BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 1998). hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya, sehingga jika dilakukan lagi pengelompokkan secara acak maka akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah. Penelitian ini terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Tipe Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER) dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Adapun Jenis desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design) (Ruseffendi, 2005) sebagai berikut: O X O ---------O O Keterangan : O
: Pretes dan postes kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah Pretes atau postes.
X
: Perlakuan pembelajaran melalui Model Pembelajaran Tipe MoodUnderstand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER)
- - - - : Subjek tidak dikelompokkan secara acak
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Nusantara Raya, dengan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII.3 dan kelas VIII.1 Tahun Pelajaran 2012-2013. Sampel terdiri dari 2 kelas kemudian dari kedua kelas tersebut ditentukan secara acak dan diperoleh : kelas VIII.3 sebagai kelas Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
eksperimen terdiri dari 32 orang siswa yang mendapat pembelajaran tipe MURDER, sedangkan kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 32 orang siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Pertimbangan dalam pemilihan subyek penelitian tersebut diantaranya; (1) Sekolah yang hendak dilakukan penelitian merupakan sekolah yang memiliki input siswa yang variatif berdasarkan pretasi; (2) Letaknya berdekatan dan mudah dijangkau; (3) Memiliki prosedur administratif yang relatif mudah; (4) Memiliki ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif lengkap. Pertimbanganpertimbangan tersebut dimaksudkan agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari tiga variabel, yaitu: variabel bebas yaitu yang pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review(MURDER); variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa; dan variabel kontrol yaitu kategori pengetahuan awal matematis siswa (tinggi, sedang rendah).
D. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa tes dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur pengetahuan awal matematis siswa, dan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan instrumen dalam bentuk non tes yaitu skala tanggapan/pendapat siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER, dan lembar observasi. Berikut ini merupakan uraian dari masingmasing instrumen yang digunakan.
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
1. Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM) Pengetahuan awal matematis siswa adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pengetahuan awal matematis siswa diperoleh melalui seperangkat soal tes pilihan ganda (PG) yang sebagian diambil dari soal UN 2012 dan soal tersebut merupakan soal prasyarat pada materi yang akan digunakan pada penelitin. Pemberian tes pengetahuan awal matematis siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dan untuk mengetahui kesetaraan antara kelompok keterampilan proses dan kelompok konvensional. Ini dilakukan agar sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok pada masing-masing sampel penelitian dalam kondisi awal yang sama dan digunakan juga untuk penempatan siswa berdasarkan kemampuan matematisnya. Sedangkan penskoran terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal dilakukan dengan aturan untuk setiap jawaban benar diberi skor 1, dan untuk setiap jawaban salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Berdasarkan skor pengetahuan awal matematika yang diperoleh, siswa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah berdasarkan kriteria berikut: Tabel 3.1 Kriteria Pengelompokan Siswa Berdasarkan PAM Interval Skor PAM Kriteria xi≥ 80 Tinggi 55< xi< 80 Sedang xi≤ 55 Rendah Selanjutnya, dari data yang diperoleh pada hasil tes PAM pada kedua kelas (eksperiment dan kontrol) dibuat tabel yang menyajikan banyaknya siswa yang berada pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Tabel 3.2 Distribusi Siswa Berdasarkan Kategori PAM Pembelajaran Kelompok Eksperiment Kontrol Tinggi 8 9 Sedang 14 15 Rendah 10 8
Total 17 29 18
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis Instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa terdiri dari 9 butir soal yang berbentuk uraian. Penyusunan soal tes diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif kunci jawaban masing-masing butir soal. Secara lengkap, kisi-kisi dan instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.3 Indikator Materi dan kemampuan Berpikir Kritis Matematis siswa No 1.a
1.b 2.
3. 4. 5.
Indikator Materi dan kemampuan Berpikir Kritis Siswa dapat memberikan alasan yang tepat terhadap jawaban yang diberikan dalam menentukan unsur bangun prisma dan limas (Reason) Siswa dapat mengidentifikasi jawaban yang mungkin dalam menentukan unsur bangun prisma dan limas (Focus) Siswa dapat membut kesimpulan dalam menentukan perbandingan volume prisma dengan ukuran volume yang sudah ditentukan (Inference) Siswa dapat menghitung panjang rusuk sesuai dengan konteks matematika (Situation) Siswa dapat menentukan perbandingan volume limas dengan pisma dengan jelas tanpa menimbulkan ambiguitas (Clarify) Siswa dapat menentukan volume bangun prisma kemudian melakukan tinjauan kembali atas jawaban yang telah ditetapkan sebelumnya. (Overview) Tabel 3.4 Indikator Materi dan kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa
No 1. 2. 3. 4.
Indikator Materi dan kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dapat memahami masalah dalam menghitung luas permukaan prisma Siswa dapat menyusun rencana dalam menentukan unsur dari bangun limas Siswa dapat menghitung volume prisma dengan melaksanakan strategi sehingga mendapatkan hasil Siswa dapat menghitung luas permukaan bangun prisma dan limas dengan memeriksa kembali proses yang digunakan.
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
Kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang di modifikasi selengkapnya dapat dilihat terlampir A.6. Sebelum tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa digunakan dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Soal tes kemampuan berpikir kritis matematis ini diujicobakan pada siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di kota Bandung yang sudah mempelajari materi yang diujicobakan. Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis sebagai berikut: a.
Analisis Validitas Tes Suatu soal memiliki validitas jika soal tersebut mengukur apa yang
seharusnya di ukur melalui butir item tersebut, serta memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Validitas sebuah tes diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) atau juga dikenal dengan validitas teoritik, dan hal kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Sebelum soal tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis diuji coba secara empiris, pada soal tes dilakukan pengujian validitas logis atau teoritik yakni validitas isi dan muka yang bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi yang akan diteliti dan kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat. 1) Validitas logis (logical validity) Validitas logis atau validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan ketentuan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa yang berkenaan dengan validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity) diminta beberapa orang mahasiswa S2, mahasiswa S3 Sekolah Pascasarjana Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Pendidikan Matematika UPI, dan Guru bidang Study Matematika SMP yang kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain (Suherman, 2003), termasuk juga kejelasan gambar dalam soal. Validitas isi berarti ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang diajukan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebagai tes tersebut merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai, termasuk kesesuaian antara indikator dan butir soal, kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa, dan kesesuaian materi dan tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya soal-soal yang valid menurut validitas muka dan validitas isi ini diujicobakan kepada siswa kelas VIII yang sudah mempelajari materi yang akan diteliti. Kemudian data yang diperoleh dari ujicoba tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes tersebut dengan menggunakan
program
Anates
V4
for
Windows.
Seluruh
perhitungan
menggunakan program tersebut dapat dilihat pada Lampiran B. 2) Validitas empiris (empirical validity) Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen dengan menggunakan angka kasar (raw score) (Arikunto, 2007) yaitu sebagai berikut:
rxy
N XY ( X)( Y)
N X ( X) N Y ( Y) 2
2
2
2
Keterangan : rxy N X Y
: Koefisien Validitas : Jumlah subyek : Skor tiap butir soal : Skor total
dengan ketentuan klasifikasi koefisien validitas sebagai berikut: Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Validitas Koefisien Validitas Klasifikasi Validitas
0,80 rxy 1,00
Sangat Tinggi
0,60 rxy 0,80
Tinggi
0,40 rxy 0,60
Sedang
0,20 rxy 0,40
Rendah
0,00 rxy 0,20
Sangat Rendah
rxy 0,00
Tidak Valid Sumber : Guilford (Suherman, 2001: 136)
Untuk lebih meyakinkan harga koefisien korelasi rxy dibandingkan pada tabel harga kritik r product moment, dengan mengambil taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk ) n 2 22 2 20 maka diperoleh harga
rtabel 0,444 sehingga didapat kemungkinan interpretasi, jika rhitung rtabel maka korelasi tidak signifikan. Jika rhitung > rtabel, maka korelasi signifikan. Hasil uji coba instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis yang telah dilakukan dirangkum pada tabel berikut.
No Urut 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.6 Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis No Tingkat Interpretasi Signifikansi rxy Soal Validitas rtabel(0,05) = 0,444 1a 0,604 Tinggi Signifikan 1b 0,522 Sedang Signifikan 2 0,791 Tinggi Sangat Signifikan 3 0,713 Tinggi Sangat Signifikan 4 0,814 Sangat Tinggi Sangat Signifikan 5 0,749 Tinggi Sangat Signifikan
No Urut 1 2 3 4
Tabel 3.7 Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No Tingkat Interpretasi Signifikansi rxy Soal Validitas rtabel(0,05) = 0,444 6 0,897 Sangat Tinggi Sangat Signifikan 7 0,780 Tinggi Signifikan 8 0,855 Sangat Tinggi Sangat Signifikan 9 0,855 Sangat Tinggi Sangat Signifikan
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
Berdasarkan Tabel 3.8 validitas untuk kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat disimpulkan bahwa soal no 4 memiliki validitas sangat tinggi; untuk soal no 1a, 2, 3, 4, dan 5 memiliki validitas tinggi; dan soal no 2 memiliki validitas sedang. Sedangkan berdasarkan tabel 3.9 validitas untuk kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat disimpulkan bahwa soal no 6, 8, dan 9 memiliki validitas sangat tinggi; dan untuk soal no 7 memiliki validitas tinggi. Dari semua soal yang diujicobakan diinterpretasikan merupakan soal yang signifikan, sehingga soal yang diujicobakan tidak perlu dilakukan revisi sehingga siap untuk dijadikan instrument pada penelitian. Untuk hasil perhitungan validitas empiris tersebut dengan menggunakan Anates V4 for Windows selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B. b. Analisis Reliabilitas Tes Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel atau ajeg jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap apabila digunakan untuk subjek yang sama. Relatif yang dimaksud adalah tidak harus sama, tetapi jika ada perubahan, perubahan yang terjadi tidak terlalu berarti (tidak signifikan), dan dapat diabaikan. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas dalam penelitian ini adalah rumus Alpha (Suherman, 2001:163) yaitu : 2 n Si r11 = 1St 2 n -1
Keterangan:
r11
= Koefisien Reliabilitas
n
= Banyak butir soal (item)
s
s
2 t
2 i
= Jumlah varians skor tiap soal (item) = Varians skor total
dengan ketentuan klasifikasi derajat reliabilitas sebagai berikut:
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Tabel 3.8 Klasifikasi Derajat Reliabilitas Reliabilitas Klasifikasi Sangat tinggi 0,80 < r11 1,00 0,60 < 0,40 < 0,20 <
r11 r11 r11
r11
0,80
Tinggi
0,60
Sedang
0,40
Rendah Sangat rendah
0,20
Sumber : Guilford (Suherman, 2001: 156)
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka hasil rhitung harus dibandingkan dengan rtabel, dengan kriteria pengujian jika (r11) > reliabel.
rhitung
rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung (r11) rtabel maka soal tidak
Maka untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk ) n 2 22 2 20 diperoleh harga
rtabel = 0,444. Hasil penghitungan reliabilitas dari uji coba
instrumen pada kemampuan berpikir kritis matematis diperoleh r11 = 0,900. Karena r11 (0,900) > rtabel (0,444) artinya instrumen soal terklasifikasi reliabel dengan kategori sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang digunakan dinyatakan reliabel dengan kategori reliabilitas sangat tinggi. Sedangkan hasil penghitungan reliabilitas dari uji coba instrumen pada kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh r11 = 0,790. Karena r11 (0,790) > rtabel (0,444) artinya instrumen soal terklasifikasi reliabel dengan kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang digunakan dinyatakan reliabel dengan kategori reliabilitas tinggi. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas pada kedua kemampuan. Tabel 3.9 Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan rtabel Kriteria Klasifikasi r11 Berpikir Kritis Matematis
0,900
0,444
Reliabel
Sangat Tinggi
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Pemecahan Masalah Matematis
0,790
0,444
Reliabel
Tinggi
Hasil perhitungan uji realibilitas tersebut menggunakan Anates V4 for windows selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B. c.
Analisis Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut tingkat kesukaran. Penentuan tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus: TK
B S
max
Keterangan: TK
= Tingkat Kesukaran
B S
max
= Jumlah nilai yang didapat seluruh siswa pada butir soal itu = Jumlah nilai maksimum ideal seluruh siswa pada butir soal
Sementara kriteria interpretasi tingkat kesukaran digunakan pendapat Suherman (2003: 170) sebagai berikut: Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Besarnya TK Interpretasi Sangat Sukar TK 0,00 Sukar 0,00 < TK 0,30 Sedang 0,30 < TK 0,70 Mudah 0,70 < TK 1,00 TK > 1,00 Sangat Mudah Berikut ini merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran. Tabel 3.11 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan Pemecahan Masalah No Soal TK Interpretasi No Soal TK Interpretasi 1a 0,66 Cenderung Mudah 6 0,58 Sedang 1b 0,27 Sukar 7 0,50 Sedang 2 0,47 Sedang 8 0,41 Sedang 3 0,61 Sedang 9 0,50 Sedang Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
4 5
0,61 Sedang 0,41 Sedang Berdasarkan Tabel 3.11 di atas dapat disimpulkan bahwa soal no 1a
termasuk tingkat kesukaran cenderung mudah; soal no 1b termasuk tingkat kesukaran sukar; dan untuk soal lainnya merupakan soal yang tingkat kesukarannya sedang. Hasil perhitungan uji coba tingkat kesukaran dengan menggunakan Anates V4 for Windows selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. d. Analisis Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan atau mendiskriminasikan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah (Sudijono, 2005:386). Daya pembeda item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Daya pembeda suatu soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai atau berkemampuan rendah. Adapun rumus untuk mengetahui indeks daya pembeda (Zulaiha, 2008: 28) adalah sebagai berikut: DP = Mean A Mean B Skor Maksimun
Keterangan: DP = Daya pembeda soal uraian MeanA = Rata-rata skor siswa kelompok atas MeanB = Rata-rata skor siswa kelompok bawah Skor Maksimum = Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran Sementara kriteria klasifikasi daya pembeda sebagai berikut: Tabel 3.12 Klasifikasi Daya Pembeda Nilai DP Klasifikasi Sangat baik 0,70 < DP 1,00 Baik 0,40 < DP 0,70 Cukup 0,20 < DP 0,40 Jelek 0,00 < DP 0,20 Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
DP 0,00
Sangat jelek Sumber: Suherman, (2001: 176-177)
Sebelum menentukan daya pembeda tiap butir soal harus ditentukan terlebih dahulu siswa yang termasuk ke dalam kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas diambil dari 27% siswa yang memiliki nilai tertinggi dari seluruh siswa yang mengikuti uji instrumen, sedangkan kelompok bawah diambil dari 27% siswa yang memiliki nilai paling rendah dari seluruh siswa yang mengikuti uji instrumen. Hasil yang diperolah dari uji coba instrumen untuk daya pembeda adalah: Tabel 3.13 Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan berpikir kritis Kemampuan pemecahan masalah No Soal DP 1a 0,44 1b 0,44 2 0,72 3 0,77 4 0,66 5 0,50 Berdasarkan
Interpretasi No Soal DP Interpretasi Baik 6 0,83 Sangat Baik Baik 7 0,66 Sangat Baik Sangat Baik 8 0,83 Sangat Baik Sangat Baik 9 0,83 Sangat Baik Baik Baik Tabel 3. 13 di atas dapat disimpulkan bahwa soal no 2, 3, 6,
7, 8, dan 9 memiliki daya pembeda yang sangat baik dan soal no 1a, 1b, 4, dan 5 memiliki daya pembeda yang baik. Hasil perhitungan uji daya pembeda dengan menggunakan Anates V4 for windows selengkapnya dapat dilihat pada lampiran . Adapun rekapitulasi secara lengkap hasil perhitungan uji coba soal tes kemampuan berpikir kritis dan Pemecahan Masalah seluruhnya adalah sebagai berikut: Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis No Soal
Validitas
1a
0,604
Tinggi
Signifikan
1b
0,522
Sedang
2
0,791
Tinggi
3
0,713
Tinggi
4
0,814
Sangat
Signifikan Sangat Signifikan Sangat Signifikan Sangat
Reliabilitas
0,90 (sangat tinggi)
Daya Pembeda 0,44
Baik
0,44
Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik
0,72 0,77 0,66
Tingkat Kesukaran Cenderung 0,66 Mudah 0,27 Sukar 0,47
Sedang
0,61
Sedang
0,61
Sedang
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Tinggi 5
0,749
Tinggi
Signifikan Sangat Signifikan
0,50
Baik
0,41
Sedang
Tabel 3.15 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No Soal
Validitas
6
0,897
Sangat Tinggi
Sangat Signifikan
7
0,780
Tinggi
Signifikan
8
0,855
9
0,855
Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Sangat Signifikan Sangat Signifikan
Reliabilitas
0,79 (Tinggi)
Daya Pembeda Sangat 0,83 Baik Sangat 0,66 Baik Sangat 0,83 Baik Sangat 0,83 Baik
Tingkat Kesukaran 0,58
Sedang
0,50
Sedang
0,41
Sedang
0,50
Sedang
3. Instrument Non Tes a. Lembar Observasi Kegiatan Siswa dan Guru Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen. Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER adalah kegiatan siswa yang menunjang aspek-aspek peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa misalnya dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengemukakan dan menanggapi pendapat, menjelaskan hasil diskusi, bekerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan Lembar Kegiatan Siswa serta menggunakan sumber belajar dan bahan referensi dalam pembelajaran. Tujuan observasi adalah untuk dapat melihat aktivitas siswa dan memberikan refleksi pada proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik daripada pembelajaran sebelumnya dan mendukung aspek pada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa. Pengamat akan mengisi lembar observasi yang tersedia, adapun yang bertindak sebagai observer pada penelitian ini adalah guru bidang studi matematika kelas VIII pada SMP Nusantara Raya. Lembar observasi kegiatan siswa dan guru disajikan dalam Lampiran A.5. b. Skala Sikap Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Skala sikap siswa yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelajaran matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER, sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis. Model skala sikap yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert yang dimodifikasi, dengan menghilangkan jawaban Netral. Skala sikap diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan postest. Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4 alternatif jawaban, yaitu : sikap SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). peneliti tidak menggunakan jawaban N (Netral) untuk menghindari jawaban aman dan mendorong untuk keberpihakan. Adapun pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah 1 (STS), 2 (TS), 3 (S), 4 (SS) untuk pernyataan positif, sebaliknya diberi skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), 4 (STS) untuk pernyataan negatif. Pengolahan data skala sikap yang digunakan adalah Apriori, yaitu berupa pengolahan terhadap jumlah skor pada setiap butir soal kemudian dikonversikan manjadi bentuk persentasi terhadap skor maksimal yang diperoleh dari jumlah skor terbesar pada setiap butir soal. Persentase pada setiap aspek yang diteliti, maka peneliti merata-ratakan persentase yang diperoleh dari setiap butir soal yang yang menjadi indikator pada aspek tersebut. Untuk
mengetahui
sikap
siswa,
rataan
persentase
setiap
aspek
dibandingkan dengan skor netral. Bila persentase skor lebih kecil dari skor netral, artinya siswa memiliki sikap negatif sedangkan, bila rataan skor lebih besar dari skor netral, artinya siswa memiliki sikap positif. Persentase skor netral yang digunakan adalah 62,5%, yang diharapkan dari penelitian ini persentase yan diperoleh lebih tinggi dan memiliki rentang yang jauh dari persentase skor netral. Skor masing-masing pilihan skala sikap siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran E.1 4. Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis berupa data hasil pre-test, post-test, dan Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
N-gain yang diolah dengan bantuan program software SPSS Versi 16.0 for Windows serta angket skala sikap belajar dan lembar observasi kegiatan siswa dan guru. a. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis hasil pre-test, post-test, dan N-gain kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan pengolahan data berdasarkan kategori pengetahuan awal matematis siswa tinggi, sedang, dan rendah pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER. Oleh karena itu, uji statistik yang digunakan adalah analysis of variance (ANOVA) dua Jalur. Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1.
Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.
2.
Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.
Membuat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu: Gain ternormalisasi (g) = Hasil
perhitungan
skorpostes skorpretes (Hake, 1999) skorideal skorpretes
gain
kemudian
diinterpretasikan
dengan
menggunakan klasifikasi sebagai berikut. Tabel 3.16 Klasifikasi Gain Ternormalisasi (g) Besarnya Gain (g) Interpretasi Tinggi g 0,7 Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
4.
Sedang 0,3 g < 0,7 g <0,3 Rendah Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretest dan N-gain kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumusan hipotesisnya adalah: H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka H0 ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka H0 diterima.
5.
Setelah dilakukan uji normalitas data skor pretest dan N-Gain diperoleh bahwa keduanya tidak berdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan pengujian yang menggunakan uji non-parametrik untuk dua sampel yang saling bebas pengganti uji-t yaitu uji Mann-Whitney
6.
Melakukan uji normalitas pada skor N-gain kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif Tipe
MURDER dan pembelajaran
konvensional berdasarkan kategori pengetahuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah), karena setiap kategori berdistribusi normal maka dilanjut dengan uji homogenitas yang menggunakan uji Homogenity of Variances (Levene Statistic), hasil yang diperoleh adalah data berasal dari varian yang homogen. 7.
Melakukan uji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif Tipe MURDER dan pembelajaran
konvensional berdasarkan kategori pengetahuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Uji statistik yang digunakan adalah analysis of variance (ANOVA) dua jalur dilanjutkan uji Scheffe karena data homegen. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: H0 :
µt. = µs. = µr.
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
H1 :
sekurang kurangnya terdapat satu tanda sama tidak terpenuhi
Kriteria penerimaan H0 yaitu bila nilai signifikansi > α. 8.
Penentuan skor skala sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe MURDER menggunakan program Microsoft Excel 2007 yang mengubah data ordinal menjadi data interval, kemudian dipersentasekan setiap butir soalnya. Persentase netral yang digunakan adalah 62,5%, jika dibawah nilai netral maka dikategorikan sikap negatif, sedangkan melebihi nilai netral maka dikategorikan sikap positif.
Rifahana Yoga Juanda, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu