UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
BAB II TINJAUAN UMUM PLTU SURALAYA 2.1. Sejarah Berdirinya PLTU Suralaya Pada waktu terjadinya krisis energi yang melanda dunia tahun 1973, terjadi embargo minyak oleh negara-negara arab terhadap Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya dan disusul keputusan OPEC (organisasi negara-negara pengeksor minyak) untuk menaikkan BBM lima kali lipat. Belajar dari pengalaman, maka pemerintah mencari sumber energi pengganti BBM. Sehingga salah satu jalan yang ditempuh adalah pengalihan ke bahan bakar batubara yang merupakan sumber daya alam Indonesia yang sangat melimpah. Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik khususnya di pulau jawa sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah serta untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi primer dan diversifikasi sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya dibangun dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama yang merupakan sumber energi primer kelima disamping energi air, minyak bumi dan panas bumi. Sejarah berdirinya PT Indonesia Power dimulai pada awal tahun 1990-an, pemerintah indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit – pembangkit listrik swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi (MPE) menerbitkan kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembangan Sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
6
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari perum menjadi persero. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 3 Oktober 1995, PLN (persero) membentuk 2 anak perusahaan dengan tujuan untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali yang berpusat di Surabaya atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. anak perusahaan ini ditujukan untuk mejalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha – usaha lain yang terkait. Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk
menyikapi
persaingan
yang
semakin
ketat
dalam
bisnis
ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. PT Indonesia Power memiliki sejumlah unit pembangkit dan fasilitasfasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam jenis enegi primer, air, minyak bumi, batubara, gas alam dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut adapula pembangkit yang termasuk paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Kapasitas daya yang dimiliki pembangkit-pembangkit PT Indonesia Power adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Kapasitas Terpasang per–Unit Bisnis Pembangkit Unit Bisnis Pembangkitan
Kapasitas (MW)
Suralaya
3.400,00
Priok
1.444,08
Saguling
797,36
Kamojang
360,00
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
7
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Mrica Semarang
306,44 1.414,16
Perak Grati
864,08
Bali
335,07
Total Indonesia Power
8.921,19
Sumber laporan kerja praktek Memi Taufik (UNTIRTA 2011)
Gambar 2.1. Lokasi Unit pembangkitan PT Indonesia Power Sumber: Presentasi PLTU-Suralaya Overview 2013
Dengan daya terpasang sebesar 8.921,19 MW, PT Indonesia Power menjadi pemasok listrik terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di Dunia. Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitan dan keadalan tenaga listrik di pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem interkoneksi se-Jawa dan Bali, dan juga untuk mensukseskan program pemerintah dalam rangka untuk penganekaragaman sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik sehingga lebih menghemat BBM, juga meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam menyerap teknologi maju, penyediaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat dan pengembangan wilayah sekitarnya sekaligus meningkatkan produksi dalam
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
8
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
negeri. Berdirinya PLTU Suralaya melalui tiga tahap, yaitu diantaranya adalah: Tahap I : Membangun dua unit PLTU yaitu Unit 1 dan Unit 2 yang masingmasing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan Mei 1980 sampai dengan Juni 1985 dan telah beroperasi sejak tahun 1984, tepatnya pada tanggal 4 April 1984 untuk Unit 1 dan 26 Maret 1985 untuk Unit 2. Tahap II : Membangun dua unit PLTU yaitu Unit 3 dan Unit 4 yang masingmasing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan Juni 1985 sampai dengan Desember 1986 dan telah beroperasi sejak 6 Februari 1989 untuk Unit 3 dan 6 November 1989 untuk Unit 4. Tahap III : Membangun tiga PLTU, yaitu Unit 5, 6 dan 7 yang masing-masing berkapasitas 600 MW. Pembangunannya dimulai sejak bulan januari 1993 dan telah beroperasi pada Oktober 1996 untuk Unit 5, untuk Unit 6 pada April 1997 dan Oktober 1997 untuk Unit 7.
Dengan kapasitas terpasang 3.400 MW sebagai berikut : 1. Unit 1-4 = 4 X 400 MW
= 1.600 MW
2. Unit 5-7 = 3 X 600 MW
= 1.800 MW
Total
= 3.400 MW
Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek Induk Pembangkit Termal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing dari Montreal Enginering Company (Monenco) Canada untuk Unit 1 sampai dengan 4sedangkan untuk Unit 5 sampai dengan Unit 7 dari Black & Veatch International (BVI) Amerika Serikat. Dengan melaksanakan pembangunan proyek PLTU Suralaya dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan kontraktor asing.
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
9
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
2.2. Lokasi dan Luas Wilayah PLTU Suralaya PLTU Suralaya terletak di Desa Suralaya, Kecamatan Pulau Merak, Banten, yaitu 20 km ke arah barat dari Jakarta menuju pelabuhan ferry Merak dan 7 km ke arah utara dari pelabuhan Merak. Luas area PLTU Suralaya adalah ± 254 ha, yang terdiri : Area
Tabel 2.2. Luas Area PLTU Suralaya Nama Lokasi
Luas ( Ha)
A
Gedung Sentral
30
B
Ash Valley
8
C
Komplek Perumahan
30
D
Coal Yard
20
E
Tempat Penyimpanan Alat – alat Berat
2
F
Switch Yard
6.3
G
Gedung Kantor
6.3
H
Sisanya berupa tanah dan Perbukikan
157.4
Jumlah
254
Sumber laporan kerja praktek Memi Taufik (UNTIRTA 2011)
Gambar 2.2. Layout PLTU Suralaya Sumber laporan kerja praktek Memi Taufik (UNTIRTA 2011)
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
10
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
2.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, semakin besar perusahaan tersebut maka semakin kompleks organisasinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa struktur organisasi merupakan suatu gambaran secara skematis yang menjelaskan hubungan kerja, pembagian kerja, serta tanggung jawab dan wewenang dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya secara structural pucuk pimpinannya dipegang oleh seorang General Manager yang dibantu oleh Deputi General Manager dan Manager Bidang
Gambar 2.3 Skema Struktur Organisasi PT. Indonesia Power Sumber arsip SDM dan Humas 2013
2.4. Aktivitas Perusahaan Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT. Indonesia Power menjalankan bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Pada tahun 2007, PT. Indonesia Power telah memasok sebesar 43.861 GWh dan penggunaan batubara yang dominan di pergunakan dan berikut adalah data yang telah di akumulasi sampai tahun 2007.
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
11
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Gambar 2.4. Energi dan Biaya per jenis Bahan Bakar Pembangkit Sumber: Presentasi PLTU-Suralaya Overview 2013
Dengan kontribusi energi dari bahan bakar batu bara yang dominan sehingga membuat PT. Indonesia Power UBP Suralaya sebagai kontribusi yang dominan dibandingkan dengan lainnya sampai tahun 2007 dengan presentase 38% sebagai pemasok tenaga listtik Jawa-Bali.
Gambar 2.5. Kontribusi Suralaya terhadap PT.Indonesia Power Sumber: Presentasi PLTU-Suralaya Overview 2013
Faktor yang mendukung penggunaan batu bara menjadi dominan sebagai bahan bakar pembangkit adalah karena cadangan yang masih cukup banyak dan peralatan yang cukup murah bila dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan faktor – faktor biaya proses serta bahan bakar yang digunakan dapat di data kan serta dibandingkan harga per KWh dari tiap – tiap pembangkit yang menggunakan berbagai jenis bahan bakar. Berikut adalah data yang telah di akumulasi dan ditabelkan sampai tahun 2007 Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
12
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Gambar 2.6. Perbandingan Biaya Bahan Bakar Pembangkit Sumber: Presentasi PLTU-Suralaya Overview 2013
2.4.1. Visi, Misi Dan Motto PT. Indonesia Power. Visi
: “ Menjadi Perusahaan public dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan “
Misi
: “ Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha lainnya yang berkaitan berdasarkan kaidah industry dan niaga yang sehat guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang ”
Motto : “ Bersama Kita Maju “
2.4.2. Tujuan dan Paradigma PT. Indonesia Power Tujuan a) Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan b) Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
13
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
c) Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber yang saling menguntungkan. d) Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal kemampuan, keandalan, efisiensi, mau pun kelestarian lingkungan. e) Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme. Paradigma : “ Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini” 2.4.3. Budaya Perusahaan Dan Lima Filosofi PT. Indonesia Power Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia perusahaan adalah pembentukan buadaya perusahaan. Unsur – unsur budaya perusahaan: a) Perilaku akan ditunjukkan seseorang akibat adanya suatu keyakinan akan nilai – nilai atau filosofi. b) Nilai adalah bagian dari pada budaya/culture perusahaan yang dirumuskan untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di PT Indonesia Power, nilai ini disebut dengan “Filosofi Perusahaan” c) Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang menilai sesuatu. Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini diwujudkan dalam tujuh nilai perusahaan PT. Indonesia Power (IP – HaPPPI) Lima filosofi perusahaan : a) Mengutamakan pasar dan pelanggan. Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik dan nilai tambah kepada pelanggan. b) Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan. Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi financial dan proses bisnis yang handal dengan semangat untuk memenangkan persaingan c) Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terdepan dalam memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
14
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
d) Menjunjung tinggi etika bisnis. Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasional. e) Memberi penghargaan atas prestasi. Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja perusahaan yang maksimal.
2.4.4. Tujuh Nilai Perusahaan PT. Indonesia Power ( IP – HaPPPI) a) Integritas. Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan. b) Professional Menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang. c) Harmoni Serasi, selaras, seimbang dalam : a. Pengembangan kualitas pribadi, b. Hubungan dengan stake holder ( Pihak Terkait) c. Hubungan dengan lingkungan hidup d) Pelayanan Prima Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan stake holder e) Peduli Peka – tanggap dan bertindak untuk melayani stake holder serta memelihara lingkungan sekitar. f) Pembelajar Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kualitas diri yang mencakup fisik, mental, social, agama, dan kemudian berbagi dengan orang lain. g) Inovatif Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
15
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
2.4.5. Sasaran Dan Program Kerja Bidang Produksi Sasaran dari bidang ini adalah mendukung pemenuhan rencana penjualan dengan biaya yang optimal dan kompetitif serta meningkatkan pelayanan pasokan. Untuk mencapai sasaran tersebut, strateginya adalah sebagai berikut: a) Melakukan optimalisasi kemampuan produksi terutama pembangkit beban dasar dengan biaya murah. b) Meningkatkan efisiensi operasi pembangkit baik biaya bahan maupun biaya pemeliharaan. c) Meningkatkan optimalisasi pola operasi pembangkit. d) Meningkatkan keandalan pola pembangkit. e) Meningkatkan keandalan dengan meningkatkan availability, menekan gangguan dan memperpendek waktu pemeliharaan. Adapun program kerja di bidang produksi : a) mengoptimalkan kemampuan produksi. b) Meningkatkan efisiensi operasi dan pemeliharaan pembangkit: 1. Efisiensi thermal. 2. Efisiensi pemeliharaan. 3. Pengawasan volume dan mutu bahan bakar. i. Melakukan optimasi biaya bahan bakar. ii. Meningkatkan keandalan pembangkit
2.4.6. Makna dan Warna Logo Logo mencerminkan identitas dari PT. Indonesia Power sebagai Power Utility Company terbesar di Indonesia
Gambar 2.7. Logo PT. INDONESIA POWER Sumber: Presentasi PLTU-Suralaya Overview 2013
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
16
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Keterangan Bentuk : a) INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis huruf FUTURA BOOK/REGULAR dan FUTURA BOLD menandakan font yang kuat dan tegas b) Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “TENAGA LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan. c) Titik / bulatan merah (red dot) di akhir kilatan petir merupakan simbol perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili Keterangan Warna a) Merah Merah, di aplikasikan pada kata INDONESIA yang mana menunjukan identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri. b) Biru Biru, diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata POWER, maka warna ini menunjukan produk tenaga listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri – ciri : 3.7 Berteknologi tinggi. 3.7 Efisien. 3.7 Aman. 3.7 Ramah lingkungan. 2.5. Proses Pembangkitan Listrik PLTU Suralaya Bahan bakar yang digunakan di PLTU Suralaya adalah batubara. Batubara dibawa menggunakan kapal kemudian dikeruk dengan menggunakan stacker reclaimer (1), dan selanjutnya diangkut dengan konveyor menuju penyimpan sementara (temporary stock) dengan melalui telescopic chute (2) untuk kemudian dikirim ke boiler. Selanjutnya batubara tersebut ditransfer melalui Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
17
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
junction house (3) ke scrapper conveyor (4) lalu ke coal bunker (5). Diteruskan ke coal feeder (6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran ke pulverizer (7) dimana batubara digiling sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang sangat halus seperti tepung. Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari primary air fan (8) dan dibawa ke coal burner (9) yang menghembuskan batubara tersebut kedalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk merubah air menjadi uap. Udara panas yang digunakan oleh P.A. Fan dipasok dari F.D. Fan (10) yang menekan udara panas setelah dilewatkan melalui air heater (11). F.D. Fan juga memasok udara ke Coal Burner untuk mendukung proses pembakaran. Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah berupa abu dalam perbandingan 14:1. Abu yang jatuh kebagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan disimpan. Gas hasil pembakaran dihsap keluar dari boiler oleh I.D. Fan (12) dan dilewatkan melalui electrostatic precipitator (13) yang menyerap 99,5% dari abu terbang dan debu dengan sistem electrode yang dihembuskan ke cerobong asap atau stack (14). Abu dan debu kemudian dikumpukan dan diambil dengan alat pneumatic gravity conveyor yang digunakan sebagai material bahan pembuatan jalan dan bahan bangunan (con block). Panas yang dihasilkan dar pembakaran bahan bakar diserap oleh pipa-pipa penguap atau water walls menjadi uap jenuh atau uap basah yang selanjutnya dipanaskan dengan superheater (15). Kemudian uap tersebut dialirkan ke turbin tekanan tinggi H.P. Turbine (16), dimana uap tersebut ditekan melalui nosel kesudu-sudu turbin. Tenaga dari uap menghantam sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar. Setelah melalui H.P. Turbine, uap dikembalikan ke Boiler untuk dipanaskan ulang di Reheater (17) sebelum uap tersebut digunakaan di I.P. Turbine (18) dan L.P. Turbine (19). Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air condensor (23) dengan sea water (26) yang dipasok oleh C.W. Pump (32). Air kondensasi akan digunakan kembali di Boiler. Air dipompakan dari kondensor dengan menggunkaan condensat extraction pump (24), dipanaskan lagi oleh L.P. Heater (25), dinaikkan ke Deaerator (27). Tangki pemanas kemudian Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
18
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
dipompa oleh boiler feed pump (28) melalui H.P. Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk ke Boiler pada economizer (30). Kemudian air masuk ke Steam Drum (31). Poros turbin tekanan rendah dikopel dengan rotor generator (20). Rotor elektromagnit berbentuk silinder ikut berputar apabila turbin berputar. Generator dibungkus dalam stator generator (21). Stator ini digulung dengan menggunakan batang tembaga. Listrik dihailkan dalam batangan tembaga pada stator oleh elektromagnet rotor melaliu perputaran dari medan magnet. Tegangan listrik 23kv kemudian dinaikkan menjadi 500.000 volt dengan generator transformer (22).
Gambar 2.8. Proses Pembangkitan Listrik Sumber: Presentasi Pengenalan PLTU
2.6. Dampak Lingkungan Untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, PLTU Suralaya dilengkapi dengan sarana pengendalian dan pemantauan secara terus menerus agar memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02/MENLH/1988 tanggal 19 Januari 1988 tentang nilai ambang batas dan No. 13/MENLH/1995 tanggal 7 Maret 1995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak. Oleh karena itu PLTU Suralaya dilengkapi dengan peralatan:
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
19
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
1. Electrostatic Precipitator, yaitu alat penangkap abu hasil sisa pembakaran dengan efisiensi 99,5% 2. Cerobong asap setinggi 200 meter dan 275 meter agar kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai ground level masih dibawah ambang batas. 3. Sewage treatment dan neutralizing basin atau pegolahan limbah cair agar tidak mencemari lingkungan. 4. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh suara mesin produksi. 5. Alat-alat pemantau lingkungan hidup 6. Condensate water discharge cannal sepanjang 1,8 km dengan volume aliran 1400 m3 per detik dan sistem saluran terbuka agar suhu air normal kembali 7. Pemasangan stack emission 8. Penggunaan low NOx burner
2.7. Komponen Utama dan Prinsip Kerja Komponen-komponen utama PLTU Suralaya adalah : 1. Boiler atau ketel uap 2. Turbin 3. Generator 4. Exciter 5. Condensor 6. Pemanas 7. Pompa air pengisi ketel (Boiler Feedwater Pump)
1. Prinsip Kerja Boiler Prinsip kerja boiler secara umum adalah sebagai berikut : Air dialirkan dari kondensor ke pemanas awal tekanan rendah ( L.P. heater), oleh Condensate Extraction Pump. Selanjutnya air dialirkan ke pemanas awal tekanan tinggi ( H.P. Heater ), oleh pompa air pengisi Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
20
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
(Boiler Fedwater Pump). Kemudian air masuk ke dalam ketel dan diubah menjadi uap kering di superheater. Uap kering inilah yang masuk dan memutar turbin tekanan tinggi ( H.P. Turbine ). Uap yang keluar H.P. Turbine akan masuk ke reheater, lalu masuk dan memutar turbine tekanan menengah ( I.P. Turbine ). Dari I.P. Turbine ini, uap akan langsung masuk dan memutar turbin tekanan rendah ( L.P. Turbine), tanpa mengalami pemanasan
lagi.
Selanjutnya
uap
masuk
ke
kondenser
dan
dikondensasikan dengan menggunakan pendingin air laut dan dipompakan kembali oleh pompa kondensat ke L.P. Heater.
2. Data Teknik Komponen Utama PLTU Suralaya a. Data teknik peralatan PLTU Suralaya Unit 1-4 1. Ketel (boiler) Pabrik Pembuat
: Babcock & Wilcox, Canada
Tipe
: Natural circulation single drum radiant wall out door
Kapasitas
: 1168 ton uap/jam
Tekanan uap keluar superheater: 174 kg/cm2 Suhu uap keluar superheater
: 540o C
Tekanan uap keluar reheater
: 39,9 kg/cm2
Bahan bakar utama
: batubara
Bahan bakar cadangan
: minyak residu
Bahan bakar penyalaan awal
: minyak solar
2. Turbin Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Tandem Compound Double Exhaust
Kapasitas
: 400 MW
Tekanan uap masuk
: 169 kg/cm2
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
21
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Temperatur uap masuk
: 538o C
Tekanan uap keluar
: 56 mmHg
Kecepatan putar
: 3000 rpm
Jumlah tingkat
: 3 tingkat
Turbin tekanan tinggi
: 12 sudu
Turbin tekanan menengah
: 10 sudu
Turbin tekanan rendah 1
: 2 * 8 sudu
Turbin tekanan rendah 2
: 2 * 8 sudu
3. Generator Listrik Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Kecepatan putaran
: 3000 rpm
Jumlah fasa
:3
Frekuensi
: 50 Hz
Tegangan
: 23 kV
KVA keluaran
: 741 MVA
KW
: 400.350 kW
Arus
: 11.823 A
Faktor daya
: 0,85
Hubungan singkat
: 0,5
Media pendingin
: Gas Hidrogen
Tekanan gas
: 4 kg/cm2
Volume gas
: 80 cm3
Tegangan penguat medan
: 500 V
Rasio
:Y
4. Sistem Eksitasi a. Penguat medan tanpa sikat (brushless exciter) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
22
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Tipe
: Total enclosed
Kecepatan putar
: 3000 rpm
Tegangan
: 500 V
Arus
: 4800 A
kW keluaran
: 2400 kW
b. Penyearah (rotating rectifier) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
:Penyearah Silikon (Silicon Rectifier)
KW keluaran
: 2400 kW
Arus
: 500 A
Tegangan
: 400 V
c. Penguat Medan AC (AC Exciter) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Rotating Armature
KVA keluaran
: 2700 kVA
Tegangan
: 410 V
Jumlah fasa
:3
Frekuensi
: 250 Hz
d. Penguat Medan bantu (Pilot Exciter) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Permanent magnetic field
KVA keluaran
: 30 kVA
Tegangan
: 170 V
Jumlah fasa
:3
Frekuensi
: 400 Hz
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
23
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Arus
: 102 A
Faktor daya
: 0,95
e. Lain-lain Dioda silikon
: SR 200 DM
Sekering
: 1200 A, 1 detik
Kondensor
: 0,6 μF
5. Pulverizer (Penggiling batubara) Pabrik pembuat
: Babcok & Wilcox, Canada
Tipe
: MPS –89N
Kapasitas
: 63.000 kg/jam
Kelembaban Batubara
: 23,6 %
Kelembutan hasil gilingan
: 200 Mesh
Kecepatan putar
: 23,5 rpm
Motor penggerak
: 522 kW/6 kV/706 A/50Hz
6. Pompa Pengisi Ketel (Boiler Feed Pump) Pabrik pembuat
: Ingersollrand, Canada
Tipe
: 65 CHTA –5 stage
Kapasitas
: 725 Ton/Jam
NPSH
: 22,2 m
Tekanan
: 216 kg/cm2
Motor penggerak
: 6338,5 kW/6 kV/50Hz/3 Fasa
7. Pompa Air Pendingin (Condensate Water pump) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Vertical mixed flow
Kapasitas
: 31.500 m3/jam
Discharge Head
: 12,5 m
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
24
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Tekanan
: 0,8 kg/cm2
Motor penggerak
: 1300 kW/6 kV/50Hz/3 Fasa
8. Transformator Generator Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Oil immersed two winding out door
Daya semu
: 282.000/376.0000/470.000 kVA
Tegangan Primer
: 23 kV
Arus Primer
: 7080/9440/11800 A
Tegangan sekunder
: 500 kV
Arus sekunder
: 326/434/543 A
Frekuensi
: 50 Hz
Jumlah fasa
:3
Uji tegangan tinggi
: 1550 kV
Uji tegangan rendah
: 125 kV
Uji tegangan netral
: 125 kV
Prosentase Impedansi
: 11,66 %-11,69%
9. Penangkap Abu (Electrostatic Precipitator) Pabrik pembuat
: Wheelaborator, Canada
Jumlah aliran gas
: 1.347.823 m3/jam
Temperatur gas
: 1950C
Kecepatan aliran gas
: 1,47 m/s
Tipe electroda
: isodyne & star type-unit 1&2, coil type- unit 3&4
Tegangan elektroda
: 55 kV DC
Efisiensi
: 99,5%
Jumlah abu tangkapan
: 11,2 ton/jam
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
25
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
10. Cerobong (Stack) Jumlah
: 2 buah (untuk 4 unit)
Tinggi
: 200 m
Diameter luar bagian bawah
: 22,3 m
Material Cerobong
: Beton dan dibagian dalamnya terdapat 2 aliran gas berdiameter 5,5 m
Suhu gas masuk cerobong
: ± 1400C
Kecepatan aliran gas
: ± 2 m/s
Diameter luar bagian atas
: 14 m
Diameter pipa gas buang
: 5,5 m
b. Data teknik peralatan PLTU Suralaya Unit 5-7 1. Ketel (boiler) Pabrik Pembuat
: Babcock & Wilcox, Canada
Tipe
: Natural circulation single drum radiant wall out door
Kapasitas
: 1.953.866 kg uap/jam
Tekanan uap keluar superheater: 174 kg/cm2 Suhu uap keluar superheater
: 540o C
Tekanan uap keluar reheater
: 59 kg/cm2 (desain)
Bahan bakar utama
: batubara
Bahan bakar penyalaan awal
: minyak solar
2. Turbin Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Tandem Compound quadruple exhaust condensing and reheat
Kapasitas
: 600 MW
Tekanan uap masuk
: 169 kg/cm2
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
26
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Temperatur uap masuk
: 538o C
Tekanan uap keluar
: 68 mmHg
Kecepatan putar
: 3000 rpm
Jumlah tingkat
: 3 tingkat
Turbin tekanan tinggi
: 10 sudu
Turbin tekanan menengah
: 7 sudu
Turbin tekanan rendah 1
: 2 * 7 sudu
Turbin tekanan rendah 2
: 2 * 7 sudu
3. Generator Listrik Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Kecepatan putaran
: 3000 rpm
Jumlah fasa
:3
Frekuensi
: 50 Hz
Tegangan
: 23 kV
KVA keluaran
: 767 MVA
KW
: 651.950 kW
Arus
: 19.253 A
Faktor daya
: 0,85
Hubungan singkat
: 0,58 pada 706 MVA
Media pendingin
: Gas Hidrogen
Tekanan gas
: 5 kg/cm2
Volume gas
: 125 cm3
Tegangan penguat medan
: 590 V
Rasio
:Y
4. Sistem Eksitasi a. Penguat medan tanpa sikat (brushless exciter) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
27
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Tipe
: Total enclosed
Kecepatan putar
: 3000 rpm
Tegangan
: 590 V
Arus
: 5593 A
kW keluaran
: 3300 kW
b. Penyearah (rotating rectifier) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Penyearah Silikon (Silicon Rectifier)
KW keluaran
: 3300 kW
Arus
: 550 A
Tegangan
: 590 V
c. Penguat Medan AC (AC Exciter) Pabrik pembuatq
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Rotating Armature
KVA keluaran
: 3680 kVA
Tegangan
: 480 V
Jumlah fasa
:3
Frekuensi
: 200 Hz
d. Penguat Medan bantu (Pilot Exciter) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Permanent magnetic field
KVA keluaran
: 20 kVA
Tegangan
: 125 V
Jumlah fasa
:3
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
28
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Frekuensi
: 400 Hz
Arus
: 160 A
Faktor daya
: 0,95
e. Lain-lain Dioda silikon
: FD 500 DH 60
Sekering
: 800 A, 1 detik
Kondensor
: 0,6 μF
5. Pulverizer (Penggiling batubara) Pabrik pembuat
: Babcok & Wilcox, Canada
Tipe
: MPS –89N
Kapasitas
: 67.495 kg/jam
Kelembaban Batubara
: 28,3 %
Kelembutan hasil gilingan
: 200 Mesh
Kecepatan putar
: 23,5 rpm
Motor penggerak
: 522 kW/3,3 kV/158 A/50Hz
6. Pompa Pengisi Ketel (Boiler Feed Pump) Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Horizontal, centrifugal double cage
Kapasitas
: 1410 Ton/Jam
Head total
: 2.670 m
Motor penggerak Turbin BFP : 5720 rpm Motor Listrik
: 5960 kW/10 kV/50 Hz/3 Fasa/1480 rpm
7. Pompa Air Pendingin (Condensate Water pump) Pabrik pembuat
: Babcock & Wilcox, Canada
Kapasitas
: 180 m3/jam
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
29
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
Discharge Head
: 45,2 m
Tekanan
: 2 kg/cm2
Motor penggerak
: 1300 kW/10,5 kV/50Hz/3 Fasa
8. Transformator Generator Pabrik pembuat
: Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe
: Oil immersed two winding out door
Daya semu
: 411.000/548.0000/685.000 kVA
Tegangan Primer
: 23 kV
Arus Primer
: 17.195 A
Tegangan sekunder
: 500 kV
Arus sekunder
: 791 A
Frekuensi
: 50 Hz
Jumlah fasa
:3
Uji tegangan tinggi
: 1550 kV
Uji tegangan rendah
: 125 kV
Uji tegangan netral
: 125 kV
Prosentase Impedansi
: 11,9 % pada 685 MVA
9. Penangkap Abu (Electrostatic Precipitator) Pabrik pembuat
: Lodge Cotrell, USA
Jumlah aliran gas
: 1.347.823 m3/jam
Temperatur gas
: 1950C
Kecepatan aliran gas
: 1,47 m/s
Tipe electroda
: Square twisted element
Tegangan elektroda
: 65 kV DC
Efisiensi
: 99,5%
Jumlah abu tangkapan
: 25 ton/jam
Arus elektroda
: 1400 mA
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
30
UBP Suralaya
Laporan Kerja Praktek
10. Cerobong (Stack) Jumlah
: 3 buah (untuk 3 unit)
Tinggi
: 275 m
Diameter luar bagian bawah
: 25 m
Material Cerobong
: Beton dan dibagian dalamnya terdapat 2 aliran gas berdiameter 6,5 m
Suhu gas masuk cerobong
: ± 1400C
Kecepatan aliran gas
: ± 2 m/s
Diameter luar bagian atas
: 14 m
Diameter pipa gas buang
: 6,5 m
Failure Analysis Pada Long Retractable Sootblower Unit 7
31