BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein, dan kadar abu dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tepung cangkang kijing dan untuk analisis fisik dan kimia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan pada proses pembuatan dan analisis kimia terhadap tepung cangkang kjing lokal (Pilsbryocncha sp.) Parameter Alat Bahan 1. Pembuatan Timbangan analitis dengan Kijing lokal (Pilsbryocncha sp.), tepung kepekaan 0,0001 g, penggaris, NaOH 1 N, dan air cangkang baki, pisau, panci, kompor, kijing oven autoclave, dan saringan atau ayakan 212 µm no. 70. 2. Pengujian Cawan porselin volume 30 ml, Sampel tepung cangkang kijing kadar air alat penjepit, desikator, lokal (Pilsbryocncha sp.) sp.atula, timbangan analitis dengan kepekaan 0,0001 g, dan oven tidak vakum. 3. pengujian Timbangan analitis dengan Tablet katalis, kertas timbang, protein kepekaan 0,0001 g, alat batu didih, larutan asam borat destruksi Kjeldahl, alat 4% (4 g H3BO3), asam sulfat destilasi uap, labu destruksi (H2SO2) 15 ml, Hidrogen 250 ml, labu takar, corong peroksida (H2O2) 3 ml, larutan gelas, burret 50 ml, pipet natrium hidroksida-natrium volumeratik 25 ml, erlenmeyer thiosulfat, dan larutan standar 250, gelas ukur 50 ml, gelas asam klorida 0,2 N. piala, batang pengaduk, dan pipet tetes. 4. Pengujian Timbangan analitik, tungku Sampel tepung cangkang kijing kadar abu pengabuan, alat penjepit, lokal desikator, sp.atula, cawan abu poselin, dan oven tidak vakum.
3.3 Metode Penelitian Metode penelitian ini terdiri dari 2 tahapan yaitu : 3.3.1
Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium
dengan metode observasi. Penelitian pendahuluan meliputi observasi terhadap morfologi dan rendemen tubuh cangkang kijing lokal. Sampel kijing diperoleh dari Danau Teratai, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jaring. Setelah sampel diperoleh, dilakukan penimbangan bobot dengan menggunakan timbangan digital dan diukur panjang tubuhnya dengan menggunakan penggaris. Kijing yang telah diperoleh dihitung bobot tubuh dan panjangnya kemudian dipisahkan daging, jeroan serta cangkang dengan menggunakan pisau dan kemudian dihitung rendemen cangkang (Gambar 4). Cangkang yang telah dikelompokkan berdasarkan ukurannya kemudian siap untuk dibuat tepung. Rendemen merupakan hasil akhir yang dihitung
berdasarkan
proses
input
dan
output.
Perhitungan
rendemen
menggunakan rumus sebagai berikut : Rendemen % = A x 100% B Keterangan : A merupakan berat cangkang sampel dan B merupakan berat kijing.
Diagram alir prosedur persiapan sampel disajikan pada Gambar 4. Kijing lokal (Pilsbriyoconcha sp.)
Penimbangan bobot tubuh
Pengukuran panjang tubuh
Pemisahan daging, jeroan dan cangkang
Penimbangan daging, jeroan dan cangkang
Pengukuran rendemen
Pemisahan cangkang berdasarkan ukuran
Rendemen cangkang
Pembuatan tepung cangkang kijing Keterangan : = Input/output = Proses Gambar 4. Diagram alir prosedur persiapan sampel 3.3.2
= data
Penelitian utama
Adapun parameter uji yang dilakukan terdiri dari: pengujian kadar air berdasarkan Standar Nasional Indonesia 01-2354.2-2006 (BSN, 2006), pengujian protein menggunakan metode total nitrogen berdasarkan Standar Nasional
Indonesia 01-2354.4-2006 (BSN, 2006) dan pengujian kadar abu menggunakan Standar Nasional Indonesia 01-2534.1-2006 (BSN, 2006). 3.4 Metode Analisis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental di laboratorium terdiri dari 2 tahap yaitu: 3.4.1 Penelitian Pendahuluan Metode yang telah dilakukan yaitu metode observasi pada morfologi dan perhitungan rendemen pada kijing lokal. 3.4.2
Penelitian Utama Penelitian utama ini menggunakan metode eksp.erimen (Experimental
Method) di laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor I merupakan suhu pengeringan dengan menggunakan suhu 50ºC, 70ºC dan 90ºC. Faktor II merupakan lama pengeringan yaitu terdiri 0 jam (kontrol), 5 jam, 7 jam dan 9 jam. Penelitian ini dilakukan dengan dua kali ulangan. Data hasil pengujian dianalisis, jika hasilnya berbeda nyata maka dilakukan dengan uji Duncan. 3.5
Prosedur kerja Prosedur kerja pelaksanaan pada penelitian utama dengan tahapan sebagai
berikut: 3.5.1
Prosedur kerja pembuatan tepung cangkang Cangkang kijing yang digunakan berasal dari sisa kegiatan masyarakat
yang dibuat menjadi tepung adalah cangkang kijing yang berukuran ≥8cm (yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat) kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu yang bervariasi yaitu suhu 50ºC, 70ºC dan 90ºC dangan lama
pengeringan yang bervariasi pula yaitu selama 0 jam (kontrol), 5 jam, 7 jam dan 9 jam. Sampel kontrol merupakan cangkang kijing yang dihaluskan tanpa ada perlakuan apapun (sebagai bahan pembanding antara terhadap tepung cangkang). Cangkang kemudian direbus dalam larutan NaOH 1 N pada suhu 50ºC selama 3 jam. Perebusan dengan menggunakan NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan organik yang terdapat pada cangkang kijing. Cangkang kijing yang telah direbus kemudian dinetralisasi dengan pencucian, lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 121ºC selama 15 menit. Cangkang kijing yang telah dikeringkan kemudian dihancurkan dengan menggunakan mortar lalu disaring dengan saringan kasar dan nilon mesh ukuran 60 mesh hingga menjadi tepung cangkang kijing. Untuk melakukan pengujian fisik pada tepung cangkang kijing dilakukan pengayakkan dengan menggunakan ayakan 212 µm nomor 70 dengan persyaratan lolos ayakan minimal 95%. Pengujian secara observasi secara organoleptik meliputi: bentuk berupa serbuk, bau normal (bebas dari bau asing) dan warna putih khas cangkang, kemudian dihitung nilai persentasi kehalusan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kehalusan % = Total lolos ayakan x 100% Total sampel 3.5.2
Prosedur kerja uji kadar air (SNI, 01-2354.2-2006) Cawan kosong dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam. Cawan kosong
dipindahkan ke dalam desikator sekitar 30 menit sampai mencapai suhu ruang dan ditimbang bobot kosong (A). Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 g ke dalam cawan (B). Cawan yang telah berisikan sampel dimasukkan ke dalam oven tidak vacum pada suhu 105ºC selam 16-24 jam. Cawan kemudian
dipindahkan dengan mengggunakan alat penjepit ke dalam desikator selama ± 30 menit kemudian dilakukan penimbangan (C/g). Kadar air (%) = B - C x100% B-A Keterangan : A = berat cawan kosong (g), B = berat cawan + contoh awal (g), dan C = berat cawan + contoh kering (g). 3.5.3
Prosedur kerja uji protein dengan menggunakan metode total nitrogen (SNI, 01-2354.4-2006) Tepung cangkang kijing diletakkan diatas kertas timbang bebas N
(Whatman 541) ditimbang sebanyak 2 g, sampel yang telah ditimbang dengan menggunakan kertas timbang kemudian dilipat-lipat, lalu dimasukkan ke dalam labu destruksi kemudian ditambahkan 2 buah tablet katalis serta beberapa butir batu didih, dan ditambahkan secara perlahan-lahan 15 ml H2SO4 (asam sulfat) pekat (95%-97%) dan 3 ml H2O2 (hidrogen peroksida) kemudian didiamkan selama 10 menit dalam ruangan asam. Didestruksi pada suhu 410ºC selama ± 2 jam atau sampai larutan jernih, dan sampel didiamkan selama mencapai suhu kamar dan tambahkan 65 ml aquades. Disiapkan erlenmeyer yang berkapasitas 250 ml, erlenmeyer dimasukkan dengan larutan H3BO3 4% sebagai penampung destilat. Labu yang berisi hasil destruksi dipasangkan pada rangkaian alat destilasi uap dan ditambah larutan natrium hidroksida-thiosulfat sebanyak 75 ml. Hasil destilasi ditampung ke dalam erlenmeyer hingga volume mencapai 150 ml. Hasil dari destilat dititrasikan dengan HCl (hidrogen clorida) 0,2 N yang sudah dibakukan sampai warna berubah dari hijau menjadi warna abu-abu netral.
Kadar protein (%)= (Va-Vb) HCl x N HCl x 14,007 x 6,25 x 100% W x 1000 Keterangan: Va Vb N 14,007 6,25 W 3.5.4
= ml HCl untuk titrasi contoh = ml HCl untuk titrasi blanko = normalitas HCl standar yang digunakan. = berat atom nitrogen = faktor konversi protein untuk ikan = berat contoh (g)
Prosedur kerja uji kadar abu (SNI, 01-2534-2006) Cawan abu porselin kosong dimasukkan ke dalam tungku pengabuan.
Suhu dinaikkan secara bertahap hingga mencapai suhu 550ºC. Suhu pengabuan diturunkan menjadi sekitar 40ºC, cawan abu porselin didinginkan ke dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang berat cawan abu porselin kosong (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 100ºC selam 24 jam. Cawan abu porselin dipindahkan ke tungku pengabuan dan dinaikkan temperatur secara bertahap sampai suhu mencapai 550ºC ± 5ºC dipertahankan selama 8 jam atau semalam sampai diperoleh abu berwarna putih. Tungku pengabuan diturunkan suhunya mencapai sekitar 40ºC, cawan porselin dikeluarkan dengan menggunakan alat penjepit dan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit. Sampel yang telah menjadi abu dilembabkan dengan aquades secara perlahan, kemudian dikeringkan pada hot plate dan diabukan kembali pada suhu 550ºC sampai berat konstan. Suhu pengabuan diturunkan mencapai ± 40ºC lalu cawan abu dipindahkan ke dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang bobotnya (B). Kadar abu sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar abu (%) =
B-A x 100% Berat contoh
Keterangan : A adalah berat cawan porselin (g) dan B adalah berat cawan dengan abu (g). Diagram alir prosedur pembuatan tepung cangkang disajikan pada Gambar 5. Kijing lokal (Pilsbriyoconcha sp.) * Pengeringan dalam oven (50ºC, 70ºC dan
90ºC) selama 5 jam, 7 jam dan 9 jam Perebusan dalam larutan NaOH 1 N suhu 50ºC selama 3 jam Penetralan cangkang kijing (pH meter= 7) dengan pencucian Pengeringan oven (121ºC) selama 15 menit Penumbukan Penyaringan dengan menggunakan ayakan no. 70 Tepung cangkang kijing Penyaringan dengan menggunakan ayakan 212 µm nomor 70 Observasi derajat kehalusan Uji kimia : a. Kadar air b. Protein c. Kadar abu Keterangan :
= Input/output,
= Proses, dan
= Data
Gambar 5. Diagram alir pembuatan tepung cangkang (*:Modifikasi Wardhani, 2009)
3.6 Rancangan Matriks Hasil Penelitian Data input masing-masing pengujian kadar air, protein, dan kadar abu. Tabel 2. Data input uji kadar air, protein, dan kadar abu Suhu (α) Ulangan Lama pengeringan (K) Kontrol 5 jam 7 jam 9 jam (K1) (K2) (K3) (K4) 50ºC (α1) 1x K1 α1 K2 α1 K3 α1 K4 α1 2x K1 α1 K2 α1 K3 α1 K4 α1 Rata-rata 70ºC (α2) 1x K1 α2 K2 α 2 K3α2 K4 α 2 2x K1 α2 K2 α 2 K3 α2 K4 α 2 Rata-rata 90ºC (α3) 1x K1 α3 K2 α 3 K3 α3 K4 α 3 2x K1 α3 K2 α 3 K3 α3 K4 α 3 Rata-rata Keterangan: K=Lama pengeringan; K1=kontrol; K2=5jam; K3= 7 jam; K4=9 jam α=suhu pengeringan; α1= 50ºC; α2= 70ºC; α3= 90ºC Adapun model statistika untuk rancangan penelitian yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ) (Steel dan Torrie, 1991) sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + (αβ) ij + ∑ ijk Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j µ = Nilai tengah populasi / rata-rata yang sesungguhnya αi = Pengaruh perlakuan ke-i (suhu pengeringan) βj = Pengaruh perlakuan ke-j (lama pengeringan) (αβ) ij = Interaksi antara perlakuan α dan β pada taraf ke-i dan ke-j ∑ijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan yang diperoleh kombinasi perlakuan pada taraf ke-i, perlakuan pada taraf ke-j dan ulangan ke-k. Metode matematis uji Duncan adalah sebagai berikut : S Keterangan : SỲ = Galat baku dari nilai tengah perlakuan S2 = Kuadrat tengah galat r = Replikasi