BAB II ZIKIR DALAM AJARAN TAREKAT DAN KETENANGAN JIWA A. Zikir dalam Ajaran Tarekat 1. Pengertian Zikir Arti zikir dari segi bahasa, zikir berasal dari kata zakara, yazkuru, zukr/zikr yang artinya merupakan perbuatan dengan lisan (menyebut, menuturkan, mengatakan) dan dengan hati (mengingat dan menyebut). Kemudian ada yang berpendapat bahwa zukr(bidhammi) saja, yang dapat diartikan pekerjaan hati dan lisan, sedangkan zikr (bilkasri) dapat diartikan khusus pekerjaan lisan. Sedangkan dari segi peristilahan, zikir tidak terlalu jauh pengertiannya dari makna-makna lughowi-nya semula. Bahkan didalam kamus modern seperti al-Munawir, al-Munjid, dan sebagainya, sudah pula menggunakan pengertian-pengertian istilah seperti az-zikr dengan arti bertasbih, mengagungkan Allah SWT, dan seterusnya.1 Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani yang dimaksud dengan zikir adalah mengucapkan dan memperbanyak segala bentuk lafal yang didalamnya berisi tentang kabar gembira, seperti kalimat: subhanaallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahuakbar, dan yang lainnya,doa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Dan termasuk juga zikir kepada Allah SWT adalah segala bentuk aktifitas amal shalih yang hukumnya wajib
1
Joko S. Kahhar, Berdzikir kepada Allah Kajian Spiritual Masalah Dzikir dan Majelis Dzikir, (Yogyakarta: Sajadah Press, 2007), h. 1.
19
20
ataupun sunnah, seperti membaca Al-Qur‟an, membaca hadits, belajar ilmu agama dan melakukan sholat-sholat sunnah.2 Sedangkan menurut Imam an-Nawawi, berzikir adalah suatu amalan yang disyari‟atkan dan sangat dituntut di dalam Islam. Ia dapat dilakukan dengan hati atau lidah. Afdhalnya dengan kedua-duanya sekaligus.3 Banyak ayat Al-Qur‟an yang berisi perintah perintah Allah SWT, agar manusia senantiasa berzikir mengingat-Nya. Beberapa diantaranya surat An-Nisa ayat 103, surat Al-Maidah ayat 4. ....ْ ُْ فَا ْد ُك ُروا هللا مًَ و ا َومُ ُدادوا َو ََ َُ ُُُْ ْام “ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring....” (QS An-Nisa ayat 103). ... هللا ََ َ ًْه.َ س ْ َوا ْد ُك ُرواا “....dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)...” (QS Al-Maidah ayat 4). 2. Macam-macam Zikir dalam Ajaran Tarekat Zikir dalam tarekat ini dapat dibedakan dalam dua macam: a. Zikir dengan lisan (zikr bil al-lisan), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tasbih, tahlil dan lain sebagainya dengan bersuara. 2
Usman bin Sarqawi, Zikrullah:Urgensinya dalam Kehidupan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 139. 3 Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa: Terapi Perilaku Lahir dan Batin dalam Perspektif Tasawuf, (Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2008), h. 244.
21
b. Zikir dalam hati (zikr bi al qolb), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tasbih, tahlil dan lain sebagainya dengan membatin. Tanpa mengeluarkan suara. Sebagian ulama menafsirkan zikir dalam hati ini, adalah bertafakkur (memikirkan/merenungi) berbagai ciptaan Allah SWT dan kenikmatannya dengan penuh keyakinan, dan perasaan tulus. Inilah zikir yang dianjurkan oleh Rosulullah saw. Sebab itulah sebaik-baik zikir kepada Allah SWT.4 3. Aspek-aspek Zikir dalam Ajaran Tarekat Aspek-aspek zikir dalam ajaran tarekat meliputi: a. Ikhlas Secara etimologi ikhlas berakar dari kata khalasa dengan arti bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Secara terminologi yang dimaksud ikhlas adalah amalan semata-mata mengharap ridha Allah SWT. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan arti ikhlas yaitu mengesakan Allah di dalam tujuan atau keinginan ketika melakukan ketaatan, beliau juga menjelaskan bahwa makna ikhlas adalah memurnikan amalan dari segala yang mengotorinya. Inilah bentuk pengamalan dari firman Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya: "Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan." 4
Samsul Amin Ghofur, Rahasia Dzikir dan Doa, (Yogyakarta: Darul Hikmah, 2010), h.
130-134.
22
Hal-hal yang merusak ikhlas: 1. Riya’. Pengertian riya adalah seseorang menampakan amalnya dengan tujuan orang lain melihatnya dan memujinya. Dan hal inilah yang termasuk pembatal ikhlas dalam islam. 2. Ujub. Yang dimaksud dengan pengertian ujub adalah adalah seseorang berbangga diri dengan amal-amalnya. Para ulama menerangkan bahwa ujub merupakan sebab terhapusnya pahala seseorang, karena Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menyebutkan bahwa ujub sebagai hal-hal yang membinasakan. 3. Sum’ah. Pengertian sumah adalah adalah seseorang beramal dengan tujuan agar orang lain mendengar amalnya tersebut lalu memujinya.5 b. Dekat dengan Allah SWT Orang yang senantiasa berzikir (mengingat Allah) hatinya akan tenang. Hidupnya tidak akan pernah terancam dan khawatir. Kecemasan akan menjauhi orang yang selalu berzikir karena merasakan Allah SWT selalu dekat denganNya. Zikrullah akan membawa ketenangan batin karena ingat kepada Allah berarti ingat akan kekuasaanNya. Masalah seberat dan sebesar apapun, sangat kecil dalam pandangan Allah SWT. Penyakit stress
5
Imam Khanafi Al-Jauhari, Pokok-pokok Ajaran Tasawuf, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2010), h. 131-135.
23
tidak mungkin menghampiri orang yang suka mengingat Allah SWT (zikir).6 Berzikir merupakan kunci selanjutnya untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan niat yang ikhlas dan khusyuk kepada Allah SWT maka akan merasakan kedekatan diri kepada Allah SWT. c. Fisik Fisik
merupakan
unsur
terkasar
kita.Bisa
memegangnya,
merabanya, melihatnya. Karenanya, perhatian sebagai dari kita terhadap unsur ini amat besar. Mungkin karena kita dengan gampang mengenali dan memenuhi kebutuhan unsur ini. Tentu saja ini tidak salah. Akan tetapi, kita harus memberikan perhatian kepada unsurunsur diri kita sesuai dengan mana yang paling memengaruhi kehidupan kita. Begitu juga saat kita sedang berzikir fisik kita harus diam khusyuk untuk berzikir kepada Allah SWT.7 d. Ruh dan Nafs Berbicara tentang ruh maka tidak bisa diepaskan dari salah satu faktor pendukung yang tak kalah penting, yaitu hati. Dalam hal ini hati mempunyai dua makna, pertama adalah hati sebagai salah satu organ tubuh berupa sepotong daging yang terdapat pada tiap-tiap makhluk hidup. Kedua adalah makna hati (qalb, kalbu) sebagai sesuatu yang tak kasat mata (lathifah), tidak dapat diraba, dia adalah bagian utama dari manusia yang berpotensi mencerap (memiliki daya tanggap atau 6
Ibid, h. 229. Amin Syukur, Zikir Menyembuhkan Kankerku, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 50-
7
58.
24
persepsi) untuk mengenal dan mengetahui yang ditujukan kepadanya sagala pembicaraan dan penilaian, yang dikecam dan yang dimintai pertanggung jawaban. Sedangkan Nafs mengandung makna (jiwa, diri, nafsu, sukma dsb). Yang mencakup emosi atau amarah dan ambisi atau hasrat dalam diri manusia (biasa disebut nafsu). Makna inilah yang biasa digunakan para ahli tasawuf. Itulah sebabnya manusia diharuskan untuk melawan nafsu ataupun mengekangnya. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak berzikir kepada Allah SWT dengan niat yang ikhlas dan khusyuk hanya kepada Allah SWT.8 e. Akal Akal mempunyai beberapa makna, pertama pengetahuan yang berkaitan tentang hakikat segala sesuatu yang bertempat di dalam hati. Kedua adalah bagian dari manusia yang menyerap kemampuan, seperti telah diketahui bahwa didalam diri setiap orang ada semacam wadah untuk menampung pengetahuan, oleh karena itu kata akal kadang juga digunakan untuk menyebutkan tentang sifat yang melekat pada diri seseorang yang berpengetahuan.9 Berpegang pada
akal
semata,
hanya
akan
mendatangkan
kemudharatan. Akal juga dibutuhkan di saat berzikir yaitu ketika berzikir kita harus hanya memikirkan Allah SWT.10
8
Abu Bakar Aceh, Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhani, 1996), h. 370-371. Ibid, hal. 380. 10 Amin Syukur, Zikir Menyembuhkan Kankerku, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 9
61.
25
f. Hati (qalb) Hati merupakan unsur terpenting untuk menjalani kehidupan. Qalb berarti segumpal daging yang berbentuk bundar memanjang, terletak pada pinggir kiri dada. Lobang-lobang ini diisi dengan darah hitam yang merupakan sumber dan tambang nyawa atau ruh. Hatilah yang bisa menembus ruang dan waktu, merasa, berdialog, berinteraksi dengan siapapun termasuk dengan Allah SWT termasuk ketika kita berzikir kepada Allah SWT.11 4. Keutamaan Zikir dalam Ajaran Tarekat Keutamaan zikir menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, diantaranya adalah: a. Terlindung dari bahaya godaan setan Setan tak pernah berhenti untuk mengelincirkan manusia dari ridha Allah SWT segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia agar lalai dan terlena. Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada Allah SWT supaya terlindung dari godaan setan yang terkutuk. b. Tidak mudah menyerah dan putus asa Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan, adanya permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan seseorang. Bagi yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut acap kali cenderung berputus asa. 11
Amin Syukur, Zikir Menyembuhkan Kankerku, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h.
63.
26
Padahal, berputus asa adalah perbuatan yang dilarang oleh agama Islam. c. Memberi ketenangan jiwa dan hati Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi
kenyataan.
Jika
hati
lemah
dan
tak
kuat
menanggung beban hidup, besar kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya, tidak tenang. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati ibarat cermin dan dosa adalah debu, semakin berbuat dosa, semakin menumpuk debu yang mengotori cermin. Karena itu, meraih ketenangan jiwa
dan hati kita dianjurkan untuk
memperbanyak zikir.12 d. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah SWT Allah SWT memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, kedua ini berasal dari kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah SWT terhadap hambaNya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah SWT harus kita raih raih dengan memperbanyak zikir. e. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan Hidup di dunia itu hanya sementara. Begitu pun segala hal yang diraih dalam kehidupan dunia. Kehidupan dunia adalah
12
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet. 9, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 20-21.
27
fana. Jelas, segala kesenangan dan kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak disikapi dengan bijaksana. Dengan kejernihan hati dan senantiasa mengingat Allah SWT melalui zikir, kenikmatan dunia itu bisa menjadi perantara untuk meraih kebahagiaan akhirat.13 B. Ketenangan Jiwa 1. Pengertian ketenangan jiwa Kata ketenangan jiwa terdiri dari kata ketenangan dan jiwa. Sedangkan kata ketenangan itu sendiri berasal dari kata tenang yang mendapat imbuhanke-an. Tenang berarti diam tak berubah-ubah (diam tak bergerak-gerak); tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan tenteram (tentang perasaan hati, keadaan dan sebagainya). Tenang, ketenteraman hati, batin, pikiran.14 Sedangkan jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia yang menjadi unsur kehidupan, daya rohaniah yang abstrak yang berfungsi sebagai penggerak manusia dan menjadi simbol kesempurnaan manusia (yang terjadi dari hati, perasaan, pikiran dan angan-angan). Kata ketenangan jiwa juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain, masyarakat dan lingkungan serta dengan lingkungan di mana ia hidup. Sehingga orang
13
Samsul Amin Ghofur, Rahasia Dzikir dan Doa, (Yogyakarta: Darul Hikmah, 2010), h.
143-147. 14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. iv, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 927.
28
dapat menguasai faktor dalam hidupnya dan menghindarkan tekanantekanan perasaan yang membawa kepada frustasi.15 Ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa, atau kesehatan mental. Karena orang yang jiwanya tenang, tenteram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya atau orang yang tidak mengalami gangguan kejiwaan sedikitpun sehingga dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi serta mampu merasakan kebahagiaan hidup. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Zakiah Daradjat bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.16 2. Ciri-ciri jiwa yang tenang Dalam perspektif psikologis bahwa jiwa yang sehat dalam bentuknya yang paling sempurna adalah terciptanya “ketenangan” dan kestabilan dalam diri seseorang sehingga menumbuhkan kepribadian yang normal. Hal yang membedakan antara kepribadian normal dan tidak normal bukan saja dilihat dari bentuk perilaku nyatanya seharihari, tetapi juga dilihat sejauh mana tujuan dan sasaran perilaku tersebut. Perilaku normal adalah perilaku yang bisa mewujudkan 15
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet. 9, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 11-12. Ibid., hlm. 13.
16
29
interaksi
yang
realistis
terhadap
berbagai
problem
maupun
pertentangan tanpa harus menghindarinya. Dengan pengertian lain, kepribadian yang lurus dan mempunyai integritas adalah kepribadian yang mempunyai ciri perilaku yang kreatif dan realistis, bukan pribadi yang menghindari kenyataan atau membiarkan dirinya terjebak dengan keadaan tersebut. Jiwa yang tenang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Bisa menyesuaikan diri b. Merasa bahagia dengan dirinya sendiri c. Merasa bahagia dengan orang lain d. Mampu
Merealisasikan
diri
dan
bisa
memanfaatkan
kemampuan e. Mampu menghadapi tuntutan hidup f. Memiliki jiwa yang integral (mampu melaksanakan fungsi secara sempurna sesuai dengan kepribadian yang integral dengan segala aspeknya, baik secara jasmaniah, rasional, emosional, maupun sosial, bisa menikmati kesehatan dan fenomena-fenomena perkembangan jasmani serta rohani). g. Berprilaku normal h. Mampu hidup dengan damai.17
17
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 4-7.
30
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa Faktor-faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa menurut Kartini Kartono ada sepuluh, yaitu: a. Membaca dan mendengarkan Al-Qur‟an Suatu ketika seseorang datang kepada Ibnu Mas‟ud, salah seorang sahabat Rasulullah Saw, dia mengeluh: “Wahai Ibnu Mas‟ud, nasihatilah aku dan berilah aku obatbagi jiwaku yang gelisah ini. Seharian hidupku penuh dengan perasaan tidak tenteram, jiwa gelisah dan fikiranku kusut. Makan tak enak, tidurpun tidak nyenyak.” Ibnu Mas‟ud menjawab “Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu pada tiga tempat. Pertama, tempat orang membaca Al-Qur‟an, engkau baca Al-Qur‟an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. Kedua, engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan hatimu kepada Allah SWT. Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi. Di sana, engkau bertafakur meengabdikan diri kepada Allah SWT. Nasihat sahabat Nabi itu segera dilaksanakan orang itu. Apabila sampai di rumah segera dia berwudhu, kemudian diambilnya Al-Qur‟an dan dibacanya dengan penuh khusyuk. Selesai membaca, dia mendapati hatinya bertambah tenteram dan jiwanya tenang, fikirannya segar, hidupnya terasa baik kembali. b. Menyayangi orang miskin
31
Rasulullah memerintahkan kepada muslim yang punya kelebihan harta untuk memberikan perhatian kepada orang miskin. Ternyata, sikap dermawan itu mendatangkan ketenangan jiwa, dalam sebuah hadits menjelaskan bahwa malaikat selalu mendoakan orang yang dermawan. Pertama, dia mendapat ganjaran apa yang diberikannya kepada orang lain. Kedua, mendapatkan limpahan ketenangan jiwa dan belas kasihan daripada Allah SWT. c. Melihat orang yang dibawah, jangan lihat keatas Ketenangan jiwa akan diperoleh jika kita senantiasa bersyukur atas segala pemberian Allah SWT meskipun tampak sedikit. Rasa syukur itu akan muncul apabila kita senantiasa melihat orang yang keadaannya lebih rendah daripada kita, baik dalam hal kebendaan, kesehatan, rupa, dan pemikiran. Betapa banyak di dunia ini orang yang kurang beruntung. Rasa syukur itu selain mendatangkan ketenangan jiwa juga ganjaran daripada Allah SWT. d. Menjaga silahturahim Manusia adalah makhluk yang perlu menjalin hubungan yang baik dengan manusia lain. Berbagai keperluan hidup takkan mungkin boleh diraih tanpa adanya bantuan daripada orang lain. Dalam hadits Rasulullah diperintahkan untuk tetap menjalin silahturahim sekalipun terhadap orang yang melakukan permusuhan kepada kita. Rasulullah bersabda bahwa silahturahim memanjangkan umur dan mendatangkan rezeki. Hubungan yang baik didalam keluarga,
32
maupun
dengan
tetangga
akan
menciptakan
ketenangan,
kedamaian dan kemesraan. Hubungan yang baik itu juga akan meleraikan sifat dengki, buruk sangka, iri hati, besar diri dan sebagainya.18 e. Banyak mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah (memperbanyak berdzikir) Sumber ketenangan jiwa yang hakiki bersumber daripada Allah SWT. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu menghadirkan Allah SWT dalam segala keadaan, baik dalam keadaan senang maupun susah. Kuatnya hubungan kita dengan Allah SWT akan membuatkan jiwa seseorang itumenjadi kuat, tidak mudah goyah. Apabila kita kita lalai mengingat Allah SWT maka ia membuka peluang bagi syaitan mempengaruhi fikiran kita. f. Mengatakan yang haq (benar) sekalipun pahit Hidup ini harus dijaga agar senantiasa berada diatas jalan kebenaran, kebenaran harus diperjuangkan. Pelanggaran terhadap kebenaran akan mendatangkan kegelisahan. Ketenangan jiwa akan tercapai apabila kita tidak melanggar nilai kebenaran. g. Tidak ambil peduli terhadap celaan orang lain asalkan yang kita lakukan benar karena Allah SWT. Salah satu faktor yang membuat jiwa seseorang tidak tenang adalah karena selalu mengikuti penilaian orang terhadap dirinya. 18
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 20-24.
33
Seseorang akan memiliki pendirian kuat jika berpegang pada prinsip yang datang daripada Allah SWT. h. Tidak meminta kepada orang lain “Tangan diatas (memberi) lebih mulia daripada tangan dibawah”, adalah hadits Rasulullah yang merangsang setiap mukmin untuk hidup berdikari. Tidak bergantung dan meminta-minta pada orang lain, karena orang yang berdikari jiwanya akan kuat dan sikapnya lebih berani dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, orang yang selalu meminta-minta menggambarkan jiwa yang lemah. i. Menjauhi hutang Dalam sebuah hadits, Rasulullah dengan tegas mengatakan: “Janganlah engkau jadikan dirimu ketakutan setelah merasai ketenangan”, Sahabat bertanya: “Bagaimana boleh terjadi seperti itu?”, Sabdanya: “Karena hutang”. Begitulah kenyataannya, orang yang berhutang akan senantiasa dihantui ketakutan karena dia dikejar-kejar untuk segera membayarnya. Inilah salah satu faktor yang membuat ramai orang mengalami tekanan jiwa. Rasulullah juga mengatakan: “Hendaklah kamu jauhi hutang karena hutang menjadi beban fikiran di malam hari dan rendah diri di siang hari”. j. Selalu berpikir positif. Mengapa seseorang mudah berasa tertekan? Salah satu faktornya karena dia selalu dibayangi fikiran negatif, selalu mencela dan menyesali kekurangan diri. Padahal, kita diberikan Allah SWT
34
berbagai kelebihan. Ubahlah fikiran negatif itu menjadi positif. Ubahlah keluh kesah yang membuat muka berkerut, badan lemas, ubahlah dengan ungkapan senang.19 4. Aspek-aspek dalam Ketenangan Jiwa Aspek-aspek dalam ketenangan jiwa meliputi: a. Kebahagiaan Kebahagiaan sejati seseorang tidak bisa diukur dengan banyaknya harta atau kekayaan, status atau pangkat sosial dalam kemasyarakatan dan
atau
semua
kemewahan
yang
dimiliki
oleh
seseorang.
Kebahagiaan yang sesungguhnya atau kebahagiaan yang sejati atau hakiki itu terletak pada ketenangan hati seseorang. Sudah banyak orang yang kaya raya dengan harta kekayaan mereka, namun kekayaan yang mereka miliki tidak bisa menjadikan hati mereka menjadi tenang, akan tetapi sebaliknya, justru harta kekayaan yang mereka kumpulkan membuat mereka lalai, lupa dan sibuk untuk senantiasa mengejar kekurangan, hal ini karena berapapun harta benda dan kekayaan yang mereka miliki masih saja mereka anggap masih kurang. Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati atau ketenangan jiwa yang merupakan suatu anugerah dari Allah SWT yang sangat berharga. Setiap orang pasti menginginkannya, namun hanya sedikit sekali orang yang mendapatkannya. Hal ini dikarenakan banyak manusia yang melupakan penciptaNya, dan melupakan zat pemberi 19
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1990), h. 20-25.
35
kebahagiaan, dan melupakan tentang zat sang pencipta yang merupakan ketenangan didalam jiwa atau hati yang sebenarnya.20 b. Rasa kasih sayang Rasa kasih sayang adalah suatu sikap saling menghormati dan mengasihi semua ciptaan Tuhan baik makhluk hidup maupun benda mati seperti menyayangi diri sendiri berlandaskan hati nurani yang luhur. Rasa kasih sayang bisa didapat dari mana saja, salah satunya adalah setelah berzikir kepada Allah SWT. Rasa kasih sayang tersebut dirasakan oleh orang yang berzikir dengan niat ikhlas, maka akan merasakan selalu disayangi oleh Allah SWT.21 c. Rasa aman Rasa aman adalah rasa tanpa ada kekhawatiran pada suatu hal dan hidup tanpa ada rasa takut dengan kondisi kondusif. Hak atas rasa aman merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar. Setiap manusia pasti membutuhkan hak atas rasa aman terhadap dirinya, dalam hal ini keamanan adalah komponen penting untuk menciptakan keadaan agar terpenuhinya hak atas rasa aman pada masyarakat yang ada. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan
20
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1990), h. 33-34. 21 K. Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 48-49.
36
dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam.Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Untuk itu manusia diharuskan selalu berzikir kepada Allah SWT untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT agar senantiasa dilindungi oleh Allah SWT.22 d. Rasa harga diri Harga diri (self esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Seseorang yang tidak memiliki harga diri akan selalu merasakan rendah diri. Rendah diri yang menetap dan berlebihan mungkin diakibatkan oleh prestasi yang buruk, depresi, dan tindak kejahatan. Keseriusan problem ini akan tergantung bukan hanya kepada sifat dari rasa rendah diri individu, tetapi pada kondisi lainnya. Saat perasaan rendah diri diiringi dengan kesulitan pada masa transisi atau problem keluarga, untuk itu maka harus memperbanyak berzikir untuk menghilangkan rasa rendah diri tersebut.23 e. Rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu dapat merupakan sumber dari adanya kreatifitas seseorang terhadap lingkungannya sehingga menciptakan pribadi yang
22
Adeng Mukhtar Ghazali, Antropologi Agama: Upaya Memahami Keragaman Kepercayaan, Keyakinan dan Agama, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 81-82. 23 K. Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 50-51.
37
produktif dan mampu bersaing dalam perkembangan lingkungan sekelilingnya. Dalam keseharian, rasa ingin tahu identik dengan perkembangan kreatif seseorang yang menentukan bagaimana seseorang tersebut dapat memberikan penjelasan mengenai apa yang ditangkapnya dari materi pelajaran yang diberikan. Dalam perkembangannya, perasaan ingin mengetahui segala hal yang baru ini akan menjadi modal utama bagi seseorang untuk lebih mudah mewujudkan apa yang ada dalam benak mereka, yaitu sebuah gagasan untuk dijadikan kenyataan. Rasa keingintahuan yang besar adalah landasan untuk menjadi seorang dengan ide-ide cemerlang, yang selanjutnya akan mempengaruhi kecerdasan seorang anak. Untuk mengasah rasa ingin tahu tersebut seseorang juga diperlukan untuk memperbanyak berzikir kepada Allah SWT.24 f. Rasa bebas Kebebasan didalam hak asasi manusia adalah kebebasan untuk meninggalkan atau mengerjakan sesuatu hal seperti yang telah diatur didalam instrumen-instrumen internasional tentang hak asasi manusia dalam kaitannya dengan bebas beragama, setiap individu mempunyai kebebasan seperti yang didalam instrumen internasional seperti hak untuk menganut, berpindah, mempertahankan atau tidak memeluk suatu keyakinan apapun seperti yang telah diatur didalam instrumen internasional tentang hak atas kebebasan beragama. Selain itu juga 24
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1990), h. 38-40.
38
disarankan
untuk
selalu
berzikir
kepada
Allah
SWT
mendapatkan rasa kebebasan yang diberikan oleh siapapun.
untuk