BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Harga Saham Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan speculator. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain. Ada berbagai definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli maupun berbagai buku-buku teks, antara lain: Harga saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga.
Universitas Sumatera Utara
8
Menurut Sawidji (1996;46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): 1. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3.
Harga pasar Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
Universitas Sumatera Utara
Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan: (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham 5 (lima) hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang digunakan oleh investor dalam membuat keputusan buy, hold, atau sell saham. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek, maka harga saham cenderung akan naik. Menurut Nainggolan (2008), hal-hal
Universitas Sumatera Utara
penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi bisnis internasional. Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah pendapatan perusahaan, dividen yang dibagikan, arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan dan perubahan dalam perilaku investasi misalnya merubah investasinya dari saham menjadi obligasi. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dividen, laba perusahaan dan penjulan, sedangkan faktor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian. Menurut Halim (2005) analisis teknikal terdiri dari beberapa pendekatan diantaranya adalah: a. Dow Theory Teori Dow berupaya untuk menyelidiki bagaimana tren yang sedang terjadi di pasar saham, baik saham individual maupun keseluruhan. Pergeseran tersebut meliputi gerakan utama (primary movement) yaitu trend jangka panjang atas pasar modal, Pergerakan kedua (secondary movement) yaitu trend yang hanya terjadi beberapa bulan dan pergerakan ini tidak mengubah arah pergerakan pertama
Universitas Sumatera Utara
tetapi hanya mengoreksi harga-harga saham, Pergerakan ketiga (tertiary movement) yaitu tren yang menunjukkan fluktuasi harian dari harga-harga saham. b. Grafik Batang Dalam pendekatan ini digunakan 3 (tiga) tipe dasar diagram, yaitu diagram baris, diagram batang dan diagram gambar titik. Ketiganya menggunakan grafik batang (bar chart) yang menunjukkan volume saham yang diperdagangkan pada masingmasing perubahan harga. c. Analisis Kekuatan Pasar Analisis kekuatan pasar dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan. d. Analisis Kekuatan Relatif Analisis ini berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lainnya. e. Analisis Rata-rata Bergerak Analisis ini memfokuskan pada harga rata-rata bergerak dengan cara mengamati perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terakhir pada saat penutupan harga. 2.1.1.1. Signalling theory Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk
Universitas Sumatera Utara
keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. 2.1.1.2. Agency theory Dalam agency theory munculnya masalah-masalah informasi yang asimetri, sering dapat menimbulkan konflik kepentingan dalam hubungan antara manajemen dan pemilik perusahaan. Agency theory merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini, teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Tujuan utama dari agency theory adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak
Universitas Sumatera Utara
adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian, teori ini mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Agency theory dilandasi oleh beberapa asumsi, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Dalam agency theory munculnya masalah-masalah informasi yang asymetri (kesenjangan informasi), sering dapat menimbulkan konflik kepentingan dalam hubungan antara manajemen dan pemilik perusahaan. 2.1.2. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Total hutang disini merupakan total hutang jangka pendek dan total hutang jangka panjang. Sedangkan Shareholders Equity adalah total modal sendiri (total modal saham disetor dan laba ditahan) yang dimiliki oleh perusahaan. Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997): Total Hutang DER =
x 100 % Total Modal Sendiri
Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi perusahaan yang satu
Universitas Sumatera Utara
menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan. Oleh karena itu nilai perusahaan yang membayar pajak lebih besar dari perusahaan yang tidak (Wahyudi, 2003). Akan tetapi hal ini bukan berarti perusahaan dapat menentukan batas hutang dengan seenaknya, berusaha untuk tetap menyeimbangkan antara cost dan benefit harus tetap dilakukan. Dengan pengelolaan perusahaan yang baik, maka DER yang tinggi akan dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. 2.1.3.
Return on Assets (ROA) Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Menurut Riyanto (2000) ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih bagi semua investor dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva. Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Analisa Return On Assets (ROA) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Assets (ROA) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Assets (ROA) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return On Assets (ROA) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk ROA adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2001: 89). Formulasi dari return on investment atau ROA adalah sebagai berikut: Laba Bersih ROA =
X 100% Total Aktiva (Munawir,2001: 89)
2.1.4. Return on Equity (ROE) Return on equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Formulasi dari return on equity atau ROE adalah sebagai berikut: Laba Setelah Pajak ROE =
x 100%
Universitas Sumatera Utara
Modal sendiri 2.1.5. Book Value Per Share (BVS)
(Sawir,2001: 20)
Book Value Per Share (BVS) merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Ang, 1997). Book Value Per Share (BVS) ditunjukkan dengan perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relative terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio Book Value Per Share (BVS) yang menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Ang, 1997). Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Semakin kecil nilai Book Value Per Share (BVS) maka harga dari suatu saham dianggap semakin murah (Budileksmana dan Gunawan, 2003). Rasio Book Value Per Share (BVS) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ang, 1997): Total Shareholders Equity BVS =
x 100 % Total Shares Outstanding
2.1.6.
Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan
oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas
Universitas Sumatera Utara
ratio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Nany (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Sartono (1996) menyatakan bahwa PER dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan Jones (1998) dikutip dari Nany (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan optimisme dan pesimisme para investor terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap Earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, analisis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap sahamsaham lainnya, apakah saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan. Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan. Rasio Price Earning Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ang, 1997) : Harga Saham PER =
x 100 % EPS
2.1.7. Earning Per Share (EPS) Menurut Eljelly dan Alghurair (2001), manajer dan investor memiliki kecenderungan untuk menemukan indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja perusahaannya. Banyak negara di dunia, badan akuntan profesional dan pihak bursa saham meminta perusahaan untuk menyertakan ringkasan ukuran kinerja perusahaannya, seperti Return on Equity (ROE), Cash Flow (CF) dan Earning per Share (EPS). Earning per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang telah lama digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Hubungan laba yang diperoleh dengan investasi yang ditetapkan pemegang saham diamati secara cermat oleh komunitas keuangan. Analis menelusuri beberapa ukuran pokok yang menggambarkan kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan kepentingan investor. Rasio yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan kepentingan investor adalah Earning per
Universitas Sumatera Utara
Share (EPS). Secara matematis Earning per Share (EPS) dapat diformulasikan sebagai berikut (Ang, 1997): Laba bersih setelah pajak EPS =
x 100 % Jumlah saham beredar
2.2.
Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : Setyawan (2006) meneliti mengenai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus pada saham LQ 45) dengan menggunakan variabel DER, ROI, EPS, ROE, NPM dan harga saham. Dari kelima variabel yang digunakan dalam penelitiannya ternyata hanya DER, ROI dan EPS yang berpengaruh terhadap harga saham sedangkan variabel lainnya ROE dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ratnasari (2003) meneliti mengenai Analisis Pengaruh Faktor Fundamental, Volume Perdagangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar terhadap Harga Saham di BEJ (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur dan Perbankan) dengan menggunakan metode multiple regression dimana variabel independennya adalah ROA, NPM, DER, PBV, volume perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar, sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA, NPM, DER, dan PBV berpengaruh signifikan terhadap harga saham dimana NPM berpengaruh signifikan pada perusahaan perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Sulimin (2004) menliti Pengaruh Debt to Equity Ratio, Price to Earning Ratio, Net Profit Margin, and Devidend Payot Ratio terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada Saham-Saham Perusahaan Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Variabel independen yang digunakan adalah DER, PER, NPM, dan DPR, sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasilnya DER, PER, NPM, dan DPR berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hendarsanto (2005) meneliti Analisis Pengaruh MVA, Debt to Equity, Trading Volume, dan ROA terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Jakarta (periode 1999-2003). Variabel independen yang digunakan adalah MVA, DER, trading day, trading volume, ROA, sedangkan variabel dependenya adalah harga saham. Metode yang digunakan adalah metode regresi linier berganda dengan obyek penelitiannya pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1999-2003. Sampel perusahaan yang masuk dalam Kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian yaitu sebanyak 33 perusahaan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa MVA, trading day, dan ROA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel harga saham, sedangkan DER dan trading volume berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan real estate dan property.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) No 1
Nama Peneliti dan Tahun Setyawan (2006)
2
Ratnasari (2003)
3
Sulimin (2004)
4
Hendarsanto (2005)
Topik Faktor-faktor Fundamental yang Mempengaruhi harga saham di Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus pada Saham LQ 45)
Analisis Pengaruh Faktor Fundamental, Volume Perdagangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar terhadap Harga Saham di BEJ (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur dan Perbankan) Pengaruh Debt to Equity Ratio, Price to Earning Ratio, Net Profit Margin, and Devidend Payot Ratio terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada SahamSaham Perusahaan Sektor Industri Manufaktur di BEJ) Analisis Pengaruh MVA, Debt to Equity, Trading Volume, dan ROA terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property di BEJ ( periode 1999-2003)
Variabel yang Digunakan DER, ROI, EPS, ROE, NPM dan harga saham
Hasil Penelitian Dari kelima variabel yang digunakan dalam penelitiannya ternyata hanya DER, ROI dan EPS yang berpengaruh terhadap harga saham sedangkan variabel lainnya ROE dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.
ROA, NPM, DER, volume PBV, perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar, dan harga saham
ROA, NPM, DER, dan PBV berpengaruh signifikan terhadap harga saham dimana NPM berpengaruh signifikan pada perusahaan perbankan
DER, PER, NPM, DPR, dan harga saham
DER, PER, NPM, DPR berpengaruh signifikan terhadap harga saham
MVA, DER, trading day, trading volume, ROA dan harga saham
MVA, trading day, dan ROA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel harga saham, sedangkan DER dan trading volume berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan real estate dan property.
Universitas Sumatera Utara