Kapan Anda Menambah Dosis Zikir Harian? Z
“Wahai saudaraku yang mulia ... Di hadapanmu terbentang hari Jumat dan malamnya. Engkau dapat menggunakannya untuk mengeruk limpahan rahmat yang dicurahkan Allahuntuk semua hamba-Nya pada saat itu. Di hadapanmu terbentang musim ketaatan, hari-hari ibadah, dan malam-malam yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka, usahakanlah dirimu termasuk orang yang melakukan zikir dalam waktu-waktu itu; bukan termasuk orang yang lalai.” (Hasan Al-Banna)
ikir adalah kebutuhan harian orang-orang beriman. Zikir akan membuat hidupnya bersemangat, penuh vitalitas, dan full kebaikan. Dengan zikir, aktivitasnya senantiasa terjaga di jalan Allah. Dengan zikir, waktunya tidak ada yang tersia-siakan. Dengan zikir, lisannya terpelihara dari perkataan dosa atau yang tidak berguna. Dengan zikir, hatinya pun akan sehat, bercahaya, dan terbebas dari aneka penyakit berbahaya lagi mematikan, semisal sum’ah, ujub, riya, takabur, ataupun iri dengki. Kebutuhan zikir bagi hati, dengan demikian, melebihi kebutuhan tubuh terhadap makanan dan minuman. Tanpa zikir hati akan mati, layaknya tubuh akan mati apabila kehilangan suplay nutrisi dan cairan.
1
Tanpa zikir seorang Mukmin akan hilang kekuatan jiwanya, pudar cahaya keimanannya, sehingga dia menjadi sangat mudah dipermainkan setan. Maka, benarlah apa yang dikatakan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, dalam Al-Fawaid, “Hati bisa sakit sebagaimana sakitnya badan, kesembuhannya dengan tobat dan menjaga diri dari dosa. Hati bisa pula kotor sebagaimana cermin, bersihnya dengan zikir. Hati bisa telanjang sebagaimana tubuh, penutup dan perhiasannya adalah ketakwaan. Hati bisa pula lapar dan haus sebagaimana perut, makan dan minumnya adalah mengenal Allah, mencintai-Nya, bertawakkal, memasrahkan diri, dan mengabdi hanya kepada-Nya.” Beliau pun mengungkapkan, ”Di dalam hati ada sebuah ruang kosong nan kering yang tidak dapat ditutup kecuali dengan zikir kepada Allah Ta’ala.” Oleh karena itu, perhatian kita terhadap zikrullah harus melebihi perhatian terhadap makanandan aneka kebutuhan fisik. Bagaimana tidak, kebutuhan hati akan zikrullah, intensitas dan jumlahnya, jauh melebihi kebutuhan tubuh terhadap makanan. Kalau tubuh memerlukan makanan hanya pada jam-jam tertentu, hati memerlukan zikir setiap saat. Karena, setan dan nafsu tidak pernah diam untuk terus diperturutkan. Aneka ancaman dan kesusahan pun tidak pernah berhenti untuk mengikuti manusia. Layaknya ikan yang membutuhkan air agar bisa hidup. “Zikir bagi hati ibarat air bagi ikan. Bagaimana kondisinya jika seekor ikan terpisah dari air?” demikian ungkap Ibnu Taimiyah. (Al-Wabil Ash-Shayyib, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah) Kurangnya “asupan” zikir akan membawa aneka keburukan dalam hidup. Kata akan sempit, masalah terus bertambah, hidup pun penuh keluh kesah dan jauh dari kata berkah. Puncaknya di akhirat, tanpa zikrullah, seseorang bisa kehilangan surga dengan segala kenikmatan di dalamnya. Tentu saja Allah Ta’ala tidak ingin manusia celaka. Sebaliknya, Dia menginginkan manusia bahagia, tenang dalam hidupnya, dan selamat dunia akhirat. Untuk itulah, Dia memerintahkan kita untuk senantiasa terhubungan dengan-Nya. Kita diminta untuk banyak mengingat-Nya. Bagaimana tidak, zikir adalah perisai dari gangguan setan, pengendali gejolak nafsu, dan Susunan Redaksi
penghalang dari bala bencana. *** Tidak ada batasan waktu yang ditetapkan: siang, malam, pagi, petang. Dalam 24 jam waktu, semuanya bisa diisi dengan zikrullah. Dalam arti, kita dituntut untuk menjadikan segenap aktivitas kita sebagai ibadah kepada Allah Ta’ala. Ini sebagaimana dikatakan Imam An-Nawawi bahwa keutamaan zikir itu tidak terbatas kepada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan semacamnya. Akan tetapi, setiap orang yang beramal ikhlas karena Allah Ta’ala dengan melakukan ketaatan, dialah orang yang berzikir kepada-Nya. Namun demikian, karena manusia punya penyakit lupa, Allah dan rasul-Nya menetapkan waktu-waktu tertentu yang dapat digunakan oleh kita untuk memperbanyak zikrullah, semisal pada sepertiga malam terakhir, setiap selesai menunaikan shalat, dan pada waktu pagi dan petang. Hal ini, sebagaimana terungkap dalam Al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS Al-Ahzab, 33:41-42) ”Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi.” (QS Al-Mu’min, 40:55) Adapun pengertian pagi dan petang, sebagai waktu yang diperintahkan berzikir padanya, dijelaskan sendiri oleh Allah dalam surah Qaaf ayat 39. ”Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” Tidak sekadar menetapkan, Allah Ta’ala, melalui Rasulullah saw. memberikan pula panduan atau bimbingan tentang bagaimana zikir tersebut dilaksanakan. Dengan ditetapkannya waktu-waktu ini, plus tata caranya, kita bisa terkondisikan untuk senantiasa tersambung kepada-Nya. So ... kapan mau mulai menghapal dan mendawamkan zikir-zikir dari Al-Quran dan hadis? Atau, kalau sudah, kapan kita mau menambah dosisnya? Momen tahun baru Hijriyah ini sangat bagus lho untuk menunaikannya! (Abie Tsuraya/TasQ) ***
Penanggung Jawab: H. Dudung Abdulghani. Dewan Redaksi: Teh Ninih Muthmainnah, H. Dudung Abdulghani, Dr. Tauhid Nur Azhar, Yudi Firdaus. Pemimpin Redaksi: Emsoe Abdurrahman. Redaktur/ Reporter: Inayati Ashriyah, Abie Tsuraya. Layouter/Desainer: Mang Ule. Publikasi/Dokumentasi: Fajar Fakih, Yana Saputra. Sekretaris: Nita Yuliawati. Keuangan: Astri Febrianty. Marketing/Sirkulasi: Dadi Suryadi. email:
[email protected].
E-Newsletter TASDIQUL QUR’AN | EDISI 89 | September 2016 | MINGGu ke-5
2
Konsultasi Teteh
Assalamu’alaikum wr.wb. Teteh,sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru Islam (bulan Muharram). Adakah amal-amal khusus pada bulan ini yang bisa saya dan keluarga amalkan? Kalau ada mohon penjelasannya. Terima kasih. (+62 853-173x-xxxx)
W
Amalan di Bulan Muharram
a’alaikumussalam wwb. Alhamdulillah. Semoga Allah Ta’ala memberi kita kekuatan dan kesehatan sehingga kita bisa mengisi bulan Muharram dan bulan-bulan setelahnya dengan amal saleh. Saudaraku, terkait bulan-bulan dalam Islam, kita layak merujuk firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah 12 bulan (yang telah ditetapkan) di dalam kitab Allah sejak menciptakan langit dan bumi. Di antara 12 bulan tersebut terdapat 4 bulan yang suci. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menzalimi diri kalian pada bulan-bulan (suci) tersebut.” (QS At-Taubah, 9:36) Menurut Rasulullah saw., sebagaimana termuat dalam Shahih Al-Bukhari, keempat bulan yang disucikan tersebut antara lain (berturut-turut) Zulqi’dah, Zulhijjah, dan Al-Muharram, serta bulan Rajab. Keempatnya dinamakan bulan haram karena pada bulan tersebut diharamkan aneka perbuatan buruk, terkhusus peperangan dan menumpahkan darah, sebagaimana diyakini oleh orang-orang jahiliyah dulu. Selain itu, setelah Islam datang, pada bulan ini, Rasulullah saw. sangat menekankan umatnya agar menjauhi aneka perbuatan yang diharamkan Allah dibandingkan bulan lain. Ini karena mulianya bulan Al-Muharram. Demikian pendapat Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam Zâdul Maysir. Lalu, amal-amal apa saja yang layak kita perbanyak
pada bulan mulia ini? Apabila merujuk pada dalil-dalil shahih, ada sejumlah amalan yang dapat kita lakukan, antara lain: • Menjauhi maksiat dan memperbanyak tobat. Tahanlah diri dari melakukan hal-hal yang dibenci Allah dan rasul-Nya, baik kecil maupun besar. Lalu, perbanyak tobat kepada-Nya. • Perbanyak amal saleh. Lakukan amal-amal yang dicintai Allah dengan kualitas dan kuantitas terbaik, shalat fardhu beserta shalat-shalat sunnatnya, terkhusus shalat malam, zikir, doa, tilawah AlQuran, sedekah, dan lainnya. • Sangat utama apabila kita memperbanyak shaum sunnat. Nabi kita bersabda, “Sebaik-baik shaum setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim) • Pastikan untuk tidak tertinggal shaum ‘Asyura, tanggal 10 Muharram, kecuali bagi yang berhalangan. Namun, walau berhalangan, pastikan hati untuk berniat melakukannya agar kita pun tetap mendapatkan keutamaannya. • Apabila memungkinkan, lakukan pula shaum pada tanggal 9-nya. Ini sesuai dengan anjuran Rasulullah saw. agar kita menyelisihi puasanya orang-orang Yahudi. (Tim Konsultasi TasQ) ***
E-Newsletter TASDIQUL QUR’AN | EDISI 89 | September 2016 | MINGGu ke-5
3
Asmaul Husna
A
AN-NÛR Allah Yang Maha Pemilik lagi Pemberi Cahaya
llah adalah An-Nûr, Zat Yang Maha Memiliki Cahaya dan Maha Pemberi Cahaya. Dialah Sumber Cahaya, Pemilik Cahaya Keabadian. Allah-lah sumber kebenaran yang sangat mampu menyebarkan cahaya kebenaran tersebut kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dalam surah An-Nûr, 24:35, Allah Ta’ala memperkenalkan Diri-Nya sebagai pemilik cahaya. ”Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakanakan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Dari sekian banyak ayat Al-Quran yang menyebutkan kata an-nûr, para ulama menyebutkan sekian makna yang merujuk kepadanya, yaitu (1) agama Islam; (2) keimanan; (3) pemberi petunjuk; (4) Rasulullah saw.; (5) cahaya pada siang hari; (6) cahaya bulan; (7) cahaya yang mengiringi kaum beriman saat dia menyeberangi titian atau shirâth; (8) penjelasan tentang halal dan haram yang terdapat dalam Taurat; (9) kitab Injil; (10)
Al-Quran, dan (11) keadilan. Makna dari kata an-nûr itu, semuanya merujuk pada kebaikan. Dan, Allah An-Nûrlah pemilik semua itu. *** Siapapun dari kita berhak untuk mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya. Namun, tidak semua orang bisa mendapatkannya. Hanya orang-orang yang memenuhi syaratlah yang akan mendapatkannya. Allah Ta’ala berfirman, “... Cahaya di atas cahaya, Allah memberi petunjuk dengan cahaya-Nya bagi orang yang dikehendaki-Nya ...” (QS An-Nûr, 24:35) Siapakah orang yang dikehendaki-Nya itu? Pada ayat berikutnya, Al-Quran memberikan rincian. Pertama, mereka yang memuliakan dan menyebut nama-Nya, dengan bertasbih pada pagi dan petang (QS 24:36). Kedua, mereka yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli (pekerjaan, bisnis, dan aktivitas duniawi lainnya) dari mengingat Allah (QS 24:37). Ketiga, mereka yang menunaikan shalat dan zakat, serta takut akan hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (QS 24:37). Mereka sangat yakin akan adanya Hari Pembalasan sehingga mereka bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya. Selain itu, nur Ilahi pun akan diberikan kepada mereka yang membaca surah Al-Kahfi pada setiap malam atau hari Jumat. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, niscaya akan dipancarkan cahaya untuknya diantara dua Jumat.” (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi, Shahih Al-Jami’, No. 6470). ***
E-Newsletter TASDIQUL QUR’AN | EDISI 89 | September 2016 | MINGGu ke-5
4
Mutiara Kisah
Firasat Imam Asy-Syafi’i
A
l-Humaidi menuturkan bahwa Imam AsySyafi’i mengisahkan pengalamannya, “Aku bepergian ke daerah Yaman untuk mencari buku-buku tentang ilmu firasat agar aku dapat menulis dan menyusunnya. Di tengah perjalanan, aku bertemu dengan seorang laki-laki yang tengah duduk di depan rumahnya. Matanya biru, dahinya lebar, dan tidak berjenggot.” “Apa di sini tempat persinggahan,” tanyaku kepadanya. “Ya,” jawabnya. Imam Asy-Syafi’i melanjutkan, “Kulihat di wajah orang ini tanda-tanda kehinaan (ini adalah tanda terburuk dalam ilmu firasat). Leki-laki ini kemudian mempersilahkan aku menginap di rumahnya. Sungguh, dia demikian baik kepadaku. Dia menghidangkan makan malam, memberiku wewangian, dan menyiapkan rumput untuk kuda tungganganku. Selain itu, dia pun menyiapkan kasur lengkap dengan selimutnya untukku. Malam itu, aku tidur sangat lelap.” “Apa gunanya buku-buku firasat ini?” pikirku dalam hati, demi melihat sosok lelaki yang begitu baik kepadaku kendati tampangnya memancarkan kehinaan dan keburukan. ‘Firasatku salah tentang lelaki itu,’ gumamku.
Keesokan harinya, aku meminta pembantuku untuk melepaskan tali kekang kudaku. Aku pun menaikinya dan bersiap untuk berangkat. Saat aku melewati lelaki itu, aku berpesan kepadanya, ‘Jika engkau bepergian ke Mekkah dan melewati daerah Dzi Thawa, tanyakan kepada orang-orang di mana rumah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i. Mampirlah ke rumahku itu!’ Namun, lelaki ini malah menjawab, “Memangnya, aku ini budak bapakmu?” “Apa maksudmu?’ tanyaku. Dia menjawab, “Perlu kau ketahui, aku membelikan untukmu makanan dengan 2 dirham, wewangian 3 dirham, rumput 2 dirham, harga sewa kasur dan selimutnya 2 dirham.”
Mendengar hal itu, aku sangat kaget. Maka, kuperintahkan pembantuku untuk memberinya uang sejumlah yang dia sebutkan. “Ada lagi yang lain?” tanyaku kepadanya. Dia menjawab, “Harga sewa rumah karena aku telah membuatmu tidur nyaman, sementara aku rela bersempit-sempit untukmu.” Aku pun merasa bahagia karena buku-buku firasat yang semula kuduga sia-sia, ternyata bermanfaat juga. Setelah itu aku bertanya lagi kepadanya, “Ada lagi biaya yang lain?” Dia pun menjawab dengan ketus, “Pergilah, semoga Allah menghinakanmu. Aku tidak pernah melihat orang seburuk dirimu.” Sumber: Biografi Imam Asy-Syafi’i, Dr. Tariq Suwaidan, hlm. 50-57.
E-Newsletter TASDIQUL QUR’AN | EDISI 89 | September 2016 | MINGGu ke-5
5
Kutipan Buku
Penutup Surah Al-Baqarah, Cahaya dari Ilahi
R
abbanaa laa tu`aakhidhnaa in-nasiinaa au akhtha‘naa. Rabbanaa wa laa tahmil `alainaa isran kamaa hamaltahuu `alal-ladziina min qablinaa. Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih. Wa’fu ‘annaa, waghfirlanaa, warhamnaa, annta maulaanaa fannshurnaa ‘alalqaumil kaafiriin. (QS Al-Baqarah, 2:286) “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” • Rasulullah saw. bersabda, “Dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah, barangsiapa membacanya pada malam hari, niscaya dua ayat tersebut akan mencukupinya.” (HR AlBukhari dan Muslim dari Abu Mas’ud Al-Badri ra.)
• Makna “mencukupi” di sini adalah mencukup kannya darisegala keburukan dan kejahatan setan, serta mencukupkannya (memudahkannya) untuk memperoleh banyak pahala dan kebaikan. (Syarhu Shahih Muslim, 6:91-92 dan Fathul Qadir, 6:197) • Malaikat memberi salam kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Bergembiralah engkau Spesifikasi Buku: Judul Buku Penulis Ukuran Harga *
: Doa Menjemput Ridha Allah/ Edisi Revisi : Teh Ninih Muthmainnah/ Tim Tasdiqiya : 104x148 cm / 370 Hlm. : Rp 55.000
Pemesanan Hubungi: Tlp/WA : 0838.2090.5097 PIN BB : 24D267E8 – 5E9C13E8
(wahai Muhammad) dengan dua cahaya yang diberikan (oleh Allah) kepada-Mu dan belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu, (yaitu) surah Al-Fatihah dan penutup (dua ayat terakhir dari) surah Al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf pun dari keduanya kecuali (semua) akan diberikan kepada-Mu.” (HR Muslim) *** Informasi Buku: Segera terbit buku “Kumpulan Lengkap, Doa Menjemput Ridha Allah” (Edisi Revisi). Dapatkan rangkaian doa yang indah, menggugah, lagi shahih dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw. dalam edisi lebih lengkap.
E-Newsletter TASDIQUL QUR’AN | EDISI 89 | September 2016 | MINGGu ke-5
6
INFO TEBAR WAKAF Program Tebar Wakaf Al-Quran pada pekan terakhir bulan September dilakukan di sejumlah tempat. Salah satunya dilaksanakan Provinsi Kalimantan Barat (28/09) Tebar Wakaf Al-Quran di wilayah ini difokuskan di tiga tempat, yaitu Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Bumi Shalawat (Pasir Panjang, Mempawah Timur), kemudian Ponpes Babussalam (Peniraman, Sungai Piyuh), dan Ponpes Abu Hurairah (Mempawah Hilir). Total mushaf yang dibagikan berjumlah 500 eksemplar. ***
E-Newsletter TASDIQUL QUR’AN | EDISI 89 | September 2016 | MINGGu ke-5
7
E-Newsletter TASDIQUL QUR’AN | EDISI 89 | September 2016 | MINGGu ke-5
8