BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respon 2.1.1. Pengertian respon Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003). Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu : a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.
Universitas Sumatera Utara
b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciriciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang. c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Mulyani, 2007). 2.2. Masyarakat Kata masyarakat sendiri dalam bahasa Arab yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur (Narwoko dan Suyanto, 2004). Dalam arti luas yang dimaksud masyarakat ialah keseluruhan hubunganhubungan dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bahasa dan lain-lain. Atau keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek
tertentu yaitu, teritorial, bangsa, golongan dan
sebagainya. Oleh karena itu ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, dan lainlain.(Nasution, Ilham Saladin, Salmon Ginting, Pardamean Daulay, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Defenisi masyarakat yang lain dikemukan oleh: 1. Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batasbatas tertentu. 2. M.J Heskovits menulis, bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasi yang mengikuti satu cara hidup tertentu. 3. J.L Gilin J.P Gillin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokan-pengelompokan yang kecil. 4. Mac Iver menyatakan bahwa masyarakat adalah satu sistem daripada cara kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan-jaringan dari relasi itulah yang dinamakan masyarakat (Hartomo dan Aziz, 2008). Yang menjadi unsur dari masyarakat ialah : 1. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia. 2. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah yang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama. 2.3.Kesejahteraan Sosial 2.3.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial Friedlander, Megutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan
masalah
sosial
masyarakat
kita
yang
industrial.
Kemiskinan,
Kesehatanyang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga – lembaga insani yang sama seperti Keluarga, Ketetanggaan, gereja dan masyarakatsetempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai. Berikut ini beberapa defenisi yang menjelasakan arti Kesejahteraan Sosial. W.A Friedlander mendefinisikan: “ Kesejahteraan sosial adalah system yang teroganisir dari usaha – usaha dan lembaga – lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta mencapai relasi perseorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga dan masyarakat. (Muhidin, 1984).
Universitas Sumatera Utara
Defenisi di atas menjelaskan: 1.
Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu system atau “organized system” yang berintikan lembaga – lembaga dan pelayanan sosial.
2.
Tujuan sistem tersebut adalah mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi – relasi sosial dengan lingkungannya.
3.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan individu” baik dalam menentaskan masalahnya maupun memenuhi kebutuhannya. Dalam kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan: “Kesejahteraan
Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmania, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadiannya secara sempurna “ ( Suparlan, 1983 ). 2.3.2. Kesejahteraan Sosial Dalam UU No.11 Tahun 2009 Secara yuridis konsepsial, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut: “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”
Universitas Sumatera Utara
Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “usaha kesejahteraan sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat, UU No.11 Tahun 2009 dalam pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dibidang kesejahteraan sosial, yang meliputi : 1.
Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejhateraan sosial.
2.
Mengembangkan
kesadaran
dan
rasa
tanggung
jawab
sosial
masyarakat. 3.
Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha – usaha kesejahteraan sosial (Depsos.2009 Undang – Undang R.I No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial). Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah
menyelenggarakan usaha – usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut : 1.
Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibat – akibat lain.
2.
Menyelenggarakan sistem jaminan sosial.
3.
Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial.
4.
Pengembangan dan penyuluhan sosial dan
5.
Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga – tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Zakat Zakat adalah satu dari rukun Islam yang lima, artinya zakat merupakan sendi agama. Bentuk zakat adalah memberikan sebagian harta secara reguler kepada orang lain yang berhak, ada yang setahun sekali setiap Idul Fitri (zakat fitrah), ada yang setiap panen (zakat pertanian) ada yang setiap tutup buku (perdagangan) dan ada yang setiap berjumpa obyeknya (zakat barang temuan/harta karun). Bagi pembayar, zakat sebagaimana arti bahasa dari kata zakat mengandung arti suci dan tumbuh, yakni orang yang patuh membayar zakat , hatinya dididik menjadi suci, yakni hatinya sedikit-sedikit dilatih untuk tidak terbelenggu oleh harta karena memberi kepada orang lain merupakan latihan jiwa membuang sifat tamak, menanamkan kesadaran bahwa di dalam harta miliknya ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Harta pun menjadi suci karena terbebas dari apa yang bukan miliknya. Menurut al Qur'an, di dalam harta si kaya terkandung hak-hak orang lain, yang meminta dan yang tidak berani meminta. Jadi zakat memang milik mustahiq yang harus dibayarkan, jika tidak dibayarkan maka berarti si kaya menahan hakhak orang miskin yang berhak, dan perbuatan itu searti dengan korupsi. Zakat juga mengandung arti tumbuh, yakni bahwa harta yang dizakati akan tumbuh berkembang secara sehat seperti pohon yang rindang, indah dipandang mata, bisa untuk berteduh orang banyak dan buahnya bermanfaat. Zakat merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Prinsip dasar syariat Islam adalah memperkecil beban, oleh karena itu zakat bersifat ringan,
Universitas Sumatera Utara
hanya 2,5% (zakat niaga/kekayaan), 5% (zakat produksi pertanian padat modal), 10% (zakat produksi pertanian tadah hujan dan 20% (zakat barang temuan atau rejeki nomplok). Zakat dipusatkan pada membayar, bukan pada menerima, oleh karena itu zakat lebih merupakan shock therapy bagi pemilik harta agar tidak serakah memonopoli kekayaan. Fakir adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak pula memiliki harta untuk membiayai hidupnya. Sedangkan orang miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan tetapi hasilnya tidak mencukupi untuk membiayai hidupnya secara 'pantas'. Jika zakat hanya diwajibkan kepada orang kaya, sadaqah bukan saja dianjurkan kepada orang kaya tetapi juga dianjurkan kepada orang miskin. Jika zakat ditentukan obyeknya, tarifnya dan mustahiqnya, maka sedekah tidak dibatasi Dari sisi lain, zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengedepankan nilai-nilai sosial disamping membawa pesanpesan ritual dan spiritual (Suma, 2003). Jika dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos kerja umat serta sebagai institusi pemerataan ekonomi. Dan saat ini, sebuah kenyataan bahwa pelaksanaan riba terbukti selalu menghancurkan perekonomian. Lain halnya dengan zakat, selain mengangkat fakir
miskin,
juga
akan
menambah
produktifitas
masyarakat sehingga
meningkatkan lapangan kerja sekaligus meningkatkan pula tabungan masyarakat (Muhammad, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.4.1. Jenis – jenis zakat Secara umum zakat terbagi atas dua jenis yakni: 1. Zakat fitrah Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. 2. Zakat maal (harta) Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri. Berdasarkan cara penyalurannya, zakat di bagi atas dua yaitu cara Konsumtif dan Produktif. Zakat Konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh, yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh. (http://rayareeza.multiply.com).
Universitas Sumatera Utara
Zakat Produktif yaitu zakat yang diberikan kepada para mustahiq berupa modal yang dapat dijadikan usaha penunjang kehidupan dalam jangka panjang. Bukan semata-mata sebagai pemberian, apalagi hanya bersifat karitatif (memberi bukan hanya berarti materi). Secara subtansial zakat produktif sejalan dengan tujuan zakat, berupa upaya peningkatan standar hidup para dhu'afa dengan memberikan hak kepada mereka untuk memiliki apa yang berhak mereka terima dari orang kaya. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, zakat yang diterima para muhtasib dapat digunakan sebagai modal usaha. Berdasarkan penyaluran di atas maka program peternakan kambing di Desa Mesjid - Batang Kuis yang di lakukan oleh Badan Amil Zakat Sumatera Utara (BAZDASU) termasuk kedalam zakat produktif. 2.4.2. Fungsi zakat Ada dua fungsi zakat atau sedekah yang diambil dari kekayaan orangorang Muslim: a. Untuk menghapuskan perbedaan sosial dan ekonomi dan menegakkan tatanan sosial yang egaliter. b. Menafkahkan sebagian dari harta mereka, yaitu kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan dasar, mensucikan orang-orang Muslim dari dosa-dosa, ketidaksempurnaan, dan perbuatan-perbuatan tercela karena membagi sebagian besar harta kekayaan adalah sebuah pengorbanan, tindakan altruistik (mengutamakan kepentingan orang lain), dan amal saleh. Ketidaksetaraan ekonomi, yang membiakkan kejahatan-kejahatan
Universitas Sumatera Utara
di dalam sebuah masyarakat, adalah sebuah cacat, kekurangan, dan kelemahan sosial, sedangkan kesetaraan ekonomi adalah kekuatan dan solidaritas sosial. 2.4.3. Manfaat zakat Manfaat zakat bagi masyarakat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Zakat dapat memenuhi kebutuhan orang miskin yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di kebanyakan negara. 2. Menghilangkan sifat dengki dan iri hati fakir miskin. Hal ini karena ketika fakir miskin melihat harta yang dimiliki oleh orang-orang kaya dan tidak memberikan manfaat kepada mereka, dengan memberikan kepada mereka sedikit atau banyak, maka kemungkinan mereka akan memendam kebencian dan dendam terhadap si kaya karena mereka (orang-orang kaya) tidak memberikan hak mereka dan tidak memenuhi kebutuhan mereka. Namun ketika si kaya memberikan sebagian dari hartanya kepada mereka setiap awal tahun (yakni setelah menyimpan harta itu selama setahun), hal-hal seperti ini akan berakhir dan akan tumbuh kecintaan dan keharmonisan. 3. Zakat adalah alat untuk menyebarkan dan membagikan harta (kepada masyarakat). Hal ini karena apabila sebagian harta dikeluarkan, cakupannya akan meluas dan banyak orang mendapatkan manfaat darinya, kebalikan dari apabila harta hanya disimpan di kalangan orang-
Universitas Sumatera Utara
orang kaya, karena fakir miskin tidak akan mendapatkan apa-apa darinya. 4. Zakat mendidik manusia untuk memberikan jiwanya dari sifat kikir, tamak, sombong dan angkuh karena kekayaannya. 5. Zakat merupakan salah satu wahana untuk meratakan tingkat pendapatan masyarakat terutama oleh kaum yang lemah yang sangat dirasakan manfaatnya. 6. Zakat juga menghilangkan monopoli dan penumpukan harta pada sebagian masyarakat, yang mengakibatkan kesenjangan sosial dan kecemburuan sosial. 7. Dengan mengeluarkan zakat maka harta itu akan menjadi tumbuh, berkembang dan barkah. 8. Zakat juga akan menumbuhkan rasa kasih saying dan peduli terhadap sesama muslim, memberikan rasa optimisme bagi fikir miskin dan mendorong adanya sistem ekonomi yang berdasarkan kerjasama dan tolong-menolong. (http://id.shvoong.com/humanities/religionstudies/2071357-manfaatzakat/#ixzz1OtkFqwzI ). 2.5. Program Peternakan Kambing Program usaha ternak kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang ini dilaksanakan pada tahun 2008 pada saat Bapak Maratua Simanjuntak masih menjabat sebagai ketua Badan Amil Zakat Sumatera
Universitas Sumatera Utara
Utara. Program ini adalah bentuk dari pengembangan BAZDASU dalam mengoptimalkan peran serta sosial masyarakat dalam menaikkan taraf hidup masyarakat setempat dari kemiskinan. Secara prosedur program usaha ternak kambing ini yaitu masyarakat diberikan 3 ekor kambing betina oleh BAZDASU yang kemudian di kelola oleh masyarakat yang berhak menerima, karena mayoritas masyarakat disana berprofesi sebagai peternak kambing maka kambing jantan diperoleh dari masyarakat itu sendiri atau dapat di pinjam dari tetangga yang mempunyai kambing jantan. Kemudian dalam jangka tempo 2 tahun masyarakat yang menerima kambing tersebut mengembalikan 3 ekor kambing betina yang pada awalnya sebagai bibit. Jadi masyarakat hanya menerima anak dari hasil ternak kambing tersebut, dan apabila dalam jangka tempo 2 tahun tersebut ada bibit kambing yang mati maka masyarakat wajib menggantinya, Sampai sekarang program usaha ternak kambing di desa masjid masih berjalan. 2.6. Kerangka pemikiran Kemiskinan adalah masalah yang masih terus dihadapi oleh bangsa ini. Berbagai upaya penanggulangan yang di buat oleh pemerintah melalui program yang ada pada saat sekarang belum dapat mengentaskan kemiskinan, namun pemerintah terus berupaya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Kini pemerintah punya alternatif lain dalam upaya mengentaskan kemiskinan melalui program zakat. Kini setelah adanya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat maka memberikan peluang bagi lembaga amil zakat untuk mensukseskan program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.salah satu lembaga amil
Universitas Sumatera Utara
zakat yang ikut serta dalam mengentaskan kemiskinan adalah Badan Amil Zakat Sumatera utara. Untuk menjelaskan bagaimana alur dari penelitian ini dapat dilihat melalui skema berikut ini
Universitas Sumatera Utara
Bagan I Bagan Kerangka Pemikiran
Yayasan BAZDASU
Program Ternak kambing di desa masjid :
Persepsi
Masyarakat .
1. Pengetahuan masyarakat program. 2. Pengetahuan masyarakat tujuan dan program
Sikap
tentang
tentang manfaat
1. Bagaimana penilaian masyarakat tentang program. 2. Apakah masyarakat menerima atau menolak program 3. Apakah masyarakat mengharapkan atau menghindari program
Partisipasi
1. Menikmati program 2. Melaksanakan program 3. Menyebarluarkan program 4. Menilai program
Universitas Sumatera Utara
2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Defenisi konsep Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis seperti fenomena sosial. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama (Silalahi, 2009). Dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji, para ahli menggunakan istilah khusus yang disebut konsep. Karena yang di kaji adalah fenomena sosial, maka konsep itu sangat luas cakupannya. Akibatnya, akan sangat sulit untuk merumuskan satu kalimat yang mampu menggambarkan secara sempurna keseluruhan makna yang terkandung di dalam konsep itu. Guna untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian itu disebut dengan defenisi konsep.(Siagian, 2011) Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut: 1. Respon masyarakat adalah tingkah laku balas atau tindakan masyarkat yang merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, pengaruh
Universitas Sumatera Utara
atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut. 2. Program peternakan kambing di desa masjid adalah salah satu dari program Bina Sumut Makmur BAZDASU yang memberikan kesempatan bagi masyarakat fakir miskin untuk mengembangkan potensi dan kemampuan mereka dalam mengelola dana zakat dalam bentuk kambing ternak, Sehingga masyarakat dapat memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka 3. Zakat adalah alat untuk menyebarkan dan membagikan harta (kepada masyarakat). Hal ini karena apabila sebagian harta dikeluarkan, cakupannya akan meluas dan banyak orang mendapatkan manfaat darinya, kebalikan dari apabila harta hanya disimpan di kalangan orangorang kaya, karena fakir miskin tidak akan mendapatkan apa-apa darinya. 4. Zakat Konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan seharihari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh , yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan seharihari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana
Universitas Sumatera Utara
alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh (http://rayareeza.multiply.com). 5. Zakat Produktif yaitu zakat yang diberikan kepada para mustahiq berupa modal yang dapat dijadikan usaha penunjang kehidupan dalam jangka panjang. Bukan semata-mata sebagai pemberian, apalagi hanya bersifat karitatif (memberi bukan hanya berarti materi). 2.7.2. Defenisi operasional Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjut dari perumusan defenisi konsep. Bila perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep yang diteliti dapat diobservasi. Dengan kata lain, operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.(Siagian, 2011) Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dibuatlah indikator-indikator tentang bagaimana respon masyarakat terhadap program Pernakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang oleh BAZDASU yaitu : 1.
Persepsi atau pemahaman masyarakat mengenai Program Peternakan kambing di desa masjid Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang :
Universitas Sumatera Utara
a. Pengetahuan masyarakat tentang Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang b. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan dan manfaat Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. 2.
Sikap masyarakat terhadap Program Pernakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang yang dapat diukur melalui : a. Penilaian, adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki masyarakat tentang program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. b. Penolakan atau penerimaan, adalah berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang masyarakat terhadap Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. c. Mengharapkan atau menghindari, adalah kesiapan masyarakat dalam bertingkah laku yang berhubungan dengan Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten Deli Serdang.
3.
Partisipasi masyarakat terhadap Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. yang dapat diukur melalui : a. Menikmati, adalah masyarakat berperan serta dalam menikmati hasil dari Program Peternakan kambing dimana masyarakat akan menerima bantuan yang termasuk kedalam program ini seperti mendapat kambing ternak dan penyuluhan tentang ternak kambing. b. Melaksanakan, adalah masyarakat berperan serta dalam melaksanakan Program Program Peternakan kambing dan penuh persiapan, perencanaan,
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan, dan evaluasi agar pelaksanaan program ini dapat berjalan dengan baik. c. Menyebarluaskan,
adalah
masyarakat
berperan
serta
dalam
menyebarluaskan Program Peternakan kambing agar tingkat kesejateraan masyarakat disekitar desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang dapat merata. d. Menilai, adalah masyarakat berperan serta dalam menilai Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. dimana masyarakat dapat menilai positif atau negatifnya hasil dari program tersebut.
Universitas Sumatera Utara