BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan limbah atau bahan buangan. Walaupun sudah disediakan tempat pembuangan akhir untuk menimbun limbah yang dihasilkan oleh warga/manusia, namun karena limbah yang dihasilkan terus bertambah maka tempat pembuangan akhir (TPA) makin meluas. Mengingat akan hal ini, maka perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana mengurangi jumlah limbah padat dengan memanfaatkan kembali limbah padat tersebut unntuk kepentingan manusia melalui proses daur ulang, sekaligus sebagai usaha untuk mengurangi pencemaran (Wardhana, 2000).
2.1.
Sampah dan TPA Secara terbatas yang disebut sampah hanya merupakan tumpukan bekas dan
sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) ataupun sisa dan kotoran hewan, serta benda-benda lain yang setiap saat dibuang. Tetapi secara luas, segala benda yang akhirnya dibuang disebut sampah dan dikumpulkan pada suatu tempat penampungan yang sering disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau Dump Station (Suriawiria, 2003). 2.1.1. Pengertian Sampah dan TPA Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat karena air bekas tidak termasuk di dalamnya (Azwar, 1990). Menurut Kusnoputranto, (2000), sampah adalah sesuatu bahan/benda padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. Sampah bisa didefinisikan sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan dan tidak terjadi dengan sendirinya Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat b. Adanya hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmodjo, 2000). Menurut Maramis, (2008), sampah didefinisikan sebagai segala macam buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Untuk pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan, maka sampah harus dikelola oleh suatu likaso/badan yang disebut TPA.
Universitas Sumatera Utara
Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989), mengemukakan pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu. A. Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut: 1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km. 2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum (mata air, sumur, danau dan lain-lain) minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sunber air tersebut. 3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan. 4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam waktu yang lama. 5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter, hal ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek estetika. 7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km. B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak menimbulkan bau. 2. Memiliki drainase yang baik dan lancar. 3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran. 4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda. 5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gris atau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah. C. TPA yang sudah tidak digunakan : 1. Tidak boleh untuk pemukiman 2. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan seharí-hari Untuk mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah :
Universitas Sumatera Utara
- Jarak dari perumahan terdekat 500 m - Jarak dari badan air 100 m - Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet) - Muka air tanah > 3 m - Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det - Merupakan tanah tidak produktif - Bebas banjir minimal periode 25 tahun 2.1.2. Sampah Menurut Sumbernya 1.
Sampah domestik (domestic wastes), yaitu sampah padat yang berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis sampah padat ini cukup beragam, namun umumnya berupa sampah dapur dan sampah lain hasil kegiatan rumah tangga seperti sampah-sampah hasil pengolahan makanan, sampah dari halaman misalnya dedaunan, kaleng dan kardus bekas serta kertas pembungkus, pakaian bekas, karpet tua, perabotan rumah tangga dan sejenisnya.
2.
Sampah komersial (commercial wastes), yaitu sampah padat dari lingkungan perdagangan atau jasa komersial, baik warung, ataupun pasar. Sampah ini beragam sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan. Sampah di pusat perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari : kardus-kardus yang besar, kotakkotak pembungkus, kertas-kertas, karbon, pita mesin tik besar dan lainnya. Dalam hal ini termasuk sampah makanan dari kantin atau restoran.
3.
Sampah yang berasal dari jalan-jalan raya (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan-jalan, biasanya terdiri dari kertas-kertas, kardus-
Universitas Sumatera Utara
kardus kecil tercampur dengan batu-batuan, debu, pasir, benda-benda yang jatuh dari truk/kendaraan, sobekan-sobekan ban atau onderdil-onderdil yang jatuh, juga daun-daunan, sampah-sampah yang dibuang dari mobil, kantong-kantong plastik dan lain-lain. 4.
Sampah-sampah Industri (Industrial wastes) Sampah-sampah yang berasal dari pembangunan industri dan dari proses-proses produksi yang terjadi dalam industri tersebut. Jenis sampah ini relatif sama untuk industri tertentu, namun jenis industri yang berbeda akan menghasilkan sampah yang berbeda juga. Jadi jenis sampah, jumlah dan komposisi sampah industri bergantung pada jenis industrinya, misalnya sampah industri, sampah pengepakan barang, sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan lain-lain.
5.
Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan (agriculture wastes), sampah-sampah dari daerah ini dapat berupa sampah dari hasil perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang jagung, pohon kacang-kacangan dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar sewaktu
musim
panen.
Umumnya
sampah-sampah
ini
dibakar
dan
dikembalikan pada tanah pertanian ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian. 6.
Sampah yang berasal dari daerah pertambangan Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah yang tergantung pada jenis usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral yang diproses maupun yang tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan, yang apabila ada hujan dapat
Universitas Sumatera Utara
merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya ke suatu sumber air serta mencemari sumber air tersebut. Sampah-sampahnya berupa bahan-bahan tambang disamping sampah-sampah dari aktivitas manusia pengelolanya. 7.
Sampah-sampah
yang
berasal
dari
gedung-gedung
atau
perkantoran
(Institutional wastes), Terdiri dari kertas-kertas, karbon-karbon, pita-pita mesin tik, klip dan lain-lain, umumnya bersifat rubbish, kering dan mudah terbakar. 8.
Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung dan pembangunan/pemugaran. Terdiri dari puing-puing, pipa plastik/besi, paku, kayu-kayu, kaca, kalengkaleng, potongan-potongan besi dan lain-lain.
9.
Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Contohnya sampah dari tempat-tempat hiburan, tempat-tempat olah raga, tempat-tempat ibadah, dan lain-lain yang dapat berupa, kertas, sisa buahbuahan, plastik dan lain-lain.
10. Sampah yang berasal dari daerah kehutanan Misalnya sampah hasil dari penebangan kayu ataupun kegiatan reboisasi hutan sebagian besar terdiri dari sampah daun dan ranting. 11.
Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan Dengan adanya sampah-sampah yang terangkut oleh air maka sampah-sampah ini dapat diangkat dari air kotor pada sistem penyaluran atau pengolahan air kotor, misalnya pada saringan besi. Sampah-sampah dapat berupa plastik,
Universitas Sumatera Utara
kertas, kayu dan lain-lain. Disamping itu dihasilkan juga lumpur dari proses pengolahan air buangan ini. 12.
Dari daerah peternakan dan perikanan Sampah–sampah dari sini dapat berupa kotoran ternak atau sisa-sisa makanannya ataupun bangkai-bangkai binatang. Dari perikanan misalnya bangkai-bangkai ikan, sisa-sisa ikan atau lumpur (Kusnoputranto, 2000). Berdasarkan kepada bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga kelompok
besar yaitu (Suriawiria, 2003) : 1.
Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan, kotoran ataupun benda-benda lain yang berbentuk padat.
2.
Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair misal air-buangan, air-seni dan sebagainya.
3.
Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor, cerobong pabrik dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.
2.1.3. Jenis-Jenis sampah Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja), dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni (Notoatmodjo, 2000) : 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi : a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, botol, plastik, gelas dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b.
Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunnan, buah-buahan dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya. b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besi/logam, pecahan gelas, kaca dan sebaganya. 3. Berdasarkan karakteristik sampah a. Garbage, yaitu jenis sampah dari hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya. b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik dan sebaginya, maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya. c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok. d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, debu dan sebagainya. e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik.
Universitas Sumatera Utara
f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang. g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya. h. Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan kayu, besi beton dan sebagainya.
2.2.
Pengelolaan Sampah Padat Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-
sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab bakteri (bacteri pathogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah ini
adalah meliputi pengumpulan,
pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut
(Notoatmodjo,
1997) :
Universitas Sumatera Utara
1.
Pengumpulan dan Pengangkutan sampah Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat pengumpulan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA).
2.
Pemusnahan dan Pengolahan sampah Pemusnahan dan Pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut : a. Ditanam (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah. b. Dibakar (Incenerator), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator), c. Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (Kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk. Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah yaitu perlakuan terhadap sampah
yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat
Universitas Sumatera Utara
lain harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air ataupun tanah, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran. Menurut Sastrawijaya, (1991), penanganan sampah adalah mencegah timbulnya pencemaran. Misalnya dengan cara penimbunan (dumping) dengan maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut. Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit dan pencemaran. Cara kedua adalah pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill) dengan mengisi tanah berlegok (berlekuk) dan kemudian menutupinya dengan tanah, pada cara ini diperlukan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena ditimbun dan ditutupi. Cara ketiga adalah dengan pencacahan (grinding), limbah organik dimasukkan ke dalam alat penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih lanjut. Cara keempat adalah pengkomposan (composting), yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos untuk menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan limbah organik menjadi anorganik pada suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu (bakteri, jamur). Cara kelima adalah pembakaran (incenerator) dengan hasil gas dan residu. Metode ke enam ialah dengan pirolisis yakni mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan pembakaran tidak sempurna atau suatu proses peruraian kimia isomerisasi, deoksigenisasi, dan denitrogenisasi. Sistem
Sanitary
Landfill
adalah
sistem
pengelolaan
sampah
yang
mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan
Universitas Sumatera Utara
porositas tanah. Tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemari tanah dan air tanah. Di sejumlah negara maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan anorganik, sampah yang mudah terdegradasi dan yang sulit. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran untuk cairan hasil dari pembusukan sampah (lindi) (Putra,Y, 2004). Sedangkan sistem open dumping merupakan sistem Tertua yang dikenal manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus dan kecoa), menyebarkan bau, mencemari udara, mencemari tambak di sekitarnya serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran (Sastrawijaya, 1991).
2.3.
Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
A. Pengaruh positif dari pengelolaan sampah 1. Pemanfaatan sampah bagi keperluan masyarakat dan lingkngan a. Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik (tanah rendah, rawa-rawa dan lainnya) dan tanah yang tidak diolah menjadi tanah yang pada akhirnya dapat dipergunakan atau dapat diolah sehingga mendatangkan hasil, ataupun dijadikan lahan pemukiman, taman, lapangan olah raga dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanah dan memperbaiki kondisi tanah. c. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, sampah tersebut diolah untuk menghilangkan hal-hal yang dapat berdampak negatif bagi ternak ataupun konsumen yang mengkonsumsi ternak tersebut. d. Sampah yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk di daur ulang dan dimanfaatkan untuk keperluan lain 2. Pengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi a. Berkurangnya tempat untuk berkembang biaknya serangga dan binatang pengerat sehingga dengan demikian diharapkan kepadatan populasi vektor penyakit berkurang. b. Berkurangnya insiden penyakit yang erat hubungannya dengan pengolahan sampah, misal penyakit jamur, penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti penyakit saluran pencernaan dan lain-lain. c. Keadaan estetika lingkungan (udara, air, tanah) lebih saniter sehingga menimbulkan rasa nyaman bagi masyarakat d. Keadaan lingkungan yang baik secara tidak langsung akan menghemat pengeluaran daerah/devisa sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi daerah dan negara. Selain itu, dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, produktivitas masyarakat akan meningkat pula, sehingga dapat meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
B. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah yang kurang baik I. Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat. Sebagai tempat berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit di masyarakat. 2. Pengaruh terhadap lingkungan Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya tebaran/tumpukan sampah mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat (Kusnoputranto, 2000).
2.4.
Lingkungan Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada
disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya. Secara lebih terperinci, lingkungan disekitar manusia dapat dikategorikan dalam (Kusnoputranto, 1986) : a. Lingkungan Fisik, termasuk didalamnya tanah, air dan udara serta interaksi satu sama lain diantara faktor-faktor tersebut. b. Lingkungan Biologi, termasuk semua organisme hidup baik binatang, tumbuhtumbuhan maupun mikroorganisme, kecuali manusia sendiri.
Universitas Sumatera Utara
c.
Lingkungan Sosial, termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, budaya dan psiko-sosial dan lain-lain.
2.4.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan Menurut Ehlers dan Steel (1958), yang ditulis Kusnoputranto (1986) mengemukakan, sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit, sedangkan sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan terhadap semua faktor yang ada di dalam lingkungan fisik yang mungkin pengaruh atau mungkin memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Menurut Kusnoputranto (1986) ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi : 1. Penyediaan air minum 2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air, termasuk dalam hal ini pengumpulan, pengolahan dan pembuangan dari air buangan rumah tangga dan sampah-sampah cair lainnya yang dapat menularkan penyakit. 3. Pengelolaan sampah padat 4. Pengendalian vektor penyakit 5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah 6. Hygiene makanan 7. Pengendalian pencemaran udara
Universitas Sumatera Utara
8. Pengendalian radiasi 9. Kesehatan kerja, terutama pengendalan dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan biologis 10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi. 12. Perencanaan daerah dan perkotaan 13. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat 14. Pencegahan kecelakaan 15. Rekreasi umum dan pariwisata 16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana alam, perpindahan penduduk, keadaan darurat. 17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan. 2.4.2. Pencemaran Lingkungan Pencemaran
lingkungan
adalah
perubahan
lingkungan
yang
tidak
menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika dan kimia dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi dari alam bebas (Sastrawijaya, 1991).
Universitas Sumatera Utara
Materi pencemar yang biasanya terbentuk atau hadir (turunan sampah) di lingkungan TPA yaitu air lindi (leachate), selayaknya benda cair air lindi akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah dan bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Kemampuan leachate mencemari air permukaan/air tanah dipengaruhi oleh kondisi geologi (type tanah dan jenis batuan) serta kondisi hidrologi (kedalaman dan pergerakan air tanah, jumlah curah hujan serta pengendalian aliran permukaan) dimana lokasi TPA berada (Maramis, 2008). Sumber Pencemar dapat dibedakan menjadi dua : a). Sumber pencemar domestik (rumah tangga) yaitu dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit, dan sebagainya b). Sumber non domestik yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi dan sumber-sumber lainnya. Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Bentuk dan macam limbah yang dihasilkan manusia tergantung pada tingkat peradaban manusia. Sebelum manusia mengenal kemajuan industri dan teknologi, limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan manusia pada umumnya bersifat organik. Ditinjau dari kepentingan
kelestarian
lingkungan,
limbah
yang
bersifat
organik
lebih
menguntungkan karena dengan mudah dapat didegradasi atau dipecah oleh
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme, menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam tanpa menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
2.5.
Pengertian Sumber Air Buangan/Limbah Air limbah/buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahanbahan/zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Menurut Kusnoputranto (1986), beberapa sumber dari air buangan/limbah antara lain adalah : a. Air buangan rumah tangga (domestic wastes water) b. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) c. Air buangan industri (industrial wastes water) 2.5.1. Karakteristik Air Limbah Karakteristik atau sifat-sifat air buangan diperlukan untuk menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Karakteristik air buangan/limbah terbagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : a. Karakteristik Fisik, terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi. Air buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau minyak, dengan warna suram seperti larutan sabun. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, sabun serta bagian-bagian dari tinja.
Universitas Sumatera Utara
b.
Karakteristik Kimiawi, mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine serta sampah-sampah lainnya.
c. Karakteristik biologis, kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat pula dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan (Kusnoputranto, 1986). Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat didalam air limbah, dapat ditentukan unit proses yang dibutuhkan. Menurut Siregar (2005), karakter air limbah meliputi : 1. Karakter Fisika Karakter fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna dan padatan. Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke dalam skala-skala. Skala temperatur yang biasanya digunakan adalah skala Fahrenheit (ºF) dan skala Celcius (ºC). Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang. Warna biasanya disebabkan oleh kehadiran koloidal yang dapat dilihat dari spektrum warna yang terjadi. Padatan diklasifikasikan menjadi floating, settleable, suspendend atau dissolved. 2. Karakter Kimia Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik dan senyawa anorganik. Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasikan dengan satu atau lebih elemen-elemen lain (O, N, P, H). Senyawa anorganik terdiri atas semua
Universitas Sumatera Utara
kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organik. Karbon anorganik dalam air limbah pada umumnya terdiri atas sand, grit dan mineral-mineral, baik suspended maupun dissolved. Misalnya : klorida, ion hidrogen, nitrogen, fosfor, logam berat dan asam. 3. Karakter Biologis Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir semua bentuk air limbah. Yang menjadi parameter kandungan mikroba, tumbuhan dan hewan di dalamnya. 2.5.2. Parameter Air Limbah Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air buangan di badan air sungai antara lain (Kusnoputranto, 2000) adalah : 1. Kandungan Zat Padat Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk “total solid”, “ suspended solids” dan “dissolved solids”. 2. Kandungan Zat Organik Zat organik didalam pengurainya, memerlukan oksigen dan bantuan mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik zat organik adalah dengan mengukur B.O.D (Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam larutan dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya 5 hari pada 20°C).
Universitas Sumatera Utara
3. Kandungan Zat Anorganik Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air buangan antara lain Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phosphor, H2O dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg CD, Pb dan lain-lain. 4. Gas Adanya gas N2, O2, CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke dalam air, sedangkan gas H2S, NH3 dan CH4 berasal dari proses dekomposisi air buangan. Oksigen didalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur D.O (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada didalam sering digunakan untuk menentukan banyaknya/besarnya pencemaran zat organik dalam larutan makin rendah D.O suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya. 5. Kandungan Bakteriologis Bakteri golongan coli terdapat normal didalam usus dan tinja manusia. Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit, sehingga sebagai parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probable Number) dalam 100 ml air buangan serta perkiraan tedekat jumlah golongan coliform tinja dalam 100 ml air buangan.
Universitas Sumatera Utara
4.
pH (derajat keasaman) Pengukuran pH berkitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka. 5. Suhu Kenaikan suhu mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau tidak sedap akibat terjadinya degradasi anaerobik yang mungkin terjadi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan C No. A.
B.
C.
Parameter FISIKA 1. Suhu
Satuan
Kadar Maksimum
ºC
Keterangan
2. Zat padat terlarut KIMIAWI a. Kimia Anorganik 1. Air Raksa 2. Amoniak bebas 3. Arsen 4. Fluorida 5. Kadmium 6. Klorin bebas 7. Kromium, valensi 6 8. Nitrit, sebagai N 9. Oksigen terlarut (DO)
Mg/L
Suhu air normal ± 3ºC 1000
Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L
0,002 0,02 1,0 1,5 0,01 0,003 0,05 0,06 -
10. pH 11. Selenium 12. Seng 13. Sianida 14. Sulfida, sebagai H2S 15. Tembaga 16. Timbal b. Kimia Organik 1. BHC 2. DDT 3. Endrine 4. Fenol 5. Minyak dan lemak 6. Organosfosfat dan carbamate 7. Senyawa aktif biru metilen (surfaktan) RADIOAKTIF 1. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity) 2. Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)
Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L
6-9 0,05 0,02 0,02 0,002 0,02 0,03
Disyaratkan lebih dari 3 -
Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L
0,21 0,002 0,004 0,001 1 0,1
-
Mg/L
0,2
-
Bq/L
0,1
-
Bq/L
1,0
-
Sumber : PP N0 20 tahun 1990
Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Dampak Pencemaran Air Air disebut tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya, secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia sehingga air itu menjadi kurang berguna bagi kebutuhan tertentu atau semua kebutuhan dibandingkan dengan apabila air itu berada dalam keadaan alamiahnya semula (Kusnoputranto, 1986). Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa (Wardhana, 2000) : A. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah tangga, akan menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama untuk memulihkannya. B. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri Kalau terjadi pencemaran air yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan industri berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia tidak akan tercapai. C. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian. Air tidak dapat digunakan lagi sebagai air irigasi, untuk pengairan di persawahan dan kolam perikanan karena adanya senyawa-senyawa anorganik yang mengakibatkan perubahan dratis pada pH air. Air yang bersifat terlalu basa atau
Universitas Sumatera Utara
terlalu asam akan mematikan tanaman dan hewan air. Selain itu banyak senyawa anorganik yang bersifat racun yang menyebabkan kematian. Air yang mengandung racun seringkali justru bening, seolah-olah tidak tercemar. Sudah sering terdengar adanya kematian ikan maupun udang di kolam perikanan dan tambak yang disebabkan air lingkungan yang tercemar.
2.6.
Pengertian Air Lindi Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan
air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat, Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008). Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran (umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga bahanbahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari
Universitas Sumatera Utara
suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan. Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan mg/L), sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan (Machdar, I, 2008). Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L. 2.6.1. Sampah Sebagai Sumber Air Lindi Timbunan
sampah
yang
berasal
dari
sampah
domestik
dapat
mengganggu/mencemari karena : lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas Nitrogen dan Asam Sulfida, adanya zat Mercury, Chrom dan Arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur permukaan tanah menjadi racun (Pustekom, 2005). Selayaknya benda cair, air lindi ini akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam dan bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Bisa dibayangkan, air lindi yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik dengan
Universitas Sumatera Utara
konsenterasi sekitar 5000 kali lebih tinggi dari pada dalam air tanah, masuk dan mencemari tanah atau air sungai. Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator biologis perlu diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan penunjuk ada tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis kandungan logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam hewan maupun tanaman. Beberapa unsur kimia atau jenis logam yang pernah dijumpai sebagai pencemar lingkungan perairan yang terdeteksi melalui indikator biologis antara lain sebagai berikut (Wardhana, 2003) : 1. Indikator biologis Phytoplankton : Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), plutonim (Pu), Cesium (Cs), ytrium (Y), dan Tritium (H3). 2. Indikator biologis Zooplankton : Mangan (Mn), Strontium (Sr), Ytrium (Y), Besi (Fe), Nikel (Ni), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr). 3. Indikator biologis Mollusca : Seng (Zn), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Cesium (Cs), Kobalt (Co). 4. Indikator biologis Crustacea : Strontium (Sr), Ytrium (Y), Cesium (Cs), Kobalt (Co), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tritium ( H3). 5. Indikator biologis ikan dan sejenisnya : Plutonium (Pu), Mangan (Mn), Cesium (Cs), Seng (Zn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr) dan Strontium (Sr). Unsur kimia atau sejenisnya yang terkandung di dalam indikator biologis seperti tersebut diatas dapat berupa unsur kimia biasa maupun dalam bentuk unsur
Universitas Sumatera Utara
radioaktif. Selain itu dalam masalah indikator biologis suatu pengertian yang disebut dengan Biological Magnification, yaitu pelipatan kandungan bahan pencemar oleh organisme yang tingkatannya lebih tinggi. 2.6.2. Proses Pencemaran dari Sumber Pencemar Sampai ke Manusia Proses perjalanan sumber pencemar hingga sampai ke tubuh manusia dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :
Industri
Air Minum
Limbah Logam Berat
Sungai
Irigasi
Laut
Tambak
Pertanian
Ikan
Fitoplanton, Zooplanton
Ikan, Bentos
Manusia
Gambar 2.1. Skema Perjalanan Logam Berat dari Sumber Pencemar Sampai ke Manusia (Zulkifli, 1997).
Berdasarkan gambar 1 diatas, bahwa manusia juga akan menerima dampak buruk dari pencemaran air. Dimana air juga merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia sebab bukan hanya karena berat badan manusia terdiri atas 6070% air, tetapi juga karena air merupakan unsur penting dalam metabolisme di dalam
Universitas Sumatera Utara
tubuh, dan pengangkut hasil metabolisme tersebut kekurangan air dalam tubuh 15% akan menyebabkan kematian dan sebaliknya jika kelebihan akan menyebabkan gangguan di dalam tubuh seperti lemas, kejang bahkan koma (Zulkifli, 1997). Patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit; simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit; simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, jender; sedangkan simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Simpul 1 : Sumber Penyakit Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan mengeluarkan atau ”mengemisikan” agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya melalui produk bahan beracun yang dihasilkannya ketika berada dalam tubuh, atau secara langsung dapat mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh manusia sehingga menimbulkan gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ tubuh). Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapat dikelompokkan ke dalam 3 besar yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Mikroba, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain. b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya. c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, merkuri, cadmium, CO, H2S dan lain-lain. Sumber penyakit yaitu titik secara konstan maupun kadang-kadang mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut diatas. Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada hakikatnya ada 5 (lima) komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media transmisi penyakit yaitu : udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga dan manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent bibit penyakit. Air (komponen lingkungan) dikatakan memiliki potensi menimbulkan penyakit kalau di dalamnya terdapat bakteri Salmonella typhi, bakteri Vibrio cholerae atau air tersebut mengandung bahan kimia beracun seperti pestisida, logam berat dan lainnya. Simpul 3 : Perilaku Pemajaan (Behavioural Exposure) Perilaku pemajaan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Misalnya mengkonsumsi air minum yang mengandung cadmium, jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu sama lain. Ada yang mengkonsumsi air yang tercemar logam berat dalam jumlah
Universitas Sumatera Utara
besar, ada juga dalam jumlah kecil. Semua ditentukan oleh perilaku masing-masing orang yang dipengaruhi pendidikan, pengetahuan dan sebagainya. Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas, yaitu : sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan kontak kulit. Apabila kita kesulitan mengukur besaran agent penyakit, maka diukur dengan cara tidak langsung yang disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Misalnya kandungan merkuri dalam darah atau urine, kandungan Pb dalam darah disebut biomarker kadar merkuri dalam rambut, begitu juga dengan pencemaran lindi yang mengandung logam berat pada tambak yang mengakibatkan ikan tercemar dan apabila dikonsumsi manusia dapat menimbulkan penyakit.. Simpul 4 : Penyakit Penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk lainnya. Bisa kelainan bentuk, kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial (Achmadi, 2005). 2.6.3. Pengelolaan Budidaya Tambak Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu, walaupun sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
tambak yang ada di dekat TPA Kelurahan Terjun lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya ikan. Ikan merupakan produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi berorientasi eksport. Tingginya harga ikan cukup menarik perhatian para pengusaha untuk terjun dalam usaha budidaya ikan. Kegiatan
budidaya
menyiratkan
semacam
intervensi
dalam
proses
pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit dan sebagainya (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001). Pemilihan lokasi lahan yang akan digunakan untuk tambak harus memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity).
Daya dukung
lingkungan dipengaruhi oleh gabungan kualitas air, pasang surut, ketinggian lahan, iklim, dan kondisi tanah Beberapa cara penanganan limbah tersebut antara lain adalah melalui : a) Penyaringan air saat dimasukkan ke tambak. b) Penggunaan petak perlakuan (tandon air). Adapun fungsi tandon adalah : sebagai tempat untuk mempersiapkan air yang berkualitas baik sebelum dimasukkan ke dalam petakan pemeliharaan dan sebagai tempat mengendapkan limbah Model dan perlakuan tandon pasok perlu disesuaikan dengan sumber air. Adapun teknologi yang diterapkan dalam budidaya tambak dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu : pola sederhana, pola madya (semi intensif), pola maju (intensif).
Universitas Sumatera Utara
2.7.
Landasan Teori Tempat pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun dengan
menggunakan metode pengolahan sampah secara open dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada disekitar lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut teori Achmadi (2005), dalam perspektif manusia, lingkungan dapat dikelompokkan berbagai kategori, tergantung keperluan kita. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hubungan interaksi tersebut faktor komponen lingkungan seringkali mengandung atau memiliki potensi timbulnya penyakit. Misalnya ketika kita makan makanan yang ternyata tanpa diketahui makanan tersebut mengandung bahan toksik berupa bahan pengawet, bahan berwarna, logam berat, parasit atau bahan radioaktif. Contoh lain ikan yang mengandung merkuri.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Kerangka Konsep
Dalam mengetahui bagaimana pengaruh pencemaran TPAS terhadap tambak ikan maka dibuat kerangka konsep sebagai acuan (kerangka Pemikiran) dalam pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
Jarak TPA dengan Tambak ikan (100m, 200m dan 300m)
Memenuhi Syarat PP No.20 tahun 1990
Mutu Air Tambak Ikan dari Kolam Ikan Parameter Fisik 1. suhu 2. TDS (zat padat terlarut) Parameter Kimia 1. Amoniak (NH3) 2. Nitrat 3. Oksigen terlarut 4. pH 5. Seng (Zn) 6. Sulfida (H2S) 7.Tembaga (Cu) 8. Deterjen 9. Minyak dan lemak
Tidak Memenuhi Syarat PP No.20 tahun 1990
Sanitasi TPA : Pengelolaan Air Lindi - SPAL
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara