BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini SMA Al Ma’soem di Jl Raya Cileunyi-Rancaekek No. 22 Rancaekek. Alasan di pilihnya SMA Al Ma’soem sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut: a) SMA Al Ma’soem merupakan sekolah menengah atas di Kabupaten Sumedang yang mengadakan program manajemen sekolah berbasis akselerasi, sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti. b) Sebagai salah satu SMA Swasta di Kabupaten Sumedang yang letaknya cukup strategis karena berada si jalur utama ke arah ibukota Bandung, maka sekolah ini menjadi pintu gerbang pendidikan di Kabupaten Sumedang sehingga dituntut memiliki keunggulan dalam berbagai hal. SMA Al Ma’soem menjadi pelopor penyelenggaran program akselerasi bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa di Kabupaten Sumedang. c) SMA Al Ma’soem merupakan satu-satunya sekolah mengah atas swasta
di
Kabupaten
Sumedang
yang
mengadakan
program
manajemen sekolah berbasis akselerasi.
2. Sumber Data Penelitian Suharsimi Arikunto (Naharoh, 2008: 52) mengemukakan bahwa sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Lofland (dalam Moleong, Lexy J, 2009: 157) mengemukakan bahwa, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 58
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
Maka data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimanakah manajemen sekolah berbasis program akselerasi adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh. Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini, yang dijadikan partisipan oleh peneliti adalah sekelompok objek yang dijadikan sumber data dalam penelitian yang bentuknya dapat berupa manusia, benda-benda, dokumen-dokumen dan sebagainya. Dengan demikian berdasarkan tujuan serta permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka yang menjadi populasi yang akan di pilih adalah Kepala Sekolah, Wakasek Bid. Kurikulum, ketua program akselerasi Guru yang mengajar di kelas akselerasi, dan siswa kelas akselerasi SMA Al Ma’soem.
B. Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian kualitatif dirancang untuk mendapatkan pendalaman pemahaman terhadap situasi sosial tertentu pada sumber data penelitian, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Nana Syaodih (2007: 99) bahwa penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnnya. Berdasarkan pada pendapat di atas tentunya sangat penting untuk menentukan rancangan penelitian sebagai pedoman atau peta dalam melakukan penelitian agar benar-benar dapat terfokus pada fenomena atau situation social yang ingin diteliti, adapun rancangan penelitian itu sendiri menurut Nana Syaodih (2007: 52) mengemukakan bahwa rancangan penelitian menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan kondisi apa data dikumpulkan dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
Kajian Teoritis
Latar Belakang: Masih sedikit sekolah khususnya tingkat pendidikan Sekolah Mengah Atas (SMA) yang menyelenggarakan program akselerasi. Hal ini disebabkan masih rendahnya pemahaman orang tua siswa dan guru terhadap karakteristik siswa cerdas istimewa, kurangnya sosialisasi dari Dinas terkait tentang penyelenggaraan program akselerasi, belum adanya kurikulum tersosialisasi yang dapat dijadikan acuan bagi penyelenggaraan program akselerasi, serta sekolah kurang mensosialisaikan tentang keberadaan program akselerasi kepada masyarakat.
Penggalian Data
Perencanaan Program Akselerasi S E K O L A H
Pengorganisasian Program Akselerasi Pelaksanaan Program Akselerasi
- Hasil Temuan Lapangan - Kesimpulan - Saran
Evaluasi Program Akselerasi
Analisis
Kajian Teoritis
Gambar 3. 1 Desain Penelitian Sebagaimana telah disampaikan pada bagian kerangka pemikiran, desain penelitian ini dibuat berdasarkan pada fokus kajian yang ingin diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini, permasalahan penyelenggaraan program pendidikan yaitu sebagaimana digambarkan di atas bahwa penyelenggaran program akselerasi membutuhkan manajemen yang efektif dan efisien mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hinga ketahap evaluasi. Setelah ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di lapangan dengan berdasar pada hasil kajian teoritis dan data studi pendahuluan sebelumnya. Setelah diperoleh data, maka data diklasifikasikan dan dianalisis dengan membandingkan antara teori dengan
61
empirik. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian, hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.
C. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat cara atau prosedur yang dipilih oleh untuk menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Sugiyono (2011: 6) menyebutkan bahwa: “Metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”. Berdasarkan fokus penelitian yang ada yaitu ingin mengetahui bagaimanakah gambaran manajemen sekolah berbasis program akselerasi di SMA Al Ma’soem. Maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengungkapkan data empiris yang ada di lapangan dengan cara menguraikan dan menginterpretasikan
suatu
fenomena
dengan
apa
adanya
dan
menghubungkan sebab-akibat terhadap sesuatu yang terjadi pada saat penelitian, agar diperoleh gambaran realita yang konkret mengenai hal yang diteliti. Dengan kata lain tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat suatu gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena yang diteliti.
2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Arief Furchan (1999: 22) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah: “Proses penelitian yang mengahasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri, menurut pendapat kami pendekatan ini langsung menunjukan setting Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subjek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.” Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan alasan mengacu pada beberapa alasan sebagai mana yang dikemukakan oleh. Margono (2000: 37) antara lain: 1) Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang dialami oleh penelitian kualitatif sehingga intisari konsep yang ada pada data dapat diungkap. 2) Untuk menaggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam pemikiran kuantitatif. 3) Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variable yang sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variable dalam masalah sosial sangat kompleks. 4) Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumerasi (perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsepkonsep yang timbul dari data. Penelitian kualitatif cenderung melakukan analisis yang bersifat induktif yang sangat menonjolkan perspektif subjektif dalam memecahkan suatu permasalahan. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini diharapkan akan menggambarkan manajemen sekolah berbasis program akselerasi di tingkat sekolah menengah atas.
D. Definisi Operasional Definisi operasional menurut Nazir (1988: 152) adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.
63
Panggabean (1991: 10) mengemukakan alasan diperlukannya definisi operasional adalah : a) Tuntutan adanya perbedaan setiap situasi. b) Perlu kriteria untuk pencatatan. c) Sebuah konsep atau objek dapat memepunyai lebih dari satu pengertian. d) Mungkin diperlukan pengertian yang khas atau unik. Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan dengan judul Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di SMA Al Ma’soem agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari penelitian ini yaitu : 1. Manajemen dalam penelitian ini upaya mengelola siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumbersumber lain untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Manajemen Sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber manusiawi di sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 3. Program Akselerasi merupakan program pendidikan yang diberikan secara khusus kepada kelompok siswa berbakat intelektual atau cerdas istimewa dan berbakat istimewa (CI-BI) dengan cara mempercepat penyelesaian kurikulum.
E. Instrumen Penelitian Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. (Sugiyono, 2011: 305) Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari temuan di lapangan. Peneliti kualitatif adalah instrumen utama yang semestinya memiliki kapasitas intelektual yang tinggi terkait dengan kapasitas berfikir reflektif dan rasional yang digunakan saat perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian. (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 69) Kekuatan Peneliti sebagai instrumen menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 67) meliputi empat hal, yaitu: (1) kekuatan kan pemahaman metodologi kulaitatif dan wawasan bidang profesinya; (2) kekuatan dari sisi personality; (3) kekuatan dari sisi kemapuan hubungan sosial (human relation); dan (4) kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi. Dalam
hal
instrumen
penelitian
kualitatif,
Sugiyono
(2011:306)
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian hipotesa yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satusatunya yang dapat mencapainya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen peneliti serasi dengan penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian
65
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita 5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan 7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti Sesuai dengan fokus penelitian yang lebih mengarah pada manajemen program berbasis akselerasi di SMA Al Ma’soem maka instrumen yang disusunpun lebih banyak mengungkap tentang hal tersebut sebagaimana yang dideskripsikan dalam tabel dibawah ini:
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PROGRAM AKSELERASI (Studi Pada SMA Al Ma’soem)
No 1.
Fokus Penelitian Perencanaan Program Akselerasi
Sub Fokus
Deskripsi
a) Perencanaan Kurikulum
Perencanaan sekolah mengenai kurikulum untuk kelas akselerasi
b) Perencanaan Tenaga Pendidik
Kualifikasi tenaga pendidik yang disiapkan sekolah untuk mengajar di kelas akselerasi
Indikator Kurikulum pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa (PDCI) di kembangkan secara berdiferensiasi, mencakup 5 (lima) dimensi, yaitu: 1. Dimensi Umum 2. Dimensi Diferensiasi 3. Dimensi Media pembelajaran 4. DimensiSuasana Belajar 5. Dimensi Co-kurikuler Secara operasional guru yang dipilih memenuhi persyarat-an sebagai berikut: 1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri atau swasta yang terakreditasi “A” atau setara dan memiliki akta mengajar. 2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
66
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik Pengumpulan Data/Metode o Wawancara
o Wawancara
Responden 1) Wakasek kurikulum 2) Ketua program akselerasi
1) Kepala sekolah 2) Ketua program akselerasi
67
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru. 4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa. 5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu. 6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik 7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar untuk siswa cerdas istimewa. 8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. 9. Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik. 10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran. 11. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran. 12. Memiliki pengalaman mengajar di kelas regular sekurang-kurangnya tiga tahun.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Perencanaan Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar peserta didik kelas akselerasi
Sekolah penyelenggara pendidikan khusus o Wawancara 1) Kepala bagi PDCI/ BI harus mampu memenuhi o Observasi sekolah sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang o Dokumentasi 2) Ketua relevan dengan kebutuhan peserta didik. program 1) Sarana Belajar akselerasi (a) Sumber belajar seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, Koran, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, dan sebagainya. (b) Media pembelajaran seperti radio, cassette recroder, TV, OHP, Wireless, Slide projector, LCD/ DVD/ VCD player, komputer dan sebagainya. (c) Alat praktik dan alat peraga seperti peta dinding, globe dan sebagainya. (d) Adanya sarana TIK berupa jaringan internet yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan lain-lain. 2) Prasarana Belajar (a) Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU dan OSIS. (b) Ruang kelas dengan transformasi tempat duduk yang mudah dipindahpindah sesuai dengan keperluan. (c) Ruang Lab IPA (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi), Lab IPS, Lab Bahasa, Lab Komputer, ruang audio visual
69
d) Perencanaan Pembiayaan
e) Perencanaan Peserta Didik
Dana yang diperlukan program percepatan belajar relatif lebih besar dibandingkan dana yang diperlukan dalam program regular. Sehingga dibutuhkan perencanaan pembiayaan program akselerasi. Upaya sekolah untuk memperoleh siswa yang diidentifikasikan sebagai siswa berbakat intelektual untuk kemudian
dan ruang perpustakaan. (d) Kantin sekolah, koperasi sekolah, musholla/ tempat ibadah dan poliklinik. (e) Aula pertemuan. (f) Lapangan olah raga. (g) Kamar mandi/ WC. (h) Ruang pengembangan bakat dan keterampilan. 1) Sekolah penyelenggara hendaknya berupaya menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan tidak mengikat dengan berbagai pihak, misalnya pemerintah, masyarakat, dan lembaga terikat lainnya. 2) Peran aktif orang tua peserta didik percepatan belajar dalam pengadaan dana sebagaimana halnya pembinaan kegiatan penunjang lainnya
1) Seleksi administrasi, meliputi: (a) Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0. (b) Tes kemampuan akademis, dengan nilai rata-rata minimal 8,0. (c) Rapor, nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
o Wawancara 1) Kepala sekolah 2) Ketua program akselerasi
o Wawancara 1) Ketua program akselerasi
menempati posisi sebagai siswa program akselerasi.
f) Perencanaan Humas
2.
Pengorganisa sian Program Akselerasi
3.
Pelaksanaan Program Akselerasi
Pemberian informasi program akselerasi yang dilakukan pihak sekolah terhadap calon peserta didik Proses mengelompokan dan mengatur berbagai aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan program Implementasi kurikulum serta strategi & metode pembelajaran yang digunakan dalam kelas akselerasi
2) Psikologis (a) Kemampuan intelektual (IQ). (b) Kreativitas. (c) Keterikatan dengan tugas (task commitment). 3) Kesehatan fisik yang ditunjukkan denga surat keterangan dari dokter. 4) Kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua/ wali. 1) Waktu sosialisasi program 2) Pihak yang terlibat dalam sosialisasi program 3) Metode/cara yang di gunakan dalam proses sosialisasi
o Wawancara 1) Ketua program akselerasi
1) Penetapan siapa saja yang dilibatkan dalam pelaksanaan program akselerasi 2) Pembuatan struktur organisasi program akselerasi 3) Adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas
o Wawancara
1) Kepala sekolah 2) Ketua program akselerasi
1) Guru dapat meningkatkan aktivitas melalui pendekatan dan metode sesuai dengan materi pelajaran disajikan guru. 2) Adanya inovasi pembelajaran dilakukan guru dalam KBM
o Wawancara o Observasi o Dokumenta si
1) Guru 2) Siswa akselerasi
siswa yang yang yang
71
4.
Evaluasi Program Akselerasi
a) Sistem evaluasi yang di gunakan
b) Hasil dari pelaksanaan program akselerasi
3) Solusi untuk kendala yang di hadapi guru saat mengajar 4) Solusi untuk kendala yang di hadapi siswa saat belajar Untuk 1) Penilaian yang digunakan dalam pendidikan mendapatkan khusus bagi PDCI/ BI adalah penilaian gambaran nyata otentik atau deskripsi 2) Sekolah menetukan siapa saja yang empirik dan dilibatkan dalam evaluasi program efektivitas 3) Sekolah menentukan jenis sistem evaluasi penyelenggaraan yang di gunakan program akselerasi 4) Sistem pelaporan program akselerasi Sebagai hasil akhir 1) Pengukuran kualitas dan kompetensi lulusan dari tahap evaluasi dengan indikator sebagai berikut: a) Out put atau kelulusan program akselerasi yaitu sejauh mana memiliki rata-rata nilai ujian nasional 7 tingkat (tujuh) atau lebih. keberhasilan b) Memiliki keberhasilan yang tinggi, yaitu program dapat diterima di PerguruanTinggi ternama (berkualitas). c) Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME. d) Memiliki nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. e) Memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas. f) Memiliki motivasi dan komitmen yang tinggi untuk berprestasi. g) Memiliki kepedulian sosial dan
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
o Wawancara
1) Guru 2) Kepala sekolah 3) Ketua program
kepemimpinan. Memiliki disiplin pribadi yang tinggi. Memiliki tanggung jawab yang tinggi. Memiliki kondisi fisik yang prima. Gemar membaca dan meneliti. Memiki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan lancar. 2) Adanya Reward and punishment untuk guru yang mengajar pada kelas akselerasi sebagai bentuk penghargaan pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. h) i) j) k) l)
73
F. Teknik Pengumpulan Data Tahapan terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009: 103) pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik wawancara, teknik observasi, teknik dokumentasi, dan tiangulasi. 1. Teknik Observasi Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk melihat/terjun langsung ke lapangan. Senada dengan Djam’an Satori dan Aan komariah, (2011: 104) yang mengatakan bahwa: “Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan”. Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku subjek secara luas, mampu menangkap berbagai interaksi, dan secara terbuka
mengeksplorasi
topik
penelitiannya.
Dengan
pengamatan
langsung, peneliti bisa mengembangkan satu perspektif menyeluruh mengenai pemahaman satu konteks yang sedang diteliti. Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Melalui observasi langsung, peneliti dapat memperoleh data yang diharapkan, tetapi peneliti harus dilatih terlebih
dahulu sebelum melakukan observasi sehingga akan menghasilkan data yang baik. Alwasilah C, (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 107) menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1.
2.
3.
Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi kode atau aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri. Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi responden. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikan rutinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tadi. Misalnya dalam budaya akademik Amerika, rutinitas itu antara lain empat hal, yaitu: presentasi di depan kelas, diskusi kelompok, partisipasi kelas, dan berkonsultasi. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2010: 310) mengklarifikasikan
observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tidak terstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley (dalam Sugiyono, 2010:310) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu: passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation. Untuk memudahkan pemahaman tentang bermacam-macam observasi, maka dapat digambarkan seperti gambar berikut:
Observasi Pasif Observasi Partisipatif
Observasi Moderat Observasi Aktif
Teknik Observasi
Observasi Terus Terang & Tersamar
Observasi Lengkap
Observasi Tidak Terstruktur
Gambar 3. 2 Macam-macam Teknik Observasi (Sugiyono, 2010: 311)
a) Observasi partisipatif Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2010: 311) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities” (dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Beberapa jenis observasi partisipatif adalah: 1) Partisipasi pasif (passive participations) : means the research is present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. 2) Pertisipasi moderat (moderate participation) : means that the researcher maintains a balance between being insider and being Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpilkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya. 3) Partisipasi aktif (active participation) : means that the researcher generally does what other in the setting do, hadir dan melakukan objek serupa dengan objek penelitiannya. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap. 4) Partisipasi lengkap (complete participation) : means the researcher is a natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. b) Observasi Terus Terang atau Tersamar Suatu etika penelitian ilmiah menginginkan penelitian dilakukan secara terbuka. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Pada observasi tertutup, observer mengadakan pengamatan tanpa diketahui sebjeknya. Biasanya pengamatan seperti ini dilakukan oleh peneliti pada tempattempat umum seperti bioskop, taman, lapangan olah raga, tempat rapat umum, atau tempat-tempat umum lainnya. (Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 119) c) Observasi Tak Berstruktur Besaran teknik pengumpulan data yang sudah ditetapkan dalam kisi-kisi instrumen penelitian kualitatif memberikan pedoman umum kepada peneliti untuk melaksanakan teknik penelitian. Observasi dalam penelitian kualitatif dilakuakan dengan tidak berstruktur, karena
fokus penelitian belum pasti. Mungkin saja akan ditentukan observasiobservasi selanjutnya yang berkembang selama kegiatan observasi awal berlangsung. (Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 120) Maksud dari observasi tak berstruktur menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 120) adalah bahwa instrumen observasi tidak dipersiapkan secara sistematis dari awal karena peneliti belum tahu pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dan dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Mengetahui hal-hal aktual dari pelaku-pelaku sebenarnya, dari pembicaraannya, dari sikap dan perilakunya, hanya bisa dilakukan dengan observasi. Namun demikian, bukan berarti observasi sempurna tidak ada kelemahan dari sudut teknik penelitian. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan teknik observasi menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 125), yaitu: a) Kelebihan observasi (1) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya diperoleh langsung dan hasilnya akurat. (2) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi. (3) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari pengalaman yang sulit dilupakan. (4) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks. (5) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi. (6) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan ileh teknik lain. b) Kekurangan observasi (1) Memakan waktu lama.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(2) Tergantung kepada kepiawaian pengamat. Jika pengamatnya kurang kualified dapat menimbulkan bias dan data bisa terdistorsi. (3) Observer apalagi yang dikenal dan disegani bisa mempengaruhi perilaku partisipan sehingga situasinya bisa menjadi di buat-buat dan kaku. (4) Observer berperan serta kurang memiliki waktu untuk membuat catatan hasil pengamatannya. (5) Mengahsilkan data yang banyak dan kadang tidak sistematis sehingga menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya.
2. Teknik Wawancara Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan responden penelitian. Tanya jawab yang dilakukan bertujuan untuk mengambil keterangan, informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses komunikasi secara langsung dengan sumber-sumber data. Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk dialog secara lisan atau sering disebut metode tanya jawab dengan sumber data penelitian. Mohamad Ali (1987: 83) mengemukakan bahwa wawancara adalah merupakan salah satu cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Sementara itu, Sudjana (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 130) mendefinisikan wawancara sebagai proses pengumpulan data atau informasi melaui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee). Esternberg (dalam Sugiyono, 2011: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu: a) Wawancara Terstruktur (Structured Interview) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengtahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. b) Wawancara Semi Terstruktur (Semistructure Interview) Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. c) Wawancara Tidak Berstruktur (Unstructured Interview) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara
yang
digunakan
hanya
berupa
garis-garis
besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Suatu wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi dimana sejumlah variabel memainkan peranan penting karena variabel tersebut dapat mempengaruhi dan menentukan hasil wawancara. Adapun variabel tersebut menurut Zuriah Nurul (2005: 179) yaitu: (1) pewawancara; (2) responden; (3) materi wawancara, dan (4) hubungan antara pewawancara dengan responden. Dengan metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dengan jalan tatap muka atau wawancara langsung dengan kepala sekolah, wakasek. Bagian kurikulum, ketua program akselerasi, guru dan siswa program akselerasi. a) Wawancara dengan kepala sekolah, wakasek kurikulum dan ketua program
akselerasi
mengenai
latar
belakang
diselenggarakannya program akselerasi di SMA Al Ma’soem
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
serta proses manajemen pembelajaran program akselerasi secara global. b) Wawancara dengan guru pengajar sekaligus sebagai wali kelas di program akselerasi mengenai
implementasi manajemen
pembelajaran secara lebih rinci. c) Wawancara
dengan
siswa
program
akselerasi mengenai
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini akan melakukan teknik wawancara semi berstruktur sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Ini didasarkan pada instrumen dan metode penelitian yang dipakai oleh peneliti dimana data sangat bergantung pada pemahaman peneliti bukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam angket dalam menemukan data. Seperti halnya teknik observasi, teknik wawancara juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi (2007: 97) ada beberapa kekurangan teknik wawancara, yaitu: a) Kelebihan Teknik Wawancara 1) Sebagai
salah
satu teknik
yang
terbaik
untuk menilai
keadaan pribadi. 2) Tanpa mengenal batas umur dan pendidikan subyek, selama dapat memberikan jawaban. 3) Hampir seluruh penelitian sosial, selalu digunakan sebagai metode pelengkap. 4) Karena sifat keluwesan, metode wawancara cocok dipakai sebagai alat verfikisi data yang diperoleh dengan
jalan
observasi dan kuesioner. b) Kekurangan Teknik Wawancara 1) Kurang efisien, memboroskan waktu, tenaga dan biaya. 2) Tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan subyek.
3) Jalan dan isi wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang mengganggu. 4) Perannya haruslah benar-benar menguasai bahasa subyek.
3. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan data penelitian secara tidak langsung, artinya data didapatkan melalui dokumen-dokumen pendukung yang berhubungan dengan data yang akan diteliti. Menurut Robert C. Bogdan seperti yang dikutip, Sugiyono (2005: 82) mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan suatu cara dalam memperoleh data dengan mengkaji dokumen tertulis, yang dapat berupa data, gambar, tabel, diagram. Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan gambar-gambar dan dokumen tertulis yang menggambarkan kondisi faktual tentang manajemen akselerasi. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif menjadi sumber data yang melengkapi pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. a) Kelebihan Dokumentasi 1) Pilihan alternatif, untuk subyek penelitian tertentu yang sukar atau tidak mungkin
dijangkau, maka studi dokumentasi
dapat
memberikan jalan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data). 2) Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan seorang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data. 3) Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh ke masa lalu, studi dokumentasi memberikan cara yang terbaik. Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan biaya yang relatif kecil. b) Kekurangan Dokumentasi 1) Bias, biasanya data yang disajikan dalam dokumen bisa berlebihan atau tidak ada (disembunyikan). 2) Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara untuk dibaca ulang oleh orang lain. Tidak komplit, data yang terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap. 3) Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya berbeda dengan format yang terdapat pada penelitian, disebabkan tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian.
4. Triangulasi Triangulasi,
merupakan
teknik
pengumpulan
data
yang
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang
sama
dengan
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. (Moleong, 2004: 330). Menurut Patton (1987: 331) langkah-langkah dalam triangulasi data adalah sebagai berikut : a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas. e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dikumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Jadi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber lain yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan data yang berbeda. Teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Teknik Triangulasi
G. Analisis Data Analisis data dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang penting dan sangat menentukan. Analisis data adalah rangkaian
kegiatan untuk
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Lexy J Moleong (1989: 88) berpendapat: “Analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesis sebagaimana disarankan oleh data”.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada proses analisis data ini terdiri dari pengolahan data yang didapat oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Dari kesimpulan tersebut akan diperoleh makna yang dipergunakan untuk memecahkan suatu fokus permasalahan. Tujuan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di lapangan.
Setelah
data
diperoleh
di
lapangan,
selanjutnya
peneliti
menguraikannya kedalam bentuk tertulis dan dirangkum kedalam bentuk tulisan yang lebih sistematis. Sehingga dari data tersebut dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan proses penelitian selanjutnya. Orientasi adalah agar peneliti mengetahui makna dan fokus yang diteliti sehingga peneliti mampu menjawab masalah yang akan dipecahkan dalam fokus penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif maka digunakan analisa dan filosofis atau logika yaitu analisa induktif. Metode induktif adalah metode berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (1986: 42) bahwa: “Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwaperistiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwaperistiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”. Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada. Nasution (1988: 128) mengemukakan bahwa analisis data meliputi kegiatan atau langkah-langkah yaitu: reduksi data, display data, mengambil
kesimpulan dan verifikasi. Adapun tahapan analisis data selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1) Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Menyajikan Data (Data Display) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. c. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Berdasarkan pengalaman dari para peneliti kualitatif, masalah yang dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya prosedur baku yang dijadikan pedoman dalam menganalisis data. Oleh karena itu, peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai dengan penelitinya. Maka dari ketiga tahapan kegiatan analisis data yang dikemukakan diatas, adalah saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan berlangsung secara kontinue selama peneliti melakukan penelitian.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Uji Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan obyektif. Sugiono (2011: 365) menyebutkan bahwa Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi : Uji Credibility (Validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas). Hal ini dapat terlihat dalam gambar berikut ini: UJI KREDIBILITAS DATA UJI TRANSFERABILITY
Uji Keabsahan Data
UJI DEPENDABILITY UJI CONFIRMABILITY
Gambar 3. 3 Uji Keabsahan Data 1. Kredibilitas (Validitas Internal) Kredibilitas menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 165) adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Kredibilitas (derajat kepercayaan) data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Sugiyono (2011: 364) uji kredibilitas merupakan proses menguji keabsahan melalui perpanjangan proses pengamatan, peningkatan keakuratan/ketelitian peneliti, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. Dalam penelitian ini uji kredibilitas dilakukan menggunakan member check, yang ditujukan untuk menguji kecocokan antara konsep penelitian dengan responden untuk data penelitian. Proses member check ini dilakukan dengan merangkum data
hasil eksplorasi kemudian dilaporkan kembali pada subjek penelitian yang menjadi sumber informasi. Tujuannya ialah untuk menghilangkan persepsi yang berbeda-beda atas data-data yang diperoleh dalam proses penelitian.
2. Transferabilitas (Validitas Eksternal) Uji terhadap ketetapan suatu penelitian kualitatif selain dilakukan pada internal penelitian juga pada keterpakaiannya oleh pihak eksternal. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan karakteristik yang hampir sama. (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 165). Cara ini adalah merupakan proses pertanggungjawaban melalui pengaplikasian atau pengguna hasil penelitian ini dalam konteks sosial, dan situasi lain. Sugiyono (2011: 367) menyatakan bahwa : “Uji transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat tidaknya diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.” Cara uji transferabilitas ini, bertujuan untuk mengukur sejauh mana hasil penelitian tentang manajemen sekolah berbasis program akselerasi di SMA Al Ma’soem. Hal ini dilakukan melalui analisis reflektif terhadap makna-makna esensial dan temuan-temuan penelitian, yang didalamnya terdapat komponen pada hasil penelitian tersebut.
3. Dependabilitas (Reliabilitas) Uji dependabilitas ini dilakukan dengan cara menguji secara keseluruhan proses penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2011: 377) uji dependabilitas ialah pengujian reliabilitas, suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cara ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan terhadap data penelitian yang diperoleh pada saat tahap eksplorasi yang berkaitan dengan manajemen sekolah berbasis program akselerasi. Proses ini dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: memperluas harapan awal penelitian, memfokuskan penelitian dengan cara melihat sumber data lain, membuat kutipan ekstensif yang berasal dari catatan lapangan dan hasil wawancara, menggunakan data penelitian lainnya sebagai sumber pengecekan, serta melaporkan proses pengumpulan data tersebut selama penelitian. Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 166) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam penelitian kualitatif akan menemukan kesulitan untuk merefleksikan pada situasi yang sama karena setting sosial senantiasa berubah dan berbeda.
4. Konfirmabilitas (Objektivitas) Konfirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat objektivitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitiannya dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi stadar konfirmabilitas. Artinya, seorang peneliti melaporkan hasil penelitian karena ia telah melakukan serangkaian kegiatan penelitian di lapangan. (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 167) Dalam penelitian, uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersama-sama. (Sugiyono, 2011: 377). Uji confirmability artinya menguji hasil penelitian yang telah dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.