BAB II TINJAUANPUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaraan Menurut Cronbach(Suprijono,2009:2) learning is shown by change in behavior as result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).Sedangkan menurut Spears (Suprijono, 2009: 2)learning is it to observe to read to imitate to try something themselves to listen to follow direction(belajar
adalah
mengamati,
membaca,meniru,
mencoba
sesuatu,
mendengar, dan mengikuti arah tertentu). Menurut Syah (2002:98) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu tanpa adanya proses belajar maka tidak akan ada pula pendidikan. Sedangkan menurut Jerome Bruner (Suherman, 2003: 43) belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsepkonsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan.Oleh karena itu, belajar sangat terkait dengan pola berpikir sistematis, yaitu berpikir merumuskan sesuatu yang dilakukan atau yang berhubungan dengan struktur-struktur yang telah dibentuk. Menurut Duffy & McDonald (2010:28) mengungkapkan bahwa,” “Learning is a compex activity that can be explained differenly depending on one’s perspective on how and why people do what they do”.
11
Artinya belajar adalah suatu aktivitas yang kompleks yang dapat dijelaskan secara berbeda tergantung perspektif seseorang tentang bagaimana dan mengapa berbuat apa yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2005: 36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Sedangkan W.S.Winkel (Riyanto, 2009:5) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut
Sugihartono
(2007:74)
belajar
merupakan
suatu
proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Djamara & Zain (2002:11), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Belajar merupakan usaha menggunakan sarana atau sumber, di dalam atau di luar pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakanaktivitas untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui interaksi individu terhadap lingkungan belajarnya, yaitu interaksi dengan siswa ke siswa, siswa dengan guru, siswa dengan media pembelajaran yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam dirinya.
12
Menurut Usman (Jihad,2008:12) pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hamalik (2005:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
matrial,
fasilitas,
perlengkapan,
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Slavin(2006:4) menyatakan bahwa,” “effective instruction is not a simple matter of one person with more knowledge transmitting that knowledge to another”. Artinya Pembelajaraan yang efektif bukanlah masalah
sederhana dimana
seseorang dengan pengetahuan lebih menstranfer pengetahuan yang dimiliki tersebut kepada orang lain. Menurut Arief (2009:9) proses pembelajaran harus dirancang secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. Sedangkan menurut Hamalik (2005:13)pembelajaraan adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Menurut Nitko (2007:18) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses yang dilakukan untuk menyediakan kondisi untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar. Siswa sebagai peserta didik yang berada dalam suatu kelompok atau kelas pembelajaran, belum tentu memiliki kemampuan dan
13
karaktristik yang sama. Kegiatan pembelajaran merupakan konteks interasi yang memungkinkan
siswa
memperoleh
pengalaman
belajar
dalam
rangka
mengembangkan pemahamannya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu melalui: 1. Perencanaan
pembelajaran
yang
meliputi silabus
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran. 2. Pelaksanaan pembelajaraan yang merupakan implementasi dari RPP dan meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup 3. Penilaian pembelajaraan yang dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi perserta didik serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan hasil belajar, dan memperbaiki proses belajar. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, yang disengaja atau direncanakan oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi oleh guru, dimana perencanaan tersebut meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sehingga akan tercapai tujuan pembelajaraan yang telah diterapkan.
14
B. Pembelajaran Matematika di SMP/MTS Menurut Bruner (Hudoyo,2000: 56) pembelajaran matematika adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat alam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya.
Sedangkan
menurut
Cobb
(Suherman,2003:71)
pembelajaran
matematika sebagai proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Menurut Sumarno (2004:5) pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koreksi matematis, dan objektif. Dalam
pembelajaran
matematika,
siswa
dibiasakan
untuk
memperoleh
pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstrak).Menurut Suherman (2001:57) tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama(SMP) antara lain: a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan tindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, krisis, cermat, jujur, efektif, dan efisiensi. b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan; c. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; d. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah; e. Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasaan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. f. Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap, logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika
15
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaraan matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisiensi, dan tepat dalam pemecahan masalah b. Menggunakan penalaran pada pola dan sikap, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika. c. Memecah masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. e. Memilih sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa pembelajaraan matematika adalah proses interaksi siswa dengan guru mata pelajaran matematikauntuk membantu siswa mempelajari konsep-konsep atau struktur-struktur matematika yang
didalamnya
melibatkan
siswa
secara
aktifuntuk
mengembangkan
kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis. Pembelajaraan matematika di
16
SMP/MTs dalam penelitian ini adalah meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar(KD) sebagai berikut: Tabel 2 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar(KD) Pokok BahasaLingkaran
Standar Kompetensi (SK)
Kompetensi Dasar (KD)
1. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
1.1 Menentukan unsur dan bagianbagian lingkaran. 4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran
C. PendekatanOpen Ended Menurut Hamzah &Muhlisrarini (2014:231)Pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dapat memperjelas arah yang ditetapkan sering kali juga disebut kebijakan guru agar mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pendekatan yang dilakukan guru yakni untuk mempermudah pemahaman peserta didik atas materi yang diberikan dengan berbeda penekanan. Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai cara yang ditempuh pendidik untuk memahamkan siswa terhadap materi yang dipelajari. Menurut Hamm (2010: 5) menyatakan bahwa”, “Openness captures serendipity and gives learners the freedom to create. Part of openness involves a type of curiosity that stimulates the ability to critically evaluate data, accept input, and be ready to adapt to change”. Artinya keterbukaan menangkap dan memberikan kebebasaan peserta didik untuk mencipta. Bagian dari keterbukaan melibatkan jenis yang merangsang keingintahuan kemampuan untuk mengevaluasi data secara kritis, menerima masukan, dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan.
17
Menurut Satriawati (2007:158) Pendekatan Open-Ended merupakan suatu upaya pembaharuan pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan sekitar dua puluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Simada. Munculnya pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal teaching)guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal. Menurut
Sawada (1997: 23) pendekatan open ended adalahguru
memberikan suatu situasi masalah pada siswa dimana solusi atau jawaban dapat diperoleh
dengan
berbagai
cara.
Sedangkan
menurut
Suherman(2003:123)penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir. Siswa diharapkan memiliki tujuan utama bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian tidak hanya ada satu cara dalam memperoleh jawaban, namun beberapa atau banyak. Menurut Nohda (Suherman,2003: 124) tujuan dari pendekatan Open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan siswa. Hal yang perlu digaris bawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk
18
berfikiran sesuai dengan minta dan kemampuannya.Sedangkan menurut Nur (Wahyu,2014:26) langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended sebagai berikut: Tabel 3. Langkah-langkah pembelajaraan matematika dengan Pendekatan Open ended a. Persiapan
sarana dan prasarana pembelajaran
yang
diperlukan, misalnya buku siswa, LKS, alat peraga dan lain sebagainya. Mempersiapkan Kelas
b. Kelompokkan siswa jika perlu (sesuai dengan rencana). Sampaikan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dicapai serta cara belajar yang akan dipakai hari itu.
a. Berilah penjelasan singkat dan seperlunya saja jika ada siswa yang belum memahami soal atau masalah kontekstual yang diberikan. Mungkin secara individual ataupun
secara
kelompok.
(jangan
menunjukkan
selesaian, boleh mengajukan pertanyaan pancingan). Kegiatan
b. Mintalah
siswa
secara
kelompok
ataupun
secara
individual, untuk mengerjakan atau menjawab masalah Pembelajaraan
open ended yang diberikan dengan caranya sendiri. Berilah
waktu
yang
cukup
bagi
siswa
untuk
mengerjakannya. c. Jika dalam waktu yang dipandang cukup siswa tidak ada satupun yang dapat menemukan cara pemecahan, berilah guide atau petunjuk seperlunya atau berilah pertanyaan yang menantang. Petunjuk itu dapat berupa LKS ataupun bentuk lain. d. Mintalah seseorang siswa atau wakil dari kelompok siswa
19
untuk
menyampaikan
hasil
kerjanya
atau
hasil
pemikirannya (bisa lebih dari satu orang) e. Tawarkan kepada seluruh kelas untuk mengemukakan pendapatnya
atau
tanggapannya
tentang
berbagai
selesaian yang disajikan temannya di depan kelas. Bila ada selesaian lebih dari satu, ungkaplah semua
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan Pendekatan Open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang biasanya dimulai dengan memberikan problem kepada siswa untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian tidak hanya ada satu cara dalam memperoleh jawaban, namun beberapa atau banyak. D. Model Bermain Peran Menurut
Mills(Suprijono,2011:45)
model
diartikan
sebagai
bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok
orang
mencoba
bertindak
berdasar
model
itu.
Sedangkan
menurutHenriksen (2004: 107): “ role-play is a medium where a person, through immersion into a role and the world of this role, is given the opportunity to participate in, and interact with the contents of this world, and its participants”. Artinya bermain peran adalah media di mana seseorang, masuk ke dalam peran dan dunia peran, diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, berinteraksi dengan keadaan, dan peserta.
20
Menurut Mulyono(2012:44)pembelajaran berdasarkan pengalaman yang menyenangkan di antaranya adalah role playing (bermain peran), yakni suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Sedangkan menurut Fannie Shaftel (Huda,2013:115) role playing (Bermain peran) merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu masing-masing siswa
untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan
membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok. Role playing berfungsi untuk (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) menstransfer dan mewujudkan pandangan mengenai prilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3) mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku, dan (4) mengksplorasi materi pelajaraan dengan cara yang berbeda. Menurut Huda (2013:120) model bermain peran diatur secara khusus untuk mendidik siswa dalam : (1) Menganalisis nilai dan perilakunya masing-masing, (2) mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah
interpersonal atau
personal,dan (3) meningkatkan rasa empati terhadap orang lain. Sementara itu, pengaruh pengiringnya adalah untuk memperoleh informasi mengenai masalah dan norma sosial sekitar. Menurut Djamarah (2005:238) melalui bermain peran siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi
21
pemecahan masalah. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaraannya sebagai berikut: 1. Tahap Pemanasan Suasana Kelompok a. Guru mengindetinfikasi dan memaparkan masalah b. Guru menjelaskan masalah c. Guru menjelaskan Role Playing(bermain peran) 2. Tahap Seleksi Partisipan a. Guru menganalisis peran b. Guru memilih pemain yang akan melakukan peran 3. Pemeranan a. Guru dan siswa memulai Role playing b. Guru dan siswa mengukuhkan Role playing c. Guru dan siswa menyudahi Role Playing Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model bermain peran adalah media di mana seseorang masuk ke dalam suatu peran dan memberikan
kesempatan
untuk
berpartisipasi,
berinteraksi
dengancara
memperagakan, mendiskusikan, sehingga secara bersama-samasiswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. E. Kemampuan Berfikir Kreatif Menurut Bono (2007:24) berfikir sebagai ketrampilan mental yang memadukan kecerdasan dan pengalaman. Berfikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai tujuan, berfikir terjadi didalam otak, dan merupakan suatu proses yang disadari.Menurut Peter Reason(sanjaya, 2007:230) berpikir adalah proses mental seorang yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami. Mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpikir. Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha
22
penyimpanan sesuatu yang telah dikeluarkan yang pada suatu saat akan dikeluarkan kembali atas permintaan. Menurut Drever (Khotijah, 2014:103) bahwa thinking is any course or train of ideas, in the narrower and sticter sense, a course of ideas initiated by a problem(berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama, yang dimulai dengan adanya masalah). Sedangkan menurut Solso(Khotijah, 2014:103)thinking is a process by which a new mental representation is formed through the transformation of information by complex interaction of the mental attributes
of
judging,
abstracting,
reasoning,
imagining
and
problem
solving(berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang kompleks atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah) Menurut Susanto (2013:99) kreatifadalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Hal senada di ungkapkan Haris (Susanto, 2013: 100) berfikir kreatif dapat dipandang sebagai suatu kemampuan, sikap, dan proses. Berfikir kreatif sebagai suatu kemampuan untuk menghasilkan
ide-ide
baru
dengan
mengkombinasikan,
mengubah
atau
menerapkan kemabali ide-ide yang telah ada. Menurut Torrence(Susanto,2013:101) kreatif didefinisikan sebagai proses dalam memahami, mencari solusi yang mungkin, menarik hipotesis, menguji dan mengevaluasi, serta mengkombinasi hasilnya kepada orang lain.Sedangkan
23
menurut Munandar (1999: 47) pengertian kreatifyang merupakan kesimpulan dari para ahli mengenai kreatifyaitu: 1. Kreatif adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada”.Biasanya, orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari halhal yang sudah ada sebelumnya. Yang dimaksud dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah dikenal sebelumnya yang merupakan pengalaman yang diperoleh seseorang selama hidupnya. 2. Kreatif atau berpikir divergenadalah kemampuan(berdasarkan data atau informasi yang tersedia) menemukan banyakkemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya padakwantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. 3. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatumasalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harussesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata banyak jawaban yangdapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitasatau mutu dari jawabannya. 4. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yangmencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibelitas), orisinilitas dalamberpikir, serta kemampuan dalam mengelaborasi (mengembangkan,memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Membicarakan tentang berfikir kreatif, berarti menghubungkan dengan seseorang yang memiliki kreatifitas. Seringkali, individu yang dianggap kratif adalah pemikiran sintesis yang benar-benar baik yang membangun koneksi antar berbagai hal yang tidak disadari orang-orang lain secara spontan. Ciri-ciri kepribadian kreatif biasanya anak selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya. Menurut munandar (1999: 36) ciri-ciri pribadi yang kreatif adalah imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, senang berpetualang,
24
penuh energi, percaya diri, bersedia mengambil resiko. Munandar (1999:88) menyebutkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude) antara lain: 1.
2.
3.
4.
Ciri-ciri keterampilan kelancaran: a. Mencetuskan banyak gagasan dalam pemecahan masalah a. Memberikan banyak jawaban dalam menjawab suatu pertanyaan b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anakanak lain. Ciri-ciri keterampilan berpikir luwes (fleksibel): a. Menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan bervariasi. b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda. Ciri-ciri keterampilan orisinal (keaslian): a. Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah atau jawaban lain dari yang sudah biasa dalam menjawab suatu pertanyaan Ciri-ciri keterampilan Memperinci (elaborasi): a. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. b. Menambahkan atau memperici suatu gagasan sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berfikirkreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasangagasan atau ide-ide yang baru, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya, kemampuan berfikir kreatif memiliki ciri-ciri yaitu kelancaran, keluwesan (fleksibelitas), orisinilitas dalamberpikir, serta kemampuan dalam mengelaborasi(mengembangkan,memperkaya, memperinci). F. Kajian Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2014) yang berjudul “ Pengaruh Pendekatan
Open-Ended
Terhadap
Kemampuan
Berfikir
Kreatif
Matematis Siswa kelas VIII MTs Annajah jakarta”. Dimana kesimpulan
25
dari hasil penelitian tersebut adalah pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa kelas VIII MTS Annajah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2015) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Peserta Didik Berbantu video Intraktif. Berdasarka hasil dari penelitian tersebut adalah
pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII Mts N Mranggen. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Fitrianto(2013) yang berjudul“ Penerapan Model Bermain Peran Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Koperasi Dan Kesejahtraan Rakyat Di Kelas IV SD Negeri Karangbendo. Berdasarkan hasil penelitian tersebut adalah model bermain peran dapat meningkatkan aktivitas dah hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Karangbendo. G. Kerangka Berfikir Setiap kemajuan yang diraih manusia selalu melibatkan kreativitas. kreatif memang penting, namun bangsa indonesia ternyata masih menghadapi persoalan dalam masalah ini, khusunya dalam bidang pendidikan. Pakar-pakar bidang pendidikan melihat bahwa kreativitas bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Murid-murid jarang dirangsang untuk melihat suatu masalah dari berbagai macam sudut pandang atau untuk memberikan alternatif-alternatif penyelesaian suatu masalah. Salah satu tempat anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif yang terdapat dalam dirinya adalah di sekolah. Di sekolah anak belajar dan
26
memperoleh metode yang dapat digunakan untuk menghadapi masalah. Metode yang diperoleh merupakan konsep-konsep dasar yang dapat dikembangkan oleh anak dalam menghadapi masalah-masalah baru . Berdasarkan persoalan diatas, maka harus dicari sebuah pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaraan khusunya pembelajaran matematika, yang dapat membantu siswa untuk berfikir kreatif. Berfikir kreatif sangat perlu dikembangkan pembelajaraan
dalam
pembelajaraan
matematika
dimaknai
matematika, sebagai
karena
selama
pembelajaraan
ini yang
permasalahannya hanya dapat diselesaikan dengan satu cara dan hanya mendapat satu hasil atau dapat dikatakan seragam. Maka untuk menghindari keseragaman jawaban/hasil, kita dapat memunculkan sebuah masalah yang sifatnya terbuka dalam pembelajaraan, sehingga nantinya akan timbul banyaknya jawaban yang benar dari permasalahan. Pembelajaraan yang dimulai dengan memberikan soal yang memiliki banyak jawaban yang benar kepada siswa adalah pembelajaraan dengan menggunakan pendekatan Open Ended. Pembelajaran menggunakan pendekatan Open Endeddan model bermain peran merupakan salah satu pendekatan dan model untuk membantu siswa melakukan penyelesaian masalah secara kreatif dan menghargai keragaman berfikir yang mungkin timbul selama mengerjakan soal.
27
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Kelompok Eksperimen
Posttest
Prettest Kelompok Eksperimen Pembelajaran dengan Model Bermain Peran.
Perbandingan keterlaksanan pembelajaran an dan pengaruh terhadap kemampuan berfikir kreatif
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfiki
H. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh Pendekatan Open Ended terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seyegan. 2. Terdapat pengaruh Model Bermain Peran terhadap kemampuan Kemampuan Berfikir Kreatf siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seyegan. 3. Pendekatan Open-Endedlebih berpengaruh daripada Model Bermain Peran terhadap kemampuan berfikir kreatif.
28