BAB III METODE PENELITIAN
A.
Metode dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan
dan tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan digunakan pendekatan didactical design research (DDR) untuk mengoptimalkan bahan ajar. selanjutnya adalah tahap pelaksanaan dengan menggunakan metode eksperimen. Adapun subjek pada pelaksanaan penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar tahun ajaran 2014/2015 dengan materi pokok sifat-sifat bangun ruang tabung. Sebelum melakukan penelitian, tahap awal pada DDR adalah melakukan tes learning obstacle untuk mengetahui hambatan-hambatan siswa saat mengerjaka tes. Tes ini diujikan kepada siswa yang tingkatannya lebih tinggi dari siswa yang menjadi subjek dalam penelitian, ini berarti tes learning obstacle diujikan kepada siswasiswa kelas VI SD. Setelah didapat hasil dari tes learning obstacle ini, dilakukan analisis untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh siswa dan untuk membantu langkah selanjutnya dalam pembuatan desain didaktik awal (DDA). Setelah desain didaktik awal diimplementasikan di kelas V SD hal yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisis hasil temuan yang didapat pada saat DDA tersebut dan memperbaiki desain pembelajaran yang masih belum optimal. Pembuatan dan perbaikan desain didaktik awal ini dinamai dengan Revisi Deain Didaktik (RDD). Setelah RDD selesai dibuat, selanjutnya adalah implementasi RDD yang dilakukan di Sekolah Dasar masih di kelas V namun di kelas yang berbeda dengan kelas saat implementasi DDA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah desain revisi sudah optimal atau belum. Setelah implementasi selesai kembali dilakukan analisis terhadap hasil yang didapat. Jika pada saat analisi masih didapat desain pembelajaran yang belum optimal, maka dilanjutkan kembali dengan pembuatan revisi desain didaktik yang selanjutnya. Namun jika pada saat analisi revisi desain didaktik dirasa sudah optimal semua, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah implementasi revisi desain didaktik di satu kelas eksperimen. Berikut ini adalah alur penelitian DDR : Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26 Studi Literatur
Membuat Instrumen Tes Learning Obstacle (LO) Prediksi Respon Siswa
Semua Sesuai
Tes LO
Identifikasi LO
Sebagian Sesuai
Tidak Sesuai Repersonalisasi
Desain Didaktik Awal
Identifikasi Karakteristik Siswa, Wawancara, dan Tes
Analisis Metapedadikdaktik dan Antisipasi Pedagogik dan Didaktik
Membuat Prediksi Respon Siswa
Implementasi di Kelas
Analisis Retrospektif/ Identifikasi Hasil
Semua Sesuai Sebagian Sesuai Tidak Sesuai
Identifikasi LO, Wawancara, Lembar Observasi, dan Skala Pendapat
Perbaikan
Bila setelah implementasi DDA atau RDD pertama telah mendapatkan respon siswa yang semuanya sesuai prediksi, maka penelitian telah optimal atau selesai. Sebaliknya jika respon siswa belum seluruhnya sesuai, maka penelitian dilanjutkan ke RDD berikutnya.
Revisi Desain Didaktik
Membuat Prediksi Respon Siswa
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan DDR Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27
setelah tahapan pada DDR selesai, selanjutnya tahapan eksperimen dilaksanakan. Untuk memudahkan
memahami alur
pelaksanaan penelitian,
makan peneliti menyajikannya dalam sebuah bagan berikut : Lanjutan alur Didactical Design Research (DDR) : Revisi Disain Didaktik (RDD)
Studi Kepustakaan dan Studi Pendahuluan
Penyusunan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Etnomatematika sunda-non DDR
Uji Instrumen (Validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal)
Penyusunan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Konvensional
Uji Instrumen (Validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal)
Instrumen hasil
Tes awal (pretes)
Implementasi di kelas eksperimen 1 : Pembelajaran etnomatematika-DDR
Postes
Implementasi di kelas eksperimen 2 : Pembelajaran etnomatematika-non DDR
Implementasi di kelas kontrol : Pembelajaran konvensional
Postes
Postes
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.2 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Pada pelaksanaan pembelajaran eksperimen di dua kelas menggunakan pembelajaran etnomatematika. Etnomatematika adalah menghubungkan budaya dengan materi matematika. Agar lebih memudahkan dalam memahami dimana letak etnomatematika, maka disajikan gambar sebagai berikut.
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
Gambar 3.3 Hubungan Etnomatematika dengan Budaya Sunda dan Matematika (Supriadi, 2010, hlm. 37) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain eksperimen bentuk Quasi Experimental Design bentuk Nonequivalent Control Group Design dimana pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random/acak namun telah ditentukan. Sampel yang telah ditentukan dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen pertama menggunakan model pembelajaran etnomatematika dan didactical design research (DDR), kelompok eksperimen kedua menggunakan model pembelajaran etnomatematika tanpa didaktik desain reseach (non-DDR), dan kelompok terakhir yaitu kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional atau tradisional. Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttes control group design (Sugiyono, 2012, hlm. 116) yang secara ringkas dapat digambarkan sebagai
berikut dengan sedikit
modifikasi :
Keterangan
O
X1
O
O
X2
O
O
X3
O
:
O
: pretest = postes
X1
: Model pembelajaran etnomatematika dengan menggunakan DDR
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
X2
: Model pembelajaran etnomatematika non-DDR
X3
: Model pembelajaran konvensional
B.
Subjek Penelitian
1.
DDR Pada pelaksanaan DDR, lokasi penelitian dilakukan di beberapa SD untuk
melakukan uji learning obstacle guna mendapatkan data learning obstacle yang beragam yang selanjutnya akan dianalisis untuk pembuatan didaktik desain awal (DDA). Subjek penelitian adalah siswa kelas V dari beberapa SD. 2.
Eksperimen Populasi pada pelaksanaan eksperimen ini adalah SDN Drangong 1 Kota
Serang. Dan sampel adalah siswa kelas Va dan Vb sekolah tersebut yang dibagi ke dalam tiga kelas. Kelas pertama menggunakan model pembelajaran Etnomatematika-DDR,
kelas
kedua
menggunakan
modep
pembelajaran
Etnomatematika-non DDR, dan kelas terakhir menggunakan model pembelajaran konvensional. C.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penilitian ini menggunakan dua tahapan
yang berbeda, pertama teknik pengumpulan data tahap DDR dan yang kedua teknik pengumpulan data tahap eksperimen. 1.
Teknik pengumpulan data DDR a.
Tes learning obstacle yang diujikan kepada siswa yang telah mendapatkan materi sifat-sifat bangun ruang tabung, yaitu siswa kelas VI untuk mengetahui hambatan yang dialami siswa pada materi tersebut.
b.
Pembuatan desain didaktik awal (DDA) yang bertolak dari data hasil analisis uji learning obstacles.
c.
Implementasi desain didaktik dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap desain didaktik yang telah dibuat (DDA)
d.
Revisi desain didaktik (RDD) dibuat setelah DDA diimplementasikan, tujuan dari RDD ini adalah untuk mengurangi learning obstacle yang terjadi.
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
2.
Teknik pengumpulan data eksperimen a.
Tes, tes yang dilakukan di awal berupa pretes dan di akhir berupa postes berbentuk uraian. Tes ini dulakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sifat-sifat bangun ruang tabung.
b.
Lembar kerja yang akan membantu siswa dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Siswa belajar mengikuti lembar kerja yang telas dibuat sebelumnya, hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran lebih terarah.
c.
Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui respon selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d.
Jurnal diisi oleh semua siswa di setiap diakhir pembelajaran untuk mencerminkan bagaimana kesan mereka setelah pembelajaran selesai dan menuliskan apa saja ilmu yang telah mereka dapatkan.
D.
Instrumen Penelitian
1.
Instrumen Penelitian dalam DDR Pada penelitian awal tahap DDR ini, instrumen yang digunakan adalah tes
dan non-tes. Tes dilakukan saat pretes dan postes. Soal pretes yang digunakan berupa soal uji learning obstacle yang berfungsi untuk mengtahui hambatan yang dialami siswa dalam materi sifat-sifat bangun ruang tabung. Sedangkan instrumen non-tes
berupa
lembar
observasi
untuk
mengetahaui
aktivitas
selama
pembelajaran berlangsung, LKS, dan jurnal yang dibuat oleh siswa di setiap akhir pembelajaran. 2.
Instrumen Penelitian dalam eksperimen Instrumen yang dilakukan pada metode eksperimen juga terdiri dari dua
yaitu tes dan non-tes. Tes berupa soal-soal kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada siswa pada saat pretes dan postes. Instrumen non-tes berupa wawancara, jurnal, lembar observasi, LKS, dan skala disposisi. Instrumen penelitian yang berupa tes kemampuan berpikir kritis yang berbentuk soal uraian. Sebelum diujikan, soal tersebut dikaji dengan beberapa ujian seperti uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran soal dengan menggunakan software ANATES. Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
a.
Validitas Tes
Validitas tes menunjukkan kualitas ketepatan tes dalam mengukur aspekaspek materi dan aspek perilaku yang seharusnya diukur. Validitas tes harus disesuaikan dengan tujuan pengukuran. Dalam validitas tes ini terdapar 3 jenis validitas yaitu validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk. b.
Validitas Butir Soal
Validitas butir soal ini digunakan untuk mengetahui dukungan tiap butir soal terhadap skor total. Jika kolerasi yang setiap butir soal memiliki nilai >0,3 maka dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut dikategorikan ke dalam kategori signifikan. Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Butir Soal No Butir Baru
No Butir Asli
Kolerasi
Signifikansi
1
1
0,668
Signifikan
2
2
0,879
Sangat signifikan
3
3
0,671
Signifikan
4
4
0,738
Sangat signifikan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa butir soal nomor 1 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,668, soal nomor 2 memiliki koefisien kolrasi sebesar 0,879, soal nomor 3 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,671, dan butir soal nomor 4 memiliki koefisien kolerasi sebesar 0,738. Berdasarkan kategori signifikansi uji validitas, butir soal nomor 1 dan 3 termasuk ke dalam kategori signifikan, sedangkan butir soal nomor 2 dan 4 termasuk ke dalam kategori sangat signifikan. c.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keajegan suatu soal bila diberikan kepada subyek dengan kemampuan yang berbeda. berikut ini hasil skor yang didapat oleh masing-masing subyek yang menjadi sampel. Subyek yang menjadi sampel di sini adalah siswa kelas VI sekolah dasar. Masing-masing nama siswa, skor ganjil, skor genap dan total skor disajikan pada tabel 3.2 berikut :
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
Tabel 3.2 Uji Reliabilitas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Kode/Nama Subyek Agus Gunawan Ahmad Riyan Aldi Saputra Aminah Arifudin Aryadi Cindy Dodi S Eka W Eli Santi A Ezza Hatami Fujiah Hanafi Icha A Idham Bahrul Harbi Intan Ikbal Khoirunnisa Latifah Lia Amanda LiaApriani M Ilham Mila K Muhammad Ridwan Nufus Nur Agus Nurlela Qodatul Ummah Ratu Farisha Sz Rendi Rifki Sega Rio Saputra Riska Rohim Rohyati Roiyah Sahrudi Sahrul Aziz Siti Nuraeni Sri Murniasih Subana Sahrul Fikry Tamara Umaroh Yusif Maulana
Skor Ganjil 35 30 30 20 25 30 35 15 35 40 35 40 35 40 35 15 35 40 40 25 40 40 5 40 40 15 30 40 40 15 40 40 15 40 25 15 20 30 40 20 30 40 25 40 35
Skor Genap 50 20 20 40 0 25 10 10 0 45 50 30 40 30 45 10 45 30 30 25 30 50 10 45 45 25 10 30 30 15 25 25 5 5 30 5 5 45 15 5 45 45 20 30 45
Skor Total 85 50 50 60 25 55 45 45 35 85 85 70 75 70 80 25 80 70 70 50 70 90 15 85 85 40 40 70 70 30 65 60 20 45 55 20 25 75 55 25 75 85 45 70 80
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
Rata-rata = 57,56
Simpangan baku = 22,27
Kolerasi XY = 0,51
Reliabilitas tes 0,68
d.
Uji Daya Pembeda
Menurut Arikunto (Natasya A, 2014) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Uji daya pembeda ini dilakukan dengan menggunakan software ANATES. Setalah data didapat, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data dengan kriteria berikut : Tabel 3.3 Kriteria Indeks Daya Pembeda Daya pembeda
Klasifikasi
DP ≤ 0,00
Sangat Kurang Signifikan
0,00 >DP ≤ 0,20
Kurang Signifikan
0,20 > DP ≤ 0,40
Cukup Signifikan
0,40 > DP ≤ 0,70
Signifikan
0,70 > DP ≤ 1,00
Sangat signifikan
Data yang telah dianalisis dengan software ANATES untuk mengetahui daya pembeda soal, maka selanjutnya data disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 3.4 Hasil Uji Daya Pembeda No
No Butir
DP
T.ingkat
Kolerasi
Sig.
Asli
(%)
Kesukaran
1
1
48,33
Sedang
0,668
Signifikan
2
2
91,67
Sedang
0,879
Sangat Signifikan
3
3
23,33
Sedang
0,671
Signifikan
4
4
58,33
Sedang
0,738
Sangat Signifikan
Kolerasi
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa daya pembeda untuk soal nomor 1 memiliki nilai 48,33% dengan kategori signifikan, soal nomor 2 memiliki nilai 91,67% dengan kategori sangat signifikan, soal nomor 3 memiliki nilai 23,33% dengan kategori signifikan dan soal nomor 4 memiliki nilai 58,33% dengan kategori sangat signifikan.
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
e.
Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang atau sukar. Rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal menurut To ( Supriadi, 2014, hlm. 63) adalah sebagai berikut :
Keterangan TK
:
: Tingkat kesukaran : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal itu : Jumlah skor ideal pada butir soal itu
Klasifikasi tingkat kesukaran menurut Suherman (Supriadi, 2014, hlm. 64) adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Uji Tingkat Kesukaran Soal No Butir No Butir Asli Tingkat Kategori Baru Kesukaran (%) 1 1 62,50 Sedang 2 2 50,83 Sedang 3 3 48,33 Sedang 4 4 57,50 Sedang Hasil uji tingkat kesukaran soal yang telah dianalisis dengan software ANATES menunjukkan bahwa soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sebesar 62,50%, soal nomor 2 memiliki tongkat kesukaran 50,83%, soal nomor 3 memiliki tingkat kesukaran 48,33% dan soal nomor 4 memiliki tingkat kesukaran 57,50%. Dengan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat soal memiliki tingkat kesukaran sedang karena berada pada nilai 0,30 > TK ≤ 0,70. Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal Tingkat Kesukaran TK = 0,00 0,00 > TK ≤ 0,30 0,30 > TK ≤ 0,70 0,70 > TK ≤ 1,00 TK = 1,00
Kategori Soal Soal terlalu sukar Soal sukar Soal sedang Soal mudah Soal terlalu mudah
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
E.
Teknik Analisis Data Pada penelitian ini, data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis
dengan tahapan berikut : 1.
Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Kritis Matematis a.
Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal ataukah tidak. Sebaran data dikatakan baik jika data tersebut berdistribusi normal. Untuk menguji kenormalan suatu data digunakan rumus chi-kuadrat . Adapun rumusnya adalah : ∑ Keterangan : o=
frekuensi yang diamati
= frekuensi yang diharapkan = banyaknya kelas - 3), derajat kebebasan (k = banyaknya kelas) tersebut akan dibandingkan dengan
atau
dengan α
adalah taraf signifikan 0,01 Adapun kaidah keputusan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: Jika
X2tabel maka distribusi data tidak normal.
Jika
X2tabel maka distribusi data normal
Dan untuk mempermudah pengolah data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software atau software SPPS 21.0 for windows. b.
Uji Homogenitas Bartlett
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji homogenitas dari Barlet yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat varians yang homogen antara kedua kelompok eksperimen dengan satu kelompok kontrol yang sedang diteliti Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 69). X2 = dkj lns2j - ∑ dki lns2i Dengan dki = (n - 1), dkj = ∑ dki, ln = logaritma dasar e, titik kritis pada taraf signifikansi α adalah l-a X2 dk. Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
c.
Uji Hipotesis
1)
Uji Anova Satu Jalur
Untuk data yang berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan tiga rerata yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah Anova satu jalur. Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 70) berikut cara perhitungan Anova satu jalur (tiga sampel) : F= JKa k 1 JK i RJK i N k RJKa
nj
k
JK i X ij
2
j 1 i 1 k
JK a j 1 k
J2 N
2
J2 nj N
Jj nj
JK i X
2
ij
j 1 i 1
2
k
Jj
j 1
nj
JK i JK t JK a
Keterangan
:
RKJ a Rerata jumlah kuadrat antar
RJK i Rerata jumlah kuadrat inter JK t
Jumlah kuadrat total
JK a
Jumlah kuarter inter
J
Jumlah seluruh data
N
Banyak data
K
Banyak kelompok
nj
Banyak anggota kelompok-j
Jj
Jumlah data dalam kelompok-j
dk a
K-1
dki = N -k
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Untuk mempermudah perhitungan Anova satu jalur ini, digunakan program SPSS 21.0. Setelah nilai
diketahui, selanjutnya adalah membandingkan
tersebut dengan
. Hipotesis nol yang menyatakan tidak ada
perbedaan ditolak untuk nilai
. Langkah berikutnya adalah
melakukan uji Scheffe. Dalam keadaan hipotesis nol diterima (dalam arti tidak ada perbedaan), maka uji Scheffe tidak perlu dilakukan. Selain untuk melihat perbedaan ketiga sampel tersebut, penelitian ini pun ingin mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelompok eksperimen, maka dilakukan uji perbedaan tiga rerata dengan menggunakan analisis varians satu jalur (Anova satu jalur). 2)
Uji Scheffe
Setelah melakukan uji Anova satu jalur maka berlanjut pada uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan rerata yang signifikan, uji Scheffe ini dilakukan pada data yang melibatkan 3 buah sampel, yaitu 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Rumus yang digunakan dalam uji Scheffe menurut Ruseffendi (Supriadi, 2014, hlm. 72) adalah sebagai berikut:
F
( X 1 X 2 )2 1 1 RJK i .(k 1) n1 n2
Keterangan: X 1 rerata subkelompok pertama X 2 rerata subkelompok kedua n1 banyak anggota kelompok pertama
n2 banyak anggota kelompok kedua
Untuk menentukan nilai F terlebih dahulu harus menghitung
JK i (Rerata jumlah kuadrat inter) dengan N k
RJK i k
nj
k
JK i X 2 ij j 1 i 1
j 1
J2j (Jumlah kuadrat inter) nj
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
Keterangan:
J = jumlah seluruh data N banyak data k banyak kelompok n j banyak anggota kelompok-j J j jumlah data dalam kelompok-j Selain itu jika terdapat perbedaan pada subkelompok-subkelompok pada kelompok eksperimen maka uji Scheffe pun dilakukan untuk mengetahui mana yang berbeda secara signifikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada subkelompok eksperimen dan untuk mempermudah pengolahan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS 21.0 for windows. 3)
Perhitungan Gain Ternormalisasi
Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa selama penelitian berlangsung. Adapun perhitungan gain ternormalisasi menggunakan rumus dari Mezler (Supriadi, 2014, hlm. 74) berikut :
Interpretasi gain ternormalisasi tersebut disajikan dalam bentuk klasifikasi seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 3.7 Interpretasi Gain Ternormalisasi
4)
Gain
Klasifikasi
g>0,7
Gain tinggi
0,3
Gain sedang
g≤0,3
Gain rendah
Analisis Skala Disposisi
Data yang dikumpulkan dari skala kemampuan berpikir kritis kemudian dianalisis. Setlah data ditabulasi dan dianalisis, kemudian data tersebut ditafsirkan
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
dengan menggunakan persentase berdasarka kriteria Kuntjaraningrat (Supriadi, 2014, hlm. 84) sebagai berikut : Tabel 3.8 Kiteria Persentase Skala Disposisi
5)
Persentase P=0% 0%
Kriteria Tak seorang pun Sebagian kecil Hampir setengahnya Setengahnya Sebagian besar Hampir seluruhnya Seluruhnya
Wawancara dilakukan kepada beberapa sampel pada masing-masing tahapan yaitu tahap DDR dan tahap eksperimen. Sampel diambil dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan kurang, sedang, dan tinggi. Data yang didapat dari hasil wawancara ini kemudian diringkas untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan melihat bagaimana respon siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. F.
Pengembangan Bahan Ajar Pada penelitian ini materi yang akan diajarkan adalah mengenai bangun
ruang tabung dengan standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran etnomatematika berbasis budaya sunda yang menghubungkan budaya dengan matematika. Kegiatan belajar selalu dilengkapi dengan lembar kerja agar siswa mudah memahami. Lembar kerja disusun berdasarkan materi sifat-sifat bangun ruang. Pada penelitian ini, peneliti akan menitik beratkan penggunaan media alat musik khas sunda yang terbuat dari bambu seperti suling
yaitu angklung. Hal ini
dilakukan karena alat musik tersebut memiliki model tabung yang dapat membantu kegiatan belajar dan mengenalkan siswa mengenai bentuk tabung yang bisa ditemukan dalam kegidupan sehari-hari yang tidak jauh dari siswa.
Nurul Haque,2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu