31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Prosedur Penelitian Penelitian akan mempelajari faktor-faktor apa sajakah dan sebesar apakah
dampaknya bagi keberhasilan yang dicapai oleh Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Adapun alur tahap penelitian seperti disajikan pada Gambar 1. Mulai
Pemahaman Topik Kajian
Bahan Pustaka
Pemahaman Topik Kajian
Metode Proses Hierarki Analitik ( PHA )
Penyusunan Kuesioner untuk Survei
Survei Lapangan
Pengolahan Data dan Analisis PHA
Pembahasan dan Penulisan Laporan
Selesai
Gambar 1 Alur Tahap Penelitian. 3.2
Pemahaman Topik Kajian Perpustakaan
Elektronik
Keliling
merupakan
salah
satu
layanan
perpustakaan keliling yang ada di Perpustakaan Nasional RI dimana penggunanya dititikberatkan pada pelajar Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat yang lokasi layanannya berdomisili sekitar
32
Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Bogor. Tujuan diadakannya Pusteling ini yaitu sebagai pengenalan sarana teknologi informasi seperti pengenalan windows office kepada pelajar, koleksi bahan pustaka dalam bentuk digital dari Perpustakaan Nasional RI, jurnal online yang dapat diakses langsung serta sarana penelusuran OPAC Perpustakaan Nasional RI sehingga apabila pemustaka Pusteling ingin mencari koleksi bahan pustaka di Perpustakaan Nasional RI, pemustaka telah mengetahui bahan pustaka apa yang ingin dibaca dan telah mempunyai nomor panggil buku, sehingga dia dapat langsung menuju lokasi bahan pustaka tanpa melalui lokasi penelusuran katalog terlebih dahulu. Apabila tujuan dari pengadaan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa layanan Pusteling telah berhasil berjalan dengan baik. 3.3
Perumusan Solusi Masalah Pada pembetukkan hierarki prioritas tingkat keberhasilan Pusteling, kriteria
dan sub kriteria analisa diperoleh melalui studi literatur dan studi pada layanan Pusteling. Langkah selanjutnya yaitu merumuskan faktor internal dan eksternal layanaan Pusteling yang kemudian dianalisa dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat empat kriteria utama dalam menganalisa prioritas kriteria tingkat keberhasilan Pusteling, dimana masingmasing kriteria utama terdiri dari beberapa subkriteria. Pembahasan tiap kriteria dan subkriteria serta penilaiannya disajikan dalam Gambar 2.
Tujuan:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling
Kriteria: Kelembagaan (Perpustakaan Nasional RI)
Subkriteria: 1. Manajemen Pusteling 2. Petugas Pusteling (SDM)
Teknologi Pusteling
1. Perangkat Keras 2. Perangkat Lunak
1. Kebutuhan Pemustaka
3. Perangkat Jaringan
2. Kuantitas Pemustaka
Sosial
Wilayah
1.Geografis Lokasi Pusteling 2. Cuaca/ Kondisi Alam
Gambar 2 Diagram Hierarki Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling.
33
Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria dan subkriteria hierarki tersebut adalah sebagai berikut: A.
Kriteria Kelembagaan Kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan layanan
Pusteling karena merupakan tempat pengadaan, pengawasan, serta pengelolaan yang mengatur pelayanan Pusteling. Kriteria kelembagaan dibagi menjadi 2 (dua) subkriteria berdasarkan hasil studi literatur dan pengamatan di lapangan, yaitu: (1) Subkriteria Manajemen Pusteling Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan layanan adalah birokrasi atau regulasi yang efektif dan efisien. Regulasi seperti perubahan jadwal layanan kunjungan kelokasi baru merupakan salah satu bentuk birokrasi yang panjang dan berbelit-belit sangatlah tidak efektif dan tidak efisien. Pihak manajemen yang tanggap akan permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan layanan Pusteling, akan sangat membantu proses keberhasilan dari layanan tersebut. Kebijakan pemerintah dibidang pendidikan serta perpustakaan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan, karena merupakan pedoman/ payung segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan, pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan layanan Pusteling. Dukungan dana anggaran juga penting karena untuk menunjang keberlangsungan operasional Pusteling. (2) Subkriteria Petugas Pusteling (SDM) Petugas yang terjun langsung pada layanan Pusteling dapat dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dikarenakan apabila petugas yang dapat memenuhi kriteria pemenuhan kepuasan pemustaka maka hal tersebut juga menentukan tingkat keberhasilan layanan Pusteling. Kriteria tersebut seperti petugas yang ramah, mempunyai pengetahuan dasar tentang teknologi informasi, dan tepat dalam menentukan kata kunci untuk penelusuran bahan pustaka yang ada di OPAC online Perpustakaan Nasional RI, sehingga mereka dapat melakukan proses penelusuran bahan pustaka melalui layanan Pusteling dan sesampainya di Perpustakaan Nasional RI mereka dapat langsung menuju tempat peminjaman bahan pustaka.
34
B.
Kriteria Teknologi Pusteling Kriteria ini mencakup pemilihan perangkat keras, perangkat lunak, dan
perangkat jaringan yang baik agar dapat mendukung keberhasilan dari layanan Pusteling. (1) Subkriteria Perangkat Keras Fasilitas fisik untuk mendukung layanan Pusteling menurut Astra International dalam spesifikasi kendaraan Pusteling antara lain: a. 11 Laptop HP Compaq 510 dimana 10 unit untuk mengakses dan 1 unit lainnya untuk petugas. b. LCD Proyektor BenQ infocus MP522 Lumens 2000 c. Screen Dispaly d. Scanner e. Printer HP Deskjet D2500 f. Modem Huawey HSDPA g. Fotokopi h. DVD player i. Meja komputer dan laptop j. Kursi yang nyaman k. AC kendaraan merek Termo King Roof Top Ducting dan blower AC Coleman ¾ PK l. AC indoor merek Daikin 2 PK m. Kamera CCTV n. Rak untuk menyimpan koleksi digital (2) Subkriteria Perangkat Lunak Sebuah server Hawlet Packard ML 350 G series yang difungsikan sebagai server komunikasi dan repositori bahan multimedia, dan perangkat lunak instal windows 2007 original untuk 11 laptop yang dimiliki oleh layanan Pusteling. (3) Subkriteria Perangkat Jaringan Pusteling menggunakan sambungan 3G dengan memanfaatkan jasa sambungan internet dari PT. Indosat dan Excelcom. Untuk wilayah yang
35
berada tidak jauh dari Jakarta sambungan dalam kondisi baik, namun apabila agak jauh dari Jakarta atau diluar Jakarta, maka kualitasnya makin berkurang. Pusteling jika dipandang perlu, dapat juga memanfaatkan sambungan internet dial up dengan memanfaatkan sambungan telepon di sekolah yang disediakan oleh PT. Telkom. Untuk memperkuat catu atau hasil daya listrik Pusteling menggunakan generator set listrik portabel. C.
Kriteria Sosial Kondisi sosial merupakan faktor penentu dalam keberhasilan layanan
Pusteling, adapun faktor-faktor sosial tersebut meliputi: (1) Subkriteria Kebutuhan Pemustaka Pemenuhan kebutuhan pemustaka yang harus diperhatikan antara lain yaitu: a. Prasarana seperti laptop, AC, kursi berukuran kecil yang disediakan untuk pemustaka. b. Tempat menunggu (antrian) diluar terkadang kurang nyaman. c. Literasi informasi atau ketepatan kata kunci yang tepat yang disarankan oleh petugas dalam penelusuran. d. Kecepatan atau waktu minimalis dalam proses menunggu hasil dari penelusuran. e. Koleksi digital yang dibawa sesuai dengan permintaan pemesanan oleh pemustaka. f. Perlu adanya seleksi (filter) dalam akses penelusuran internet untuk alasan pendidikan bagi pemustaka yang menggunakan layanan itu. (2) Subkriteria Kuantitas Pemustaka Kuantitas pemustaka dapat meningkat apabila kebutuhan pemustaka terpenuhi pada saat mengunakan layanan perpustakaan, sehingga pemustaka dapat merasa puas akan layanan perpustakaan dan dapat menambah frekuensi kunjungannya untuk layanan Pusteling. Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: a. Pengadaan koleksi pustaka dalam bentuk digital yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan tersusun baik. b. Tempat, dalam hal ini bus layanan yang nyaman.
36
c. Petugas yang memberikan pelayanan yang efisien selain itu petugas dituntut untuk bersikap sopan, ramah dan komunikatif terhadap pemustaka layanan. d. Waktu pelayanan yang diberikan sesuai dengan waktu tunggu selama menanti giliran atau antrian.
D.
Kriteria Wilayah Kriteria ini mencakup georafis lokasi pusteling dan cuaca/ kondisi alam
yang dilalui oleh layanan Pusteling. (1) Subkriteria Geografis Lokasi Pusteling Layanan Pusteling dalam memberikan layanan tidak hanya melayani untuk Jakarta tetapi juga memberikan pelayanan untuk daerah Bekasi, Bogor, dan Tangerang, dan geografis lokasi serta jarak menuju lokasi adalah salah satu faktor yang sangat menentukan waktu kunjungan. Apabila jarak tempuh menuju lokasi layanan Pusteling dekat dengan Perpustakaan Nasional RI maka waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak juga tidak lama sehingga waktu untuk memberikan layanan Pusteling dapat lebih lama dan efisien. Hal lain yaitu tempat dari lokasi layanan seperti halaman sekolah yang datar dan lapang, pintu gerbang yang tinggi dan lebar sehingga memudahkan keluar masuknya bus Pusteling, serta pihak sekolah yang koorperatif pada lokasi layanan Pusteling, merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan Pusteling. (2) Subkriteria Cuaca/ Kondisi Alam Iklim dan Cuaca juga mempunyai andil dalam menentukan tingkat kunjungan pada layanan Pusteling. Kegiatan layanan Pusteling berlokasi di luar ruangan sehingga kegiatan pelaksanaannya sangat tergantung oleh faktor cuaca, salah satu alasannya yaitu: a. Cuaca yang tidak mendukung (panas, hujan dan dingin), mengakibatkan pelajar lebih memilih menghabiskan waktu istirahat mereka untuk melakukan kegiatan lainnya seperti pergi ke kantin atau berdiam di kelas.
37
b. Bus Pusteling biasanya ditempatkan di lapangan terbuka dan tidak memiliki perlindungan dari hujan, maka akses menuju lokasi layanan dapat beresiko terhalang oleh hujan. 3.4
Penyusunan Kuesioner Survei Kuesioner diberikan kepada pemustaka layanan Pusteling, dimana kuesioner
yang dibagikan untuk pemustaka dilakukan secara kebetulan ketika pemustaka melakukan pelayanan pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling). Bentuk kuesioner yang akan disebarkan antara lain terdapat pada lampiran 1. 3.5
Survei Lapangan
Survei lapangan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi penentuan populasi dan sampel serta teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut: 1.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Pusteling.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling by accident yakni yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan, dengan pemustaka pelajar SMU sederajat di wilayah DKI Jakarta yang dilakukan pada tanggal 17-18 Februari dan 21-23 Februari 2011. Jumlah pelajar SMU yang didapat selama waktu pengambilan sampel penelitian yaitu sebanyak 110 pelajar. Adapun lokasi penyebaran kuesioner disajikan pada Gambar 3.
B E
D C
A
F
G
38
Gambar 3
Lokasi Layanan Pusteling Pada Saat Penyebaran Kuesioner (A. SMUN. 77; B. SMKN. 11; C. STM Poncol; D. SMUN. 1; E. SMKN. 27; F. SMK Satya Bhakti I; dan G. SMK Satya Bhakti II).
Karakteristik pemustaka pusteling dari ketujuh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini disajikan dalam Gambar 4.
20 10 0 SMU N. SMK N. SMK 77 11 Poncol Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan
SMU N. 1
SMK N. 27
SMK Satya Bhakti I
SMK Satya Bhakti II
Gambar 4 Karakteristik Sampel Penelitian. 2.
Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data informasi yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah: 1. Studi literatur yaitu dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait dengan konsep dan praktek penyebaran informasi melalui Pusteling. 2. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan maupun menjawab pertanyaan penelitian tentang layanan Pusteling.
3.6
Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data untuk penelitian ini terdapat dalam kerangka penelitian seperti pada Gambar 5 berikut:
39
Fakta
Keadaan yang Diharapkan
Adanya Permasalahan internal dan eksternal Pusteling:
Mengakibatkan:
- Lemahnya manajemen - Jumlah bus bus kurang - Koneksi jaringan yang tidak stabil.
- Birokrasi yang tidak efektif dan efisian - Minimnya Jumlah pemustaka - Pelayanan yang tidak maksimal.
Terwujudnya tujuan pengadaan Pusteling: - Meningkatkan pengetahuan pemustaka Pusteling dalam hal penggunaan informasi berbasis Teknologi Informasi khususnya untuk para pelajar. - Dukungan Manajemen - Kuantitas pemustaka meningkat. - Pelayanan Pusteling yang maksimal.
Tujuan:
Mengetahui faktor permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling. Diidentifikasikan melalui faktor internal dan faktor eksternal.
Studi Literatur dan Data Hasil Kuesioner
Metode Proses Hierarki analitik (PHA)
Hasil: Memberi gambaran sejauhmana keberhasilan layanan Pusteling dan faktor yang mempengaruhi keberhasilannya.
Kesimpulan dan Saran
Gambar 5 Kerangka Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Metode tersebut dipilih untuk penelitian ini dengan alasan bahwa metode Proses Hierarki Analitik dapat digunakan dalam penyelesaian permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka di mana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, dan data yang didasarkan atas persepsi, pengalaman dan intuisi. Jadi masalah tersebut dapat dirasakan, diamati, dengan kelengkapan data numerik dari perhitungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan PHA, yaitu prinsip menyusun hierarki (decomposition), prinsip menentukan prioritas (comparative judgement), dan prinsip konsistensi logis (logical consistency).
40
1.
Menyusun Hierarki Hierarki yang dimaksud adalah hierarki dari permasalahan yang akan
dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses menentukan tujuan dan hierarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. b. Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi. c. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang mengandung pengertian yang sama. d. Minimum Jumlah kriteria diusahakan seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis. 2.
Menentukan Prioritas Prinsip pertimbangan komparatif (comparative judgement) berarti membuat
penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan sebagai berikut: a. Elemen mana yang lebih (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya). b. Berapa kali sering (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya).
41
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, maka perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Penyusunan skala kepentingan, Saaty menggunakan patokan seperti tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Skala Penilaian untuk Pengisian Kuesioner Intensitas Kepentingannya 1
Penjelasan
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lain
5
Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya
9
Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya
2.4.6.8 Kebalikan
3.
Definisi Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan
Menentukan Konsistensi Logis Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek yang serupa dapat
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. PHA dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Langkah awal dari PHA dapat diringkas dalam penjelasan yaitu menyusun matriks perbandingan serta menyusun matriks perbandingan hasil normalisasi yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Matriks Perbandingan dan Hasil Normalisasi Matriks Hasil Perbandingan
C A1 A2 …. An
A1 A2 A 11 A 12 A 21 A 22 …. …. A n1 A n2
…. A n …. A 1n …. A 2n …. …. …. A nn Hasil Normalisasi
42
Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hierarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks. Perhitungan ini diperlukan bantuan Tabel Indeks Acak (Random Index/ RI) dimana nilai setiap ordo matriks disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Indeks Acak (Random Index) Urutan Matriks
1
2
3
4
5
6
7
(RI)
0.00
0.00
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
8
9
1.41
1.45
10 1.49
Langkah selanjutnya tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam pengujian konsistensi matriks perbandingan adalah: a.
Melakukan perkalian antara bobot subkriteria dengan nilai awal matriks & membagi jumlah perkalian bobot subkriteria & nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan nilai eigen.
b.
Mencari nilai matriks yang merupakan nilai rata-rata dari nilai eigen yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya. λ Maks = (Penjumlahan nilai eigen) / N
c.
Mencari nilai Indeks Konsistensi (Consistency Index/ CI) CI = (λ Maks – N) / (N-1) dengan N adalah jumlah elemen dalam matriks
d.
Mencari nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio/ CR) CR = CI / RI Matriks perbandingan disebut konsisten jika nilai CR < 10%