BAB III METODE PENELITIAN
3.1. VARIABEL PENELITIAN Variabel -variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel terikat
: Perilaku Prososial
2. Variabel bebas
: Empati dan Pola Asuh Demokratis
3.2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 3.2.1. Perilaku Prososial Perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis yang memberi keuntungan pada orang lain atau dirinya sendiri. Aspek-aspek dari perilaku prososial diantaranya adalah berbagi (Sharing), kerjasama (Cooperative), menyumbang (Donating), menolong (Helping), kejujuran (Honesty), dan kedermawanan (Generosity). Aspek-aspek tersebut mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Eisenberg dan Munssen mengenai perilaku prososial. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial ini menggunakan skala prososial yang disusun oleh Marisa (2010) dan telah dimodifikasi oleh penulis sendiri berdasarkan teori Eisenberg dan Mussen. Penilaian skala ini makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukkan prososialnya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukkan prososialnya makin lemah atau rendah.
53
3.2.2. Empati Empati
adalah
kecenderungan
kecenderungan
seseorang
untuk
memahami pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, kondisi, keadaan orang lain tanpa harus terlibat secara nyata di dalamnya. Aspek-aspek yang terkandung dalam empati meliputi : Pengambilan Perspektif, Fantasi, Perhatian Empatik dan Distress Pribadi. Alat ukur aspek empati ini yaitu menggunakan skala empati yang dibuat Davis (1983) yang telah diterjemahkan oleh Elvin (2001) dan telah dimodifikasi oleh penulis sendiri. Penilaian skala empati ini makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukkan empatinya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukkan empatinya makin rendah.
3.2.3. Pola Asuh Demokratis Pola Asuh Demokratis yaitu cara mendidik anak, di mana orang tua menggunakan kebebasan dan pengendalian, dan ada kontrol yang diimbangi dengan pemberian dukungan oleh orang tua kepada anak. Alat ukur pola asuh orang tua menggunakan skala pola asuh orangtua, skala yang digunakan adalah skala yang disusun oleh penulis sendiri dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Zahara Idris (dalam Shochib, 1998), yaitu adanya musyawarah dalam keluarga, adanya kebebasan yang terkendali, adanya pengarahan dari orang tua, adanya bimbingan dan perhatian, adanya saling menghormati antar anggota keluarga, dan adanya komunikasi dua arah. Penilaian skala pola asuh demokratis orang tua yaitu makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukkan pola asuhnya semakin demokratis, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukkan pola asuhnya semakin tidak demokratis. 54
3.3. PARTISIPAN PENELITIAN Azwar (2000) menyatakan bahwa subyek dalam penelitian merupakan sumber utama data penelitian, yaitu memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti dan yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Dalam penelitian ini, subyek yang digunakan adalah remaja usia 11-19 tahun, merupakan anak-anak di Pusat Pengembangan Anak di kota Solo dan masih aktif mengikuti kegiatan PPA, aktif mengikuti kegiatan gereja, aktif mengikuti pembelajaran di kelas PPA. Alasan dipilih subyek penelitian remaja usia 11-19 tahun dan anggota Pusat Pengembangan Anak di kota Solo karena: 1. Remaja anggota Pusat Pengembangan Anak di kota Solo. Dengan alasan, remaja di PPA Solo adalah anak yang miskin dalam empat bidang kehidupan, yaitu miskin intelektual, rohani, fisik, sosio-emosionalnya, dengan asumsi anak yang mengalami kemiskinan adalah anak yang perkembangannya mengalami masalah, salah satunya perkembangan sosio-emosionalnya. Selain itu anak-anak PPA adalah anak-anak dengan beraneka ragam latar belakang gaya pengasuhan. 2. Usia 11-19 tahun. Pada usia ini remaja berada pada fase perkembangan di mana salah satu tugas perkembangannya adalah masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan pencapaian tingkah laku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 1999).
3.4. POPULASI DAN SAMPEL 3.4.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi penelitian yang terdiri atas subyek atau obyek amatan dengan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti 55
untuk pengambilan kesimpulan, Sugiyono (2010). Sedangkan populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh PPA Solo yang berjumlah 15 PPA. 3.4.2 Sampel Prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini sebagai berikut: langkah pertama, peneliti mengambil sampel secara acak atau secara random sampling dari 15 PPA Solo, dan ternyata didapat 5 PPA yaitu PPA Tresno Putro, PPA Kalvari, PPA Sola Gracia, PPA Toya Pagesangan, dan PPA Air Hidup yang akan dijadikan tempat penelitian; langkah kedua, dari 5 PPA yang ada, peneliti melakukan survey jumlah remaja usia 11-19 pada tiap-tiap PPA untuk dijadikan responden penelitian ini; langkah ketiga, hasil survey pada tiaptiap PPA jumlah keseluruhan remajanya 418 orang, namun yang aktif mengikuti kegiatan PPA, aktif mengikuti kegiatan gereja, aktif mengikuti pembelajaran di kelas PPA hanya 210 orang. Jumlah 200 orang yang aktif dalam kegiatan PPA ini semuanya tersebar di 5 PPA yang akan dijadikan responden penelitian; langkah ketiga, peneliti mengadakan penelitian ke 5 PPA yang ada, dari 210 remaja yang aktif itu hanya 115 skala penelitian yang diperoleh, dengan kata lain, ketika peneliti memberikan angket penelitian, hanya 115 remaja yang mengisi dari 5 PPA tersebut, yang 95 orang tidak hadir dalam pengisian angket karena beberapa alasan. Alasan tersebut yaitu sedang mengikuti Ujian Akhir Sekolah, sedang mengikuti latihan di gereja guna mengisi acara konser doa seSolo, ada pula yang sakit, ada juga alasan belum pulang dari sekolah karena mengikuti kegiatan ektra wajib sekolah. Responden yang diperoleh 115 orang tersebar di 5 PPA, diantaranya adalah : PPA Tresno Putro 30 orang, PPA Kalvari 23 orang, PPA Sola Gracia 20 orang, PPA Toya Pagesangan 18 orang dan PPA Air Hidup 23 orang dan semuanya aktif dan datang mengikuti kegiatan PPA serta mengisi angket penelitian dari peneliti. 56
3.5. INSTRUMEN DAN PROSEDUR PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian ini, pengambilan data atau pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi yaitu skala yang disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negative, setuju dan tidak setuju terhadap suatu obyek social (Azwar, 1998). Alasan menggunakan metode ini karena data yang diungkap berupa konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu dan subyek (Azwar, 1999). Hadi (1990) mengatakan bahwa subyek adalah orang yang paling mengerti tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti benar-benar dapat dipercaya. Skala yang digunakan untuk pengambilan data yaitu skala empati, pola asuh demokratis, dan perilaku prososial. Pola dasar pengukuran skala di atas menggunakan metode penskalaan model Likert. Penskalaan model Likert menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), antara sesuai dan tidak sesuai adalah netral (N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Pernyataan favorabel atau positif dimulai dengan skor yaitu 5, 4, 3, 2, 1 dan pernyataan unfavorabel atau negative dimulai dengan skor yaitu 1, 2, 3, 4, 5.
3.5.1. Skala Perilaku Prososial Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial ini menggunakan skala prososial yang disusun oleh Marisa (2010) dan telah dimodifikasi oleh penulis sendiri berdasarkan teori Eisenberg dan Mussen yang meliputi aspek-aspek prososial dari Eisenberg dan Mussen seperti berbagi, kerjasama, menyumbang, menolong, kejujuran, dan kedermawanan. Item-item tersebut memiliki validitas 0,279-0,636 dan reliabilitas 0,828.
57
Tabel 3.1 Alat Ukur Penelitian Skala Perilaku Prososial
Favorable Unfavorable
SS (Sangat Sesuai)
S (Sesuai)
N (Netral)
TS (Tidak Sesuai)
5 1
4 2
3 3
2 4
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 5
Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Prososial No
Aspek
1 2 3 4 5 6
Berbagi Kerjasama Menyumbang Menolong Kejujuran Kedermawanan JUMLAH
No Aitem Favorable Unfavorable 1,8,26 9,15,21 2,3,14 7,10,16,20 17,22,27 4,11,29 5,23,32 24,30 12,33 18,28 6,25,31 13,19 18 15
Jumlah 6 7 6 5 4 5 33
Tabel 3.3 Tabel Daftar Sebaran Item Angket Perilaku Prososial Sebelum Uji Coba Aspek-aspek
Indikator
Item
Berbagi
Kesediaan untuk memecahkan masalah orang lain. Kesediaan meluangkan waktu untuk orang lain.
Saya bersedia berbagi solusi masalah dengan teman yang mengalami kesukaran. Saya selalu dapat meluangkan waktu untuk teman yang ingin curhat. Jika saya melihat ada teman yang ingin curhat, saya berusaha menyibukkan diri agar teman mengurungkan niat untuk curhat dengan saya. Saya tidak memiliki waktu untuk
58
No Item F UF 1
8
15
21
Kesediaan mendengarkan cerita atau curahan hati teman.
Kerjasama
Menunjukkan kemauan untuk bekerja bersamasama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas kebersamaan.
Adanya situasi saling menguntungkan satu sama lain.
Menyumbang
Memberikan sesuatu barang tanpa memandang latar belakang suku atau agama atau ras.
Kesediaan memberi dengan ikhlas.
59
mendengarkan curhat teman yang ceritanya menyedihkan. Saya bersedia mendengarkan curahan hati teman saya yang sedang sedih.
Saya hanya bersedia bercerita dengan teman untuk hal-hal yang menyenangkan saja. Saya bersedia mengerjakan tugastugas sekolah bersama dengan teman lain di dalam kelompok saya untuk menyelesaikan tugas tersebut.
26
9
2
Saya bersedia bekerja sama dengan siapa saja dalam menyelesaikan suatu hal yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Saya hanya bersedia bekerja sama dengan teman-teman dekat saya. Banyak manfaat ketika saya berdiskusi kelompok untuk membicarakan atau menyelesaikan topik permasalahan. Saya merasa tidak ada manfaatnya bekerja bersama-sama karena akan membuang-buang waktu saja. Pendapat orang lain belum tentu benar karena itu lebih baik bekerja sendiri daripada melibatkan banyak orang. Saya tidak suka bekerjasama karena akan membuang-buang waktu saja. Saya akan menyumbang barangbarang layak pakai kepada orang yang benar-benar membutuhkan.
14
Ketika saya memberi, saya tidak memandang dari latar belakang suku, agama, ras mana saja. Saya hanya akan menyumbangkan barang-barang layak pakai kepada orang-orang dari agama tertentu saja. Saya dapat memberikan sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas. Harapan saya ketika memberikan bantuan kepada orang lain adalah saya akan mendapatkan umpan balik berupa pujian ataupun materi (uang atau barang).
27
20 3
16
10
7 22
4
17 11
Menolong
Kesediaan menolong dengan tulus.
Kesediaan untuk mengupayakan apa saja demi meringankan beban orang lain.
Kejujuran
Kedermawanan
Kesediaan dengan tulus ketika menolong orang lain.
Kesediaan untuk memberi sesuatu dengan sukarela.
Bersedia memberi atau menolong tanpa ada syaratsyarat tertentu.
Suatu saat saya akan meminta bantuan kepada orang yang dahulu pernah saya bantu. Saya bersedia menolong orang yang membutuhkan dengan tulus hati. Saya akan menolong orang lain tanpa mengharapkan pujian dari orang yang melihatnya. Saya akan menolong orang lain jika ada imbalan tertentu. Saya akan melakukan apa saja untuk meringankan beban orang tersebut.
Saya hanya akan meringankan beban orang yang benar-benar saya kenal. Saya berusaha tulus ketika menolong orang lain.
Saya menolong teman dengan tidak maksimal karena tidak ada untungnya bagi saya. Saya akan pura-pura menolong teman yang kesulitan agar dipuji oleh orang lain. Saya menolong teman dengan tulus agar ia merasa senang. Saya mau memberikan bantuan dengan sukarela kepada orang yang terkena musibah. Saya senang memberi barang-barang pantas pakai kepada anak-anak di panti asuhan. Saya termasuk orang yang suka memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan. Sikap memberi tanpa pamrih perlu dimiliki hanya ketika terjadi bencana.
Saya memberikan uang kepada pengemis, jikalau saya mempunyai uang kecil. TOTAL
60
29
23
32
30 5
24 12
28
18
33 31
6
25
13
19
33
3.5.2. Skala Empati Alat ukur aspek empati yaitu menggunakan skala empati. Skala ini telah digunakan oleh Elvin (2001) dalam penulisan skripsinya yang berjudul ”Hubungan antara Kesadaran Emosi dengan Empati” dengan modifikasi penulis. Skala empati yang digunakan adalah modifikasi skala yang dibuat Davis (1983) dan telah diterjemahkan oleh Elvin. Skala ini mengandung empat aspek, yaitu pengambilan perspektif, fantasi, perhatian empatik, dan distress pribadi. Tabel 3.4 Alat Ukur Penelitian Skala Empati
Favorable Unfavorable
SS (Sangat Sesuai)
S (Sesuai)
N (Netral)
TS (Tidak Sesuai)
5 1
4 2
3 3
2 4
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 5
Tabel 3.5 Blue Print Skala Empati Aspek Pengambilan Perspektif Fantasi Perhatian Empatik Distress Pribadi Jumlah
Favorabel 1,9,23 16,20, 24 3,13,21 8,12,14 12
Nomor Aitem Unfavorabel 5,15,19 2,6,10 7,17,25 4,11,18,22 13
Jumlah 6 6 6 7 25
Tabel 3.6 Tabel Daftar Sebaran Item Angket Empati Sebelum Uji Coba Aspek-aspek
Indikator
Item
Pengambilan Perspektif
Berusaha memahami apa yang dipikirkan atau diutarakan oleh orang lain
Apapun jalan pikiran teman, saya berusaha untuk dapat memahaminya.
61
No Item F UF 1
Lebih berorientasi pada kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri.
Imajinasi
Dapat membayangkan bagaimana orang lain sedang merasa
Dapat membayangkan bagaimana seseorang merasakan seperti ia mengalaminya sendiri.
Perhatian Empatik
Menunjukkan perasaan simpatik pada orang lain.
Menunjukkan sikap peduli
62
Berusaha mendengarkan pendapat orang lain adalah baik, karena saya menyadari bahwa setiap orang mempunyai pemikiran yang berbedabeda. Kadang saya kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain karena saya tidak mengalaminya. Memikirkan masalah orang lain merupakan suatu hal yang akan membuang-buang waktu saya. Saya berusaha mendahulukan kepentingan teman daripada kepentingan diri sendiri. Lebih baik menyelesaikan masalah sendiri dari pada memikirkan permasalahan yang dihadapi teman. Saya dapat membayangkan bagaimana rasanya diperlakukan tidak adil oleh orang yang sangat disayangi. Saya dapat membayangkan betapa sedihnya orang yang tertimpa bencana banjir maupun kebakaran. Jika ada korban kecelakaan, perasaan saya biasa saja. Saya dapat membayangkan bagaimana rasanya mendengar ada salah satu keluarga mengalami kecelakaan. Jika saya belum pernah mengalami kejadian itu, saya sulit membayangkan apa yang sedang dialami orang lain. Memikirkan perasaan orang lain tidaklah penting bagi saya, karena saya tidak mengalaminya. Karena saya tidak tahan melihat korban kecelakaan di jalan raya, maka saya segera membantunya. Perasaan saya biasa-biasa saja ketika ada orang lain yang diperlakukan tidak adil, karena itu tidak terjadi pada saya. Ketika ada kecelakaan, saya hanya diam dan menyaksikan saja karena pasti ada orang lain yang membantunya. Saya segera memberikan pertolongan kepada orang yang sedang tertimpa
9
15
5
23
19
20
16
2 24
10
6
13
17
25
21
Mengetahui keadaan internal orang lain
Distress Pribadi Perasaaan bingung ketika melihat penderitaan orang lain.
Fokus pada perasaan diri sendiri.
Marah melihat penderitaan orang lain.
Total
kecelakaan. Saya dapat memahami bagaimana rasanya ditinggal (mati) untuk selamanya oleh orang yang sangat disayangi. Saya tidak tahu apa yang dirasakan oleh korban kecelakaan itu, karena saya tidak pernah mengalaminya. Saya merasa puas bila dapat membantu korban kecelakaan di jalan raya. Saya bingung apa yang harus dilakukan ketika ada kecelakaan di jalan raya. Ketika teman terkena musibah, saya berusaha tidak panik agar dapat berpikir dan melakukan bantuan secepat mungkin. Saya takut menolong orang yang terkena musibah, karena saya tidak ingin mereka tersinggung. Saya harus memberanikan diri menolong korban kecelakaan agar nyawanya terselamatkan. Saya marah jika sahabat tertimpa musibah kecelakaan. Saya berusaha menahan emosi marah ketika ada keluarga yang tertimpa kecelakaan.
3
7
11
14
18
8
22
12 4
25
3.5.3. Skala Pola Asuh Orang Tua Alat ukur pola asuh orang tua menggunakan skala pola asuh orangtua, skala yang digunakan adalah skala yang disusun oleh penulis sendiri dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan Zahara Idris (dalam Shochib, 1998), yaitu adanya musyawarah dalam keluarga, adanya kebebasan yang terkendali, adanya pengarahan dari orang tua, adanya bimbingan dan perhatian, adanya saling menghormati antar anggota keluarga, dan adanya komunikasi dua arah.
63
Tabel 3.7 Alat Ukur Penelitian Skala Pola Asuh Demokratis SS (Sangat Sesuai) 5
Favorable
S (Sesuai)
N (Netral)
TS (Tidak Sesuai)
4
3
2
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1
Tabel 3.8 Blue Print Skala Pengasuhan Orang Tua No
Ciri-ciri
No Aitem Favorable
Jumlah
1
Musyawarah dalam keluarga
1,7,13,19,25,31,34.
7
2
Kebebasan yang terkendali
2,8,14,20,26,32,35.
7
3
Pengarahan dari orang tua.
3,9,15,21,27.
5
4
Bimbingan dan perhatian.
4,10,16,22,28,33.
6
5
Saling menghormati antar anggota keluarga
5,11,17,23,29.
5
6
Komunikasi dua arah.
6,12,18,24,30.
5
Jumlah
35
Tabel 3.9 Tabel Daftar Sebaran Item Angket Pola Asuh Demokratis Sebelum Uji Coba Ciri-ciri Adanya musyawarah dalam keluarga
Indikator
Item
Mengikutsertakan anak dalam membuat peraturan keluarga.
Saya dilibatkan dalam membuat peraturan di rumah.
Mengajak anak-anak berunding dalam menetapkan kelanjutan sekolah
Bermusyawarah dalam memecahkan problemproblem yang dihadapai anak maupun keluarga.
64
Orang tua sering membuat peraturan secara sepihak. Aktivitas saya di luar jam sekolah, dibuat atas kesepakatan antara saya dan orangtua . Orangtua memberi bimbingan, agar prestasi belajar saya meningkat. Orang tua membantu memecahkan masalah yang saya hadapi.
No Item 1
7 13
19 25
Adanya kebebasan yang terkendali.
Mendengar pendapat anak. Mempertimbangkan keinginan anak. Memperhatikan penjelasan anak ketika melakukan kesalahan.
Anak meminta ijin jika hendak keluar dari rumah. Memberikan izin bersyarat dalam hal bergaul dengan teman-temannya.
Adanya pengarahan dari orang tua.
Bertanya kepada anak tentang kegiatan sehari-hari.
Memberikan penjelasan tentang perbuatan yang baik. Memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak baik.
Adanya bimbingan dan perhatian
Memberikan pujian atau hadiah kepada anak bila berperilaku benar atau baik.
Memberikan teguran kepada anak, jika salah atau berperilaku buruk. Memenuhi kebutuhan sekolah anak sesuai dengan kemampuan. Mengurus keperluan anak sehari-hari.
65
Masalah di dalam keluarga saya, dipecahkan bersama-sama semua anggota keluarga. Orangtua mengajarkan bagaimana cara mengambil keputusan dalam memecahkan persoalan saya. Segala pendapat saya selalu didengar oleh orang tua. Segala keinginan saya akan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh orang tua. Orang tua menerima penjelasan dari saya ketika saya melakukan kesalahan.
31
Orang tua memberi kesempatan pada saya untuk menjelaskan ketika saya berbuat kesalahan. Saya selalu minta ijin ketika hendak keluar rumah. Orang tua memberikan kebebasan yang bertanggung jawab dalam hal bergaul dengan teman. Jika pergi dengan teman, orang tua akan mengingatkan untuk pulang dengan tepat waktu sampai di rumah. Setiap pagi orang tua bertanya tentang kegiatan apa yang akan saya lakukan.
20
Orang tua selalu menanyakan tentang kegiatan yang telah saya lakukan selama sehari ini. Orang tua menasehati saya bahwa orang yang menabur kebaikan, suatu saat pasti akan menuai kebaikan pula. Orang tua selalu menjelaskan kepada saya tentang akibat orang yang tidak jujur.
9
34
2 8
14
26 32
35
3
15
21
Orang tua selalu memberi nasehat ketika saya melakukan kesalahan. Orang tua akan memberikan pujian jika apa yang saya lakukan itu baik.
27
Orang tua akan memberi hadiah ketika saya mendapat juara kelas. Orang tua akan menegur bila saya berperilaku yang tidak sopan.
10
Orang tua selalu berusaha memenuhi kebutuhan sekolah saya tepat waktu.
22
Keperluan pribadi saya seperti (baju, sepatu, tas, dll) selalu diperhatikan oleh
28
4
16
Mengingatkan anak untuk belajar. Adanya saling menghormati antar anggota keluarga.
Terdapat tutur kata yang baik antara anggota keluarga. Tolong menolong dalam bekerja. Saling menghargai antara yang satu dengan yang lainnya. Bersikap adil terhadap setiap anak dalam pemberian tugas.
Adanya komunikasi dua arah.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya atau berpendapat tentang sesuatu hal.
Menjelaskan alasan ditetapkannya suatu peraturan. Membicarakan segala persoalan yang timbul dalam keluarga.
orang tua. Orang tua senantiasa mengingatkan saya untuk belajar dengan rajin dan sungguhsungguh. Kata-kata sopan yang setiap hari saya dengar dalam komunikasi di keluarga saya. Saya akan menolong orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Menghormati orang tua serta kakak adik, itulah yang selalu ditekankan dalam keluarga saya. Orang tua membagi tugas membersihkan rumah sesuai kemampuan masing-masing dengan adil. Orang tua saya selalu bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. Jika saya akan memutuskan sesuatu, orang tua menjelaskan akibat baik buruknya.
33
5
11 17
23
29 6
Orang tua selalu memberi jawaban yang baik ketika saya bertanya tentang sesuatu hal. Orang tua akan memberikan penjelasan mengenai alasan ditetapkannya suatu peraturan dalam keluarga. Orang tua mengajak saya membicarakan masalah yang timbul dalam keluarga.
12
Keluarga saya terbuka dalam memecahkan masalah.
30
TOTAL
18
24
35
3.6. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 3.6.1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997). Validitas yang digunakan untuk jenis skala dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes 66
mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut (Azwar, 1997). Cara untuk mengetahui validitas dari alat ukur adalah mengkorelasikan nilai yang diperoleh dari setiap item dengan skor total, dan untuk memperoleh koefisien korelasi dengan skor total digunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menggunakan bantuan komputer dengan SPSS for windows versi 17.0 pada setiap item dari kedua angket yang digunakan. Validitas item didasarkan pada besarnya korelasi yang diperoleh. Suatu aitem dikatakan valid jika koefisien korelasi > 0,25 (Azwar, 1997). Kategori inilah yang digunakan untuk menentukan apakah item valid atau tidak. Perhitungan validitas dalam penelitian ini menggunakan corrected item total corelation dengan teknik korelasi product moment memakai program SPPS For Windows Versi 17.00. 3.6.2. Reliabilitas Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable (reliable). Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997). Reliabilitas dalam penelitian ini akan diuji menggunakan teknik reliabilitas Alpha Cronbach, dan angka yang dihasilkan dalam pengujian ini berupa koefisien reliabilitas, dihitung dengan SPSS 17.00 for windows release.
67
3.7. SELEKSI ITEM PENELITIAN Sebelum dilakukan penelitian atau pengambilan data, alat ukur yang digunakan perlu diuji coba (try out) pertama di PPA Abdi Putra yang bertempat di GSJA Parakletos sejumlah 40 orang anak terlebih dahulu untuk menyeleksi alat ukur tersebut. Hasil try out yang pertama ternyata banyak sekali item yang gugur pada skala prososial dan empati. Skala prososial dari 33 item terdapat 24 dapat digunakan dan 9 gugur, item-item yang banyak gugur itu pada aspek yang penting dalam skala prososial seperti aspek menyumbang item gugur 3, dan item yang dapat digunakan 3; aspek menolong item gugur 2, dan item yang dapat digunakan 3 dengan validitas angket prososial bergerak dari rentang nilai 0,273 – 0,691 menghasilkan Koefisien Alfa Cronbach 0,885. Untuk skala empati dari 25 item terdapat 7 item gugur dan 18 item yang dapat digunakan, item-item yang banyak gugur itu pada aspek yang penting dalam skala empati seperti aspek perhatian empatik item gugur 3 dan item yang dapat digunakan 3 dengan validitas angket empati bergerak dari rentang nilai 0,267- 0,776 menghasilkan Koefisien Alfa Cronbach 0,842. Hasil try out pertama banyak item-item penting yang gugur pada skala prososial dan skala empati, maka peneliti melakukan revisi item dan try out ulang pada PPA Pangudi Putro yang bertempat di GSJA Efata dan menghasilkan hasil yang cukup bagus. Berikut ini hasil try out ke dua yang juga di gunakan acuan dalam penelitian ini.
3.7.1 Angket Perilaku Prososial Dalam penelitian ini, angket Perilaku Prososial berdasarkan perhitungan validitas terhadap 33 item, diperoleh 6 item tidak valid dan 27 item yang dapat digunakan. Validitas angket prososial bergerak dari rentang nilai 0,301 sampai dengan 0,690 Koefisien Alpha Cronbach dari 27 butir item yang dapat 68
digunakan adalah 0,890 lebih besar 0,6 yang berarti semua item prososial tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Penyebaran item valid dan item gugur dari angket prososial dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.10 Sebaran Item Skala Perilaku Prososial Setelah Uji Coba No
Aspek
1 Berbagi 2 Kerjasama 3 Menyumbang 4 Menolong 5 Kejujuran 6 Kedermawanan Item gugur = *
No Item Favorable Unfavorable 1,8,26 9,15,21 2*,3,14 7*,10,16,20 17,22,27 4,11,29* 5,23,32 24,30* 12,33* 18,28 6*,25,31 13,19 JUMLAH
Jumlah Item Valid Gugur 6 0 5 2 5 1 4 1 3 1 4 1 27 6
Tabel 3.11 Susunan Nomor Item Baru Skala Perilaku Prososial No 1 2 3 4 5 6
Aspek Berbagi Kerjasama Menyumbang Menolong Kejujuran Kedermawanan Item Baru = ( )
No Item Favorable Unfavorable 1(1),8(5),26(23) 9(6),15(12),21(18) 3(2),14(11) 10(7),16(13),20(17) 17(14), 22(19), 27(24) 4(3),11(8) 5(4), 23(20),32(27) 24(21) 12(9) 18(15),28(25) 25(22),31(26) 13(10),19(16) Jumlah
Jumlah 6 5 5 4 3 4 27
3.7.2 Angket Empati Berdasarkan perhitungan validitas terhadap 25 item, diperoleh 3 item tidak valid dan 22 item yang dapat digunakan. Validitas angket empati bergerak dari rentang nilai 0,270 sampai dengan 0,743 Koefisien Alpha Cronbach dari 22 butir item yang dapat digunakan adalah 0,827 lebih besar 0,6 yang berarti 69
semua item empati tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Penyebaran item valid dan item gugur dari angket empati dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.12 Sebaran Item Skala Empati Setelah Uji Coba No
Aspek
Pengambilan Perspektif 1 Fantasi 2 Perhatian Empatik 3 Distress Pribadi 4 Item gugur = *
No Item Favorable Unfavorable 1,9,23 5,15,19 16,20,24 2,6,10* 3,13,21 7*,17,25 8,12,14* 4,11,18,22 JUMLAH
Jumlah Item Valid Gugur 6 0 5 1 5 1 6 1 22 3
Tabel 3.13 Susunan Nomor Item Baru Skala Empati No 1 2 3 4
Aspek Pengambilan Perspektif Fantasi Perhatian Empatik Distress Pribadi Item Baru = ( )
No Item Favorable 1(1),9(9),23(17) 16(3),20(11),24(19) 3(5),13(13),21(20) 8(7),12(15)
Unfavorable 5(2),15(10),19(18) 2(4),6(12) 17(6),25(14) 4(8),11(16),18(21),22(22) Jumlah
Jumlah 6 5 5 6 22
3.7.3 Angket Pola Asuh Demokratis Berdasarkan perhitungan validitas terhadap 35 item, diperoleh 2 item tidak valid dan 33 item yang dapat digunakan. Validitas angket pola asuh demokratis bergerak dari rentang nilai 0,265 sampai dengan 0,800 Koefisien Alpha Cronbach dari 33 butir item yang dapat digunakan adalah 0,943 lebih besar 0,6 yang berarti semua item pola asuh demokratis tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Penyebaran item valid dan item gugur dari angket pola asuh demokratis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
70
Tabel 3.14 Sebaran Item Skala Pola Asuh Demokratis Setelah Uji Coba No
Ciri-ciri
No Item Favorable
Valid
Gugur
1
Musyawarah dalam keluarga
1,7*,13,19,25,31,34.
6
1
2
Kebebasan yang terkendali
2,8,14,20,26,32,35*.
6
1
3
Pengarahan dari orang tua.
3,9,15,21,27.
5
0
4
Bimbingan dan perhatian.
4,10,16,22,28,33.
6
0
5
Saling menghormati antar
5,11,17,23,29.
5
0
6,12,18,24,30.
5
0
33
2
anggota keluarga 6
Komunikasi dua arah.
Item Gugur = *
Jumlah
Tabel 3.15 Susunan Nomor Item Baru Skala Pola Asuh Demokratis No
Ciri-ciri
No Item Favorable
Jumlah
1
Musyawarah dalam keluarga
1(1),13(12),19(18),25(24),31(30),34(33).
6
2
Kebebasan yang terkendali
2(2),8(7),14(13),20(19),26(25),32(31)
6
3
Pengarahan dari orang tua.
3(3),9(8),15(14),21(20),27(26).
5
4
Bimbingan dan perhatian.
4(4),10(9),16(15),22(21),28(27),33(32).
6
5
Saling menghormati antar
5(5),11(10),17(16),23(22),29(28).
5
6(6),12(11),18(17),24(23),30(29).
5
Jumlah
33
anggota keluarga 6
Komunikasi dua arah.
Item Baru = ( )
3.8. TEKNIK ANALISIS DATA 3.8.1 Uji Asumsi Klasik Supramono dan Haryanto (2005) menyatakan bahwa sebelum melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dahulu diuji agar memenuhi Criteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), sehingga dapat menghasilkan 71
parameter penduga yang sahih. Uji tersebut meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji linearitas, dan uji autokorelasi. 3.8.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu berdistribusi normal, Selain itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat menunjukkan apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau hampir berdistribusi normal (Ghozali, 2009). Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, P-P Plot Test, dan uji one sample Kolmogorov Smirnov. Pada uji Kolmogorov Smirnov apabila nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan data nilai residual terdistribusi normal. Normalitas P-P Plot Test dideteksi dengan melihat titik-titik yang mengikuti garis linear yang bergerak dari bawah ke kanan atas. Sehingga bila titik-titik tersebut mengikuti garis linear, berarti data terdistribusi normal, dan analisis dapat dilanjutkan (Santosa, 2000). 3.8.1.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sebab jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Pengujian akan dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas masalah multikolinearitas adalah yang mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Ghozali, 2009). 3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tetap maka terjadi masalah 72
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatterplot (nilai prediksi dependenn ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2000). 3.8.1.4 Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Jika penyimpangan tersebut tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000). Hasil uji linieritas dengan p<0.05 maka dapat dikatakan adanya hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat. 3.8.2 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analisa data yang digunakan adalah: 3.8.2.1 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda bermaksud untuk mengetahui bagaimana keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2006). Analisis ini digunakan karena jumlah variable independen dalam penelitian ini lebih dari satu.
73