BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Sekolah 2.1.1
Pengertian Sekolah Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa mendapatkan kemajuan melalui serangkaian sekolah. Namanama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas. Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang
lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses pendidikan.
Salah satu instansi manusia terpenting, tempat proses belajarmengajar berlangsung. Sekolah menambah pengetahuan anak didik tentang dunia, melatih dia suatu pekerjaan atau karir, serta membantunya menyesuaikan diri dengan derap kemajuan dan perubahan-perubahancepta yang terjadi dalam kehidupan modern. Sekolah juga membantu manusia dalam menikmati seni dan mengembangkan minat serta bakat lain, yang membuta waktu senggang terasa lebih berharga. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 14. 1990:471)
2.1.2 Sarana dan Prasarana Sekolah Ukuran dan jenis sekolah bervariasi tergantung dari sumber daya dan tujuan penyelenggara pendidikan. Sebuah sekolah mungkin sangat sederhana di mana sebuah lokasi tempat bertemu seorang pengajar dan beberapa peserta didik, atau mungkin, sebuah kompleks bangunan besar dengan ratusan ruang dengan puluhan ribu tenaga kependidikan dan peserta didiknya. Berikut ini adalah sarana prasarana yang sering ditemui pada institusi yang ada di Indonesia, berdasarkan kegunaannya : a. Ruang Belajar Ruang belajar adalah suatu ruangan tempat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan. Ruang belajar terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsinya yaitu: -
Ruang kelas atau ruang Tatap Muka, ruang ini berfungsi sebagai ruangan tempat siswa menerima pelajaran melalui proses interaktif antara peserta didik dengan pendidik, ruang belajar terdiri dari berbagai ukuran, dan fungsi.
-
Ruang Praktik/Laboratorium ruang yang berfungsi sebagai ruang tempat peserta didik menggali ilmu pengetahuan dan
meningkatkan keahlian melalui praktik, latihan, penelitian, percobaan. b. Ruang Kantor Ruang kantor adalah suatu tempat dimana tenaga kependidikan melakukan proses administrasi sekolah tersebut. c. Perpustakaan Sebagai sarana penyedia berbagai jenis buku yang dapat menunjang proses pembagian ilmu. Untuk meminjam buku, murid terlebih dahulu harus mempunyai kartu peminjaman agar dapat meminjam sebuah buku. d. Halaman/Lapangan Merupakan area umum yang mempunyai berbagai fungsi diantaranya: - Tempat upacara - Tempat olahraga - Tempat kegiatan luar ruangan - Tempat latihan - Tempat bermain/beristirahat e. Ruang lain : - Kantin/cafeteria - Ruang
organisasi
peserta
didik
(OSIS,
Pramuka,
Senat
Mahasiswa, dll) - Ruang Komite - Ruang keamanan - Ruang produksi, penyiaran dll. - Ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) 2.1.3 Status Sekolah: Sekolah terbagi atas statusnya, yaitu : a. Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi.
b. Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh nonpemerintah/swasta, penyelenggara berupa badan berupa yayasan pendidikan yang sampai saat ini badan hukum penyelenggara pendidikan masih berupa rancangan peraturan pemerintah.
2.1.4
Sekolah Nonformal Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 13 dengan tegas menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Di bawah ini akan disebutkan beberapa persamaan dan perbedaan antara pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Persamaan Pendidikan Formal dan Nonformal : 1. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut LPMP adalah
unit pelaksana
teknis
Departemen
yang
berkedudukan di provinsi dan bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervise, bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. 2. Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi 3. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB./Paket
A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket
B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.
4. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB./Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya dan pendidikan jasmani. 5. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB./Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui
muatan
dan/atau
kegiatan
bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal yang relevan. 6. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui
muatan
dan/atau
kegiatan
bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan
dan/atau
teknologi
informasi
dan
komunikasi serta muatan lokal yang relevan. 7. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada, SMA/MA/SMALB/Paket C, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui
muatan
dan/atau
kegiatan
bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan
dan/atau
teknologi
informasi
dan
komunikasi serta muatan lokal yang relevan. 8. Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket
B,
SMA/MA/SMALB/Paket
C,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan. 9. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB/Paket
A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket
B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani , olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan muatan lokal yang relevan. 10. Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan nonformal dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. 11. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. 12. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. 13. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. 14. Jalur, jenjang dan jenis pendidikan dapat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. 15. Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara. 16. Standar Kompetensi Lulusan mengacu pada Permendikans No. 23 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006. 17. Rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan oleh peraturan menteri berdasarkan usulan BNSP. 18. Setiap satuan pendidikan formal, nonformal dan informal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. 19. Khusus di Provinsi DKI Jakarta, di tingkat Kota Adminstrasi terdapat 2 (dua) Suku Dinas Pendidikan yaitu Suku Dinas Pendidikan Dasar yang membidangi TK, SD dan SMP . Sedang Suku Dinas Pendidikan Menengah membidangi SMA, SMK dan
Pendidikan
Nonformal
dan
Infomal
(termasuk
PAUD
nonformal).
Perbedaan Pendidikan Formal dengan Nonformal : 1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi . Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. 2. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.
Pendidikan
Nonformal
berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta mengembangkan
sikap
dan
kepribadian
professional.
Pendidikan Nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. 3. Hasil pendidikan formal tidak perlu melalui proses penilaian penyetaraan dari lembaga manapun karena telah mengacu kepada
standar
nasional
pendidikan.
Hasil
pendidikan
nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu kepada standar nasional pendidikan. 4. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan NonFormal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri yang
menetapkan
kelayakan
program
dan/atau
satuan
pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 5. Satuan pendidikan formal menggunakan kurikulum ditetapkan oleh pemerintah Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan. 6. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan teknologi informasi dan komunikasi serta muatan lokal
yang
relevan.
Tahun 2010 baru dicanangkan Program Paket C Kejuruan. 7. Beban
belajar
untuk
SMA/MA/SMALB,
SD/MI/SDLB,
SMK/MAK atau
SMP/MTs/SMPLB, bentuk
lain yang
sederajat menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan system tatap muka, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur sesuai kebutuhan dan ciri khas
masing-masing.
Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan dalam bentuk tatap muka, praktek keterampilan, dan kegiatan mandiri yang terstruktur sesuai kebutuhan. 8. Kurikulum
tingkat
SMP/MTs/SMPLB,
satuan
pendidikan
SMA/MA/SMALB,
SD/MI/SDLB,
SMK/MAK
atau
bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karekteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat
dan
peserta
didik.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A, B dan C ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai dengan peraturan pemerintah ini dan standar kompetensi kelulusan. 9. Kegiatan pendidikan formal berbentuk kegiatan belajar mengajar yang terstruktur dan berjenjang. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. 10. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. 11. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi
dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. 12. Ujian Nasional diadakan sekali dalam satu tahun pelajaran. Bila peserta
gagal
UN
dapat
mengikuti
UN
susulan.
Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan di adakan dua kali dalam satu tahun pelajaran 13. Memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional dan Nomor Induk Siswa Nasional Tidak ada Nomor Pokok Sekolah dan Nomor Induk Siswa Nasional, hingga saat ini hanya terdapat Nomor Induk siswa saja. Bagi lembaga kursus baru tahun 2009 diadakan Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK). 14. Dalam satuan pendidikan formal dikenal Sekolah Standar Nasional dan Internasional Pendidikan Kesetaraan terbagi atas tiga pola yakni, Pendidikan Kesetaraan Murni Akademik, Kesetaraan Integrasi Keterampilan dan Kesetaraan Murni Keterampilan. 15. Memiliki Kalender Akademik yang jelas Kalender akademik disesuaikan dengan masing-masing satuan pendidikan 16. Pendidik pada SD/MI terdiri atas guru mata pelajaran dan guru kelas : - Pendidik pada SMP/MTs dan SMA/MA terdiri atas guru mata pelajaran - Pendidik pada SMK/MAK terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan - Pendidik pada SDLB, SMPLB dan SMALB terdiri atas guru mata pelajaran dan guru pembimbing - Pendidik pada satuan pendidikan Paket A, B dan C terdiri atas tutor penangung jawab kelas, tutor penanggung jawab mata pelajaran dan nara sumber teknis. - Pendidikan pada satuan lembaga kursus dan pelatihan
keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur dan penguji. 17. Tenaga Kependidikan pada : - TK/RA sekurang-kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan tenaga kebersihan TK/RA - SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah - SMP/MTs dan SMA/MA sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratoriium dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah - SMK/MAK sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah - SDLB, SMPLB dan SMALB sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial dan terapis Tenaga kependidikan pada : - Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga adminsitrasi dan tenaga perpustakaan - Lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan dan laboran. 18. Kriteria untuk menjadi Kepala TK/RA, SD/MI, SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK meliputi : a. berstatus sebagai guru TK/RA, SD/MI, SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK b. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku c. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun (TK/RA), 5 tahun (SD/MI, SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK) d. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan
Untuk Kepala SDLB/SMPLB/SMALB meliputi : a. berstatus guru pada satuan pendidikan khusus b. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku c. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun d. memiliki kemampuan kepemimpinan, pengelolaan dan kewirausahaan di bidang pendidikan khusus 19. Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan Pengawasan pada pendidikan nonformal dilakukan oleh penilik satuan pendidikan. 20. Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi : a. berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi. b. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan c. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan Kriteria minimal untuk menjadi penilik adalah : a. berstatus sebagai pamong belajar/pamong atau jabatan sejenis di lingkungan pendidikan luar sekolah dan pemuda sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun atau pernah menjadi pengawas satuan pendidikan formal b. memiliki kualifikasi akadmeik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku c. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai penilik d. lulus seleksi sebagai penilik. 21. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditujukan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi untuk mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik, operasional, personalia, keuangan dan area fungsional kepengelolaan lainnya yang diatur oleh masing-masing perguruan tinggi Pengelolaan satuan pendidikan pada satuan pendidikan nonformal dan informal menerapkan manajemen berbasis masyarakat dan kondisional lembaga. 22. Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan. Kepala satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala satuan kependidikan. Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK kepala satuan pendidikan dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing secara berturut –turut membidangi akademik, sarana dan prasarana dan kesiswaan. Satuan pendidikan Nonformal dan Informal minimal dikelola oleh pengelola satuan pendidikan yang terdiri atas ketua, sekretais dan bendahara 23. Memiliki Komite Sekolah Tidak ada Komite sekolah tetapi menyertakan partisipasi masyarakat sebagai nara sumber teknis.
24. Memiliki Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan Musyawarah Kepala Sekolah memiliki Forum Tutor dan Forum Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat 25. Peserta didik pada satuan pendidikan formal berusia pada usia sekolah. Peserta didik pada satuan pendidikan nonformal dan informal berusia minimal 3 tahun di atas usia sekolah, khusus untuk peserta didik PAUD berusia 0 – 6 tahun.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekolah nonformal memiliki ciri sebagain berikut : a. Sekolah nonfromal merupakan salah satu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. b. Sekolah nonformal memiliki fungsi pendidikan sebagai pengembang potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap dan kepribadian professional. c. Sekolah nonformal yang berbentuk lembaga kursus dan lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan. d. Sekolah nonformal memiliki beban belajar yang disampaikan dalam bentuk tatap muka, praktek keterampilan, dan kegiatan mandiri yang terstruktur sesuai kebutuhan. e. Sekolah nonformal yang berbentuk lembaga kursus memiliki Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK) sejak tahun 2009. f. Sekolah nonformal yang berbentuk lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan dan laboran. g. Peserta didik pada sekolah nonformal berusia minimal 3 tahun di atas usia sekolah, khusus untuk peserta didik PAUD berusia 0 – 6 tahun.
2.2 Fotografi 2.2.1
Pengertian Fotografi Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" yang berarti cahaya, dan "Grafo" yang berarti melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi adalah seni menghasilkan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yg dipekakan. Fotografi juga diartikan sebagai proses pembuatan gambar dengan lensa atau film, atau alat peka cahaya. (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 5. 1989:371) Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
2.2.2 Prinsip Fotografi Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya
tersebut
dengan
mengubah
kombinasi
ISO/ASA
(ISO
Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
2.2.3 Sejarah Fotografi Sejarah Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 14. 1990:471) Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura. (The History of Photography, Alma Davenport. 1991) Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10
SM,
dan
kemudian
berusaha
untuk
menciptakan
serta
mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar. Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan
berubah
menjadi
hitam.
Demikian
pula
professor
anatomi
berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal
lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; sayang ia gagal mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada kamera obscura berlensa (pada masa itu kamera obscura lazimnya hanya menggunakan lubang kecil sebagai sumber masuknya cahaya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak. Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui kamera obscura tanpa lensa. Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS. Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan air sulingan. Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen. Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan. Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto. Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun
1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film. Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital dengan bentuk dan ukuran yang lebih praktis mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran yang lebih kecil. 2.2.4 Masuknya Fotografi ke Indonesia Pada tahun 1841, Pemerintahan Kolonial Belanda mendatangkan Dr. Juriaan Munich untuk membuat macam-macam dokumentasi tentang Hindia-Belanda. Sayangnya gambar dokumentasi tersebut tidak tersimpan dengan baik, sehingga sulit untuk mengamati foto-foto pertama tentang Indonesia. Baru pada 1857, datanglah dua orang tukang potret (sebutan yang diberikan oleh penduduk Indonesia masa itu untuk juru foto) berkebangsaan Inggris. Dengan tujuan komersial, Walter Woodbury dan James Page hadir. Artinya, kedua orang ini melayani jasa pembuatan foto pesanan dari kalangan tertentu. Saat itu, memang gambar-gambar foto merupakan barang yang mewah. Sekali pengambilan gambar akan dikenai biaya 20 gulden atau kira-kira Rp 500.000 jika dihitung dengan rupiah sekarang. Meskipun demikian, bukan berarti mereka hanya membuat foto pesanan belaka. Banyak dokumentasi tentang kehidupan masyarakat pribumi maupun asing karya mereka yang masih tersimpan rapi. Dokumentasinya pun cukup lengkap, bukan berasal dari Pulau Jawa saja, rumah tradisional di Pulau Timor pun terekam dengan baik. Ini merupakan harta yang tidak ternilai, sebab dokumentasi ini cukup banyak memberikan informasi tentang kehidupan leluhur bangsa ini.
Sebagai ”tukang potret pribumi pertama”, tercatat nama Kassian Cephas. Namanya memang agak asing bagi telinga kita karena Cephas adalah seorang Jawa tulen yang diangkat anak oleh keluarga asing yang tinggal di Yogyakarta. Fotonya yang tertua dibuat 1875, ketika dia bekerja sebagai juru foto Karaton dan Kasultanan. Bakatnya di bidang fotografi menjadikannya cukup terkenal, bahkan pemerintah Hindia-Belanda sering menggunakan jasanya. Selain sebagai juru foto pribumi yang pertama, Kassian Cephas juga berjasa dalam bidang arkeologi. Beliau yang membuat dokumentasi 467 relief Karmawibhangga (relief pada dasar Candi Borobudur yang sekarang tertutup tanah). Sampai sekarang, karya besarya ini masih digunakan sebagai bahan penelitian tentang Candi Borobudur. Beliau meninggal pada tahun 1912, tetapi sayangnya tidak ada yang mengetahui letak makam pahlawan arkeologi Indonesia ini. Hingga sekarang, fotografi sering disebut-sebut sebagai salah satu hobi berbiaya tinggi. Apalagi dahulu, dasar dari fotografi merupakan bidang yang sangat langka di kalangan penduduk negeri ini. Baru pada 1960-an, seiring dengan dengan peningkatan kemampuan ekonomi penduduk dan juga semakin terjangkaunya harga perlengkapan dasar fotografi, sehingga perkembangan fotografi Indonesia mulai merangkak lebih cepat.
2.2.5 Cabang Fotografi a. Fotografi bentang alam ( Nature / Landscape) Dalam fotografi bentang alam obyek yang di foto adalah biasanya merupakan bentang alam, yang memiliki keindahan tersendiri atau digunakan untuk menjelaskan keadaan profil alam pada suatu daerah, dalam dunia industri foto landscape juga digunakan untuk dokumentasi pembangunan profil area ( lansekap ) dan laporan penelitian, biasanya fotografer bentang alam memiliki kemampuan dan hobi traveling dan menjelajah alam. b. Fotografi Satwa dan flora
Fotografi ini memiliki obyek khusus satwa dan flora, dan menurut saya merupakan object yang sulit dan terkadang menantang bahaya anda bisa bayangkan anda me motret komodo atau buaya dalam komunitasnya, fotografi satwa biasanya digunakan untuk menggali keindahan satwa dan flora dan juga mengklasifikasi satwa dan flora. c. Fotografi Dokumentasi Fotografi ini untuk mendokumentasikan suatau event atau peristiwa, biasanya setidaknya pada jaman dahulu fotografi ini tidak di tuntut dalam keindahan foto komposisi warna ataupun seni, tapi hanaya untuk melengkapi dan lebih menjelaskan suatu berita acara, akan tetapi dalam perkembangan fotografi modern, fotografi dokumentasi, komposisi gambar dan sentuhan seni sudah menjadi tuntutan, dan dikarenakan pada event modern time linenya pendek maka fotografer dituntut untuk tidak ketinggalan moment moment penting dalam acara tersebut d. Fotografi Jurnalistik Foto jurnalistik adalah foto yang merekam suatu berita, dan menjelaskan suatu keadaan dan peristiwa yang biasanya besar, kekuatan foto berasal dari kemapuan foto dalam menjelaskan suatu peristiwa biasanya foto jenis ini digunakan sebagai penunjang berita teks di mediai koran atau majalah. e. Fotografi Seni (Fine Art) Sebuah karya foto yang mampu mendapatkan perhatian orang untuk melihatnya. Tanpa proses ini, sebuah pesan dari karya foto juga karya seni lainnya akan berhenti disitu saja. Kemudian setelah mampu mendapat perhatian orang maka karya foto harus mampu menimbulkan ketertarikan terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah tertarik pada karya foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung dengan timbulnya keinginan untuk mengetahui lebih jauh dari pesan yang disampaikan. Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan seperti yang diharapkan oleh seniman/fotografer sesuai pesan yang disampaikan. Jika proses terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian pesan mengenai pengalaman yang dimiliki seniman/fotografer pada
orang lain dengan adanya tindakan nyata yang dilakukan. Tindakantindakan itu bias beraneka macam tergantung pesan apa yang disampaikan. Bias menimbulkan perasaan tertentu ( sedih, gembira marah, takut, terharu dan lain lain ). f. Fotografi Studio Fotografi studio adalah jenis fotografi yang pada awalnya banyak dilakukan di dalam ruangan untuk menciptakan gambar sesuai keinginan fotografer. Fotografi jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis agar gambar yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang direncanakan. g. Fotografi Udara (Aerial) Foto udara adalah salah satu produk dari bidang ilmu geografi dalam mengambil obyek, daerah atau fenomena yang ada di permukaan bumi ini menggunakan alat berupa kamera dengan proses perekaman secara fotografik dengan bantuan detector atau alat pendeteksi berupa film. Film hasil perekaman ini kemudian dicetak secara kimiawi dalam ruang gelap agar mendapatkan hasil gambar yang sempurna. h. Fotografi Komersial Kategori fotografi dimana foto dihasilkan bertujuan untuk menjual suatu produk secara komersil.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah
fotografi beauty shot, fotografi still life, fotografi wedding, fotografi food and beverages, fotografi architechtural, dan advertisement. i. Fotografi Interior Kategori fotografi dimana foto dihasilkan bertujuan untuk memberikan informasi jelas tentang interior sebuah bangunan. j. Fotografi Fashion Fotografi fashion adalah salah satu kategori dalam dunia fotografi yang lebih diarahkan pada benda-benda fashion dan pakaian. Dalam perkembangannya, fotografi fashion tidak lagi hanya sebagai media dokumentasi benda-benda fashion yang bersifat statis melainkan telah berkembang secara modern dan dinamis sebagai media komunikasi yang
lebih estetis dan sebagai karya seni dengan berbagai konsep-konsep yang digunakan.