40
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif karena tidak menyajikan data-data kuantitatif melainkan analisis pengolahan data sehingga diperoleh hasil penampang struktur geologi bawah permukaan yang baik. Data hasil akuisisi diproses secara terpadu dalam pengolahan data seismik (seismic data processing) menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh representasi dari penampang geologi bawah permukaan berupa penampang seismik hasil pre-stack time migration (PSTM) dengan metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Transformasi Radon.
3.1
Lokasi Akuisisi Data Seismik Akuisisi
data
seismik
dilakukan
bersama
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) pada bulan April 2013 dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III di kawasan batas laut dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Perairan Utara Papua ditunjukan pada Gambar 3.1 yang merupakan bagian dari Samudera Pasifik atau secara lebih spesifik merupakan bagian dari Laut Caroline. Dasar laut kawasan ZEE dicirikan oleh morfologi dasar laut yang kasar dengan kedalaman laut mulai dari 2000 m sampai dengan rata-rata 4500 m. Beberapa cekungan sempit sampai pada kedalaman 5000 m teramati sepanjang palung di utara Pulau Biak dan sekitar Kelurusan Timurlaut (Gambar 3.1). Morfologi dasar laut dicirikan oleh Tinggian Eauripik (Eauripik Rise) berarah hampir utara-selatan dengan kedalaman mulai dari 2500 m yang memisahkan Cekungan Caroline Barat dan Timur. Di sisi barat laut Caroline dicirikan morfologi kasar berupa punggungan bukit maupun perbukitan terisolir sampai pada kedalaman 1000 m dan beberapa diantaranya tersingkap membentuk
Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
41
pulau-pulau kecil. Beberapa pematang bukit (ridge) tersingkap kepermukaan seperti Pematang Palau dan Pematang Yap (Gambar 3.1).
Lokasi Akuisisi
Gambar 3.1. Rupa bumi dasar laut dari lempeng Caroline dicirikan oleh cekungan, tinggian, punggungan dan palung laut. Garis merah menerus merupakan patahan geser; garis merah bergigi adalah penunjaman lempeng; garis merah putus dan titik adalah zona pemekaran lempeng dan titik-titik merah adalah kelurusan struktur (GMTmap.v.3). Lintasan seismik dibuat memotong kontur untuk mendapatkan model permukaan bawah tanah yang diharapkan ditunjukan pada Gambar 3.2.
Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
42
Gambar 3.2 (a) Peta Lintasan Akuisisi Seismik
meter
Gambar 3.2 (b) Morfologi Dasar Laut Daerah Survei Seismik Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
43
3.2.
Peralatan Akuisisi Seismik 2D Sistem penentuan posisi kapal menggunakan sistim DGPS (Differential
Global Positioning System) C-NAV yang dapat memberikan ketelitian pengukuran posisi hingga 0.1 meter
NMEA STRING KE MAXSEA
C-NAV GPS NMEA STRING SERIAL DATA SHOT NUMBER KE SEISMIC RECORDER
HELMSMAN’S DISPLAY KE ANJUNGAN DATA ARAH DARI GIRO DARI GIRO KOMPAS
DATA KEDALAMAN DARI ECHOSOUNDER
FIX SHOT KE TTS GUN CONTROLLER
GEONAV DAN SHOT CONTROLLER
Gambar 3.3. Sistem navigasi dan hubungannya dengan peralatan-peralatan lain selama survei lapangan Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
44
Pengukuran kedalaman dasar laut dilakukan dengan menggunakan Echosounder SyQuest Bathy 2010 frekuensi sekitar 3.5 kHz, karena daerah survei termasuk perairan dalam (lebih dari 1000 m). Gambar 3.4 memperlihatkan Echosounder yang digunakan pada Geomarin III mendapatkan data posisi dari DGPS C-Nav dan memberikan keluaran data kedalaman digital terukur di bawah transduser (DBT, depth below transducer) ke sistem navigasi GeoNav.
Gambar 3.4 Echosounder SyQuest Bathy 2010
3.2.1 Peralatan Seismic Multichannel a. Seismic Compressor dan Array Airgun Kapal Riset Geomarin III memiliki 2 unit kompresor seismik tipe SBM 18-44/2700 dari Atlas Copco masing-masing dengan kapasitas minimum 620 SCFM pada 1400 rpm dan kapasitas maksimum 800 SCFM pada 1800 rpm. Konfigurasi dan posisi airgun yang dipergunakan selama survei seismik berlangsung terlihat pada Gambar3.5. Jarak antar airgun ke Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
45
arah penarikan adalah 1 meter, dan jarak antar airgun yang berdampingan (parallel cluster) adalah 0.8 meter. AIRGUN 2 380 cu in
AIRGUN 4 250 cu in
AIRGUN 1
AIRGUN 3
380 cu in
250 cu in
ARAH PENARIKAN
Gambar 3.5 Konfigurasi Airgun selama survei seismik.
Dalam operasional kegiatan lapangan array airgun tersebut ditarik 40 meter dibelakang kapal, dan jarak airgun terhadap streamer dibelakangnya adalah 250 meter (Gambar 3.9.). Selama survei berlangsung 2 airgun dengan kapasitas total 630 cu in dioperasikan untuk mendapatkan penetrasi yang dalam dengan source interval tiap 37.5 m.
Gambar 3.6. Airgun yang digunakan di Kapal Riset Geomarin III
Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
46
b. Gun Controller dan Digicourse Peledakan airgun dilakukan oleh kelep (valve) Solenoid yang terpasang pada setiap Airgun. Solenoid ini memerlukan arus listrik pada tegangan 60 volt yang dibangkitkan oleh Gun Controller TTS di Laboratorium Geofisika Kapal Riset Geomarin III. Pada Gambar 3.7 memperlihatkan Layar Gun Controller untuk memonitor terjadinya ledakan airgun (kiri) dan layar DigiCourse untuk mengatur naik-turunnya Digibird pada Streamer.
Gambar 3.7 Layar Gun Controller (kiri) dan layar DigiCourse (kanan). c. Streamer Streamer berfungsi sebagai penerima pulsa suara terpantul oleh struktur perlapisan bumi di bawah permukaan dasar laut. Streamer dari Sercel Seal digunakan dalam kegiatan survei seismik ini dengan panjang 600 meter atau 4 active section (ALS) yang terdiri dari 48 active channel, dengan spasi antar channel 12.5 meter. Keseluruhan panjang tersebut terbagi kedalam 4 active section dengan panjang masing-masing 150 meter, sehingga setiap active section terdapat 12 active channel. Pada masing-masing channel terdapat 16 hydrophone aktif yang disambungkan secara paralel. Enam unit Field Digitizer Unit (FDU) dipasang di dalam streamer berfungsi mengubah sinyal analog yang diterima oleh hydrophone menjadi digital, sehingga Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
47
sinyal yang dikirim ke recording system di Laboratorium Geofisika, Kapal Riset Geomarin III telah dalam bentuk file yaitu Field File Identification (FFID) untuk setiap shot gather. Konfigurasi streamer sebagai berikut: - 1 x 140 m Towing Cable Leader - 2 x 75 m Head Elastic Section (HESE) - 4 x 150 m Active Section (ALS) - 1 x 50 m Tail Elastic Section (TES) - 1 x 100 m nylon rope - Tail Buoy Selain active streamer juga terdapat beberapa modul-modul lain yang ikut digelar di belakang kapal, konfigurasi keseluruhan adalah seperti pada Gambar 3.8. Active streamer ditarik di belakang kapal pada kurang lebih 290 meter dari buritan. Disepanjang streamer ini dipasang 4 Ion Digibird 5010 di ujung depan, tengah dan belakang streamer, yang digunakan sebagai pengontrol kedalaman streamer. Selama survei posisi Digibird dimonitor oleh Positioning Control System (PCS) dengan perangkat lunak DigiCourse di Laboratorium Geofisika, Kapal Riset Geomarin III dan diusahakan untuk tetap berada pada kedalaman sekitar 7 meter dari permukaan laut. Posisi kedalaman streamer sangat berpengaruh pada kondisi noise (derau), jika terlalu dangkal atau dekat dengan permukaan laut noise akan meninggi akibat riak gelombang permukaan laut hingga menutupi sinyal terpantul dari dasar laut. Sebaliknya bila terlalu dalam, sensitivitas dari streamer akan berkurang akibat tingginya tekanan hidrostatis, atau secara otomatis akan mati bila kedalamannya melebihi 30 meter. Gambar 3.9 dan 3.10 mempelihatkan Streamer dan Digibird.
Risma Deviyanti, 2013 Analisis Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) Dan Transformasi Radon Untuk Penekanan Multiple Pada Data Seismik 2d Marine Di Perairan Utara Papua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.8 Konfigurasi Array Gun dan Streamer yang dipergunakan selama kegiatan survei seismik multichannel. Empat active section atau 48 channel dipergunakan untuk akuisisi data. Streamer ditarik pada kedalaman 5 – 7 meter dari permukaan laut. TES (Tail Elastic Section) dipasang di belakang streamer untuk mengurangi noise dari Tail Buoy.
36
Gambar 3.9 Streamer
Gambar 3.10 Digibird
d. Recording System Seismic Recording System di Geomarin III terdiri dari beberapa subsistem yang disebut sebagai Sercel Seal System, disamping itu juga terdapat Deck System yang menghubungkan Streamer dengan recording system. Secara detail Recording System terdiri dari : HCI (Human Computer Interface), yang terdiri dari sebuah SUN Workstation Computer berikut software yang menghubungkan antara operator dengan perangkat keras Seal System. Modul CMXL, yang terdiri dari unit 408XL dan unit pemroses PRM. Semua parameter yang dimasukkan oleh operator melalui HCI akan diterima oleh modul ini untuk diproses.
49
PRM, terdiri dari SUN Workstation dan software yang berfungsi untuk memformat data dari dan ke NAS (Network Attached Storage), printer dan sistem kontrol kualitas (eSQCPro system). Interface Unit, yang terdiri dari DXCU module, berfungsi sebagai pemberi daya listrik bagi Streamer serta interface aliran data dari Streamer ke CMXL dan dari Digibird ke PCS (ION Positioning Control System) di dalam Laboratorium Geofisika Geomarin III. Kontrol kualitas perekaman selama survei berlangsung dilakukan oleh sebuah IBM Workstation berikut software eSQCPro system. Hubungan antar komputer-komputer di atas secara fisik dilakukan dengan melalui jaringan khusus yang terpisah dari jaringan komputer umum di Geomarin III. Parameter perekaman data seismik adalah : Sampling Rate (SR)
: 2 ms
Low Cut Filter (LCF)
: 3 Hz dengan gain 0 dB
High Cut Filter (HCF): 1 / (2 x SR) = 1 / (2 x 2 ms) = 250 Hz Record Length (RL)
: 12000 ms
50
Gambar 3.11 Sercel Seal Recording System yang digunakan selama survei
Pada Gambar 3.12 memperlihatkan Sreenshot dari menu utama Recording System pada layar monitor HCI yang menunjukkan berbagai parameter perekaman dan monitoring signal yang diterima oleh Streamer.
51
Gambar 3.12 Screenshot dari menu utama Recording System pada layar monitor HCI
Pada Gambar 3.13. menunjukkan gambar layer monitoring kualitas data perekaman data seismik oleh eSQC Pro. Layar bagian kiri menunjukkan signal seismik yang diterima oleh masing-masing channel. Bagian tengah menunjukkan spektrum frekuensi suara yang diterima oleh Streamer. Bagian kanan menunjukkan keseluruhan penampang seismik yang telah dilakukan, diambil dari salah satu channel.
Gambar 3.13 Monitoring kualitas data perekaman data seismik oleh eSQCPro.
52
3.3
Data Lapangan Penulis melakukan pengolahan data seismik pada lintasan 5 dengan nama
lintasan JYPR-05, raw data yang diolah mulai dari FFID 3501 sampai dengan FFID 5500. Data yang diperoleh masih dalam format SEG-D. Parameter akuisisi yang digunakan pada survei tersebut dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Parameter Akuisisi pada lintasan JYPR-05 Konfigurasi
Off-end
Source Interval
37,5 m
Group Interval
12,5 m
Jumlah Source
2000
Jumlah Channel
48
Min. Offset
250 m
Max. Offset
837,5 m
CDP Interval
6,25 m
Fold Maksimum
8
Panjang Lintasan
m 900
Line Azimuth
Fold Maksimum : Panjang Lintasan : [( Far offset
[
) (
] )]
m
53
3.3.1
Diagram Alir Pengolahan Data Gambar 3.14 memperlihatkan diagram alir pengolahan data seismik
(seismic data processing) menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh representasi dari penampang geologi bawah permukaan berupa penampang seismik hasil pre-stack time migration (PSTM) dengan metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan penampang PSTM dengan metode Transformasi Radon.
Gambar 3.14 Diagram Alir Metode Penelitian
54
3.4
Pengolahan Data Seismik Pengolahan data seismik menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D Version
5000 yang merupakan produk dari Landmark Halliburton Ltd. Tahapan pengolahan data seismic bertujuan untuk mengingkatkan signal to noise ratio sehingga hasil pengolahan data seismik tersebut bisa diinterpretasi secara geologi. Urutan tahapan pengolahan data seismik pada perangkat lunak ProMAX diperlihatkan pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Urutan tahapan pengolahan data seismik 3.4.1 Pre-Processing Data seismik dari hasil akuisisi tersebut masih merupakan raw data yang menggunakan tampilan hasil rekaman berdasarkan urutan sampling waktu. Oleh karena itu diperlukan tahapan demultiplexing untuk mengubah hasil rekaman berdasarkan urutan trace-trace dalam masing-masing shot gather yaitu Field File Identification (FFID). Selanjutnya data hasil demultiplexing melewati proses geometry dengan memasukkan parameter akuisisi dan posisi shot dan receiver sesuai posisi yang sebenarnya pada saat akuisisi. a. Input Data Dalam pengolahan data kali ini yang digunakan adalah format data SEG-Y maka, data yang awalnya berupa SEG-D diubah dahulu ke dalam format SEG-Y.
55
Masing-masing FFID terdiri dari 48 channel dalam rentang satu streamer dan panjang waktu rekaman two way travel time (TWT) 10 detik yang digunakan pada saat melakukan akuisisi data seismik. Flow input data beserta parameter rawdata diperlihatkan pada Gambar 3.16. dan Gambar 3.17.
Gambar 3.16. Tahapan input data
Gambar 3.17 Parameter rawdata b. Geometry Setting Setelah data yang akan diproses dimasukan, lalu buat Flow seperti pada Gambar 3.18 , disini akan dilakukan proses terhadap data yang sudah di input dengan
56
flow pengolahan data seismik yang kita inginkan, penamaan flow sebaiknya diberikan penomoran sesuai dengan urutan processingnya sehingga mempermudah kita, karena nama flow akan berurutan seperti contoh diatas. Untuk menambahkan flow, kita cukup mengklik Add. Selanjutnya kita dapat melakukan Delete, Rename dan Copy dari flow-flow yang telah ada. Matikan flow selain dari flow di Blok 1. Flow diatas dapat di-running (execute) sekaligus, tapi sebaiknya di run dari masing-masing blok nya secara berurutan (masing-masing blok dibatasi oleh ’Add Flow Comment’) supaya lebih mudah pengecekan apabila terdapat error , bila terdapat error klik View dan lihat bagian mana yang terdapat error, perbaiki, kemudian run kembali. Disk Data Output bertujuan agar data kita tersimpan dalam dataset project ProMAX ini. Berikan nama dataset sesuai dengan keluaran datanya. Matikan flow selain dari flow di Blok 2. Flow ini di gunakan untuk menampilkan dataset yang kita miliki.
Gambar 3.18 Urutan flow tahapan geometry Pada Flow ini terdapat beberapa buah Blok proses yang di batasi oleh ’Add Flow Comment’. Matikan semua proses selain dari proses di Blok 1, klik execute sehingga muncul jendela berikut ini.
57
Gambar 3.19 Panel Jendela Geometry
Dari sini kita telah masuk kedalam proses Geometry, yaitu memasukkan parameter akusisi kedalam dataset yang kita miliki. Terdapat tiga buah tahap yang penting pada proses ini, yakni memasukkan semua parameter geometri lapangan yang dibutuhkan, data binning, dan finalizing database.
Gambar 3.20 Tampilan Jendela Geometry Setup
58
Proses selanjutnya dari geometry adalah memberikan header pada raw data. Pada tahap ini informasi geometri secara otomatis dipanggil atau dikeluarkan dari database ke trace header, dengan menggunakan perintah Inline Geom Header Load.
Gambar 3.21 Parameter-parameter dari flow proses Inline Geom Header Load
Untuk melihat apakah data-data yang telah kita masukkan telah benar kita harus melakukan Quality Control hasil geometry tersebut. Setelah itu kita dapat melihat stacking chart seperti pada Gambar 3.22. Stacking chart antara CDP number terhadap interval source-receiver menunjukkan fold coverage tinggi pada CDP di pertengahan.
59
Gambar 3.22 Stacking Chart hasil geometry
c. Dekonvolusi Pre-processing dilanjutkan dengan tahapan Interactive Spectral Analysis untuk memilih frekuensi bandpass filter yaitu rentang frekuensi 6-10-75-85 Hz untuk selanjutnya digunakan sebagai input dari dekonvolusi. Untuk menghilangkan noise dalam data seismik dilakukan proses editing sehingga mendapatkan data yang berkualitas sebelum dilakukan tahap selanjutnya, yakni dekonvolusi. Proses editing yang dilakukan adalah memasukkan dataset top-mute, dan decon-gate. Berikut urutan flow tahapan preprocessing diperlihatkan pada Gambar 3.23.
60
Gambar 3.23 Urutan flow tahapan preprocessing
Proses terakhir dalam pre-processing adalah dekonvolusi yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi vertikal, mengurangi efek multiple yang mengganggu interpretasi data seismik serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise. Pada bagian pre-processing ini akan dianalisis raw data setelah proses geometry, hasil dari proses editing dan hasil dari dekonvolusi.
61
Gambar 3.24 Jendela Interactive Spectral Analysis
Gambar 3.25 Parameter Bandpass Filter untuk dekonvolusi
3.4.2. Analisis Kecepatan Analisis kecepatan merupakan
proses pemilihan kecepatan gelombang
seismik yang sesuai. Definisi kecepatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecepatan Root Mean Square (VRMS), yaitu kecepatan total dari sistem perlapisan horizontal dalam bentuk akar kuadrat. Dalam penelitian ini, metode analisis kecepatan yang digunakan ialah metode mengukur-kesamaan atau metode semblance. Metode ini menampilkan spektrum kecepatan dan CDP gather secara bersamaan.
62
Untuk menghindari kesalahan, picking yang dilakukan harus mengalami pertambahan nilai kecepatan seiring dengan pertambahan TWT (Two Way Traveltime). Sehingga kemungkinan melakukan picking pada nilai kecepatan multiple dapat dihindari. Selain itu, picking yang dilakukan juga harus memperhatikan CDP gather dari data yang dianalisa kecepatannya. Idealnya CDP gather akan menjadi datar setelah di-apply NMO apabila picking kecepatan yang dilakukan tepat. Sehingga tampilan CDP gather bisa dijadikan acuan untuk melihat benar atau salahnya picking kecepatan yang dilakukan. Untuk melakukan analisis kecepatan kita klik flow velocity analysis dari jendela Flows pada Gambar 3.26. Berikut flow dan spesifikasi parameter subflow proses velocity analysis dengan ProMAX 2D.
Gambar 3.26 Flow Velocity Analysis
Setelah menjalankan parameter subflow dari flow velocity analysis, klik Execute untuk menjalankan flow velocity analysis dan akan muncul jendela velocity analysis seperti pada Gambar 3.27. Proses picking kecepatan analisis kecepatan yaitu memilih kecepatan gelombang primer pada semblance kecepatan. Picking dilakukan dengan klik kiri untuk meletakkan titik gelombang primer dan gelombang sekunder, klik tengah untuk menghapus dan klik kanan untuk menggeser titik. Setelah selesai melakukan picking klik tombol run dan akan muncul jendela Velocity Analysis berikutnya dengan CDP 63
yg berbeda. Analisis kecepatan yang dilakukan dengan increment CDP 100. Picking kecepatan dimulai dengan kecepatan 1500 m/s karena reflektor pertama, yakni V(RMS) seabottom di lapisan tersebut diperkirakan sebesar 1500 m/s. Proses diatas terus dilakukan sampai muncul jendela Velocity Analysis dengan tombol run yang sudah mati kemudian semua proses yang telah dilakukan di-save.
Gambar 3.27 Jendela Velocity Analysis
3.4.3. Penerapan Metode SRME Metode (SRME) merupakan metode untuk
menghilangkan
multiple
permukaan yang terdapat pada data seismik dengan memanfaatkan refleksi-refleksi yang terdapat dalam data seismik pre-stack untuk memprediksi multiple permukaan. Metode SRME memiliki tiga tahap utama: pertama, menghilangkan noise non fisis, regulasisasi data sehingga diperoleh grid sumber-penerima yang konstan,
64
interpolasi near dan intermediate offset yang hilang, menghilangkan gelombang langsung dan gelombang permukaan. Kedua: prediksi multiple, prediksi ini didasarkan pada observasi bahwa multiple yang terkait dengan permukaan dapat diprediksi melalui konvolusi temporal dan spasial dari data itu sendiri (Berkhout, 1982). Ketiga: data input dikurangi dengan multiple yang terprediksi pada tahap dua. Untuk melakukan metode SRME terlebih dahulu kita buat subflow SRME seperti pada Gambar 3.28.
Gambar 3.28 Flow SRME
a. SRME Regularization 65
Dalam setiap akusisi seismik, selalu terjadi gap data pada near offset. Untuk mengisi gap pada near offset ini maka dilakukan regularization near offset. Proses regularization dilakukan dengan cara mengisi trace yang tidak terekam melalui ekstrapolasi dari trace yang ada. Tahapan pertama yang dilakukan pada metode ini adalah SRME regularization, Sama seperti pada Radon, input yang kita masukan adalah input preprocessing. Pada tahap ini akan dibuat suatu ensemble baru dengan spasi offset yang teratur dan dilakukan ekstrapolasi trace dari offset minimum hingga offset nol. Pada tahap ini juga dilakukan interpolasi trace-trace yang berdekatan sehingga setiap satu shot point terdapat satu receiver.
b. Prediksi Multiple Tahapan kedua adalah SRME Macro, pada tahapan ini dilakukan prediksi multiple. Prosedur prediksi multiple permukaan pada prinsipnya merupakan konvolusi antar trace seismik. Konvolusi antara trace awal dengan trace awal akan menghasilkan multiple orde satu. Konvolusi antara multiple orde satu dengan trace awal akan menghasilkan multiple orde dua. Multiple orde tiga diperoleh melalui konvolusi multiple orde dua dengan awal dan seterusnya. Agar dapat memprediksi multiple secara akurat dan tepat dengan menggunakan wavelet yang benar, maka kedalaman source dan receiver serta wavelet source harus diketahui. Untuk melakukan proses ini, matikan semua blok, kecuali blok SRME macro, yakni blok ke dua, lalu klik Execute . Berikut jendela SRME macro diperlihatkan seperti pada Gambar 3.29.
66
Gambar 3.29 Wiggle Trace SRME Macro
c. SRME Un-Regularization Modul SRME Un-Regularization diterapkan untuk mengembalikan offset nol dari estimasi multiple ke offset minimum semula, kemudian menggabungkannya dengan data input awal hasil preprocessing ke dalam satu ensemble. Input yang dibutuhkan adalah data awal hasil preprocessing dengan model estimasi multiple hasil output modul SRME Macro. Agar model prediksi multiple dapat dicocokkan dengan multiple data preprocessing melalui proses adaptif filter, maka kedua data ini harus memiliki offset yang sama. Untuk itulah dilakukan proses un-regularization, dimana offset model prediksi multiple dikembalikan menjadi offset minimum. Berikut jendela SRME Un-regularization diperlihatkan pada Gambar 3.30.
67
Gambar 3.30 Wiggle Trace SRME Un-regularization
d. MatchFilter Modul Match Filter bertujuan untuk me-match-kan model estimasi multiple dengan multiple sesungguhnya yang terdapat pada data input awal. Pada proses ini digunakan filter Least-Square. Pada tahap ini kita mencoba-coba untuk mencari parameter filter yang terbaik agar model estimasi multiple mendekati multiple sesungguhnya, baik besar amplitudo maupun fasenya. Agar multiple hasil prediksi mirip atau mendekati multiple sebenarnya, maka model prediksi dikonvolusikan dengan suatu fungsi filter. Fungsi filter ini sendiri diperoleh dari dekonvolusi antara autokorelasi model prediksi multiple dengan korelasi silang data input awal dan model prediksi multiple. Selain itu pada proses ini, dilakukan estimasi horizon multiple yang mana dua kalinya dari horizon water bottom multiple. Picking horizon diperlihatkan pada Gambar 3.31.
68
Gambar 3.31 Jendela picking horizon multiple
e. Adaptive Subtraction Tahap terakhir dari penerapan SRME ini adalah menggunakan modul Adaptive Substraction atau pengurangan adaptif. Dalam modul ini data input awal akan dikurangkan dengan model multiple yang telah di match-kan dengan data multiple sesungguhnya melalui proses filter. Dalam tahap ini hasil yang diharapkan adalah data telah bebas dari multiple permukaan, sebab multiple yang dikurangkan dari data input telah mendekati besar amplitudo dan fase multiple sesungguhnya. Seperti halnya pada modul Match Filter, pada modul Adaptive Substraction ini juga kita perlu mencari parameter filter yang tebaik agar multiple yang kurangkan maksimal.
69
f. Velocity Analysis SRME Velocity Analysis pada SRME sama seperti pada tahap Velocity sebelumnya, hanya saja input yang digunakan berbeda, dengan input pre-compute SRME, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.32 beserta jendela velocity analysis pada Gambar 3.33.
Gambar 3.32 Flow Velocity Analysis SRME
70
Gambar 3.33 Jendela picking Velocity Analysis SRME
g. DMO Correction SRME Pada kasus lapisan miring, titik tengah tidak lagi merupakan proyeksi vertikal dari titik hantam, sehingga pada kasus lapisan miring, CDP gather tidak ekuivalen dengan CMP gather. Secara sederhana DMO (Dip Move Out) dapat diterjemahkan dengan koreksi NMO pada lapisan miring. Pada bidang pemantul yang miring common mid point (CMP) tidak sama dengan common depth point (CDP) sehingga ada jarak antara titik CMP dan CDP. Koreksi DMO dilakukan untuk mengembalikan titik CDP kembali sama dengan titik CMP karena dalam pengolahan data seismik penampang seismik yang dihasilkan harus dalam zero offset. Berikut flow koreksi DMO dalam ProMAX 2D diperlihatkan pada Gambar 3.34 71
Gambar 3.34 Flow DMO SRME
h. Pre-Stack Time Migration SRME Prestack migration merupakan proses dimana migrasi dilakukan terlebih dahulu sebelum data di-stack. Data input dari proses PSTM adalah data yang telah terkoreksi DMO dan binning. Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan metode Kirchhoff sebagai alat perhitungannya. Metode Kirchhoff dilakukan dalam domain waktu 2 dimensi pada migrasi sebelum stack (Pre-stack Time Migration). Berikut flow pre-stack time migration dalam ProMAX 2D :
Gambar 3.35 Flow PSTM SRME
3.4.4. Penerapan Metode Transformasi Radon 72
a. Analysis Radon Metode radon merupakan metode untuk mereduksi multipel dalam data seismik. Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah merubah domain data seismik menggunakan pendekatan moveout parabola. Dengan menggunakan pendekatan moveout parabola, domain waktu-jarak (t-x) dirubah menjadi domain (tau-p) (intercept time-moveout parameter ray). Hal ini dilakukan karena pada domain tau-p suatu multipel akan mudah dibedakan terhadap data primernya. Pertama-tama kita buat dahulu subflow untuk Radon, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.36.
Gambar 3.36 Flow Radon Setelah membuat parameter subflow dari flow Radon, kita masukan input preprocessing yang sudah dilakukan dekonvolusi, dan memasukan subflow NMO, lalu subflow Radon Analysis. Sebelum melakukan tahap Radon Analysis, terlebih dahulu kita masukan parameter-parameter seperti pada Gambar 3.37. Metode Radon yang penulis gunakan adalah Radon Parabolic.
73
Gambar 3.37 Parameter Radon Analysis
b. Radon Filter Untuk melakukan Radon Filter, jalankan subflow pada blok pertama, dan matikan dahulu subflow yang ada dibawahnya, setelah itu klik Execute untuk menjalankan flow Radon analysis dan akan muncul jendela Radon Filter seperti pada Gambar 3.38. Penampang gelombang yang disebelah kiri adalah penampang sebelum dilakukan picking Radon, dan yang disebelah kanan setelah dilakukan picking Radon. Penulis melakukan top picking dari rentang Moveout 0 sampai dengan 100.
74
Gambar 3.38 (a) Jendela Radon Analysis before
Gambar 3.38 (b) Jendela Radon Analysis after
75
c. Radon Velocity Analysis Setelah itu, lakukan Velocity Analysis ulang untuk Transformasi Radon, dengan input radon. Tahapan untuk melakukan Velocity Analysis sama seperti pada tahap Velocity sebelumnya, hanya saja input yang digunakan berbeda. Velocity Analysis Radon ditunjukan pada Gambar 3.39.
Gambar 3.39 Flow Radon Velocity Analysis
d. DMO Correction Radon Sama seperti pada SRME, setelah dilakukan analisa kecepatan, perlu juga dilakukan koreksi DMO untuk untuk mengembalikan titik CDP kembali sama dengan titik CMP karena dalam pengolahan data seismik penampang seismik yang dihasilkan harus dalam zero offset. Berikut flow DMO diperlihatkan pada Gambar 3.40.
76
Gambar 3.40 Flow DMO Binning Transformasi Radon
e. Pre-Stack Time Migration Radon Untuk memindahkan data seismik ke posisi yang benar secara horisontal maupun vertikal diperlukan proses migrasi. Migrasi menggeser kedudukan reflektor non horisontal posisi subsurface pada penampang seismik. Sama seperti pada SRME, penulis melakukan Pre-stack time migration setelah penerapan metode Radon. Data input dari proses PSTM adalah data yang telah terkoreksi DMO dan binning sebelumnya. Berikut flow pre-stack time migration SRME dalam ProMAX 2D: :
77
Gambar 3.41 Flow PSTM Transformasi Radon
78