Menurut Sunanto dkk (2005: 59) penelitian SSR dengan desain A-B-A, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Alasan peneliti menggunakan desain A-B-A karena pada desai A-B-A terdapat penambahan kondisi baseline 2, dengan tujuan sebagai control untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menrik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variable bebas dan variable terikat. Menurut Sunanto dkk (2005: 59) prosedur penelitian dengan pola (A1)-(B)-(A2) sebagai berikut: “Prosedur desain (A1)-(B)-(A2) mula-mula perilaku sasaran (target behavior) diukur secara kontinu pada kondisi baseline 1 (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B) setelah itu pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat” Berdasarkan prosedur penelitian single subject research pola A-B-A menurut Sunanto maka dalam penelitian dilakukan prosedur pengukuran baseline
33
1 (A1), intervensi, dan baseline 2. Gambaran desain penelitian single subject researh pola A1-B-A2 seperti pada gambar 3.2.
Target
Baseline 1 (A1)
Intervensi (B)
baseline 2 (A2)
Behavior
Sesi Gambar 3.2. Penelitian Single Subject Research (SSR) desain A1-B-A2 Keterangan: (A1)
: Baseline 1 untuk mengetahui kemampuan awal anak
(B)
: Pemberian intervensi
(A2)
: Baseline 2, tahap evaluasi untuk mengetahui hasil setelah intervensi . Penelitian subjek tunggal yang dilakukan menggunakan desain penelitian
reversal pola (A1)-(B)-(A2). Desain penelitian A-B-A dalam penelitian secara lebih rinci adalah baseline 1 (A1), intervensi (B), baseline 2 (A2). Penjelasan desain A1-B-A2 secara lebih rinci dalam penelitian yang dilakukan peneliti dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Baseline 1 (A1) Baseline 1 dalam penelitian ini adalah kondisi kemampuan anak dalam mengurus diri keterampilan mencuci pakaian tanpa adanya bantuan penggunaan Task Analysis. Pengambilan data dalam baseline 1 direncanakan selama empat kali sesi namun apabila telah diperoleh data yang stabil maka baseline 1 dapat dihentikan. 2. Intervensi (B) Pelaksanaan intervensi direncanakan sebanyak delapan kali pertemuan namun apabila telah diperoleh data yang stabil maka intervensi dapat dihentikan. Pelaksanaan intervensi peneliti menggunakan Task Analysis dalam kegiatan program khusus bina diri. 3. Baseline 2 (A2) Kegiatan baseline 2 merupakan kegiatan pengulangan dari baseline 1. Baseline 2 sebagai evaluasi untuk melihat efektivitas pemberian intervensi
34
dalam kemampuan mengurus diri keterampilan mencuci pakaian. Fase baseline 2 direncanakan sebanyak empat sesi pertemuan namun apabila telah diperoleh data yang stabil maka baseline 2 dapat dihentikan..
C. Populasi dan Sampel Sebuah penelitian terdapat istilah yang disebut populasi dan sampel. Populasi dan sampel dalam penelitian adalah: 1. Populasi Sugiyono (2010:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi menurut Arikunto (2010:173) adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan Azwar (2012:77) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Berdasarkan pengertian populasi menurut ahli dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek dalam wilayah lingkup penelitian yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa siswa kelas IV semester II SLB Negeri Surakarta, yang terdiri dari lima siswa. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:118). Sedangkan pengertian sampel menurut Azwar (2012:79) sampel yaitu bagian dari populasi. Menurut Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa sampel adalah jumlah wakil dan karakteristik dari bagian populasi. Sampel dalam penelitian adalah dua siswa kelas IV semester II SLB Negeri Surakarta yaitu ARS dan MANP.
35
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Sugiyono (2010:119) mengemukakan bahwa teknik sampling dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
dan nonprobability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur untuk dipilih menjadi anggoa sampel. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan dalam menentukan sampel dalam penelitian. Sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 124). Menurut Subana & Sudrajat (2005:126) “Penarikam sampel purposive menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari subjek penelitian”. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan atau alasan tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan anak tunagrahita sedang, 1 laki-laki berinisial MANP dan 1 perempuan berinisial ARS, dua siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam mengurus diri, terutama dalam kemampuan mencuci pakaian.
E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2010: 190) teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang teratur untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ada dua cara, yaitu: 1. Observasi a. Pengertian Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis biologis dan psikologis” (Sugiyono,2010:203). Menurut Nawawi & Martini (Afifudin & Saebani,2012:134) “observasi adalah pengamatan dan
36
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek peneitian”. Observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung mengenai fenomena-fenomena, gejala psikis dan psikologi dengan pencatatan (Arikunto,2010:209). Observasi memiliki pengertian yang berbeda antara sumber satu dengan yang lain walau pada dasarnya memiliki prinsip yang sama, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan langsung mengenai fenomena dan gejala yang sedang berlangsung secara sistematis. b. Macam-macam observasi Observasi yang dilakukan terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari subjek. Subjek tidak merasa sedang diamati atau diobservasi untuk sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 204) ada dua macam observasi yaitu: 1) Observasi berperan serta (Participant observation) Observasi berperan serta dilakukan dengan cara pengamat ikut dalam kegiatan yang sedang berlangsung. 2) Observasi non partisipan Observasi dilakukan dengan cara pengamat tidak ikut serta dalam semua kegiatan yang sedang berlangsung. Afifudin & Saebani (2012: 138) juga menjelaskan teknik observasi. Teknik observasi yang dapat dilakukan menurut Afifudin & Saebani yaitu: 1) Observasi partisipatif Peneliti ikut berpartisipasi langsung atau melibatkan dalam kegiatan yang berlangsung. 2) Observasi terus terang atau tersamar Peneliti berterus terang bahwa sedang melakukan penelitian, subjek mengetahui kegiatan penelitian sejak awal hingaa seleasi penelitian. Namun, terdapat peneliti yang tidak memberi tau saat akan mengambil data sehingga subjek tidak mengetahui tujuan peneliti.
37
3) Observasi tak berstruktur Observasi dilakukan tanpa pembuatan jadwal yang tetap. Fokus penelitian juga bisa berubah sesuai dengan kondisi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipatif yang dilakukan dengan peneliti mengamati tingkah laku siswa dengan terlibat langsung dalam kegiatan siswa. Subjek penelitian tidak mengetahui tujuan dari peneliti ketika proses pengambilan data sedang berlangsung sehingga diperoleh data yang sesuai untuk kepentingan penelitian.
2. Tes a. Pengertian Menurut Arikunto (2010:217) “tes adalah serentetan beberapa pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes merupakan cara yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik yang didalamnya berupa pertanyaan, pernyataan dan serangkaian tugas yang dikerjakan untuk aspek perilaku (Arifin,2012:18). Berdasarkan pengertian tes menurut ahli dapat disimpulkan tes adalah seperangkat rangsangan yang berupa pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk
mengukur
pengetahuan,
intelegensi,
kemampuan
seseorang dan menetapkan skor. b. Macam-macam tes Jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik bermacam-macam. Jenis tes menurut Arifin (2012:118) sebagai berikut: 1) Tes berdasarkan jumlah peserta didik a) Tes kelompok Merupakan jenis tes yang dalam pelaksanaan dilakukan oleh banyak orang.
Tes
pembelajaran.
kelompok
biasa
digunakan
dalam
mengevaluasi
38
b) Tes perseorangan Pelaksanaan tes perseorangan secara individu. Tes perseorangan lebih banyak digunakan dengan cara tes lisan, namun juga terdapat tes tertulis, contoh tes perseorangan misal wawancara saat mendaftar suatu pekerjaan. 2) Tes dilihat dari cara penyusunan a) Tes buatan guru Adalah jenis tes yang menggunakan instrumen tes yang dibuat oleh masing-masing guru. Jika tes dilakukan dengan menggunakan instrumen tesbuatan guru maka instrumen tes akan berbeda. b) Tes yang dibakukan Tes yang dibakukan digunakan oleh seluruh instansi sekolah, sehingga saat melakukan kegiatan tes evaluasi seluruh instrumen yang digunakan sama. 3) Tes berdasarkan aspek pengetahuan dan ketrampilan a) Tes kemampuan Merupakan tes yang bisa digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa. b) Tes kecepatan Jenis tes kecepatan digunakan untuk mengetahui kecerdasan siswa dalam menerima materi pelajaran 4) Tes dilihat dari bentuk jawaban peserta didik a) Tes perbuatan Merupakan jenis tes dimana bentuk respon siswa berbentuk perilaku. b) Tes lisan Merupakan jenis tes dengan respon siswa secara langsung atau secara lisan. c) Tes tertulis Tes tertulis dibagi menjadi tiga bentuk yaitu: (1) Bentuk uraian : jenis tes yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab sesuai dengan kemampuan siswa
39
(2) Bentuk objektif : bentuk benar-salah atau true-false test, bentuk pilihan ganda atau multiple-choice test, bentuk menjodohkan atau matching test (3) Tes semi objektif atau semi karangan: tes jawaban singkat, tes melengkapi Menurut Widyoko (2012: 57) bentuk tes bisa dilihat dari segi sistem penskoran. Bentuk tes berdasarkan sistem skor dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) Tes objektif Tes objektif adalah tes yang penskorannya bersifat objektif, yaitu hanya dipengaruhi oleh hasil jawaban atau respons yang diberikan oleh peserta tes (responden). 2) Tes subjektif Tes yang penskoran selain dipengaruhi oleh jawaban maupun respon peserta tes juga dipengaruhi subjektivitas. Tes objektif dibagi menjadibeberapa tipe, namun terdapat beberapa jenis objektif yang sering digunakan dalam tes. Tipe tes objektif yang umumnya digunakan dalam pembelajaran menurut Widyoko (2012: 61) ada tiga, yaitu: 1) Tipe benar-salah Tipe benar-salah adalah tes yang butir soal terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah. 2) Tipe menjodohkan Tipe mejodohkan adalah tes yang butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama di sebelah kiri adalah pertanyaan atau pernyataan atau stem atau juga disebut dengan premis. Kelompok kedua sebelah kanan adalah kelompok jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai dengan pertanyaan atau pernyataan.
40
3) Tipe pilihan ganda Tipe pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soal memiliki jumlah jawaban berkisar antara tiga sampai lima. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes perbuatan. Tes perbuatan yaitu apabila jawaban atau respon yang diberikan oleh anak berbentuk tingkah laku, jadi anak berbuat sesuai dengan perintah atau pertanyaan yang diberikan. Tes diberikan dengan kondisi baseline 1, intervensi, dan baseline 2. Pada kondisi baseline 1 dan 2, tes dilakukan tanpa memberikan intervensi berupa penerapan task analysis dalam keterampilan mencuci pakaian untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui kemampuan akhir. Sedangkan pada kondisi intervensi, tes dilakukan setelah intervensi berupa program khusus bina diri mencuci pakaian menggunakan task analysis.
F. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas instrumen penelitian Afifudin & Saebani (2012:188) “Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian”. Instrumen valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,2010: 173). Validitas merupakan suatu ukuran untuk menentukan sebuah instrumen bisa digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas instrumen bisa dilakukan dengan berbagai jenis cara. Pengujian validitas instrumen penelitian menurut Sugiyono (2010:177-183) sebagai berikut: a. Pengujian validitas konstrak (Construct Validity) Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli. Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Setelah pengujian konstruksi instrumen dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen ke sampel yang telah diambil dari populasi. Kemudian data ditabulasikan, maka
41
pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor yaitu mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. b. Pengujian validitas isi (Content Validity) Instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau metrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. c. Pengujian validitas eksternal (external validity) Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Validitas instrumen juga bisa dilakukan dengan cara lain. Menurut Arifin (2012: 248) menyebutkan terdapat lima jenis validitas instrumen, yaitu validitas permukaan, validitas isi, validitas empiris, validitas konstruk dan validitas faktor. Penjelasan jenis validitas menurut Arifin yaitu: a. Validitas permukaan (face validity) Validitas ini menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen. Artinya, jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkapfenomena yang akan diukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan. b. Validitas isi (content validity) Validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi bahan yang diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti. Untuk mengetahui kesesuaian kedua hal itu, penyusunan
42
instrument harus mendasarkan diri pada kisi-kisi yang sengaja disiapkan untuk tujuan tersebut. Sebelum kisi-kisi dijadikan pedoman penyusunan butir-butir soal instrument, terlebih dahulu harus telah ditelaah dan dinyatakan baik. setelah butir-butir pertanyaan disusun, mereka juga harus telah ditelaah dengan mempergunakan kriteria tertentu disamping disesuaikan dengan kisi-kisi. Penelaaah harus dilakukan oleh orang yang berkompeten pada bidang yang bersamngkutan atau biasa dikenal dengan istilah expert judgement. c. Validitas empiris (empirical validity) Validitas empiris biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur diluar tes yang brsangkutan. Terdapat tiga macam validitas empiris, yaitu: 1) Validitas prediksi 2) Validitas kongkruen 3) Validitas sejenis. d. Validitas konstruk (construct validity) Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betulbetul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut. Untuk menguji validitas konstruk, dapat dilakukan dengan berbagai sumber, antara lain validitas isi, validitas prediktif, dan validitas konkruen. e. Validitas faktor (factorial validity) Penilaian hasil belajar sering digunakan skala pengukuran tentang suatu variabel yang terdiri dari atas beberapa faktor. Kriterium yang digunakan dalam validitas faktor ini dapat diketahui dengan menghitung homogenitas skor setiap faktor dengan total skor, dan antara skor dari faktor yang satu dengan faktor yang lain. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Widyoko (2012: 145) menyebutkan bahwa “untuk instrument tes, aspek yang paling penting adalah validitas isi”. Validitas isi digunakan karena dengan validitas isi tingkat kevalidan instrumen diukur oleh orang yang berkompeten
43
dibidang yang bersangkutan, atau biasa dikenal dengan istilah expert judgement, karena penelitian yang dilakukan menggunakan instrument tes maka dilakukan validasi isi. Penelitian yang dilakukan, instrumen tes harus dapat mengukur kemampuan anak tunagrahita sedang dalam mencuci pakaian. Program khusus bina diri dengan menggunakan task analysis, sehingga instrumen tes yang dibuat yaitu tahapan mencuci pakaian. Peneliti memilih tiga ahli sebagai validator instrumen penelitian. Pemilihan ketiga ahli tersebut didasari oleh keahlian yang dimiliki oleh ahli tersebut pada bidang masing-masing. Ahli yang diambil peneliti sebagai validator penelitian ini adalah ahli bidang pengembangan diri tunagrahita, ahli psikiometri dan ahli bahasa. Ahli pengembangan diri tunagrahita yaitu Dewi Sri Rejeki, ahli psikiometri yaitu Erma Kumala Sari, serta ahli bahasa yaitu. Rukayah. Berikut nama validator yang akan melakukan validasi pada instrumen yang akan digunakan oleh peneliti: Tabel 3.1. Daftar Validator Penguji Instrumen Tes Mencuci Pakaian No
Nama
Ahli
Pekerjaan
1.
Erma Kumala Sari
Konstruk
Dosen PLB FKIP UNS
2.
Dewi Sri Rejeki
Substansi Materi
Dosen PLB FKIP UNS
3.
Rukayah
Bahasa
Dosen PGSD FKIP UNS
Hasil uji validitas instrumen yang telah dilakukan validator memberikan revisi instrumen sesuai dengan bidang masing-masing. Validator konstruk merevisi mengenai kriteria penilaian menjadi lebih spesifik. Validator substansi materi tidak merevisi instrumen penelitian sehingga instrumen siap digunakan, Validator bahasa merevisi istilah yang digunakan pada pedoman observasi.
2. Reliabilitas instrumen penelitian Reliabilitas merupakan suatu kepercayaan, konsistensi dan keajegan dari suatu hasil pengukuran. Mardapi (2012:51) mengemukakan bahwa reliabilitas
44
atau konsistensi merupakan koefisien yang menunjukkan tingkat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran suatu tes. Reliabilitas menurut Suryabrata (2004: 28) menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliable dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan. Penelitian menggunakan reliabilitas interrater yang mana peneliti memberikan penilaian terhadap suatu objek ukur atau instrument berdasarkan suatu indikator atau aspek tertentu. Mardapi (2012:86) mengemukakan reliabilitas interrater merupakan pengumpulan data yang berupa pengamatan terhadap suatu perilaku maupun karya tertulis dengan konsistensi antar penilaian. Penilai yang digunakan dalam reliabilitas adalah validator instrument penelitian yang terdiri dari validator konstruk, validator substansi materi dan validator bahasa. Hasil penilaian intrrumen dari validator tersebut penilaian reliabilitas dalam bentuk deskriptif.
Tabel 3.2. Hasil Reliabilitas No
Ahli
1. Erma
Bidang
Kesimpulan
Instrumen observasi dan tes
Ketiga ahli
Kumala
dapat digunakan, sudah
telah
Sari
sesuai kisi-kisi.
menyatakan
Substansi
Tidak ada revisi dan dapat
semua item
Rejeki
materi
digunakan.
dapat
3. Rukayah
Bahasa
Instrument penelitian dapat
digunakan
digunakan.
sebagai
2. Dewi Sri
Konstruk
Komentar
instrument penelitian.
Menurut Azwar (2014:91) mengemukakan bahwa suatu reliabilitas dikatakan tinggi apabila terjadi kekonsistenan antara para rater. Berdasarkan kaidah tersebut, ketiga ahli telah menyatakan semua item layak digunakan untuk
45
penelitian, berarti ketiga ahli tersebut telah konsisten secara berturut-turut menyatakan layak digunakan.
G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh yang kemudian dibuat kesimpulan yang mudah dipahami (Sugiyono, 2010: 335). Analisis data merupakan tahap terahir sebelum penarikan kesimpulan. Data penelitian dianalisis berdasarkan komponen-komponen pada setiap kondisi (baseline dan intervensi). Langkah-langkah analisis setiap kondisi dibagi menjadi analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Sunanto (2005: 108) menjelaskan langkah- langkah analisis adalah sebagai berikut: 1. Analisis dalam kondisi Analisis yang dimaksud adalah data grafik masing-masing kondisi, dengan langkah-langkah: a. Menentukan panjangnya kondisi Dapat dilihat dari banyaknya data poin atau skor pada setiap kondisi. Seberapa banyak data poin yang harus ada pada setiap kondisi. b. Menentukan estimasi kecenderungan arah Kecenderungan arah data pada suatu grafik sangat penting untuk memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti. Kecenderungan arah grafik atau trend menunjukkan perubahan setiap datapath (jejak) dari tiap sesi. Terdapat tiga macam kecenderungan arah grafik yaitu: meningkat, mendatar dan menurun. Mengestimasi kecenderungan arah dapat dilakukan dengan menggunakan metode belah dua (split middle) atau freehand. c. Menentukan kecenderungan stabilitas (trend stability). Untuk menentukan kecenderungan kestabilan dapat dihitung dengan langkah-langkah: 1) Menentukan
rentang
stabilitas
(kecenderungan
menggunakan kriteria stabilitas sebesar 15 %.
stabilitas),
yaitu
46
2) Menentukan rentang stabilitas. Skor tertinggi x 0,15 = rentang stabilitas
3) Hitung mean level, dengan rumus:
X level =
4) Tentukan batas atas Batas atas = x level + (
)
5) Tentukan batas bawah
Batas bawah = x level - (
)
6) Menghitung presentase data poin pada kondisi baseline (A) yang berada dalam rentang stabilitas
Persentase data poin =
x 100
Keterangan : X level
: Rata- rata
n dalam rentang : Banyaknya jumlah data yang ada dalam rentang n poin
: Banyak jumlah data
47
7) Jika presentase stabilitas sebesar 85% - 90% dikatakan stabil, sedangkan dibawah itu dikatakan tidak stabil. Demikian juga dilakukan perhitungan oada fase intervensi dengan rumus yang sama. d. Menentukan jejak data Yaitu dimasukkan hasil yang sama seperti kecenderungan arah. Apakah grafik menunjukkan pola positif ( +), negatif (-) atau sejajar (=). e. Menentukan level stabilitas dan rentang Tingkat stabilitas menunjukkan pada besar kecilnya data yang berada pada skala ordinat (sumbu Y). Terdapat dua jenis level yaitu level stabilitas dan level perubahannya. Level stabilitas menunjukkan derajat variasi atau besar kecilnya
rentang
kelompok
data
tertentu.
Kemudian
menentukan
rentangnya. f. Perubahan level. Menentukan level perubahan dengan cara: 1) Tandai sesi petama dan terakhir dalam fase tertentu. 2) Hitung selisih sesi pertama dan terakhir. 3) Beri tanda (+) jika membaik, (-) jika memburuk, atau (=) jika tidak ada perubahan. 4) Lakukan penghitungan yang sama pada fase intervensi.
2. Analisis Antar Kondisi. Setelah data analisis dalam kondisi didapat maka dumasukkan pada tabel rangkuman hasil visual dalam kondisi (Sunanto, 2005: 114). Menganalisa perubahan data antar kondisi, dimulai dari data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa. Karena jika data bervariasi (tidak stabil) maka akan mengalami kesulitan untuk menginterpretasi. Disamping aspek stabilitas ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan level, dan besar kecilnya overlaping (data tumpang tindih) yang terjadi antara dua kondisi yang dianalisis. Adapun komponen dalam analisis antar kondisi adalah:
48
a. Menentukan banyaknya variabel yang berubah. Yaitu dengan menentukan jumlah variabel yang berubah diantara kondisi baseline dan intervensi. b. Menentukan perubahan kecenderungan arah, dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi yang berubah. c. Menentukan
perubahan
kecenderungan
stabilitas,
dengan
melihat
kecenderungan stabilitas pada kondisi A dan B pada rangkuman analisis dalam kondisi. d. Menentukan level perubahan, yaitu: 1) Melihat nilai terakhir pada kondisi A dan nilai pertama pada kondisi B. 2) Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil. 3) Mencatat apakah perubahan tersebut membaik atau memburuk, dan jika tidak ada perubahan maka ditulis nol. e. Menentukan presentase overlaping (data tumpang tindih) data kondisi baseline dan intervensi. Setelah diketahui masing-masing komponen tersebut maka dimasukkan dalam tabel rangkuman hasil analisis antar kondisi.
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap yang harus dilakukan penelitisejak dari awal hingga akhir penelitian. Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti adalah: 1. Tahap Pra Lapangan Kegiatan
pada
tahap
pra
lapangan
adalah
merencanakan
dan
mempersiapkan segala keperluan dalam penelitian. Tahap ini meliputi: a. Menyusun rancangan penelitian. b. Memilih lapangan dan objek penelitian. c. Mengurus perizinan. d. Menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan. Tahap pekerjaan lapangan dilakukan peneliti saat sudah memulai penelitian di lapangan. Tahap ini meliputi:
49
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. b. Memasuki lapangan. c. Mengumpulkan data, pengumpulan data dilakukan dengan penilaian pada fase baseline dan pemberian intervensi. d. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul dan melakukan refleksi. 3. Tahap Analisis Data Tahap analisis data digunakan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan yang tidak diperlukan. Data yang dianalisi dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam pengumpulan data di lapangan dan merupakan data yang sangat mendukung tujuan penelitian. 4. Tahap Penarikan Kesimpulan. Setelah semua data dianalisis sesuai dengan penelitian subjek tunggal, tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari hasil analisi data. Penarikan kesimpulan tersebut didasarkan pada tujuan penelitian yang didukung oleh data yang valid ssehingga data penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan. 5. Tahap Penulisan. Semua yang diperoleh dari tahap awal hungga kesimpulan ditulis dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan membutuhkan. Bentuk laporan disesuaikan dengan aturan yang sudah ditetapkan. Prosedur dalam penelitian dimulai dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penarikan kesimpulan kemudian tahap yang terakhir adalah tahap penulisan. Untuk lebih memudahkan langkah dalam penelitian maka peneliti menyajikan skematis prosedur penelitian seperti pada gambar 3.3.
50
Baseline 1
Intervensi
Baseline 2
………………… …
………………… …
………………… …
Pengambilan data untuk mengetahui kemampuan awal anak dalam bina diri mencuci pakaian, melalui: Tes perbuatan mencuci pakaian Tahap program khusus bina diri menggunakan Task Analysis.
Siswa diberikan tes perbuatan bina diri mencuci pakaian
Gambar 3.3. Prosedur Penelitian